Anda di halaman 1dari 11

MASYARAKAT MADANI DALAM AL-QUR’AN

Makalah

Di Susun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Wawasan Al Qur’an tentang Sosial


Kemasyrakatan dan Budaya

Pengampu : Dr. H. M. Shofwan Mabrur M.A

Di susun oleh:

Akmal Ibrahim (1617501005)


Moch Abdul Kholik (1617501031)
Muhtarom (1717501025)

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PURWOKERTO

2019
A. PENDAHULUAN

Masyarakat madani adalah sebuah konsep masyarakat yang dewasa ini


menjadi orientasi sebagian besar bangsa Indonesia.1 Menurut Adam B. Seligman,
gagasan tentang masyarakat madani telah muncul di Barat sejak abad ke-17 dan ke-
18 sebagai akibat dari terjadinya kemacetan paradigma pemikiran sosial dan politik,
di mana krisis umum yang diakibatkan oleh berbagai perubahan sosial luar biasa
telah membawa masyarakat Barat ke arah persoalan penataan tatanan sosial dan
kekuasaan yang baru, termasuk upaya mengacu pada paradigma tradisional dan
agama (Culla, 1999: 62).

Di Indonesia, gagasan masyarakat madani dilatarbelakangi oleh situasi


ketidakpastian hukum, ketidakpastian politik dan sosial ekonomi yang berkembang
di bawah pemerintahan Orde Baru, juga menerapkan sistem pemerintahan yang
cenderung materialistik dan jauh dari sistem demokrasi.2 Kondisi ini memicu
sebagian bangsa Indonesia mencari alternatif bentuk negara atau masyarakat yang
dapat diterima oleh berbagai elemen masyarakat Indonesia sehingga muncullah
istilah masyarakat sipil, masyarakat warga, masyarakat kewargaan, masyarakat
beradab atau masyarakat berbudaya, lalu masyarakat madani yang diterjemahkan
dari istilah civil society dan padanannya dengan istilah masyarakat Madinah yang
diletakkan Rasulullah saw. (Culla, 1999: 3).

Masyarakat Madinah merupakan legalitas internalisasi nilai iman dan amal


shaleh. Demikian pula karakter masyarakat madani, totalitas aktifitas pembangunan
masyarakat berasaskan moral atau nilai-nilai religious. Alquran dengan tegas
memberikan sinyalemen akan bentuk masyarakat yang identik dengan konsep
masyarakat madani sebagaimana terdapat dalam Q.S. Ali Imran (3): 110). Di sini
disebutkan khaira ummah(masyarakat unggul) yakni yang menjalankan tugas amar
ma’ruf nahi munkardan beriman kepada Allah swt.

Mengacu kepada hal di atas, menurut Rahardjo (1999), konsep masyarakat


madani mengandung tiga hal, yaitu agama sebagai sumbernya, peradaban sebagai
prosesnya dan masyarakat kota sebagai hasilnya. Dengan demikian konsep khaira
ummahdapat dimaknai sebagai masyarakat madani. Sedangkan pola pembangunan
masyarakat madani berpatokan pada pola pembangunan masyarakat Madinah yang

1
Samsinas, MASYARAKAT MADANI DALAM ISLAM, dalam Jurnal Hunafa
Vol. 3 No. 1 Maret 2006, hlm. 65.
2
Samsinas, MASYARAKAT MADANI DALAM ISLAM….
diletakkan Rasulullah dulu. Tulisan ini mengkaji bagaimana konsep masyarakat
madani dalam Islam.
B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Masyarakat Madani

Istilah masyaakat madani itu sebenarnya merujuk pada masyarakat Islam


yang pernah dibangun nabi Muhammad di negeri Madinah. Perkataan Madinah
dalam bahasa Arab dapat dipahami dari dua sudut pengertian. Pertama, secara
konvensional kata madinah dapat bermakna sebagai “kota”, dan kedua, secara
kebahasaan dapat berarti “peradaban”; mskipun di luar ata “madaniyah”
tersebut, apa yang disebut peradaban juga berpadanan dengan kata “tamaddun”
dan “hadlarah”. Sebelumnya, apa yang dikenal sebagai kota madinah itu adalah
daerah yang bernama Yatsrib. Nabi-lah yang kemudian mengubah namanya
menjadi Madinah, setelah hijrah ke kota itu. Perubahan nama Yatsrib menjadi
Madinah pada hakikatnya adalah sebuah proklamasi untuk mendirikan dan
membangun masyarakat berperadaban di kota itu. Dasar-dasar masyarakat
madani inilah, yang tertuang dalam sebuah dokumen “Piagam Madinah” yang
didalamnya menyangkut antara lain wawasan kebebasan, terutama di bidang
agama dan ekonomi, tanggung jawab social dan politik, serta pertahanan, secara
bersama kota Madinah-lah, Nabi membangun masyarakat berperadaban
berlandaskan ajaran Islam, masyarakat yang bertaqwa kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa. Semangat ketaqwaan yangdalam dimensi vertical untuk menjamin
hidup manusia, agar tidak jatuh hina dan nista.

Masykur Hakim (2003:14-15) memaparkan awal istilah masyarakat madani


muncul di Indonesia pada tanggal 26 September 1995, ketika Anwar Ibrahim
menjabat sebagai menteri keuangan dan wakil perdana menteri Malaysia
menyinggung kata-kata "masyarakat madani", dan menurut pengakuannya, kata
ini diterjemahkannya dari civil society. Memang banyak sumber yang
menyatakan bahwa istilah masyarakat madani sering diartikan sebagai
terjemahan dari civil society, tetapi kata Raharjo (1999:27-28) jika dilacak
secara empirik istilah civil society adalah terjemahan dari istilah Latin, civilis
societas, yang mula-mula dipakai oleh Cicero(106-43 SM.) seorang orator dan
pujangga Roma, pengertiannya mengacu kepada gejala budaya perorangan dan
masyarakat. Masyarakat sipil disebutnya sebagai sebuah masyarakat politik
(political society) yang memiliki kode hokum sebagai dasar pengaturan hidup.
Istilah ini juga dibawa dan dipopulerkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim, ke
Indonesia dengan istilah "masyarakat madani" sebagai terjemahan "civil
society". namun istilah masyarakat madani, tidak identik dengan civil society.

Sementara cendekiawan muslim Indonesia Nurcholis majid memandang


bahwa masyarakat madani dalam presfektif Islam bukan tertjemahan dari civil
society karena dari segi bahasa ada kesalahan dan karakternya berbeda dengan
masyarakat yang dibangun oleh Rasulullah di Medinah pasca hijrah. Jadi
wacana "masyarakat madani" yang dilontarkan olehNurcholis Madjid inilah
yang mulai dikenal oleh bangsa kita. Kemudian salah seorang yang sering
menggunakan istilah ini adalah H. Emil Salim, yang sempat mencalonkan diri
menjadi Wakil Presiden RI mendampingi pencalonan B.J. Habibi. Istilah ini
semakin populer pada masa lengsernya Soeharto yang digantikan oleh B.J.
Habibi. Masyarakat Madani sangat identik dengan masyarakat kota yang
mempunyai perangai dinamis, sibuk, berfikir logis, berpola hidup praktis,
berwawasan luas, dan mencari-cari terobosan barudemi memperoleh kehidupan
yang sejahtera. Perangai tersebut didukung dengan mental akhlak karimah (budi
pekerti yang mulia).3

Akhir-akhir ini sering muncul ungkapan dari sebagian pejabat pemerintah,


politikus, cendekiawan, dan tokoh masyarakat tentang masyarakat madani. Jika
kita berselancar di internet pun akan kita temukan kafetaria wacana masyarakat
madani. Raharjo (1999:7) menyatakah bahwa "wacana masyarakat madani
dewasa ini sudah semakin meluas, berbagai seminar dan tulisan, baik buku
maupun artikel di majalah dan koran yang mengacu kepada konsep dan gagasan
masyarakat madani."

Konsep masyarakat madani merupakan konsep yang bersifat universal,


sehingga perlu adaptasi dan disosialisasikan apabila konsep ini akan
diwujudkan di Indonesia, karena konsep masyarakat madani lahir dari
masyarakat asing. Apabila konsep ini akan diaktualisasikan dalam wacana
masyarakat Indonesia, diperlukan suatu konsep, perlu ada langkah-langkah
yang kontinyu dan sistematis yang dapat merubah paradigma, kebiasaan, dan
pola hidup masyarakat Indonesia. Selain itu, konsep masyarakat madani
merupakan suatu konsep yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia, bukan
perkerjaan mudah, karena terkait dengan persoalan budaya dan sikap hidup
masyarakat. Untuk itu, diperlukan berbagai terobosan dalam penyusunan
konsep, serta tindakan-tindakan, dengan kata lain diperlukan suatu paradigma
baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru. Hal ini sebagaimana
pendapat Filsuf Kuhn (Tilaar,1999:245), "apabila tantangan-tantangan baru
dihadapi dengan menggunakan paradigma lama, tentu segala usaha yang
dijalankan akan memenuhi kegagalan."

2. Istilah Dalam Al-Quran


Al-Quran sebagai kitab suci telah memebrikan petunjuk langsung tentang
masyarakat yang di cita-citakan di masa yang akan datang dengan kualitas
yang baik. Ada beberapa istilah dalam al-Quran yang merujuk pada istilah

3
Samsinas, MASYARAKAT MADANI DALAM ISLAM, dalam Jurnal Hunafa
Vol. 3 No. 1 Maret 2006, hlm. 68.
masyarakat ,modern, antara lain yaitu: Ummatan Wahidan, Ummatan
Washathan, Khairu Ummah, dan Baldatun Toyibatun4
a. Ummatan Wahidah
Ungkapan ini terdiri dari dua kata yaitu Ummatan dan Wahidah. Kata
ummatan sendiri yaitu berarit sekelompok manusia atau masyarakat,
sementara kata wahidah adalah bentuk muannas dari kata wahid yang
berarti satu, ungkapan ini terulang sebanyak sembilan kali dalam al-
Quran, salah satunya yaitu al-Baqarah: 213
‫ث َّللاَّ ال ْن َّ ب ي ي ََن ُم ب َ ِّش ِر ي ََن ََو ُم ْن ِذ ِر ي ََن ََو َأ َْن َزَ َل‬ َ َ ‫كَ ا َن ال ْن َّ اس َأ َُّم ة ً ََو اح د َ ة ً ف َ ب َ ع‬
‫ح ق ل ي َ ح ك مَ ب َ ي ََن ال ْن َّ اس ف ي َم ا اخ ت َل َ ف وا ف يه ۚ ََو َُم ا‬ َ ‫ب ب ال‬ َ ‫َُم ع َ ه م ال ك ت َا‬
ۖ ‫ف ف يه إ ََّّل ال َّ ِذ ي ََن َأ َوْت وه ُم َن ب َ ع د َُم ا َج ا ََء ْت ه م ال ب َ ي ْن َاُت ب َ ْغ ي ًا ب َ ي ْن َه م‬ َ َ ‫اخ ت َل‬
‫ف َ هَ د َ ى َّللاَّ ال َّ ِذ ي ََن آ َُم ْن وا ل َم ا اخ ت َل َ ف وا ف يه ُم ََن ال َح ق ب ِإ ْذ ْن ه ََو َّللاَّ ي َ ه د ي‬
‫ط ُم س ت َق ي ٍم‬ ٍ ‫َُم َن ي َ ِّشَاَء إ ل َ ٰى ص َِر ا‬
Artintya: Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul
perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi
peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar,
untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang
mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan
orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang
kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang
beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu
dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.
Di ayat itu, tegas dikatakan bahwasannya manusia dari dulu hingga
kini merupakan satu ummat. Allah Swt, menciptakan manusia sebagai
makhluk sosial yang salijng berkaitan dan saling membutuhkan, mereka
dari dulu hingga kini saling membantu sebagai satu ummat yang
memiliki persamaan dan keterikatan, tentu saya setiap orang berbeda-
beda dalam hal profesi dan kecendrungan, ini di karenakan kepentingan
mereka pun beragam, sehingg dengan beragamnya kepentingan dapat
memenuhi kebutuhan satu sama lain. Jadi ummatan wahidah adalah satu
ummat yang bersatu karena keyakinan mereka kepada Allah swt dan
nilai-nilai kebajika

b. Ummatan Wasathan
Istilah ummatan wasathan sendiri terdapat pada surat al-Baqarah: 143
َ ‫ََو كَ ِذٰ َ ل‬
‫ك َج ع َ ل ْن َاك م َأ َُّم ة ً ََو سَ ط ً ا ل ت َك وْن وا ش هَ د َ ا ََء عَ ل َ ى ال ْن َّ اس ََو ي َ ك و َن‬
َ ‫ال َِّر س ول ع َ ل َ ي ك م شَه ي د ًا ََو َُم ا َج ع َ ل ْن َا ال ق ب ل َ ة َ ال َّ ت ي ك ْن‬
َ‫ت ع َ ل َ ي َه ا إ ََّّل ل ْن َع ل َ م‬
4
Masykur Hakim, Model Masyarakat Madani. Jakarta: Inti Media, 2000, hlm 77
‫َُم َن ي َ ت َّب ع ال َِّر س و َل ُم َّم َن ي َ ْن ق َ ل ب عَ ل َ ٰى عَ ق ب َ ي ه ۚ ََو إ ن كَ ا ْن َت ل َ كَ ب ي َِر ة ً إ ََّّل‬
‫عَ ل َ ى ال َّ ِذ ي ََن هَ د َ ى َّللاَّ ََو َُم ا كَ ا َن َّللاَّ ل ي ض ي َع إ ي َم ا ْن َك م ۚ إ َّن َّللاَّ َ ب ال ْن َّ اس‬
ٌ ‫ل َ َِر َء‬
ٌ‫َوف َِر ح ي م‬
Artinya: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat
Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi
kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata)
siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh
(pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang
telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
kepada manusia.
Dalam ayat ini kata ummatan wasathan yaitu yang bermakna dasar
pertengahan atau moderat. Masyarakat pada posisi ini yaitu tidak
memihak kepada siapapun dan menjadikannya berlaku adil. Keberadan
ummat yang berada di posisi tengah ini menjadikannya tidak seperti
umat yang hanyut seperti ummat yang matrialisme dan juga tidak
mengantarkan membumbung tinggi ke alam rohani sehingga tidak lagi
berpijak di bumi. Posisi tengah mampu memadukan aspek rohan dan
jasmani
c. Khairu Ummah
Istilah khairu ummah: ummat unggul atau ummat terbaik hanya terulang
sebanyak sekali dalam al-Quran, yaitu terdapat pada surat Ali Imran:
110.
‫ك ْن ت م َخ ي َِر َأ َُّم ةٍ َأ خ ِر َج ت ل ل ْن َّ اس ْت َأ ُم ِر َو َن ب ال َم ع ِر َوف ََو ْت َْن َه و َن عَ َن‬
ۚ ‫ال م ْن كَ ِر ََو ْت ؤ ُم ْن و َن ب اَّللَّ ََو ل َ و آ َُم ََن َأ َه ل ال ك ت َاب ل َ كَ ا َن َخ ي ًِر ا ل َ ه م‬
‫ُم ْن ه م ال م ؤ ُم ْن و َن ََو َأ َك ث َِر ه م ال ف َ اس ق و َن‬
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Dalam ayat tersebut di jelaskan bahwasannya kaum muslimin adalah
umat terbaik yang mengemban tugas menyuruh yang ma’ruf dan
melarang yang mungkar dan beriman kepada Allah
d. Baldatun Toyyibatun
Istilah baldatun toyyibatun hanya terulang sekali dalam al-Quran yaitu
terdapat pada surat Saba: 15
ۖ ‫ل َ ق َ د كَ ا َن ل س َ ب َ ِإ ٍ ف ي َُم س ك َ ْن ه م آ ي َ ة ٌ ۖ َج ْن َّ ت َان عَ َن ي َ م ي ٍَن ََو ش َم ا ٍل‬
‫ب غَف و ٌِر‬ ٌّ ‫ك ل وا ُم َن ِر ز ق َِر ب ك م ََو اش ك ِر َوا ل َ ه ۚ ب َ ل د َ ة ٌ ط َ ي ب َ ة ٌ ََو َِر‬
Artinya: Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan)
di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan
di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari
rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-
Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan
Yang Maha Pengampun".
Baldatun Toyyibatun yaitu mengacu pada istilah tempat, maksud tempat
disini yaitu tanahnya subut, penduduknya makmur serta pemerintahan
yang adil
3. Ciri-ciri Masyarakat Madani5
a. Menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang oleh iman dan
teknologi.
b. Mempunyai peradaban yang tinggi ( beradab ).
c. Mengedepankan kesederajatan dan transparasi ( keterbukaan ). Free public
sphere (ruang publik yang bebas) Ruang publik yang diartikan sebagai
wilayah dimana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh
terhadap setiap kegiatan publik, warga negara berhak melakukan kegiatan
secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul
serta mempublikasikan pendapat, berserikat, berkumpul serta
mempublikasikan informasi kepada publik. ]
d. Demokratisasi Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan
dengan wacana kritik rasional masyarakat yang secara ekspisit
mensyaratkan tumbuhnya demokrasi., dalam kerangka ini hanya negara
demokratis yang mampu menjamin masyarakat madani. Demokratisasi
dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi yang meliputi : 1)
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 2) Pers yang bebas 3) Supremasi
hokum 4) Perguruan Tinggi 5) Partai politik
e. Toleransi Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima
pandanganpandangan politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi
merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk
menunjukan sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta
aktivitas yang dilakukan oleh orang atau kelompok masyarakat yang lain
yang berbeda.
f. Pluralisme Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan
disertai sikap tulus bahwa masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu
bernilai positif dan merupakan rahmat tuhan.

5
Aman. S, Membangun Masyarakat Madani: Pondasi Islam dan Jati Diri, Jakarta: Al-
Mawardi Prima, 1999, hlm 48
g. Keadilan Sosial (Social justice) Keadilan yang dimaksud adalah
keseimbangan dan pembagian yang proporsional antara hak dan kewajiban
setiap warga dan negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.
h. Partisipasi sosial Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa
merupakan awal yang baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi
sosial yang bersih dapat terjadi apabila tersedia iklim yang memunkinkan
otonomi individu terjaga.
i. Supermasi hukum Penghargaan terhadap supermasi hukum merupakan
jaminan terciptanya keadilan, keadilan harus diposisikan secara netral,
artinya tidak ada pengecualian untuk memperoleh kebenaran di atas hukum.
C. PENUTUP

Sehubungan dengan cita-cita masyarakat modern, masyarakat


madani yang memiliki pengertian sebagai masyarakat yang beradab maka
pola masyarakat Madinah sebagai frame yang harus berproses sebagai
masyarakat madani. Allah swt sudah memberiikan gambaran bagaiman
masyarakat madani itu di dalam surat Ali Imran 110. Allah menekan kan
bahwasanya masyarakat madani itu yaitu khaira ummah(manusia unggul).

Dalam konteks menuju masyarakat madani, Islam menghendaki


perubahan sesuai dengan pesan Alquran bahwa sesungguhnya Allah tidak
akan merubah keadaan suatu masyarakat hingga mereka merubahnya
sendiri. Di sini, setiap individu bertanggung jawab terhadap perubahan itu.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah juga berpesan bahwa setiap kamu adalah
pemimpin dan setiap pemimpin bertanggungjawab atas kepemimpinannya.
Sekecil apapun kerja atau perbuatan, selalu punya nilai dan konsekuensi,
barangsiapa yang berbuat kebajikan sekecil debu (dzarrah) niscaya akan
memperoleh (balasanya), dan barangsiapa yang berbuat kejelekan sekecil
debu (dzarrah) niscaya akan memperoleh balasannya (Q.S. al-Zalzalah (99):
7-8)

Menuju masyarakat madani adalah cita-cita Islam dan kehendak


Allah swt. dan berusaha bergerak menuju masyarakat madani merupakan
kewajiban seluruh umat manusia khususnya umat Islam yang mana legalitas
panduan, kerja dan tujuannya telah ditetapkan Allah swt. dalam berbagai
ayat Alquran.
D. DAFTAR PUSTAKA

Aman. S, Membangun Masyarakat Madani: Pondasi Islam dan Jati Diri,


Jakarta: Al-Mawardi Prima, 1999

Hakim, Masykur, Model Masyarakat Madani. Jakarta: Inti Media, 2000

Samsinas, MASYARAKAT MADANI DALAM ISLAM, Jurnal Hunafa,


STAIN Datokarma, Palu, Vol. 3 No. 1 Maret 2006

Anda mungkin juga menyukai