Anda di halaman 1dari 10

TEORI ARSITEKTUR 2

ANALISIS DAN PEMAHAMAN SEMIOTIKA RUMAH


ADAT TONGKONAN

CLARA SHAFIYA
17/415080/TK/46369

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


DEPARTEMEN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
RUMAH ADAT TONGKONAN, TORAJA

Sumber : https://celticstown.com/rumah-adat/toraja/

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Profil Bangunan

Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja. Atapnya melengkung menyerupai perahu,
terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng). Di bagian
depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan
dapur.berasal dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama). Tongkonan dibagi berdasarkan
tingkatan atau peran dalam masyarakat (strata sosial Masyarakat Toraja).

1.2 Letak Geografis Toraja

Kabupaten Tana Toraja merupakan salah satu


dari 23 kabupaten yang ada di propinsi Sulawesi
Selatan yang terletak diantara 2º20´sampai 3º30´
Lintang Selatan dan 119º30´ sampai 120º10´
Bujur Timur. "Ibukota" Tator yakni kota kecil
Rantepao adalah kota yang dingin dan nyaman,
dibelah oleh satu sungai terbesar di Sulsel yakni
sungai Sa'dan, sungai inilah yang memberikan
tenaga pembangkit listrik untuk menyalakan
seluruh Makasar. Secara Sosio linguistik, bahasa
Toraja disebut bahasa Tae oleh Van Der Venn.
Ahli bahasa lain seperti Adriani dan Kruyt
menyebutnya sebagai bahasa Sa'dan. Bahasa ini
terdiri dari beberapa dialek , seperti dialek
Gambar
Tallulembangna (Makale), dialek Kesu (Rantepao), dialek 1.1 Letak Rumah
Mappapana AdatBarat).
(Toraja Tongkonan
Sumber :https://www.google.com/maps/
Batas-batas Kabupaten Tana Toraja adalah :
- Sebelah Utara : Kabupaten Luwu, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamasa
- Sebelah Timur : Kabupaten Luwu
- Sebelah Selatan : Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang
- Sebelah Barat : Kabupaten Polmas
Luas wilayah Kabupaten Tana Toraja tercatat 3.205,77 km² atau sekitar 5% dari luas propinsi
Sulawesi Selatan, yang meliputi 15 (lima belas) kecamatan. Jumlah penduduk pada tahun 2001
berjumlah 404.689 jiwa yang terdiri dari 209.900 jiwa laki-laki dan 199.789 jiwa perempuan
dengan kepadatan rata-rata penduduk 126 jiwa/km² dan laju pertumbuhan penduduk rata-rata
berkisar 2,68% pertahun.
1.3 Sejarah Rumah Adat Tongkonan

Menurut sejarah, penduduk yang pertama-tama menduduki/mendiami daerah Toraja pada


zaman purba adalah penduduk yang bergerak dari arah Selatan dengan perahu. Mereka datang
dalam bentuk kelompok yang dinamai Arroan (kelompok manusia). Setiap Arroan dipimpin
oleh seorang pemimpin yang dinamai Ambe' Arroan (Ambe' = bapak, Arroan =
kelompok). Setelah itu datang penguasa baru yang dikenal dalam sejarah Toraja dengan nama
Puang Lembang yang artinya pemilik perahu, karena mereka datang dengan mempergunakan
perahu menyusuri sungai-sungai besar. Pada waktu perahu mereka sudah tidak dapat
diteruskan karena derasnya air sungai dan bebatuan, maka mereka membongkar perahunya
untuk dijadikan tempat tinggal sementara.

Tempat mereka menambatkan perahunya dan membuat rumah pertama kali dinamai Bamba
Puang artinya pangkalan pusat pemilik perahu sampai sekarang. Hingga kini kita akan melihat
disekitar Ranteapo terdapat beberapa Bamba Puang milik keluarga keluarga paling
berpengaruh dan terkaya disitu yang mendirikan Tongkonan (rumah adat Tator) beserta belasan
lumbung padinya. Setiap Tongkonan satu keluarga besar dihiasi oleh puluhan tanduk kerbau
yg dipakai untuk menjelaskan status sosial dalam strata masyarakat adat.

1.4 Dokumentasi Rumah Adat Tongkonan

Sumber : https://celticstown.com/rumah-adat/toraja/
1.5 Gambar Kerja Rumah Adat Tongkonan

Gambar 1.2. Denah 1


Sumber : https://rizkavita.wordpress.com/2016/10/27/tipologi-bangunan-toraja-
rumah-adat-tongkonan/
Legenda:
A.Tangdo. 1.Ariri posi 5.Eran (tangga).
B.Paluang. 2.Kundai 6.Dapo’ (dapur).
C.Sali. 3.Tulak somba 7.Ba’ba sade (pintu khusus mengeluarkan mayat.
D.Sambung. 4.Lentong Garopang. 8.Jenasah disemayamkan
9.Tempat tidur
Gambar 1.3. Tampak
Sumber : https://rizkavita.wordpress.com/2016/10/27/tipologi-bangunan-toraja-
rumah-adat-tongkonan/

Gambar 1.3. Potongan Struktur


Sumber : https://eng.unhas.ac.id/arsitektur/files/588d1224b5c92.pdf
Gambar 1.5. Potongan
Sumber : celticstown.Com

BAB II
PEMAHAMAN

Ikon / Icon

Ikon adalah tanda yang memiliki kemiripan/similiarity bahkan menyerupai secara fisik dengan
sesuatu yang diwakilinya. Tanda sebagai ikon memiliki arti yang sesederhana untuk
mengkomunikasikan A maka diwakili oleh gambar A. Lukisan potret wajah yang menyerupai
seseorang adalah ikon dari orang itu.

Lambang / Simbol / Symbol

Pengertian simbol atau lambang adalah tanda yang mewakili sesuatu berdasarkan kesepakatan-
kesepakatan (convention) baik sengaja atau tidak disengaja, misalnya gedung sate mewakili
Bandung. Seperti yang diutarakan oleh Hoet “Tanda juga dapat berupa lambang jika hubungan
antara tanda itu dengan yang diwakilinya di dasarkan pada perjanjian/convention, misalnya
rumah beratap gonjong mewakili Minang Kabau, (gagasan berdasarkan perjanjian yang ada
dalam masyarakat.”(Hoet, 1999: 2).

Indeks / index

Indeks adalah tanda yang yang mewakili sesuatu berdasarkan keterkaitan/contiguity yang
biasanya terbentuk dari pengalaman seperti awan kelabu adalah tanda akan datangnya hujan.
Gambar 1.6. Tabel Perbedaan Semiotika
Sumber : https://serupa.id/semiotika-pengertian-simbol-dan-tanda-tanda/

BAB III
ANALISIS DAN PEMAHAMAN

Bagian-bagian Tongkonan tersebut berdasarkan kepercayaan Aluk Tadolo menjadi konsep


dasar terwujudnya bentuk rumah adat Tongkonan sekarang ini.
Dunia Atas Simbolik Karena atap melambangkan bagian atas
dan dianggap sebagai tempat suci untuk
menyimpan benda-benda pusaka
Dunia Tengah Simbolik Karena bagian badan melambangkan dunia
tengah yaitu dunia kehidupan manusia
yang berfungsi untuk tempat aktivitas
sehari-hari.
Dunia Bawah Simbolik Karena bagian kaki melambangkan dunia
bawah yaitu dunia yang dianggap kotor
sebagai kandang ternak.

Bentuk rumah panggung, yang bagian bawahnya dimanfaatkan untuk tempat berternak, dan
juga sebagai bentuk perlindungan dari serangan bintang buas. Serta orientasi arah mata angin
menjadi bagian penting dalam kehidupan suku Toraja yang mempengaruhi tata ruang.
Arah Mata Angin Simbolik, Alasan
Indeks, Ikon
Utara Indeks Rumah Tongkonan selalu menghadap
Utara, agar mendapat sirkulasi udara yang
baik, karena aliran angin wilayah Toraja
berhembus dari utara ke selatan.
Simbolik Suku Toraja memiliki kepercayaan bahwa
utara atau ‘Ulunna lang’, yang dipercayai
sebagai tempat yang paling mulia, dimana
tempat ‘Puang Matua’ (sang Pencipta alam
semseta) berada.

Timur Simbolik Arah terbitnya matahari, yang dipercayai


sebagai asal kehidupan dan kebahagiaan.
Sehingga pada bagian timur rumah menjadi
pusat kehidupan

Selatan Simbolik Diyakini sebagai lawan bagian yang mulia


yaitu tempat yang tidak baik dan
melepaskan emosi murka

Barat Simbolik Arah terbenamnya matahari, yang diyakini


sebagai lawan dari kehidupan dan
kebahagiaan adalah kematian, oleh karena
itu jenazah keluarga yang telah meninggal
di letakkan di bagian barat rumah

Pembuatan rumah adat Tongkonan, tidak terlepas dari nilai budaya sosial kepercayaan
masyarakat Toraja. Berikut beberapa persoalan yang ada di Rumah Tongkonan karena
kepercayaan masyarakat sekitar
Simbolik, Alasan Gambar
Indeks, Ikon
Atap Perahu Simbolik Atap yang memiliki
bentuk yang menonjol
menyerupai perahu ini
digunakan pada rumah
Tongkonan sebagai
pengingat bahwa leluhur
masyarakat Toraja
menaiki perahu hingga
bisa sampai ke pulau
Sulawesi.
Hiasan Kepala Simbolik Penempatan hiasan
Kerbau tanduk kerbau ini adalah
sebagai penanda
kemewahan dan strata
sosial masyarakat Toraja.

Semakin banyak hiasan


tanduk kerbau yang
dipajang, itu berarti
semakin tinggi strata
sosial pemilik rumah
tersebut.
Banyaknya Simbolik Semakin banyak ukiran
ukiran dan dan warna dinding rumah,
warna pada maka semakin tinggi
dinding derajat pemilik rumah.
(Hitam, Putih,
Kuning,
Merah)
Warna Hitam Simbolik Melambangkan kematian
Warna Merah Simbolik Melambangkan
kehidupan
Warna Kuning Simbolik Melambangkan
kekuasaan Tuhan
Warna Putih Simbolik Melambangkan kesucian

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Hampir seluruh bagian dari Rumah Adat Tongkonan Tana Toraja merupakan simbolik yang
ditanamkan pada bangunanm dan memiliki arti/makna dan alasan-alasan yang tertuah dari
kepercayaan dan keyakinan masyarakat setempat, dengan tujuan untuk menghormati dan
melayani para leluhur mereka.

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi bentuk, warna, olah ruang, material yang tercipta
pada Rumah Adat Tongkonan, diantaranya adalah :
- Kepercayaan dan Keyakinan Masyarakat setempat
- Sumber Daya Alam terdekat
- Pengaruh historic dari para leluhur mereka
DAFTAR PUSTAKA

Vita, Rizka. Oktober, 2016. Tipologi Bangunan Toraja Rumah Adat Tongkonan. [Online]
https://rizkavita.wordpress.com/2016/10/27/tipologi-bangunan-toraja-rumah-adat-tongkonan/. Diakses pada 4
September 2019.
Wikipedia. Maret, 2019. Tongkonan. [Online] https://id.wikipedia.org/wiki/Tongkonan. Diakses pada 4
September 2019.
DetikTravel. Januari, 2017. Tongkonan Rumah Adat Toraja yang Penuh Simbol dan Makna. [Online]
https://travel.detik.com/domestic-destination/d-3407466/tongkonan-rumah-adat-toraja-yang-
penuh-simbol-dan-makna. Diakses pada 4 September.
Wahyu Utomo, Danang. November, 2001. Nilai-nilai Luhur Arsitektur Rumah adat “Tongkonan”, Toraja.
[Online].file:///C:/Users/clara/AppData/Local/Packages/Microsoft.MicrosoftEdge_8wekyb3d8bbwe/TempSt
ate/Downloads/134-289-1-SM%20(1).pdf. Diakses pada 4 September 2019.
Serupa.id. Februari, 2018. Semiotika – Komunikasi tanpa Kata, Pengertian Simbol dan Tanda-
tanda. [Online] https://serupa.id/semiotika-pengertian-simbol-dan-tanda-tanda/. Diakses pada
4 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai