Dosen Pengampu:
Prof. Ir. T. Yoyok Wahyu Subroto,
M.Eng, Ph.D
Misi
MENCIPTAKAN KAWASAN PURO PAKUALAMAN yang terintegrasi dilihat dari sistem kegiatan
kepariwisataan, infrastruktur kawasan dan pengembangan sosial budaya
Sebagai sektor ekonomi penting di Indonesia, pariwisata menempati urutan ke-empat dalam hal penerimaan devisa setelah
komoditi minyak dan gas bumi, batubara, serta minyak kelapa sawit pada tahun 2013, 2014, maupun 2015.
Berdasarkan PP Nomor 50 tahun 2011, telah ditetapkan 50 DPN yang tersebar di 33 provinsi dan 88 KSPN
yang tersebar di 50 DPN.
Peta Sebaran 50 DPN, 222 KPPN dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)
(Sumber: PP No 50 Tahun 2011 Tentang RIPPARNAS Tahun 2010 2025)
POSISI STRATEGIS KSPN KOTA YOGYAKARTA DAN SEKITARNYA DALAM PETA PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN
PARIWISATA NASIONAL
(Sumber: PP No 50 Tahun 2011 Tentang RIPPARNAS Tahun 2010 2025)
Puro Pakualaman Sebagai Bangunan Cagar Budaya
Dari nilai kesejarahan dan berbagai potensi tersebut maka Pura Pakualaman :
o Melalui Bappeda Kota Yogyakarta telah membuat Kajian Invetarisasi Kawasan Lindung
Budaya. Dari kajian ini, ada 8 kawasan KLB, yaitu Kotabaru, Jetis, Baciro, Klitren, Kraton,
Malioboro, Pakualaman dan Kotagede. Di dalam KLB ini terdapat bangunan BCB, BWB atau
yang diduga sebagai Warisan Budaya.
o SK Gubernur No. 186 / KEP / 2011 Tahun 2011 tentang Penetapan Kawasan Cagar Budaya,
salah satunya Puro Pakualaman
o Kawasan Pakualaman sebagai Kawasan Cagar Budaya Pakualaman dengan gaya arsitektur
tradisional Jawa dan Indisch dalam Peraturan Daerah DIY Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya.
50 DPN 88 KSPN
VISI MISI
Tujuan dan sasaran
Analisis Swot
Rekomendasi Pengembangan
Profil Kawasan
Kawasan Pakualaman merupakan kawasan yang memilliki sejarahnya tersendiri. Sejarahnya panjang
Kadipaten Pakualaman salah satunya nampak dari peninggalan-peninggalan fisikalnya yang mewujud
menjadi urban artifact. Seiring perubahan zaman Kawasan Pakualaman mendapatkan tantangan dengan
adanya pembangunan serta modernisasi yang berdampak pada berubah atau hilangnya komponen-
komponen urban artifact yang ada. Berubah atau hilangnya urban artifact tetunya berdampak pula pada
memudarnya sejarah yang menjadi identitas Kadipaten Pakualaman.
Bentuk nyata dari urban artifact Kawasan Pakualaman adalah adanya tata ruang yang khas sebagai bagian
dari kerajaan Jawa (Praja Kejawen) pecahan dari Kerajaan Mataram Islam. Tata ruang kerajaan tradisional
Jawa tentunya memiliki bentuk yang khusus dibandingkan dengan tata ruang kawasan yang lain. Sejarah
Pakualaman dapat ditelusuri melalui berbagai jenis data sejarah yang ada. Dari beragam sumber sejarah
yang ada, sumber yang berkaitan dengan tata ruang Pakualaman adalah peta-peta lama yang disusun oleh
orang-orang Belanda. Tidak ada peta yang secara spesifik menggambarkan Kawasan Pakualaman,
dikarenakan Pakualaman sendiri merupakan bagian dari Kota Yogyakarta dimana Kraton Kasultanan
Yogyakarta memiliki peran yang lebih besar dan dominan. Namun meskipun demikian, gambaran Kawasan
Pakualaman yang ada dalam peta-peta lama tersebut memberikan informasi yang memadai berkaitan
dengan sejarah tata ruangnya.
Profil Kawasan
Tahapan perkembangan menampakkan adanya unsur-unsur morfologi yang berkembang baik jaringan
jalan, tata guna lahan, dan bangunan pada tahun 1830 hingga 1870. Tahapan perkembangan terjadi pada
masa PA I hingga PA V. Tahapan perubahan berkaitan adanya perubahan-perubahan yang signifikan
terhadap tata ruang Kawasan Pakualaman. Perubahan ini terjadi pada tahun 1872 hingga 1946, terutama
terjadi pada masa PA V hingga PA VII. Perubahan ini membawa perubahan bentuk tata ruang yang
mendasar terhadap jaringan jalan, alun-alun Pakualaman, serta Istana Pakualaman. Adanya
perkembangan dan perubahan pada Kawasan Pakualaman sangat dipengaruhi oleh adanya peran Paku
Alam sebagai penguasa sekaligus penentu kebijakan perkembangan Kawasan Pakualaman. Perkembangan
dan perubahan yang signifikan terjadi pada masa Paku Alam V dan Paku Alam VII. Adanya beberapa faktor
eksternal seperti diterapkan beberapa kebijakan Pemerintah Hindia belanda, dari Politik Terbuka tahun
1870, Politik Etis, hingga reorganisasi agrarian swapraja memberikan dampak yang besar bagi wilayah
Yogyakarta dan wilayah Pakualaman khususnya. Pertumbuhan penduduk yang besar disertai dengan
pertumbuhan ekonomi yang pesat serta majunya pendidikan dengan munculnya beragam jenis sekolah,
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Kawasan Pakualaman.
Provinsi Kecamatan
D.I.Yogyakarta Pakualaman
AKSES MENUJU
PAKUALAMAN
PAKUALAMAN
PAKUALAMAN
AKSES MENUJU
PAKUALAMAN
PAKUALAMAN
ASET & JASA IPTEKS & TELEKOMUNIKASI
Perumahan R 16.43
Khusus KS 10.72
Perumahan R 15.44
Khusus KS 3.03
Kadipaten Pakualaman adalah salah satu dari empat Kerajaan Jawa (Praja
Kejawen), yang keempat kerajaan itu sama-sama berasal dari sebuah kerajaan
yang pernah berjaya di hampir seluruh pulau jawa dan sebagian di pulau
Kalimantan, yaitu Mataram Islam. Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari
1755 menjadikan wilayah Mataram terbagi menjadi dua wilayah kekuasaan
Susuhunan Surakarta dibagi menjadi dua wilayah. Yaitu Surakarta (Solo) dan
Mangkunegaran. Sementara itu, Yogyakarta juga telah terbagi menjadi dua
wilayah, yaitu Kasultanan Yogyakarta dan Pakualaman. Keempat
Vorstenlanden itu sendiri, yaitu Sultan, Sunan dan Adipati. Pakualaman
merupakan yang termuda dari keempat keraton yang berada di Jawa Tengah.
Seperti halnya dengan wilayah Mangkunegaran di Solo, yang didirikan oleh
dinasti Paku Buwono yang lebih muda, Pakualaman adalah kerajaan terpisah
dari kerajaan Yogyakarta. Walaupun terpisah dan merdeka mereka tetap
mengakui kesenioran kraton Yogyakarta Hadiningrat. Sistem pemerintahan
dalam Pakualaman mirip sekali dengan sistem pemerintahan di kraton, hal ini
dikarenakan Pakualaman muncul dari sebagian wilayah kesultanan dan para
penguasanya masih sedarah dengan parta kerabat kraton.
SEJARAH
1 PURO PAKUALAMAN
3 PUJASEWA
7 4
2 4 DALEM NOTORURAN
6 3 5 MUSEUM BIOLOGI
5 8 6 KAMPUNG WISATA
9
7 JAMU GINGGANG
8 PASAR SENTUL
9 MUSEUM SASMITALOKA
DAYA TARIK
WISATA
PURO PAKUALAMAN
Komponen utama pembentuk daya tarik wisata Puro Pakualaman terdiri dari bangunan cagar
budaya (BCB) yang meliputi:
Alun-alun Sewandana
Regol / Gapuro Danawara
Bangunan Sayap Barat Dan Timur
Pendapa Sewatama
Gedong Purworetno
Bangsal Parangkarsa
Ndalem Ageng Probosuyoso
Bangsal Sewarengga
Gandok Kulon
Gandok Wetan
Gedong Maerokoco
DAYA TARIK WISATA
KAWASAN PAKUALAMAN
GREBEG DI PAKUALAMAN
Seperti halnya Kraton Yogyakarta Pakualaman juga memiliki atraksi wisata dalam bentuk
Grebeg yang menjadi satu kesatuan rangkaian acara tradisi di Pakualaman yang terdiri dari:
Grebeg Besar
Grebeg Syawal
Grebeg Mulud
NOTOTARUNAN
NOTORARUAN merupakan kediaman Raja Pakualman dari I IV dimana dalam kawasan ini
terdapat berbagai macam peninggalanan masa lampu yang menjadi bangunan cagar budaya
MUSEUM BIOLOGI
Koleksi Museum Biologi UGM ini adalah berbagai macam flora dan fauna yang diawetkan.
Koleksi tersebut adalah sebagai berikut :
3.752 buah koleksi herbarium (awetan) dalam bentuk herbarium kering, herbarium basah,
kerangka, serta fosil.
70% merupakan preparat tanaman
30% lainnya berupa preparat hewan.
Otentifikasi
Fisik :
1. Langgam arsitektur
Kesan yang terpancar dari Pura Pakualaman adalah sederhana, penuh makna, terbuka, dan
modern. Atap gaya kampung srotong pada pintu masuk menunjukkan kesederhanaan. Simbol-
simbol yang dipakai menunjukkan bahwa kehidupan istana itu sarat dengan makna. Bangunan
arsitektur pakualaman menggabungkan gaya arab, hindu dan tradisional yang menunjukkan sifat
keterbukaan.
Non fisik:
1. Sejarah
Meskipun bagi penjajah merupakan bagian dari politikdevide et impera, munculnya Kadipaten
Pakualaman bagi kerabat keraton Jogjakarta tidak dipandang sebagai sebuah perpecahan. Pura
pakualaman masih mengakui eksistensi keraton Jogjakarta sebagai pendahulunya. Maka dari itu
orientasi bangunan pura pakualaman tidak menghadap ke arah selatan, melain ke arah Kraton
Jogjakarta.
2. Pakualaman sebagai destinasi wisata di jogja
Kadipaten Pakualaman sebagai istana saat ini berfungsi sebagai pusat kajian kebudayaan dan orientasi
nilai-nilai yang sekaligus menjadi bukti keterbukaan keluarga Kadipaten Pakulaman terhadap hal-hal
dan juga nilai-nilai yang sifatnya baru. Sehingga kemudian disekitar pakualaman muncul berbagai
macam kegiatan ekonomi baru yang diharapkan mampu menunjang okupansi pengunjung pura
pakuaman.
1. Hotel Kalingga
2. Hotel Rajadani
3. Hotel Puri Temenggung
4. Hotel Musafira
5. Hotel Respati
6. Hotel Sutomo
7. Hotel Familia Residence
8. Hotel Zest
9. Hotel Jambuluwuk
10. Hotwl Purwanggan
11. Omah Qu
12. Omah Cilik
13. Simply Homy Guest
14. Wisma Iraa
15. Ipienk House
2.000.000
WISATAWAN MANCANEGARA TAHUN 2019
Pura
Pakualaman
50% WISATAWAN
sebagai salah satu bangunan cagar
MANCANEGARA budaya dan obyek wisata budaya di
BERKUNJUNG DI YOGYAKARTA Kota Yogyakarta mengambil
SAMPAI PADA TAHUN 2019 peranan dalam target
kepariwisataan sebesar 30% dengan
asumsi perhitungan :
- 0,3 x 300.000 = 90.000;
1.000.000 wisatawan mancanegara yang
berkunjung di Pakualaman
WISATAWAN MANCANEGARA Tahun 2019
30% WISATAWAN
MANCANEGARA 300.000
BERKUNJUNG DI PAKUALAMAN WISATAWAN MANCANEGARA TAHUN 2019
SAMPAI PADA TAHUN 2019
PREDIKSI JUMLAH
KUNJUNGAN
ISU STRATEGIS
Tujuan :
1. Mempertahankan Puro Pakualaman sebagai kawasan cagar budaya, warisan dari masa lalu
yang dapat dilihat dan dirasakan saat ini, dan yang akan datang; Mengoptimalkan
pelestarian Puro Pakualaman sebagai warisan wisata dunia.
2. Meningkatkan daya tarik wisata di Kawasan Pakualaman;
3. Mewujudkan produk wisata di Kawasan Pakualaman (seni & budaya) yang inovatif dan
berdaya saing;
4. Memberdayakan masyarakat sekitar sebagai timbal balik dari kegiatan wisata
5. Memasarkan Kawasan Pakualaman secara efektif dan efisian dengan pemanfaatan teknologi;
6. Meningkatkan angka kunjungan wisman maupun wisnus namun mengupayakan
meminimalkan kerusakan baik fisik maupun non fisik;
TUJUAN & SASARAN
Sasaran :
Kriteria:
Dibangun kemitraan antara masyarakat dengan Tour Operator untuk memasarkan dan mempromosikan produk
kampung wisata antara lembaga masyarakat dan Dinas Pariwisata dan UPT.
Adanya pembagian adil dalam pendapatan dari jasa wisata budaya di masyarakat.
Organisasi masyarakat membuat panduan untuk turis. Selama turis berada di wilayah masyarakat, turis/tamu
mengacu pada etika yang tertulis di dalam panduan tersebut.
Wisata budaya memperjuangkan prinsip perlunya usaha melindungi pengetahuan serta hak atas karya
intelektual masyarakat lokal, termasuk: foto, kesenian, pengetahuan tradisional, musik, dll.
ISU-ISU STRATEGIS
INDONESIA YOGYAKARTA
2019 20.000.000 1.000.000
WISMAN
WISMAN
ISU STRATEGIS: Destinasi Pariwisata
TATA RUANG DAYA TARIK WISATA
1. Alih fungsi lahan maupun bangunan yang 1. Masih terbatasnya diversifikasi produk wisata
menghilangkan karakter khas Kota (masih terpusat di koridor Tugu Malioboro
Yogyakarta. Kraton).
2. Belum optimalnya implementasi tata 2. Terbatasnya daya tarik wisata malam (night
lingkungan dan bangunan untuk attractions) untuk mendorong lama tinggal
mendukung citra kawasan dan wisatawan.
kepariwisataan wilayah. 3. Terbatasnya daya tarik wisata untuk segmen
internasional untuk mendorong lama tinggal
wisman dan meningkatkan daya saing
destinasi wisata DIY.
ISU STRATEGIS: Destinasi Pariwisata
AKSESIBILITAS & PRASARANA WILAYAH FASILITAS UMUM & FASILITAS PARIWISATA
1. Kemacetan lalu lintas pada waktu weekend 1. Masih terbatasnya pengembangan ruang
maupun peak season. publik kota yang nyaman, memperkuat
2. Keterbatasan area parkir untuk mendukung identitas dan karakter Yogyakarta sebagai
kemudahan mobilitas wisatawan di destinasi destinasi pariwisata budaya.
wisata. Sistem jaringan infrastruktur kota 2. Masih terbatasnya ketersediaan fasilitas
belum secara terpadu menghubungkan antar umum pendukung wisata (seperti : lavatory,
daya tarik wisata shelter, dsbnya) di simpul dan koridor wisata
3. Distribusi amenitas pariwisata di setiap daya utama.
tarik wisata belum merata
4. Terbatasnya jalur pejalan kaki maupun akses
bagi diffable untuk kemudahan dan
kenyamanan kunjungan wisata.
ISU STRATEGIS: Destinasi Pariwisata
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INVESTASI DI BIDANG PARIWISATA
-
PERLINDUNGAN PENGEMBANGAN BANGAN PEMANFAATAN
9. Penetapan KCB Kotagede oleh Gubernur DIY (SK Gub. DIY No. 186 / KEP / 2011
2011)
Apa yang sudah dilakukan
Rehabilitasi/Konservasi Tahun
Rehabilitasi dan Konservasi Masjid Mataram Kotagede 2002
2. Sosialisasi Sadar Lestari BCB & KCB (dengan mengaktifkan masyarakat 2004, 2005, 2007,
sebagai pendata BCB) 2008
E. Publikasi
EXTERNAL
OPPURTUNITIES ( O) S-O W-O
1. Wisatawan tertarik untuk mengunjungi atau 1. Pengembangan sistem transportasi antar kawasan 1. Peningkatan kualitas abdi dalem dalam
menjelajah perkampungan di sekitar Pura heritage di jogja menunjang kegiatan pariwisata .
Pakualaman. 2. Pengembangan pelaksanaan kerjasama dalam 2. Pelatihan kewirausahaan untuk masyarakat
2. Kehidupan sosial para abdi dalem Puro penyelenggaraan kegiatan kebudaayaan setempat.
Pakualaman. 3. Pengembangan produk pariwisata yang lebih inovatif
dalam menarik kunjungan wisatawan mancanegara
LINGKUNGAN
EXTERNAL
OPPURTUNITIES ( O) S-O W-O
1. Program pembangunan dan pengembangan 1. Optimalisasi penggunaan Alun-alun Sewandana 1. Perbaikan sistem manajemen IMB di
kawasan wisata yang ramah lingkungan sebagai ruang terbuka hijau (RTH) kawasan Pakualaman
2. Filosofi jawa terhadap pohon beringin di 2. Pengembangan jalur pedestrian dan pembangu- 2. Penambahan RTH di setiap bangunan
alun-alun swedanan nan ruang terbuka hijau baru di kawasan Pura
Pakualaman
3. Konservasi tanaman budaya seperti pohon
beringin dan tanjung
Menciptakan produk pariwisata yang Pengembangan kawasan wisata pakualaman dengan fungsi baru sebagai communal space dan
inovatif dan terintegrasi dengan Pura area foodcourt
Pakualaman Tersusunnya program-program pariwisata yang inovatif
Meningkatkan daya tarik wisata di Pengembangan fasilitas dan atraksi penunjang kegiatan pariwisata
Kawasan Pura Pakualaman Pembangunan atraksi baru dengan melibatkan potensi wisata di sekitar Pura Pakualaman
Peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkait
Memberdayakan masyarakat sekitar Peningkatan kualitas abdi dalem dalam menunjang kegiatan pariwisata
sebagai timbal balik dari kegiatan wisata Peningkatan partisipasi masyarakat dalam menunjang kegiatan pariwisata
Pengembangan kewirausahaan di bidang pariwisata bagi masyarakat lokal
Mengintegrasikan Pura Pakualaman Pengembangan sistem transportasi antar kawasan heritage di jogja
dengan destinasi wisata lain di sekitarnya Pengembangan paket wisata yang terintegrasi dengan obyek wisata di sekitar pakualaman dan
dengan kawasan lain seperti Kraton, Kotagede, Kotabaru serta Malioboro
1. Pembuatan atraksi pendukung baru dan inovasi atraksi pendukung eksisting dikawasan Pura Pakualaman
sebagai penambah daya tarik
ALOKASI WAKTU
I II III IV Estimasi
PROGRAM KEGIATAN SEKTOR UNIT
(1-5 th) (5-10 th) (10-15 th) (15-20 th) biaya
ALOKASI WAKTU
I II III IV Estimasi
PROGRAM KEGIATAN SEKTOR UNIT biaya
(1-5 th) (5-10 th) (10-15 th) (15-20 th)
ALOKASI WAKTU
ALOKASI WAKTU
ANDONG
Berdasarkan sumber dar BLH,
data intensitas RTH publik pada
kawasan pakualaman tahun 2013
termasuk kategori rendah dengan
luas wilayah 63.05 ha, total RTH
publik hanya mencapai 4.73 ha.
1. Zona Pengembangan
Fasilitas, berisi pusat
penelitian, TIC
Perpustakaan dan tempat
kajian, ruang serba guna,
galeri, museum.
Akomodasi Penginapan
5 (homestay) sebagai embrio
untuk meningkatkan jumlah
4 wisman berkunjung ke
1 pakualaman
3 1. Omah Qu
2. Omah Cilik
2 3. Simply Homy Guest
4. Omah Iraa
5. Ipienk House
Adanya homestay di
Kawasan Pakualaman,
dapat menjadi embrio
untuk menumbuhkan
homestay baru di kawasan
pakualaman, dengan
banyaknya homestay baru
diharapkan dapat
meningkatkan jumlah
wisman-wisnus yang
berkunjung ke Pakualaman.
REKOMENDASI
PENGEMBANGAN
Jogja ditetapkan sebagai kota Batik Dunia. Penetapan ini membuat kota dengan sejarah batik yang kuat ini mulai
berkembang dan hidup. Hal ini yang terlihat di Jogja Internasional Batik Biennale (JIBB) 2016 di Jogja Expo Center
(JEC). Acara ini memamerkan karya batik di belahan nusantara dan empat anjungan keraton, mulai dari Kasunanan
Solo, Mangkunegaran, Pakualaman, dan Keraton Ngayogyokarto.
REKOMENDASI PENGEMBANGAN Sekitar Puro Pakualaman sebagai pembatas bercitra budaya.
Kawasan Pakualaman sebagai Obyek pembangunan daya tarik
REKOMENDASI PENGEMBANGAN
wisata sejarah dan budaya.