Tujuan Ulasan
Pneumonia ialah salah satu penyakit infeksi terbesar yang bertanggung jawab
pada sebagian besar mortalitas dan morbiditas di seluruh dunia. Gambaran radiologis
memainkan sebuah peran yang sangat penting dalam mengevaluasi dan menatalakasana
pasien pasien dengan pneumonia. Wacana ini mengulas inovasi terbaru saat ini pada
diagnosis radiologis dan manajemen dari pasien pasien yang dicurigai dengan infeksi
paru.
Penemuan Terbaru
Radiografi dada merupakan salah satu alat pencitraan yang paling banyak
digunakan pada pneumonia dikarenakan ketersediaannya yang banyak dan rasio hemat
biaya yang sangat baik. Computed Tomography wajib dilakukan pada kasus kasus yang
tidak terselesaikan atau ketika dicurigai adanya suatu pneumonia. Pada banyak kasus,
sebuah pola radiologis yang khas dapat menunjukan diagnosis. Pneumonia bakterial
diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok utama: Community Acquaired Pneumonia
(CAP), pneumonia aspirasi, healthcare-associated pneumonia (HCAP), Hospital
Acquired Pneumonia (HAP) dan Ventilator Acquired Pneumonia (VAP)]. Pola
radiografis dari pneumonia yang didapatkan dari komunitas mungkin dapat bervariasi
dan biasanya terkait dengan agen penyebab. Pneumonia aspirasi melibatkan lobus
bawah dengan warna opaq yang bilateral dan multicentre. Pola radiologis dari
pneumonia terkait pelayan kesehatan dan pneumonia yang didapatkan dari rumah sakit
sangat bervariasi, tapi yang paling umum ialah yang menunjukan gambaran difus
multifocal serta adanya efusi pleura.
Kesimpulan
Kombinasi dari pengenalan pola dan pengetahuan tentang latar belakang klinis
merupakan pendekatan yang paling penting pada interpretasi radiologis tentang
pneumonia. Gambaran radiologis akan mempersempit diagnosa banding dan akan
menjadi alat yang baik dalam melakukan pemeriksaan follow-up.
Kata Kunci: pneumonia bakterial, pneumonia nosokomial, pneumonia, computed
tomography pulmonar.
PENDAHULUAN
Penemuan gambaran radiologis yang umum didapatkan pada CAP terdiri dari
ruang udara yang terkonsolidasi pada satu segmen lobus, yang dibatasi oleh permukaan
pleura (Gambar 1). Pola pneumonia lobaris dan bronkopneumonia sering terjadi pada
pneumonia pneumococcal [12]. Efusi pleura yang kecil sangat umum terjadi dan
biasanya bersifar reaktif. CT Scan mungkin dapat menunjukan tambahan tampilan
ground glass, nodul nodul sentrilobular, penebalan dinding bronkial, dan struktur
percabangan sentrilobular.
Mycoplasma pneumonia sering terjadi pada anak anak, remaja, dan dewasa
dibawah usia 40 tahun. Kejadian infeksi ini bervariasi tetapi juga makin meningkat
selama terjadinya epidemik. Tampilan radiografis juga beragam; namun, dua gejala
klinis utama dan sekelompok gambaran radiologis telah diidentifikasi [13,14]. Salah
satu pola ialah adanaya penyakit ruang udara unilateral atau bilateral dengan
penyebatran di lobus atau di segmen paru, pola yang lain ialah tampilan infiltrat nodus
retikular yang bilateral. Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa tidak ada pola
radiografis yang dominan serta keterlibatan dasar paru akan sering dijumpai.
C.pneumoniae memiliki tampilan yang sama dengan M.pneumoniae. Sedangkan
L.pneumoniae ialah organisme yang bertanggung jawab pada penyakit Legionnaires
atau biasa disebut penyakit Legionella pneumonia. Penyakit ini mungkin mudah
menyebar, dikarenakan wabah terjadi berasalkan dari kolonisasi bakteri di penyejuk
udara, pelembab udara, dan sistem pengaliran air. Gejala klinis dari Legionella yaitu
seperti diare, sakit kepala, mialgia, dispnea, dan batuk. Pemeriksaan radiografis pada
penyakit ini ditemukan adanya konsolidasi segmental di perifer [15] (gambar 2). Pada
penyakit ini kemungkinan juga ada keterkaitan lobus.
CAP mungkin memiliki beberapa pola yang tidak biasa. Tampilan bundar pada
gambaran Pneumonia menggambarkan adanya massa pada pulmonar yang mungkin
dapat terlihat, terutama pada anak anak [16]. Infiltrat bilateral khususnya terdapat pada
pasien pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik dan pasien pasien dengan CAP.
Terkadang, pasien pasien ini memberikan gambaran pola linear yang akan menyulitkan
kita dalam menyingkirkan etiologi etiologi lain.
Pneumonia Aspirasi
Inhalasi bakteri dari orofaring atau lambung ke dalam laring serta saluran
pernafasan bawah akan menyebabkan pneumonia aspirasi. Inhalasi kandungan lambung
yang steril akan menyebabkan pneumonitis aspirasi. Aspirasi pneumonia juga dapat
disebabkan dari inhalasi kandungan material di orofoaring yang berisikan kolonisasi
bakteri (Gambar 3). Gejala dapat disebabkan oleh adanya gangguan kesadaran atau
adanya kesulitan saat menelan. Tampilan radiografis sangatlah bervariasi. Pola yang
paling umum ialah adanya gambaran opaq multicenter yang bilateral; penyebaran ke
perihilar dan basal mungkin dapat terjadi, terutama pada paru paru sebelah kanan. [18].
HAP terjadi setelah perawatan di rumah sakit selama lebih dari 48 jam.
Organisme yang paling umum menybabkan penyakit ini ialah basil Gram-negatif
(Enterobacter, Escherichia coli, Pseudomonas aureginosa) dan kokus Gram-positif
(S.aureus, Streptococcus pneumoniae). Juga sering terjadi, HAP dianggap disebabkan
oleh berbagai jenis macam mikroba. Banyak faktor resiko yang mempengaruhi HAP
seperti usia, derajat keparahan penyakit yang mendasarinya, lama rawatan inap, dan
tindakan tindakan invasive yang dilakukan [21-23]. Pneumonia biasanya sering ditemui
pada unit rawatan intensive (ICU) pada pasien pasien yang menggunakan ventilasi
mekanik dan juga berkaitan dengan tingginya angka kematian (10%-50%) [24].
Menariknya, VAP yang terjadi selama 5 hari awal penggunaan ventilasi biasanya
disebabkan oleh Strep.pneumoniae, H. influenzae, M. catarrhalis dan, terkadang bakteri
anaerobes; sebaliknya, VAP yang didapatkan setelah 5 hari penggunaan ventilasi
biasanya disebabkan P. aeruginosa, Acinetobacter atau spesies Enterobacter, atau S.
Aureus yang resisten terhadap methicillin. Pola radiografik juga cukup bervariasi;
HCAP dan HAP biasanya berupa gambaran difus atau konsolidasi multilobular yang
bilateral. Efusi pleura biasanya tidak terkait dengan penyakit ini [25]. (Gambar 4)
Gangren pulmonar ialah sebuah bentuk kavitas yang langka, yang mana akan
menghasilkan nekrotisasi dan setelah itu akan menimbulkan formasi kavitas yang luas;
hal ini biasanya terjadi secara sekunder akibat dari trombosis pembuluh darah paru.
Pneumococcus dan Klabsiella, juga Aspergilus, merupakan agen agen bakteri yang
paling umum menyerang pasien immunocompromised [26]. Infeksi staphylococcal juga
terkait dengan pneumatocele, sebuah ruang kistik yang bisa saja tunggal atau banyak,
yang mana umum kita jumpai pada anak-anak [12,17].
Pembesaran lobus dengan penonjolan dari fissura intra lobaris biasanya terkait
dengan pneumonia Klabsiella, yang mana umum kita jumpai pada orang dengan
riwayat konsumsi alkohol, mengenai lobus bagian atas dan merupakan penyebab
tersering terjadinya ‘tanda penonjolan fissura/bulging fissure sign’ yang terkenal.
Rata rata 20%-60% dari pasien pasien yang dirawat inap dengan pneumonia
bakterial juga akan terkena efusi pleural parapneumonic. Kebanyakan dari efusi ini
bersifat reaktif dan dapat diatasi dengan terapi antibiotik. Namun, dalam 5%-10% kasus,
efusi menjadi sulit ditangani dan akan berlanjut menjadi emfisema [27]. Pencitraan
dekubitus seharusnya dilakukan, dan jika ketebalan lapisan cairan pleura lebih besar
dari 10 mm, thorakosintesis harus segera dilakukan. Jika pasien tidak menunjukan
perbaikan dengan terapi, pertimbangkan untuk mengulang X-ray dada dalam 12-24 jam
untuk melihat apakah ada peningkatan efusi pleura. Pasien pasien seperti ini butuh
dilakukan thorakosintesis berulang dengan beberapa pertimbangan.
Pneumonia Virus
Pneumonia virus memiliki pola radiologis yang terdiri dari nodul yang tidak
berbatas tegas, nodul ruang dan udara (4-10mm), adanya tampilan ground glass patchy
area dari peribronkial, serta terdapatnya konsolidasi ruang dan udara. Hiperinflasi juga
biasanya terjadi terkait dengan adanya bronkiolitis. Pneumonia dapat menjadi parah
yang mana dapat kita lihat dari konfluens yang cepat dari konsolidasi yang mana akan
berdampak menjadi kerusakan alveolus yang difus, yang mana terdiri dari konsolidasi
homogenous atau konsolidasi ruang dan udara yang bersifat unilateral atau bilateral, dan
tampilan ground glass, serta tampilan nodul centrilobular yang tidak berbatas tegas.
Baru baru ini, wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) telah
dilaporkan terjadi di Cina, Hong Kong, dan Kanada. Penyakit ini dikarakteristikan
dengan sifat alami nya yang sangat infeksius , penurunan fungsi klinis yang cepat, serta
kecendrungan nya dalam melibatkan pekerja pelayan kesehatan. Rontgen thorak serial
merupakan pilihan penyelidikan awal dalam mendiagnosis kondisi ini. Penyakit ini
menunjukan gambaran opaq dengan dasar pleural perifer baik unilateral ataupun
bilateral [31]. Dalam beberapa kasus lanjutan, gambaran opaq yang tersebar luas di
kedua paru dapat kita jumpai. Efusi pleura biasanya tidak terkait dengan kondisi ini.
Gambaran CT dengan resolusi yang tinggi dapat menunjukan gambaran ground glass
opaq baik dengan atau tanpa penebalan interstitium interlobular, konsolidasi, atau
kombinasi keduanya. CT scan resolusi tinggi adalah pemeriksaan yang lebih sensitive
daripada radiografi dada dan juga CT scan menampilkan karakteristik kelainan secara
detail. CT scan thorak juga mungkin memainkan sebuah peran penting, tidak hanya
dalam hal deteksi dan karakterisasi penyakit, tapi juga dalam memonitor perjalanan
penyakit dan respon penyakit terhadap terapi yang diberikan, serta dalam
mengidentifikasi komplikasi [32]. Pneumomediastinum juga dapat terjadi dan
merupakan komplikasi nyata dari penyakit SARS.
Meskipun sangatlah berharga, data klinis dan temuan radiografis mungkin dapat
gagal dalam menetapkan diagnosis pneumonia yang pasti. Hal ini terjadi dikarenakan
demam mungkin terkait dengan penyakit paru yang dicetuskan obat obatan, pneumonia
eusinofilik, dan vaskulitis pulmonar. Selain itu, edema pulmonar dan perdarahan
mungkin juga akan menghasilkan penyakit pulmonar yang terlokalisir dan menyebar di
lobaris atau segmental. Kesulitan mungkin akan dapat terjadi pada saat membedakan
sindroma gagal nafas akut dengan pneumonia, dan terutama ketika kedua penyakit
tersebut memang ada secara bersamaan. Rontgen thorak harus dilakukan kapan saja
ketika seorang pasien dicurigai dengan pneumonia. Ini merupakan sebuah pemeriksaan
yang penting dalam mendeteksi tampilan infiltrat baru dan untuk memonitor respon
terapi terhadap pasien [11-14]. Radiografi dada juga memainkan sebuah peran dalam
menilai perluasan penyakit dan dalam mendeteksi adanya komplikasi seperti kavitas,
abses, pneumothorak, dan efusi pleura.
Bagaimana dengan pasien pasien yang datang ke rumah sakit dan dicurigai
dengan CAP tapi memberikan gambaran rontgen thorak yang normal? Basi et al. [37]
meneliti 2706 pasien dewasa dengan metoda kohort berdasarkan populasi yang datang
ke rumah sakit dan dicurigai pneumonia. Mereka membagi pasien atas ada atau
tidaknya tanda penegak diagnosis pneumonia pada rontgen thorak mereka. Pasien tanpa
tanda pneumonia pada rontgen mereka memiliki hasil biakan sputum yang mirip (32%
dibandingkan 30%) dan biakan darah (6% dibandingkan 8%). Dengan demikian, tidak
adanya temuan radiologis seharusnya tidak menghalangi diagnosa dan pemberian
antibiotik empiris pada pasien pasien yang menderita trakeobronkitis bakterial.
CT Scan Pulmonar
CT scan resolusi tinggi yang didapatkan dari 114 pasien (56 pasien
immunocompetent, 56 pasien immunocompromised) menunjukan tidak ada ditemukan
konsolidasi ruang dan udara pada pasien dengan pneumonia viral dan Pneumocystis
carinii pneumonia (9%), tapi sebaliknya pada pasien pneumonia bakteria sebanyak
(85%), M.pneumoniae sebanyak (79%), dan pneumonia fungal (75%) [38]. Perluasan
area ground glass yang simetris dan bilateral terdapat pada 95% kasus pasien dengan
P.carinii pneumoni. Nodul centrilobular hanya sedikit ditemukan pada pneumonia
bakterial yaitu sebanyak (17%) kasus, daripada yang ditemukan pada M.pneumonia
sebanyak (96%) kasus, pada virus sebanyak (78%) kasus, dan pneumonia fungal
sebanyak (92%) kasus [38].
CT scan resolusi tinggi dapat menjadi sangat berguna pada pasien pasien yang
menderita gejala gejala respiratorik tapi gambaran radiografisnya tidak ada kelainan;
dibutuhkan informasi tambahan pada temuan radiografis, atau lihat penyakit parenkim
atau penyakit pleural yang muncul bersamaan. CT scan juga dapat sangat bermanfaat
dalam menuntun arahan diagnostik seperti penggunaan bronkoskopi atau biopsi paru
[35,37,41,42] (Gambar 11). Terlepas dari ketidakmampuan CT scan sebagai penegak
diagnosis yang spesifik, CT scan dapat sangat berguna dalam membedakan penyakit
parenkim paru apakah itu disebabkan infeksi ataupun non-infeksi.
CT Scan Mobile
Membuat penelitian tentang CT scan tersedia pada satu titik perawatan berarti
bahwa pasien pasien yang sakit berat hanya akan menghadapi sedikit kesulitan dan
kesulitan yang biasa terjadi diakibatkan karena adanya beberapa pemindahan. Banyak
pasien di ICU sakit kritis dan tidak stabil secara fisiologis [43]. Pemindahan pasien
menuju ruang CT scan di bagian radiologi di rumah sakit akan memberikan resiko
penurunan kestabilan fisiologis pasien lebih jauh atau dapat menyebabkan kecelakaan
teknis yang mana pada akhirnya juga dapat menyebabkan cedera sekunder dan
menghalangi pasien dalam menerima terapi yang adekuat, yang mana juga dapat
memperburuk keadaan. Selain itu, selama wabah infeksi, layanan CT scan dapat
diberikan di dekat tempat perawatan agar pelayan kesehatan dapat memberikan isolasi
ketat terhadap pasien; yang mana hal ini terjadi pada saat epidemik SARS. CT scan
Mobile hanya tersedia baru baru ini, maka dari itu pengalaman dalam menggunakannya
di ICU masih sangat terbatas [44]. CT scan Mobile terbaru ini dapat dengan mudah
digerakan dan dipindahkan agar dekat dengan ranjang pasien yang dirawat. Dengan alat
ini, memungkinkan kita dalam memindai pasien yang berisirahat di meja atau ranjang
yang tidak bergerak. Sedangkan untuk melindungi staf pekerja dan pasien lain dari
pajanan radiasi, dapat digunakan pelindung radiasi yang juga dibuat mobile/bebas
digerakan.
KESIMPULAN
GAMBAR 5: Kavitas pada lobus bawah kiri pada pasien dengan pneumonia
nosokomial Gram-negative (Pseudomonas)
GAMBAR 6: Pneumonia Influenza pada pasien usia tua yang lemah, yang mana pasien
ini tidak mendapatkan vaksin influenza
GAMBAR 9: Tampilan klinis dari pneumonia bawah kiri terbukti ialah sebuah infark
pulmonar yang diperiksa dengan menggunakan CT scan spiral.
GAMBAR 10: Persetujuan pengamat yang buruk terhadap CAP yang terjadi pada pasien
Cardiomyopathy dan Sepsis.
Gambar 11: VAP pada pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome
sangatlah sulit untuk didiagnosa, maka dari itu membutuhkan hubungan
klinis dan radiologis