Isi PBL SK 1 Blok 4.3
Isi PBL SK 1 Blok 4.3
a. Skenario
SKENARIO 1
Benjolan di Dahi
b. Klarifikasi Istilah
STEP 1
1. Pustula = suatu lesi bentuk nodul yang berisi nanah.
2. Nodul multiple eritomatous = adalah nodul banyak lebih dari 1 dan kemerahan.
d. Analisis Masalah
STEP 3
1. Karena :
a. Tidak ada keseimbangan lingkungan dan host ( imun menurun )
b. Inflamasi ( edema menyebabkan benjolan, histamin gatal )
c. Bertambah banyak → patogen berfloriferasi → menyebar
d. Necrotic plug menggaruk → menyebar
e. Pustul ( inflamasi epidermis )
2. Diagnosis :
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang
3. Diagnosis banding :
a. Acne vulgaris, Acne juvenilis, Acne infatil
b. Pioderma
c. Folikulitis
d. Furonkulosis
e. Multiple abses
4. Faktor resiko :
a. Higienitas
b. Imun menurun( gizi, anemia, penyakit kronis )
c. Haid
d. Makanan yang berlemak,dan manis
e. Internal: herediter
f. External: higienis, lingkungan dan cuaca (dingin; staphyloccocus, panas :
streptoccocus)
3
STEP 4
1. A. Bentuk primer
B. Bentuk sekunder
- suhu panas --> pori terbuka --> invasi --> inflamasi --> makrofag--> pus dekat
dengan kulit --> pustula
- pus --> benjolan --> tergores --> pecah --> menyebar --> kemerahan hilang.
- Radang --> eksudasi : supurasi --> nodul --> purulensi --> pus --> pustul -->
fluktuasi --> sistem imun --> radang central selesai --> necrotic central.
5
2. A. Acne vulgaris:
Warna merah, pus di tengah karna produksi serum meningkat /hormon (haid)
/ bakteri peni bakterium acnes --> flora normal di kelenjar polisebasea trigliserida
pecah --> as. Lemak bebas meningkat --> inflamasi
C. impetigo:
1. Krusta --> awal makula, warna beda ,vesikel / cairan --> pecah --> erosi
2. Bulosa --> muncul vesikel , tidak mudah pecah tapi besar --> bula
D. Folikulitis
E. Furunkelitis
F. Turbunkel
Lesi lebih dalam lagi ,nodul eritomatosa seperti kerucut (wajah, badan ,
ketiak. Abses folikular , PMN meningkat.
DX : pioderma purunkel
6
3. Sudah jelas
4. Sudah jelas
5.A. Topikal :
- penetrasi ke kulit melewati stratum kulit --> papila dermis --> darah
Nonmedika mentosa :
- injeksi (glukokortikoid)
-sulfur asalisilat
Prinsip pengobatan ini adalah : 1. membunuh penebabnya,2. jika ringan beri terapi
topikal, 3. jika berat berikan sistemik ,4. simptomatik ,5. mencegah penyebaran
kuman dan lesinya.
7
Mind Map
Etiologi
Diagnosis
INFEKSI KULIT
Banding
Tatalaksana
Penegakan diagnosis
Anamnesis Farmakologi
Nonfarmako
Pemeriksaan Pemeriksaan
fisik penunjang
e. Sasaran Belajar
STEP 5
1. Macam macam benjolan kulit dan patofisiologinya
2. Diagnosis banding pada kasus
3. Farmakologik Dermatologik
f. Belajar Mandiri
STEP 6
Belajar mandiri
g. Penjelasan
STEP 7
1. Macam-macam benjolan kulit dan patofisiologinya
Ujud Kelainan Kulit Primer
a. Makula
8
Suatu lesi datar yang berbatas tegas, berupa perubahan warna semata-
mata. Lesi kulit yang datar dimana terjadi perubahan warna kulit yang
dapat berbatas tegas atau samar dibandingkan dengan kulit sekitarnya
dengan ukuran kurang dari 0,5 cm. Makula hiperpegmentasi terjadi karena
peningkatan sekresi melanin. Makula hipopigmentasi terjadi karena
penurunan atau tidak adanya sintesis melanin. Sedangkan makula eritem
terjadi karena dilatasi pembuluh darah, eksravasasi el-sel darah merah
kepermukaan kulit. 1
b. Urtika
Edema setempat yang bersifat sementara, timbul mendadak dan hilang
perlahan-lahan, biasanya oval atau arkuata, berwarna merah muda atau
merah. 1
c. Papul
Suatu massa padat sirkumskrip, menonjol diatas permukaan kulit, diameter
kurang dari 0,5 cm dan dapat terjadi pada dermis dan epidermis kulit,
berbentuk kubah, kerucut, datar atau berumbilikasi. Papul bisa terjadi
karena deposit metabolik, infiltrat terbatas pada dermis, dan hiperplasi
lokalisata elemen seluler epidermis dan dermis. 1
d. Plakat
Lesi berupa peninggian pada kulit menyerupai permukaan bidang yang
elatif luas dibanding ketebalan kulitnya. Terjadi karena beberapa papul
bergabung menjadi satu dan papul juga bia terjadi karena garukan yang
berulang. 1
e. Nodus
Suatu massa padat sirkumskip yang lebih besar dari papul, dapat menonjol
terletak dikutan atau subkutan dengan diameter lebih dari 1 cm. Bila
diameter kurang dari 1 cm disebut nodulus. 1
f. Vesikel
Gelembung yang berisi cairan serum, diameter kurang dari 0,5 cm.
Mempunyai dasar dan atap. Letak superfisial bila berada diepidermis.
9
a. Skuama
Adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat
halus sebagai taburan tepung, maupun lapisan tebal dan luas sebagai
lembaran kertas. Dapat dibedakan, misalnya pitiriasiformis (halus),
psoriasiformis (berlapis-lapis), iktiosiformis (seperti ikan), kutikular
(tipis), lamelar (berlapis), membranosa atau eksfoliativa (lembaran-
lembaran), dan keratotik (terdiri atas zat tanduk). 2
b. Krusta
adalah cairan badan yang mengering. Dapat bercampur dengan jaringan
nekrotik, maupun benda asing (kotoran, obat, dan sebagainya). Warnanya
ada beberapa macam: kuning muda berasal dari serum, kuning kehijauan
berasal dari pus, dan kehitaman berasal dari darah. Dapat terjadi ketika
papul, pustul, vesikel, bula mengalami ruptur atau pecah, cairan atau
bahan-bahan yang terkandung di dalamnya akan mengering. 2
krusta dapat terjadi ketika serum, darah, atau eksudat purulen kering di
permukaan kulit. krusta dapat tipis, halus, dan krusta berwarna kuning
12
ketika terbentuk dari serum kering; hijau atau kuning hijau ketika
terbentuk dari eksudat pus; atau coklat, merah gelap, atau hitam saat
terbentuk dari darah. Krusta pada superfisial berwarna seperti warna madu.
Ketika eksudat timbul di seluruh epidermis maka akan menimbulkan kerak
yang tebal dan menempel, dan jika disertai nekrosis jaringan yang lebih
dalam (misalnya dermis), kondisi ini biasanya dikenal dengan ektima. 3
c. Telangiektasis
Pelebaran kapiler yang menetap pada kulit. 2
d. Erosi
Kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui
stratum basal yaitu sampai stratum spinosum. Kulit tampak menjadi cerah
dan keluar cairan serosa, misalnya pada dermatitis kontak. Terjadi karena
adanya trauma sehingga terjadi pemisahan lapisan epidermis dengan
laserasi ruptur vesikel atau bula dan nekrosis epidermal. Contoh bila kulit
digaruk sampai stratum spinosum akan keluar cairan sereus dari bekas
garukan. 2
Pada erosi hanya kehilangan pada bagian epidermis, tidak melibatkan
dermis. Jika pada ulkus selalu sembuh dengan pembentukan scar, berbeda
dengan erosi yang sembuh tanpa pembentukan scar. Erosi memiliki batas
yang tajam dan merah. Pada erosi superfisial, yang melibatkan lapisan
13
subkorneum atau melalui epidermis, dan erosi yang lebih dalam yang
dasarnya adalah badan papil. Kecuali pada abrasi fisik, erosi biasanya
terjadi di intraepidermal atau subepidermal. 3
e. Ekskoriasi
Ekskoriasi adalah kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris sehingga
kulit tampak merah disertai bintik-bintik perdarahan. Ditemukan pada
dermatitis kontak dan ektima. Terjadi karena adanya lesi yang gatal
sehingga digaruk dan dapat menyebabkan perdarahan. Bila garukan lebih
dalam lagi sehingga tergores sampai ujung papil, maka akan terlihat darah
yang ke luar selain serum. Kelainan kulit yang disebabkan oleh hilangnya
jaringan sampai dengan stratum papilare disebut ekskoriasi. 2
f. Ulkus
Ulkus adalah hilangnya bagian kulit di bagian dermis atau lebih dalam ke
subkutis dan selalu terjadi perubahan secara patologi. Ulkus biasanya
merupakan fenomena sekunder. Perubahan jaringan secara patologi
memunculkan ulkus di perbatasan atau dasar ulkus dan sangat membantu
dalam menentukan penyebabnya. Keterangan lain yang dapat membantu
adalah memiliki batas yang meningkat, tidak dapat ditentukan, keras atau
basah; loka ulkus; dapat dilepas; dan dikumpulkan bentuknya berdasarkan
bentuknya seperti nodul, ekskoriasi, varikositis, distribusi rambut, terdapat
14
g. Likenifikasi
Penebalan kulit sehingga relief atau garis-garis lipatan kulit tampak lebih
jelas. Terjadi karena perubahan kolagen pada bagian superfisial dermis
menyebabkan penebalan kulit. 2
h. Fisura
Fisura adalah celah linear yang menghubungkan epidermis atau ke dalam
dermis. Lesi ini bisa tunggal atau ganda dan bervariasi dari berukuran
mikroskopis hingga beberapa sentimeter. celah bisa kering atau lembab,
merah, lurus, melengkung, tidak beraturan, atau bercabang. Fisura paling
sering terjadi ketika kulit menebal dan tidak elastic yang berasal dari
inflamasi dan kekeringan, terutama di saerah yang sering mengalami
pergerakan. Daerah seperti itu seperti ujung dan lipatan dari ibu jari, jari-
jari, dan telapak tangan, tepi tumit, celah antara jaringan tangan dan kaki,
15
pada sudut mulut, bibir, dan sekitar hidung, telingan dan anus. Saat kulit
kering, paparan produk dingin, angi, air, dan pembersih (sabun, detergen)
dapat menghasilkan sensasi menyengat, terbakar. 2
i. Scar/ sikatriks
Scar merupakan pergantian jaringan fibrosa pada kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh ulkus atau persembuhan luka. 3
Terdiri atas jaringan tak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan kulit
licin dan tidak terdapat adneksa kulit. Sikatriks dapat atrofik, kulit
mencekung dan dapat hipertrofik, yang secara klinis terlihat menonjol
karena kelebihan jaringan ikat. Bila sikatriks hipertrofik menjadi
patologik, pertumbuhan melampaui batas luka disebut keloid (sikatriks
yang pertumbuhan selnya mengikuti pertumbuhan tumor), dan ada
kecenderungan untuk terus membesar. Terjadi karena proliferasi jaringan
fibrosa digantikan oleh jaringan kolagen setelah terjadinya luka atau
ulserasi. 2
j. Atrofi
Hal ini mengacu pada pengurangan beberapa atau seluruh lapisan kulit.
Bentuk epidermal dimanifestasikan sebagai penipisan epidermis yang
menjadi transparan, kehilangan tekstur kulit dan seperti lembaran hitam
(paper-cigarete). Penurunan jaringan ikat retikuler dermis sehingga
menyebabkan penekanan permukaan kulit yang reversibel. Pada atrofi
16
k. Eksantema
Kelainan pada kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat, dan tidak
berlangsung lama, umumnya didahului oleh demam. 2
l. Roseola
Eksantema yang lentikular berwarna merah tembaga pada sifilis dan
frambusia. 2
m. Purpura
Purpura adalah ekstravasasi sel darah merah (eritrosit) ke kulit dan selaput
lendir (mukosa), dengan manifestasi berupa macula kemerahan yang tidak
hilang pada penekanan. Kadang-kadang purpura dapat diraba (palpable
purpura). Purpura secara perlahan-lahan mengalami perubahan warna,
mula-mula merah kemudian menjadi kebiruan, disusul warna coklat
kekuningan dan akhirnya memudar dan menghilang. 2
nantinya pustul akan menjadi pus dan menjadi jaringan yang nekrotik dan
setelah memecah dan menjadi fistel. Pengobatan untuk purunkel sama seperti
yang lainya kelainan pada kulit seperti antibiotik topikal dan apabila telah
menyebar dan banyak menggunakan antibiotik sistemik. 5
2) Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan atau inflamasi folikel rambut yang dapat
disebabkan oleh suatu infeksi, iritasi zat kimia atau cedera fisik. Inflamasi bisa
terjadi di bagian permukaan atau superfisial bahkan bagian yang lebih dalam
atau profunda dari folikel rambut. Folikulitis termasuk kasus yang sering
ditemukan di antara berbagai macam penyakit peradangan pada kulit. 5
B. Etiologi
a. Folikulitis bakteri :
~ Staphylococcus aureus
Periporitis Staphylogenes
Superfisial : Folikulitis stafilokokkus dan Bockhart impetigo
Profunda : Sycosis, furunkel, karbunkel
~ Pseudomonas aeruginosa (“Hot Tub” Folliculitis)
~ Folikulitis gram negatif
~ Folikulitis sifilitik
b. Folikulitis fungal
~ Dermatophytic folliculitis : Tinea kapitis, Tinea barbae, Majocchi
granuloma.
~ Folikulitis pityrosporum
~ Folikulitis kandida
c. Folikulitis viral
~ Folikulitis virus herpes simplex
~ Follicular molluscum contagiosum infestation
~ Demodicidosis. 5
19
a. Epidemiologi
Folikulitis kronik di kaki dilaporkan banyak terjadi terutama pada laki-
laki dewasa muda di India. Gejala berupa pustul folikular superfisial dan
profunda yang berlangsung selama bertahun-tahun dan resisten terhadap
pengobatan. Tidak ditemukan kelainan sistemik. Dermatitis pustular atropikan
pada kaki dilaporkan sebesar 0.5% dari penyakit kulit di Lagos, Afrika Barat
memperlihatkan kondisi yang serupa. Kasus ini terutama terjadi pada laki-laki
di area permukaan tibialis anterior kaki, ada yang sampai ke paha dan lengan.
Pustul miliar diikuti dengan luka yang atrofi. 5
b. Gejala Klinis
Tempat predileksi di tungkai bawah. Kelainan berupa papul, pustul yang
eritematosa dan di tengahnya terdapat rambut, biasanya multipel. Pada
Folikulitis yang disebabkan oleh S.aureus gejala dapat terjadi pada semua
bagian permukaan tubuh tetapi ditemukan paling umum pada kepala dan leher
(terutama perioral, kulit kepala, dan daerah jenggot), aksila, pangkal paha, dan
bokong. Folikulitis yang melibatkan bulu mata disebut hordeolum. Jika
ditemukan di daerah kemaluan, mungkin terjadi melalui transmisi seksual.
Lesi primer berupa papula eritematosa dan mudah pecah berwarna
kekuningan, pustula berbentuk kubah putih dengan rambut di tengah,
meskipun ujung rambut tidak selalu terlihat. Karakteristik sekunder dapat
berupa krusta, skuama dan ekskoriasi.
meskipun sebagian besar sering tanpa gejala, lesi folikulitis bisa gatal,
terutama di daerah yang tersumbat. Lesi dapat sembuh tanpa jaringan parut.
Dalam banyak kasus folikulitis umum, gejala-gejala sistemik tidak
ditemukan. Pada pasien berkulit gelap, eritema klasik dapat terlihat sedangkan
pada pasien berkulit terang samar-samar. 5
c. Gambaran Histopatologis
Pada gambaran histopatologis follikulitis superfisial, tampak populasi sel
neutrofil yang memfiltrasi bagian infundibulum pada folikel rambut. Pada
folikel rambut tampak edematosa dengan sebukan sel-sel radang akut.
20
3) Karbunkel
Gabungan dari furunkel – furunkel disebut dengan karbunkel. Penyakit ini
disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan sering menyebar pada anak-anak
dan juga dewasa. Tempat predileksi panyakit ini hampir sama dengan furunkel
yaitu di aksila, bokong, dan tengkuk.Efloresensi berupa makula eritematosa
kemudian menjadi nodula lentikular hingga numular. Lokalisasi secara
regional dengan bentuk dan keberadaan fistul yang dikeluarkan sekret putih. 5
4) Hidradenitis
Hidradenitis suppurativa adalah penyakit kulit kronis yang ditandai dengan
oklusi (sumbatan) dari folikel rambut dan peradangan selanjutnya dari kelenjar
keringat.
Lesi terjadi paling sering pada area kontak kulit-ke-kulit: di bawah lengan
(daerah aksila), di selangkangan, sekitar bokong, di daerah sekitar anus dan alat
kelamin, dan di kulit antara dan di bawah payudara. Pada wanita, area ketiak,
selangkangan, dan payudara paling sering terkena. Pria paling sering lesi HS di
sekitar anus dan di bawah lengan dan mungkin juga memiliki HS di belakang
leher dan belakang dan di sekitar telinga. 5
22
Definisi
Tanpa perhatian medis, HS biasanya menjadi lebih parah dari waktu ke waktu.
Itu menjadi lebih menyakitkan, dan itu lesi menjadi lebih besar dan bisa
terbuka, mengeluarkan cairan tebal berbau busuk yang mungkin bercampur
darah. Kemudian, abses yang lebih dalam berkembang dan dapat terhubung
satu sama lain di bawah kulit untuk membentuk saluran seperti terowongan
(Sinus). Bakteri tumbuh di dalam sinus-sinus ini, yang kemudian mengalirkan
cairan ke permukaan kulit. Pada orang yang telah memiliki saluran sinus untuk
beberapa waktu, bentuk bekas luka yang terasa seperti tali di bawah kulit.
Dalam kasus terburuk, jaringan saluran sinus dapat terbentuk lebih dalam di
tubuh, termasuk otot dan jaringan lain. Banyak orang dengan HS berat
memiliki bekas luka yang dapat membatasi kemampuan mereka untuk dengan
bebas menggerakkan lengan atau kaki mereka. 5
• Hurley tahap I: satu atau lebih abses hadir, tetapi tidak ada saluran sinus yang
terbentuk dan tidak ada bekas luka telah dikembangkan
• Hurley tahap II: satu atau lebih abses hadir yang sembuh dan kambuh; saluran
sinus dan jaringan parut terlihat
• Hurley tahap III: seluruh area tubuh terlibat; beberapa abses dan saluran sinus
interkoneksi hadir. 5
23
Etiologi
Akhirnya, aktivitas dan kondisi tertentu tampaknya terkait dengan HS. Meski
tidak ada bukti itucfaktor-faktor ini sebenarnya menyebabkan HS,
mengendalikan tampaknya mengurangi jumlah HS flare-up yang pasien miliki.
Faktor-faktor yang paling sering dikaitkan dengan HS termasuk:
• Merokok
• Kegemukan / obesitas
Sangat penting untuk mengetahui bahwa HS tidak menular, dan itu tidak
disebabkan oleh kebersihan yang buruk, nutrisi yang buruk, atau kelebihan
berat badan. 5
24
Penatalaksanaan
• Keparahan penyakit
• Tingkat penyakit
• Lokasi lesi
Sejumlah metode bedah yang berbeda telah dikembangkan yang berguna untuk
pasien tertentu di bawah keadaan khusus. Selain itu, banyak perawatan medis
telah dicoba — beberapa dengan lebih sukses dari yang lain. Tidak ada obat
yang efektif untuk semua pasien, dan Anda dan dokter Anda mungkin harus
mencoba beberapa agen atau kombinasi agen yang berbeda sebelum Anda
menemukan rencana perawatan yang paling sesuai untuk Anda.
Tujuan terapi dengan obat-obatan yang topikal (digunakan pada kulit) atau
sistemik (diminum) adalah:
Beberapa jenis obat yang umum digunakan adalah pencuci kulit antibakteri dan
antibiotik topikal mencegah infeksi sekunder dan suntikan kortikosteroid ke
dalam lesi untuk mengurangi peradangan. Obat lain yang dapat digunakan
termasuk retinoid, hormon, agen imunosupresif (seperti metotreksat), obat
antidiabetes metformin, dan obat-obat anti-inflamasi biologis seperti infliximab
dan adalimumab. 5
25
Meskipun tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa berhenti merokok dan
menurunkan berat badan meningkatkan HS, keduanya faktor memiliki efek
negatif pada kesehatan secara keseluruhan. Juga, penurunan berat badan dapat
membantu mencegah HS dari memburuk — yang lebih kecil area kontak kulit-
ke-kulit (dan, karenanya, berkeringat dan menggosok), semakin kecil target
untuk perkembangan lesi HS. 5
• Hindari trauma kulit (seperti bercukur di area, seperti ketiak, di mana terjadi
jerawat)
• Cuci kulit Anda dengan lembut, dengan menggunakan zat pembersih yang
direkomendasikan oleh dokter Anda; pembersih seperti pencucian peroksida
benzoyl, yang digunakan oleh pasien dengan jerawat, mungkin cocok untuk
banyak pasien
• Jagalah agar kulit tetap dingin (menjadi terlalu panas dan berkeringat dapat
menyebabkan suar HS). 5
26
• Untuk mengurangi rasa sakit kista atau nodul, gunakan kompres panas selama
10 menit setiap kali (gunakan bersih kain lap atau teh celup yang direndam
dalam air panas)
5) Abses
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi
nanah.
Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula. Abses dapat
terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan
infeksi dari daerah leher. 5
Definisi
Merupakan inflamasi lokal akut atau kronik yang ditandai dengan akumulasi pus
dalam jaringan. 5
Etiollogi
Gambaran Klinis
Tatalaksana
6) Impetigo
1.1 Definisi
Impetigo secara klinis didefinisikan sebagai penyakit infeksi menular pada
kulit yang superfisial yaitu hanya menyerang epidermis kulit, yang menyebabkan
terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula) seperti tersundut
rokok/api. Penyakit ini merupakan salah satu contoh pioderma yang sering
dijumpai di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Terdapat dua jenis impetigo
yaitu impetigo bulosa yang disebabakan oleh Stafilokokus aureus dan non-bulosa
yang disebabkan oleh Streptokokus β hemolitikus. Dasar infeksinya adalah
kurangnya hygiene dan terganggunya fungsi kulit. 5
1.2 Epidemologi
Di Amerika Serikat, kurang lebih 9 ± 10 % dan anak-anak yang datang ke
klinik kulit menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan adalah sama. Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang
terbanyak (kira-kira 90%) adalah impetigo bullosa yang terjadi pada anak yang
berusia kurang dan 2 tahun. Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan
lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai
usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Sekitar
70% merupakan impetigo krustosa.nsiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh
dunia. Paling sering mengenai usia 2-5 tahun, umumnya mengenai anak yang
belum sekolah, namun tidak menutup kemungkinan untuk semua umur dimana
frekuensi laki-laki dan wanita sama. Di Amerika Serikat, merupakan 10% dari
masalah kulit yang dijumpai pada klinik. Kebanyakan kasus ditemukan di daerah
tropis atau beriklim panas serta pada negara-negara yang berkembang dengan
tingkat ekonomi masyarakatnya masih tergolong lemah atau miskin. 5
Penelitian pada tahun 2005 menunjukkan S. aureus sebagai pathogen terbanyak
yang menyebabkan baik impetigo bulosa dan impetigo non bulosa pada Amerika
dan Eropa, sementara itu Streptococcus pyogenes pada negara berkembang.
Kebanyakan infeksi bermula sebagai infeksi Streptokokus tetapi kemudian
28
1.3 Etiologi
Organisme penyebab adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus beta-
hemolyticus grup A (dikenal dengan Streptococcus pyogenes), atau kombinasi
keduanya. Staphylococcus dominan ditemukan pada awal lesi. Jika kedua kuman
ditemukan bersamaan, maka infeksi streptococcus merupakan infeksi penyerta.
Kuman S. pyogenes menular ke individu yang sehat melalui kulit, lalu kemudian
menyebar ke mukosa saluran napas. Berbeda dengan S. aureus, yang berawal
dengan kolonisasi kuman pada mukosa nasal dan baru dapat ditemukan pada
isolasi kuman di kulit pada sekitar 11 hari kemudian.
Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang
terinfeksi). Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain
setelah menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah
atau tempat penitipan anak dan juga pada tempat dengan higiene yang buruk atau
tempat tinggal yang padat penduduk. 5
b. Menurunnya daya tahan tubuh; misalnya karena kekurangan gizi, anemia, atau
penyakitpenyakit tertentu seperti penyakit kronis, neoplasma ganas, dan
diabetes mellitus
c. Telah ada penyakit lain di kulit; karena terjadi kerusakan di epidermis, maka
fungsi kulit sebagai pelindung akan terganggu. 5
berikan salep antibiotik atau cairan antiseptik. Jika bula vesikel banyak maka
berikan pula antibiotic sistemik. 5
1.7 GejalaKlinis
Impetigo dapat timbul sendiri (primer) atau komplikasi dan kelainan lain
(sekunder) baik penyakit kulit (gigitan binatang, vanisela, infeksi herpes simpleks,
dermatitis atopi) atau penyakit sisteniik yang menurunkan kekebalan tubuh
(diabetes melitus, HIV) 3.
a. Impetigo Bulosa
Vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter <0,5cm) yang timbul sampai
bulla (gelembung berisi cairan berdiameter >0,5cm) kurang dan 1 cm pada
kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya
vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna keruh
Atap dan bulla pecah dan meninggalkan gambaran ‘collarette’ pada pinggirnya.
Krusta ‘varnishlike’ terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan
memperlihatkan dasar yang merah dan basah
33
b. Impetigo Krustosa
Awalnya berupa wama kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan
padat dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm.
Lesi papul segera menjadi menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna
keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan
keropeng/koreng berwarna kuning madu dan lengket yang berukuran <2cm
dengan kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan disekelilingnya.
Lesi muncul pada kulit normal atau kulit yang kena trauma sebelumnya atau
mengikuti kelainan kulit sebelumnya (skabies, vasisela, dermatitis atopi) dan
dapat menyebar dengan cepat.
Lesi berada sekitar hidung, mulut dan daerah tubuh yang sering terbuka
(tangan dan kaki).
Kelenjar getah bening dapat menbesar dan dapat nyeri
Lesi juga menyebar ke daerah sekitar dengan sendirinya (autoinokulasi)
Jika dibiarkan tidak diobati maka lesi dapat menyebar terus karena tindakan
din sendiri (digaruk lalu tangan memegang tempat lain sehingga mengenai
tempat lain).
Lalu dapat sembuh dengan sendininya dalarn beberapa minggu tanpajaringan
parut.
34
Walaupun jarang, bengkak pada kaki dan tekanan darah tinggi dapat ditemukan
pada orang dengan impetigo krustosa sebagai tanda glomerulonefritis (radang
pada ginjal) akibat reaksi tubuh terhadap infeksioleh kuman Sfreptokokus
penyebab impetigo. 5
1.10 Terapi
Tujuan pengobatan impetigo adalah menghilangkan rasa tidak nyaman dan
memperbaiki kosmetik dan lesi impetigo, mencegah penyebaran infeksi ke orang
lain dan mencegah kekambuhan
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Syarat pengobatan yang baik adalah pengobatan harus efektif, tidak mahal dan
memiliki sedikit efek samping. Antibiotik topikal (lokal) menguntungkan
karena hanya diberikan pada kulit yang teriafeksi sehingga meminimalkan efek
samping. Kadangkala antibiotik topikal dapat menyebabkan reaksi sensitifitas
36
pasa kulit orang-orang tertentu. Pada lesi yang terlokalisir maka pemberian
antibiotik topilcal diutamakan. Karena antibiotilc topikal sama efektiffiya
dengan antibiotik oral. Pilihan antibiotik topikal adalah mupirocin 2% atau
asam fusidat. Antibiotilc oral disimpan untuk kasus dimana pasien sensitif
terhadap antibiotik topikal, lesi lebih luas atau dengan penyakit penyerta yang
berat.Penggunaan disinfektan topikal tidak direkomendasikan dalam
pengobatan impetigo.Obat topikal yang diberikan mupirocin 2% diberikan di
kulit yang terinfeksi 3x sehari selania tiga sampai lima hari. Antibiotik oral
yang dapat diberikan adalah Amoxicillin dengan asam kiavulanat;
cefuroxime;cephalexin; dieloxacillin; atauenitromiein selama 10 hari. 5
1.11 Komplikasi
Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam dua minggu walaupun tidak
diobati. kómplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi Streptokokus terjadi pada
1-5% pasien terutama isia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan
antibiotik. Gejala berupa bengkak tekanan darah tinggi, terdapat urin seperti
warna teh. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun gejala-gejala
tadi muncul. 5
1.12 Pencegahan
Kebersihan sederhana dan perhatian dapat mencegah timbulnya impetigo
Seseorang yang sudah terkena impetigo atau gejala-gejala infeksi/peradangan
Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS) membuthkan perawatan medik
dan jika perlu dimulai dengan ,pemberian antibiotik secepat mungkin untuk
mencegah menyebamya infeksi ke orang lain. Penderita impetigo harus diisolasi,
dan dicegah agar tidak terjadi kontak dengan orang lain minimal dalam 24 jam
setelah pemberian antibiotik.
Adapun pencegahan yang harus di lakukan yaitu
1.Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis kontak dengan
pasien, terutama apabila terkena luka.
2.Jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita
37
3.Bersihkan dan lakukan desinfektan pada mainan yang mungkin bisa menularkan
pada orang lain, setelah digunakan pasien
4.Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun
dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif)
5.Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap
pendek dan bersih
6.Jauhkan diri dari orang dengan impetigo
7.Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang
lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari atau pe
ngering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan disinfektan.
8.Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang
terinfeksi dan cuci tangan setelah itu. 5
1.13 Prognosis
Secara umum prognosis dari penyakit ini adalah baik jika dilakukan
pengobatan yang teratur, meskipun dapat pula komplikasi sistemik seperti
glomerulonefritis dan lain-lain. Lesi mengalami perbaikan setelah 7-10 hari
pengobatan. 5
7) Ektima
2.1 Definisi
yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini adalah hygiene yang kurang,
menurunnya daya tahan tubuh, atau jika telah ada penyakit lain di kulit. 5
2.2 Epidemiologi
Ektima merupakan penyakit kulit berupa ulkus yang paling sering terjadi
pada orang-orang yang sering bepergian (traveler). Pada suatu studi kasus di
Perancis, ditemukan bahwa dari 60 orang wisatawan, 35 orang (58%) diantaranya
mendapatkan infeksi bakteri, dimana bakteri terbanyak yang ditemukan
yaitu Staphylococcus aureusdan Streptococcus B-hemolyticus grup A yang
merupakan penyebab dari penyakit kulit impetigo dan ektima. Dari studi kasus ini
pula, ditemukan bahwa kebanyakan wisatawan yang datang dengan ektima
memiliki riwayat gigitan serangga (73%).5
39
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
Gejala sistemik dan lokal dimediasi oleh superantigens (SA). Antigen ini
bekerja dengan cara berikatan langsung pada molekul HLA-DR (Mayor
Histocompability Complex II (MHC II)) pada antigen-presenting cell tanpa
adanya proses antigen. Walaupun biasanya antigen konvensional memerlukan
interaksi dengan kelima elemen dari kompleks reseptor sel T, superantigen hanya
memerlukan interaksi dengan variabel dari pita B. Aktivasi non spesifik
40
Penyakit ini dimulai dengan suatu vesikel atau pustul di atas kulit yang
eritematosa, membesar dan pecah (diameter 0,5 – 3 cm) dan beberapa hari
kemudian terbentuk krusta tebal dan kering yang sukar dilepas dari dasarnya.
Biasanya terdapat kurang lebih 10 lesi yang muncul. Bila krusta terlepas,
tertinggal ulkus superficial dengan gambaran “punched out appearance” atau
berbentuk cawan dengan dasar merah dan tepi meninggi. Lesi cenderung menjadi
sembuh setelah beberapa minggu dan meninggalkan sikatriks. Biasanya lesi dapat
ditemukan pada daerah ekstremitas bawah, wajah dan ketiak. 5
Gambar 2.9 Tahapan ektima. Lesi dimulai sebagai sebuah pustule yang
kemudian pecah membentuk ulkus. 5
Gambar 2.10 Ektima. Ulkus dengan krusta tebal pada tungkai pasien yang
menderita diabetes dan gagal ginjal. 5
2.6 Diagnosis
42
a. Anamnesis
Pasien biasanya datang dengan keluhan luka pada anggota gerak bawah.
Pasien biasanya menderita diabetes dan orang tua yang tidak peduli dengan
kebersihan dirinya. 5
b. Pemeriksaan fisik
Gambar 2.13 Pada Lesi ektima yang diangkat krustanya akan terlihat ulkus yang
dangkal. 5
c. Pemeriksaan penunjang
Gambar 2.15 Folikulitis superfisialis. Pustul multiple terlihat pada daerah jenggot.
5
Gambar 2.16 Impetigo. Eritema dan krusta pada seluruh daerah centrofacial. 5
2.8 Komplikasi
2.9 Penatalaksanaan
a. Nonfarmakologi
b. Farmakologi
Sistemik
Topikal
Pengobatan topikal digunakan jika infeksi terlokalisir, tetapi jika luas maka
digunakan pengobatan sistemik. Neomisin, Asam fusidat 2%, Mupirosin, dan
Basitrasin merupakan antibiotik yang dapat digunakan secara topikal. 5
47
Neomisin merupakan obat topikal yang stabil dan efektif yang tidak
digunakan secara sistemik, yang menyebabkan reaksi kulit minimal, dan memiliki
angka resistensi bakteri yang rendah sehingga menjadi terapi antibiotik lokal yang
valid. Neomisin dapat larut dalam air dan memiliki kestabilan terhadap perubahan
suhu. Neomisin memiliki efek bakterisidal secara in vitro yang bekerja spektrum
luas gram negatif dan gram positif. Efek samping neomisin berupa kerusakan
ginjal dan ketulian timbul pada pemberian secara parenteral sehingga saat ini
penggunaannya secara topical dan oral. 5
Edukasi
2.10 Prognosis
Pencegahan
8) Eritrasma
DEFINISI
GEJALA KLINIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lampu Wood’s merupakan salah satu alat bantu diagnostik untuk eritrasma.
Daerah yang terinfeksi menunjukkan fluoresensi berwarna
TATA LAKSANA
49
Untuk eritrasma yang terlokalisir, khususnya pada sela-sela jari kaki, sabun dan
gel benzon peroksida 5% merupakan terapi yang efektif pada sebagian besar
kasus. Klindamisin atau eritromisin (solusio 2%) atau krim azol, merupakan
beberapa pilihan agen topikal yang efektif.
Untuk eritrasma yang luas, eritromisin oral mempakan terapi yang efektif.
Eritromisin 4x250 mg diberikan selama satu minggu. Klaritromisin 1g dosis
tunggal juga dapat digunakan. 5
PROGNOSIS
9) Lepra
Definisi
Epidemiologi
Manifestasi Klinis
Terdapat beberapa spektrum klinis kusta (lihat Tabel 1) dengan gejala, profil
bakteriologis, dan imunologis yang berbeda (lihat Tabel 2 dan Tabel 3). Ragam
manifestasi klinis tersebut sangat dipengaruhi oleh imunitas seluler penderita.
Imunitas seluler yang baik akan memberikan gambaran klinis ke arah tuberkuloid.
sedangkan imunitas seluler yang rendah akan memberikan gambaran ke arah
lepromatosa. Apabila penyakit mengenai saraf perifer, gejala klinis akan sesuai
dengan nervus yang terkena. Kemudian, dilakukan pemeriksaan pembesaran saraf
perifer, konsistensi, dan nyeri tekan dari nervus perifer. Saraf yang perlu diperiksa
yaitu N. fasialis. N. aurikularis magnus, N. radialis, N. ulnaris, N. medianus. N.
poplitea lateralis, dan N. tibialis posterior. 5
Diagnosis
juga dapat diambil dari sekret hidung melalui nose blow di pagi hari, atau mukosa
hidung dengan menggunakan kapas lidi. 5
Disinfeksi lesi dan jepit area yang akan dikeruk dengan ibu jari dan
telunjuk hingga iskemik sehingga hanya sedikit darah yang keluar:
Pemeriksaan Histopatologis
Pada pasien dengan sistem imunologik seluler yang tinggi, akan tampak
gambaran tuberkel. Tuberkel terdiri atas sel epiteloid, sel datia Langhans dan
limfosit. Pasien dengan sistem imunologik seluler yang rendah, tampak sel
Virchow atau sel lepra atau sel busa yang merupakan bentuk histiosit yang tidak
mampu memfagositosis M. leprae dan bahkan dijadikan sebagai tempat untuk
berkembang biak.
Diagnosis Banding
Reaksi Kusta
Reaksi kusta merupakan episode akut dari perjalanan kronis penyakit. Terdapat
dua jenis, yaitu Eritema Nodosum Leprosum (ENL) dan reaksi reversal.
ENL. Timbul pada tipe LL dan BL dan merupakan reaksi imun humoral
yang terjadi biasanya pada tahun kedua pengobatan. Reaksi ini muncul
karena banyaknya basil lepra yang mati dan hancur sehingga banyak
antigen yang tersebar dan memicu reaksi imun humoral. Pada ENL tidak
terjadi perubahan tipe.
53
Reaksi reversal. Terjadi pada tipe BL, BB, BT dan berhubungan dengan
hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi ini terjadi akibat peningkatan sistem
imun seluler yang mendadak, umumnya terjadi pada 6 bulan pertama
pengobatan. Pada reaksi reversal terjadi perubahan tipe penyakit. 5
Tata Laksana
1. Terapi Farmakologis
Alur serta regimen pengobatan kusta berbeda pada tipe MB dan BB (lihat
Gambar 1). Ada tiga obat lini pertama yang digunakan, yaitu dapson,
rifampisin, serta klofazimin. Masing-masing obat memiliki indikasi serta
efek samping yang harus diwaspadai.
Dapson (Diaminodifenil sulfon/DDS). Prinsip pemberiannya adalah tidak
boleh diberikan sebagai monoterapi, harus dikombinasikan dengan
pengobatan lain. Dosis yang diberikan ialah 1-2 mg/KgBB per hari (lihat
Gambar 1). Efek samping yang dapat timbul berupa nyeri kepala, erupsi
obat, anemia hemolitik, leukopenia, insomnia, neuropati perifer, sindrom
DDS, nekrolisis epidermal toksik, hepatitis, hipoalbuminemia, serta
methemoglobinemia.
.Rifampisin. Digunakan sebagai salah satu kombinasi DDS dengan dosis
10 mg/KgBB diberikan setiap hari atau setiap bulan. Efek samping yang
dapat timbul berupa hepatotoksik, nefrotoksik, gejala gastrointestinal, flu-
like syndrome, dan erupsi kulit.
Klofazimin, dosis awal adalah 300 mg/bulan, dilanjutkan dengan 50
mg/hari, atau 100 mg selang sehari atau 100 mg 3 kali/minggu. Efek
sampingnya adalah warna kecoklatan pada kulit, warna kekuningan pada
sklera yang akan menghilang setelah 3 bulan obat dihentikan. Dalam dosis
tinggi dapat menyebabkan efek samping gastrointestinal.
54
2. Terapi Non-Farmakologis
Pasien kusta secara rutin perlu menjaga kebersihan diri, terutama pada
regio yang mengalami penurunan fungsi neurologis. Tangan atau kaki
yang anestetik dapat direndam setiap hari selama 10-15 menit. Lesi kalus
atau kulit keras di sekitar ulkus dapat diabrasi, paling baik dilakukan oleh
tenaga medis dengan bilah skapel. Selanjutnya, untuk menjaga nutrisi dan
kelembapan yang adekuat pada kulit, dapat diberikan pelembab topikal;
lstirahatkan regio yang terlihat kemerahan atau melempuh. Hindari
tekanan yang berlebihan pada regio lesi, misalnya dengan elevasi tungkai
saat istirahat atau mencegah berjalan kaki dalam jangka waktu yang lama;
Untuk mencegah dan menangani komplikasi yang ada, dibutuhkan kerja
sama dengan bagian bedah ortopedi, podiatrist, neurologi, oftalmologi,
dan rehabilitasi medik. 5
Komplikasi
55
Prognosis
10) Erisipelas
DEFINISI
Erisipelas merupakan bentuk selulitis superfisial yang mengenai pembuluh
limfe dan disebabkan oleh Streptokokus betahemolitikus grup A ( Jarang
ditemukan streptococcus grup C dan G) dan jarang yang disebabkan oleh
S.aureus. Erisipelas dapat terjadi pada semua usia dan semua bangsa atau ras ,
namun paling sering terjadi pada bayi, anak dan usia lanjut. Sekitar 85 %
Erysipelas terjadi di kaki dan wajah, sedangkan sebagian kecil dapat terjadi di
tangan, perut dan leher serta tempat lainnya. 5
ETIOLOGI
56
FAKTOR PREDISPOSISI
Erysipelas terjadi oleh penyebaran infeksi yang diawali dengan berbagai
kondisi yang berpotensi timbulnya kolonisasi bekteri, misalnya: luka, koreng,
infeksi penyakit kulit lain, luka operasi dan sejenisnya, serta kurang bagusnya
hygiene. Selain itu, Erisipelas dapat terjadi pada seseorang yang mengalami
penurunan daya tahan tubuh, misalnya: diabetes millitus, malnutrisi (kurang
gizi), dan lain-lain. 5
GEJALA KLINIS
Erisipelas pada umumnya diawali dengan gejala-gejala prodormal,
yaitu panas, menggigil, sakit kepala, nyeri sendi, muntah dan rasa lemah.
Pada kulit nampak kemerahan, berbatas tegas dengan bagian tepi meninggi,
nyeri dan teraba panas pada area tersebut. Di permukaan kulit adakalanya
dijumpai gelembung kulit (bula) yang berisi cairan kekuningan (seropurulen).
Pada keadaan yang berat, kulit nampak melepuh dan kadang timbul erosi (kulit
mengelupas).Biasanya menyerang wajah, ekstremitas atas atau bawah, badan
dan genitalia. Kelenjar getah bening di sekitar daerah yang terinfeksi, sering
membesar dan terasa nyeri. 5
DIAGNOSA BANDING
57
Selulitis
Pada penyakit ini terdapat infiltrat yang difus pada subkutan dengan tanda-
tanda radang akut
Urtikaria
Pada urtikaria warna merah akan hilang dengan penekanan
Furunkulosis
Biasanya nyeri, berbentuk seprti kerucut dan berbatas tegas. 5
PENGOBATAN
Penisilin merupakan obat pilihan untuk erisipelas. Biasanya digunakan
Procaine. Penicilline G 600.000-1200000 IU IM atau dengan pengobatan
secara oral dengan penisilin V 500mg setiap 6 jam, selama 10-14 hari. Pada
anak-anak Penisilin G prokain,untuk berat badan <30 kg: 300,000 U/d ,
sedangkan >30kg: dosis seperti pada orang dewasa . Untuk Penicillin VK:
<12 years: 25-50 mg/kg/hr PO dibagi tid / qid; tidak melebihi 3 g /hr,
sedangkan >12 tahun: dosis seperti pada orang dewasa. Perbaikan secara
umum terjadi dalam 24-48 jam tetapi penyembuhan lesi kulit memerlukan
beberapa hari. Pengobatan yang adekuat minimal selama 10 hari.Pada
penderita yang alergi terhadap penisilin diberikan eritomisin (dewasa 250-500
gram peroral; anak-anak: 30-50 mg/kgbb/ hari tiap 6 jam) selama 10 hari.
Dapat juga digunakan klindamisin (dewasa 300-450 mg/hr PO; anak-anak 16-
20 mg/kgbb/hari setiap 6- 8jam)Penderita dianjurkan istirahat (masuk rumah
sakit) atau bed rest total dirumah. Bila lokasi lesi pada tungkai bawah dan kaki,
maka bagian yang terserang ini ditinggikan. Secara lokal, dapat diberikan
kompres terbuka yaitu kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit.Bila
terdapat vesikula atau bulla dapat dikompres dulu dengan rivanol 1%, setelah
cairan mengering dilanjutkan dengan pemberian topikal antibiotika seperti
kombinasi basitrasin dan polimiksin B atau framisetin sulfa. 5
58
11) Sifilis
Etiologi
Treponema palidum masuk melalui selaput lendir yang utuh, atau kulit yang
mengalami abrasi, menuju kelenjar limfe, kemudian masuk ke dalam pembuluh
darah, dan diedarkan ke seluruh tubuh. Setelah beredar beberapa jam, infeksi
menjadi sistemik walaupun tanda-tanda klinis dan serolois belum jelas. Kisaran
satu minggu setelah terinfeksi Treponema palidum, ditempat masuk timbul lesi
primer berupa ulkus. Ulkus akan muncul selama satu hingga lima minggu,
kemudian menghilang.8,9,10 Uji serologis masih akan negatif ketika ulkus
pertama kali muncul dan baru akan reaktif setelah satu sampai empat minggu
berikutnya. Enam minggu kemudian, timbul erupsi seluruh tubuh pada
sebagian kasus sifilis sekunder. Ruam ini akan hilang kisaran dua sampai enam
minggu, karena terjadi penyembuhan spontan. Perjalanan penyakit menuju ke
tingkat laten, dimana tidak ditemukan tanda-tanda klinis, kecuali hasil
pemeriksaan serologis yang reaktif. Masa laten dapat berlangsung
bertahuntahun atau seumur hidup. 5
Stadium sifilis
Sifilis dalam perjalanannya dibagi menjadi tiga stadium yaitu sifilis stadium
primer, sekunder dan tersier yang terpisah oleh fase laten dimana waktu
bervariasi, tanpa tanda klinis infeksi. Interval antara stadium primer dan
59
sekunder berkisar dari beberapa minggu sampai beberapa bulan. Interval antara
stadium sekunder dan tersier biasanya lebih dari satu tahun.
Lesi awal sifilis berupa papul yang muncul di daerah genitalia kisaran tiga
minggu setelah kontak seksual. Papul membesar dengan ukuran 0,5 – 1,5 cm
kemudian mengalami ulserasi, membentuk ulkus. Ulkus sifilis yang khas
berupa bulat, diameter 1-2 cm , tidak nyeri, dasar ulkus bersih tidak ada
eksudat, teraba indurasi, soliter tetapi dapat juga multipel. Hampir sebagian
besar disertai pembesaran kelenjar getah bening inguinal medial unilateral atau
bilateral.
Chancre sífilis primer sering terjadi pada genitalia, perineal, atau anus
dikarenakan penularan paling sering melalui hubungan seksual, tetapi bagian
tubuh yang lain dapat juga terkena.5,6 Ulkus jarang terlihat pada genitalia
eksterna wanita, karena lesi sering pada vagina atau serviks. Dengan
menggunakan spekulum, akan terlihat lesi di serviks berupa erosi atau ulserasi
yang dalam. Tanpa pengobatan lesi primer akan sembuh spontan dalam waktu
3 sampai 6 pekan. Diagnosis banding sifilis primer yaitu ulkus mole yang
disebabkan Haemophilus ducreyi, limfogranuloma venereum, trauma pada
penis, fixed drug eruption, herpes genitalis. 5
Sifilis Sekunder
Manifestasi akan timbul pada beberapa minggu atau bulan, muncul gejala
sistemik berupa demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, sakit kepala,
adenopati, dan lesi kulit atau mukosa. Lesi sekunder yang terjadi merupakan
manifestasi penyebaran Treponema pallidum secara hematogen dan limfogen.
13 Manifestasi klinis sifilis sekunder dapat berupa berbagai ruam pada kulit,
selaput lendir, dan organ tubuh. Lesi kulit biasanya simetris, dapat berupa
makula, papula, folikulitis, papuloskuamosa, dan pustul, jarang disertai
keluhan gatal. Lesi dapat ditemukan di trunkus dan ekstermitas, termasuk
60
telapak tangan dan kaki. Papul biasanya merah atau coklat kemerahan, diskret,
diameter 0,5 – 2 cm, umumnya berskuama tetapi kadang licin. Lesi
vesikobulosa dapat ditemukan pada sifilis kongenital. 5,13,14 Gambaran lesi
kulit pada sifilis sekunder dapat dilihat pada gambar 5. Kondiloma lata
merupakan istilah untuk lesi meninggi (papul), luas, putih atau abu-abu di
daerah yang hangat dan lembab. Gambaran dapat dilihat pada gambar 6. Lesi
sifilis sekunder dapat muncul pada waktu lesi sifilis primer masih ada.
Diagnosis sifilis sekunder ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan serologis
yang reaktif dan pemeriksaan lapangan gelap positif. Treponema pallidum
banyak ditemukan pada lesi selaput lendir atau basah seperti kondiloma lata.
Ruam kulit pada sifilis sekunder sukar dibedakan dengan pitiriasis rosea,
psoriasis, terutama jika berskuama, eritema multiforme dan erupsi obat.
Diagnosis sifilis sekunder cukup sulit. Pada umumnya diagnosis ditegakkan
berdasarkan kelainan khas lesi kulit sifilis sekunder ditunjang pemeriksaan
serologis. 5
Sifilis Laten
Sifilis laten yaitu apabila pasien dengan riwayat sifilis dan pemeriksaan
serologis reaktif yang belum mendapat terapi sifilis dan tanpa gejala atau tanda
klinis.6 Sifilis laten terbagi menjadi dini dan lanjut, dengan batasan waktu
kisaran satu tahun. Dalam perjalanan penyakit sifilis akan melalui tingkat laten,
selama bertahun-tahun atau seumur hidup. Tetapi bukan bearti penyakit akan
berhenti pada tingkat ini, sebab dapat berjalan menjadi sifilis tersier. 5
Sifilis tersier terdiri dari tiga grup sindrom yang utama yaitu neurosifilis, sifilis
kardiovaskular, dan sifilis benigna lanjut. Pada perjalanan penyakit neurosifilis
dapat asimptomatik dan sangat jarang terjadi dalam bentuk murni. Pada semua
jenis neurosifilis, terjadi perubahan berupa endarteritis obliterans pada ujung
pembuluh darah disertai degenerasi parenkimatosa yang mungkin sudah atau
61
3. Farmakologik Dermatologik
Variabel-variabel utama yang menentukan respons farmakologi terhadap
obat yang diaplikasikan ke kulit mencakup hal-hal berikut:
a). Variasi regional dalam penetrasi obat: Sebagai contoh, skrotum wajah,
ketiak, dan kulit kepala sangat lebih permeabel daripad lengan bawah dan
mungkin memerlukan lebih sedikit obat untu menghasilkan efek setara.
b). Gradien konsentrasi: Meningkatnya gradien konsentrasi meningkatkan
massa obat yang dipindahkan per satuan waktu seperti pada kasus difusi
menembus sawar lai. Karena itu, resistensi terhadap kortikosteroid topikal
kadang dapat diatasi dengan menggunakan konsentrasi obat yang lebih
tinggi.
c). Jadwal pemberian: Karena sifat fisiknya, kulit berfungsi sebagai
reservoir bagi banyak obat. Akibatnya, "waktu-paruh lokal" akan cukup
lama untuk memungkinkan aplikasi sekali sehari obat ini dengan waktu-
paruh sistemiknya yang singkat. Sebagai contoh, pada banyak penyakit,
aplikasi kortikosteroid sekali sehari tampaknya sama efektifnya dengan
aplikasi berulang-ulang.
d). Vehikulum dan oklusi: Vehikulum (bahan pembawa) yang tepat
memaksimalkan kemampuan obat menembus lapisan-lapisan luar kulit.
Selain itu, melalui sifat fisik mereka (efek melembapkan atau
mengeringkan), vehikulum itu sendiri dapat memiliki efek ter-apeutik
penting. Oklusi (pemakaian lapisan plastik untuk menahan obat dan
vehikulum nya berkontak erat dengan kulit) sangat efektif untuk
memaksimalkan efikasi. 7
64
DAFTAR PUSTAKA