Anda di halaman 1dari 50

Wahyu

Tanoto

1
1. Biodata
2. Riwayat Kesehatan
Wawancara riwayat kesehatan, meliputi:
 Riwayat alergi kulit
 Reaksi alergik terhadap makanan, obat serta
bahan kimia
 Masalah kulit sebelumnya
 Riwayat Ca kulit
 Produk kosmetika

2
Keluhan utama yang biasanya mendorong klien yang
mengalami masalah integumen untuk mencari
pengobatan adalah:
 Nyeri
 Gatal
 Kemerahan
 Kering
 Kasar
 Kulit tidak rata
 Terkelupas

3
 Panas
 Disfungsi kulit
 Lesi
 Perubahan dari keadaan normal

4
Tujuh ciri lesi kulit yang membantu menegakkan
diagnosis:
1. Lokasi anatomis, tempat lesi pertama kali timbul,
jika perlu digambar
2. Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan
3. Urutan waktu perkembangan perubahan kulit
atau gejala sistemik yang berkaitan
4. Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak
timbul pertama kali

5
5. Waktu terjadinya lesi, atau kondisi seperti apa
yang menyebabkan lesi
6. Riwayat pemaparan bahan lain dan pemakaian
obat-obatan
7. Efek terpapar sinar matahari

6
Riwayat kesehatan spesifik, mengenai:
 Awitan, tanda dan gejala g3 integumen (nyeri)
 Lokasi
 Durasi nyeri
 Adnya gatal-gatal
 Ruam/gangguan kenyamanan

7
Riwayat klien yang relevan dengan kelainan kulit
dapat diperoleh melalui contoh pertanyaan dibawah
ini:
 Kapan pertama kali mengetahui masalah kelainan
kulit?
 Apakah masalah tersebut pernah terjadi
sebelumnya?
 Apakah ada gejala lain?
 Apakah masalah tersebut menjadi bertambah pada
kondisi tertentu?
 Apakah terjadi karena penyakit tertentu?

8
3. Pemeriksaan Kulit
 Pemeriksaan meliputi seluruh area kulit,
termasuk membran mukosa, kulit kepala, dan
kuku.
 Inspeksi dan palpasi: Tampilan umum kulit dikaji
dengan mengamati warna, suhu, kelembapan,
kekeringan, tekstur kulit (kasar/halus), lesi,
vaskularitas, mobilitas dan kondisi rambut serta
kuku, turgor kulit, dan adanya edema.

9
 Contoh pemeriksaan kulit yang mengarah pada
kondisi kelainan:

 Eritema: kemerahan pada kulit yang disebabkan


oleh kongesti kapiler.
 Ruam: pada kasus-kasus pruritus (gatal).
 Sianosis: terdeteksi pada daerah mulut dan bibir.
 Pucat/Anemis: terlihat diarea wajah dan juga
daerah permukaan ektremitas serta area distal
 Ikterus: terlihat pada kulit secara umum dan Sklera

10
 Perubahan warna:
a) Pucat/Anemis
Etiologi: anemia, shock
Kulit terang: pucat menyeluruh
Kulit coklat: Tampak berwarna coklat kuning,
suram
Kulit hitam: Tampak kelabu, suram.
b) Albinisme
Tidak adanya sama sekali pigmen melanin.
Kulit terang: merah muda keputihan
Kulit gelap: coklat muda, putih

11
12
c) Sianosis
Peningkatan jumlah hemoglobin yang tidak
teroksigenasi.
Kulit terang: Biru gelap
Kulit gelap: gelap tetapi suram, tidak bercahaya.
d) Eritema
Hiperemia: peningkatan aliran darah ke
permukaan kulit, lewat pembuluh arteri yang
menggembung, seperti pada inflamasi, demam,
konsumsi alkohol yang berlebih.
Kulit terang: merah, merah muda yang terang.
Kulit gelap: bercak keunguan tetapi sulit dilihat.

13
4. Mengkaji lesi kulit
 Lesi pada kulit memiliki ukuran, bentuk serta
penyebab yang beragam.
 Lesi kulit ada 2:
a. Lesi primer: lesi inisial dan karakteristik penyakit
itu sendiri.
b. Lesi sekunder: terjadi akibat sebab-sebab
eksternal, seperti garukan, trauma, infeksi, atau
perubahan yang disebabkan oleh kesembuhan luka.

14
1) Lesi kulit Primer
 Merupakan lesi pertama yang timbul dari kulit
yang sebelumnya normal.
 Lesi sekunder dapat berasal dari lesi primer.
 Jenis lesi primer:
a. Makula: bercak, Ex: petekie
b. Papula: plak, Ex: psoriasis vulgaris
c. Nodul: tumor, Ex: suntikan yang tidak terserap
dengan baik (IC) dan tumor itu sendiri.

15
16
Papula

17
d. Vesikel: bulla, Ex: herpes, luka bakar grade 2.
e. Urtikaria: bintul, Ex: biduran, gigitan serangga.
f. Pustula: vesikel yang berisi pus, Ex: akne.
g. Kista: massa semi padat, berisi cairan yang
berkapsul.

18
Combuz

19
Eritema

20
Pustula

21
Acne Vulgaris

22
Acne Vulgaris

23
Makula

24
25
Vesikel

26
Urtikaria

27
Kista Ateroma

28
2) Lesi kulit sekunder
 Lesi kulit sekunder terjadi akibat perubahan pada
lesi primer.
 Jenis lesi sekunder:
a. Erosi, Ex: vesikel yang ruptur, bekas goresan.
b. Ulkus, Ex: ulkus dekibitus
c. Fissura, Ex: bibir atau tangan yang pecah-pecah.

29
Ulkus

30
31
32
Fisura

33
d. Skuama (sisik), Ex: ketombe, psoriasis
e. Krusta (kerak), Ex: herpes (kronis)
f. Parut (sikatrik), Ex: insisi bedah/luka yang
sembuh.
g. Keloid: jaringan sikatrik yang mengalami
hipertropi.
h. Atropi, Ex: kulit yang menua.

34
Skuama

35
Krusta

36
Sikatrik

37
Keloid
Keloid Sikatrik

38
Atropi

39
4. Mengkaji vaskularitas dan Hidrasi
 Mencakup lokasi, distribusi, warna, ukuran, dan
adanya pulsasi.
 Perubahan vaskuler yang lazim terjadi, contoh:
petekie
 Status hidrasi di kaji melalui palpasi meliputi:
kelembapan kulit, suhu dan tekstur kulit.

40
Petechiae

41
5. Mengkaji kulit dan rambut
 Kuku: inspeksi: konfigurasi, warna, dan
konsistensi.
 Contoh: Clubbing Finger (jari tabuh)
 Rambut: warna dan tekstur
6. Pengkajian terhadap masalah psikososial
 Kelainan kulit dapat menimbulkan masalah
kosmetik, isolasi sosial dll.

42
43
7. Evaluasi diagnostik
 Biopsi kulit: bertujuan mendapatkan jaringan bagi
pemeriksaan mikroskopik dilakukan lewat eksisi
dengan skalpel atau penusukan dengan alat khusus
yang akan mengambil sedikit bagian tengah
jaringan.
 Imunofluoresensi (IF): untuk mengidentifikasikan
lokasi suatu reaksi imun.

44
45
46
PATCH TEST
(UJI TEMPEL)

Prinsip:

Kontak Alergen  baca 48 jam


72 jam

- Standard Patch Test


- Bahan yang dicurigai

47
48
 Patch
test: dilakukan untuk
mengenali substansi yang
menimbulkan alergi.

49
Terima kasih
Semoga
Bermanfaat...! 50

Anda mungkin juga menyukai