Disusun oleh :
Gilang Azi Pratama (1501132)
Merinda Lounita Putri (1501277)
Nadya Bella Sondari (1501286)
Syarah Ulfaridha (1500963)
Ramdan Gantina (1501859)
BANDUNG
2017
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ..............................................................................................................26
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Salah satu cara untuk mengenalkan pangan lokal yaitu membuat suatu
produk yang berbahan baku dari pangan lokal tersebut, seperti bahan bakunya
berasal dari ikan lele.
Lele yang biasa di kenal sebagai ikan yang hidup diair tawar tersebar
luas di setiap daerah di Indonesia. Untuk itu ikan lele dianggap sebagai
komoditi pangan yang mempunyai potensi besar dalam bidangnya. Sehingga
dalam pengembangannya ikan lele harus mampu diolah menjadi berbagai
macam produk makanan, baik makanan berat ataupun makanan ringan yang
berasal dari olahan ikan lele. Mengingat bahwa cara memeperoleh ikan lele dan
membudidaya lele sangatlah mudah. Sangat disayangkan apabila ikan lele tidak
dikembangkan dan tidak diolah secara maksimal oleh masyarakat. Hal ini
terjadi karena wawasan masyarakat yang kurang akan cara mengolah ikan lele.
Melihat hal seperti ini ikan lele dapat dikembangkan lagi menjadi suatu produk
1
makanan ringan (jajanan) yang terjangkau. Salah satunya adalah dengan
membuat ikan lele ini menjadi olahan pempek lele.
1.3 Tujuan
1.4 Luaran
Produk yang dihasilkan adalah pempek yang terbuat dari ikan lele
dengan berbagai bentuk. Yang diharapkan dapat memberikan jajanan yang
sehat serta bergizi dengan harga terjangkau. Selain itu produk pempek lele ini
diharapkan dapat memberikan keuntungan bisnis bagi mahasiswa.
2
BAB II
GAMBARAAN UMUM RENCANA USAHA
2.1 Tentang Pempek
Pempek atau empek-empek adalah makanan khas Palembang yang terbuat
dari daging ikan yang digiling lembut dan tepung kanji (secara salah kaprah sering
disebut sebagai "tepung sagu"), serta beberapa komposisi lain seperti telur,
bawang putih yang dihaluskan, penyedap rasa dan garam. Sebenarnya sulit untuk
mengatakan bahwa penganan pempek pusatnya adalah di Palembang karena
hampir semua daerah di Sumatera Selatan memproduksinya.
Pada awalnya pempek dibuat dari daging ikan belida. Namun, dengan
semakin langka dan mahalnya harga ikan belida, ikan tersebut lalu diganti dengan
ikan gabus yang harganya lebih murah, tetapi dengan rasa yang tetap gurih. Pada
perkembangan selanjutnya, beberapa jenis ikan sungai lainnya juga dapat
digunakan, misalnya ikan putak, toman, dan bujuk. Dipakai juga jenis ikan laut
seperti tenggiri, kakap merah, parang-parang, ekor kuning, dan ikan sebelah.
Bahkan ada juga yang menggunakan ikan dencis, ikan lele serta ikan tuna putih.
Penyajian pempek ditemani oleh kuah saus berwarna hitam kecokelat-
cokelatan, yang disebut cuka atau cuko (bahasa Palembang). Cuko dibuat dari air
yang dididihkan, kemudian ditambah gula merah, ebi (udang kering), cabai rawit
tumbuk, bawang putih, dan garam. Bagi masyarakat asli Palembang, cuko dari
dulu dibuat pedas untuk menambah nafsu makan. Namun seiring masuknya
pendatang dari luar Pulau Sumatera maka saat ini banyak ditemukan cuko dengan
rasa manis bagi yang tidak menyukai pedas. Pelengkap yang lain untuk
menyantap penganan khas ini adalah mentimun segar yang diiris dadu dan mie
kuning.
2.2 Kapasitas Produk
Produk Peler (Pempek Lele Raos) ini kami produksi masih dalam skala
kecil terlebih dahulu, sambil melihat perkembangan dan respon dari konsumen.
Maka dari itu pada awal bulan dijual Rp.10.000 per kemasan (isi 5 biji).
2.3 Peluang Usaha
Produk Peler (Pempek Lele Raos) mempunyai prospek usaha yang menjamin,
karena dalam pasar belum tersedia pempek yang menggunakan daging lele, selain
itu pesaing dalam produk ini belum ada di pasar. Oleh karena itu, peluang pasar
untuk produk cukup tinggi.
a. Strength
1. Rasa dari pempek yang berbeda dari produk lain
2. Kemasan dengan desain yang menarik
3. Memiliki kandungan gizi yang tinggi
1
b. Weakness
1. Produk baru yang belum dikenal masyarakat luas
2. Pemasaran belum bisa mendukung
c. Opportinity
1. Belum ada produk yang sejenis di pasar
2. Masyarakat Indonesia yang sangat responsif terhadap produk baru
dan unik.
d. Threat
1. Modal usaha yang minim
2. Tindak plagiatisme yang marak karena hukum nya belum tegas
2.4 Strategi Pemasaran
a. Kebijakan Produk
Usaha ini bergerak dalam bidang produksi dan distribusi. Jenis
produksi berupa barang jadi. Proses produksi berupa home industry.
Produk dapat dinikmati langsung kepada konsumen.
b. Kebijkan Harga
Harga yang diberikan kepada konsumen yaitu sebesar Rp. 10.000 per
porsi dan bervariatif ketika konsumen ingin membeli lebih dari porsi.
c. Kebijakan Promosi
Untuk memperkenalkan produk Peler (Pempek Lele Raos) kepada
konsumen diperlukan promosi, yaitu pembuatan iklan berupa pamflet,
poster, dan leaflet. Informasi digital dalam media sosial seperti
facebook, twitter, instagram dan website resmi. Promosi awal produk
seperti potongan harga, untuk menarik minat konsumen
2
BAB III
METODOLOGI
3.1 Pelaksanaan Kegiatan
Untuk membuat produk ini dari awal hingga produk jadi perlu adanya
tahapan yang harus dilaksanakan antara lain sebagai berikut:
a. Pra Produksi
Diisi dengan tahap survei tempat penjualan bahan baku dan
peralatan yang berkualitas tinggi namun dengan harga bersaing, dan survei
tempat pemasaran.
b. Produksi Pempek
Dalam pembuatan Pempek buku kami akan melakukan kerjasama
dengan penjual lele, dikarenakan kebutuhan untuk daging lele dalam
jumlah banyak sebagai bahan tambahan. Ke depannya setelah modal
bergulir usaha ini akan berjalan sendiri secara mandiri untuk semua aspek
produksi.
c. Pra Formulasi, Pembuatan, dan Pengujian
Dalam pembuatan formulasinya Tahapan Proses Pembuatan Peler
(Pempek Lele Raos) terigu dan garam dicampurkan dan disiram air
mendidih dan diaduk hingga menjadi kalis. Lalu ikan lele yang telah
digiling dimasukkan sambil terus diaduk hingga merata. Kemudian
masukkan bawang putih dan garam, diaduk kembali hingga merata dengan
penambahan tepung sagu secara bertahap. Terakhir adonan diuleni hingga
kalis, dibentuk sesuai selera dan digoreng.
d. Pengemasan Produk
Produk dikemas dalam kemasan primer plastik bening dan
kemasan sekunder kotak karton berukuran 22x30cm yang dedesain secara
menarik sesuai keinginan pasar.
e. Publikasi dan Pemasaran Produk
Publikasi dilakukan secara langsung melalui lisan maupun
secara tidak langsung melalui tulisan (pamflet), website dan media sosial
lainnya. Sedangkan pemasaran dilakukan secara langsung kepada
mahasiswa Universitas Padjadjaran, didistribusikan ke gerai-gerai
penjual buku dan menyediakan layanan melalui online shop.
f. Pasca Produksi (Analisis Data)
Tahap ini merupakan tahap pelaporan hasil data kegiatan mulai
dari pra produksi, produksi, hingga pemasaran dan pencapaian target
serta keuntungan penjualan.
3
3.2.1 Alat dan Bahan Pembuatan Peler (Pempek Lele Raos)
Tabel 4. Alat dan bahan pembuatan Peler (Pempek Lele Raos)
ALAT BAHAN
4
Tepung Terigu Tepung labu kuning
Ikan lele
150 gram 150 gram
Pencampuran
Pengadukan hingga
Garam,air dan bawang
adonan kalis
putih
Dibentuk
Perebusan/penggorengan
Pempek
DAFTAR PUSTAKA
Ashary, Santi. 2010. “Studi Keragaman Ganyong (Canna edulis Ker.) Di Wilayah
Ekskaresidenan Surakarta Berdasarkan Ciri Morfologi dan pola Pita
Isozim”. Skripsi. Surakarta: Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret.
BKP Provinsi Jawa Timur dan FTP-UNEJ. (2001). Kajian TepungU Umbi-
Umbian Lokal Sebagai Pangan Lokal. Jember. UNEJ
Budi Sotomo. 2014. Jajanan Favorit (Pempek, Siomay, Otak-Otak, Batagor).
Jakarta: Kawan Pustaka.
Fermentasi Tempe Kacang Tolo”. Jurnal Penelitian Saintek. 1 (14). 97-128
Rukmana, R. (2000). Usaha Tani Jahe. Yogyakarta. Kanisius.
Slamet, Agus. 2010. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Pada Pembutaan Tepung
Ganyong (CANNA EDULIS) Terhadap Sifat Fisik dan Amilografi Tepung
yang Dihasilkan. Jurnal AGROINTEK. 4 (2). 100.
Hendrasty, H.K., 2003. Tepung Labu Kuning Pembuatan dan Pemanfaatannya.
Kanisius:Yogyakarta
5
Hustiany, R. 2006. Modifikasi Asilasi dan Suksinilasi Pati Tapioka sebagai Bahan
Enkapsulasi Komponen Flavor. Disertasi, Institut Pertanian Bogor.
Histifarina D, D. Musaddad, dan E. Murtiningsih. 2004. Teknik Pengeringan
dalam Oven untuk Irisan Wortel Kering Bermutu. Yogyakarta. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran. Jurnal Hortikultura 14(2):107-112.
Igfar, A. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Labu Kuning (Cucurbita
Moschata)Dan Tepung Terigu Terhadap Pembuatan Biskuit. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin Makasar.
Lestari, P. 2008. Uji efek Antiulcer Perasan Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.)
Pada Tikus putih Jantan galur Wista. Skripsi. Fakultas farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Noriko, N. Dan Risa. 2013. Ganyong Dan Spirulina Sebagai Produk Pangan
Alternatif. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan
Teknologi. 4. D.121-D.127.
Mishra, A.K., Mishra, A., & Chattopadhyay, P., 2011, Herbal Cosmeceuticals for
Photoprotection from Ultraviolet B Radiation: A Review. Tropical Journal
of Pharmaceutical Research; 10 (3): 351-360.
Pangesti, L,T. (2009). Pemanfaatan Pati Ganyong Pada Pembuatan Mie Segar
Sebagai Upaya Penganekaragaman Non Beras. Media Pendidikan Gizi dan
Kuliner, 1,(1).
Purnamasari, I. W., & Putri, W. D. (2015). Pengaruh Penambahan Tepung Labu
Kuning dan Natrium Bikarbonat terhadap Karakteristik Flake Talas. Pangan
dan Agroinustri, Vol 3 No 4 p. 1375-1385.
Pongjanta, J., A. Naulbunrany., S. Kawngdang., T. Manon dan T. Thepjaikat.
2006. Uilization of Pompkin Powder In Bakery Prouducts. Songklanakarin.
J. Sci. Technol. 28 (supp.1): 71-79. Practise.2nd ed. Woodread.Pub.Lim.
Cambridge. England. Terjemahan Ristanto.W dan Agus Purnomo
6
Peler (Pempek Lele Raos)
2160
F = 2143 gram FRYING
BOILING P = 2110
gram (PEREBUSAN) (PENGGORENGAN) gram
17 gram air
W = 50 gram
Biaya Tetap
Material Harga (Rp)
Timbangan 50.000
Plastik 10.000
Baskom 20.000
Kompor + tabung gas 200.000
Panci 75.000
Wajan 50.000
7
Spatula 50.000
Jumlah (Rp) 455.000
8
LAMPIRAN 3. FOTO PRODUK DAN KELOMPOK