Anda di halaman 1dari 2

Mereka Tanggung Jawab Kita

Oleh Arbentia Pratama Sumbung, Jakarta

Dua hari yang lalu, setelah selesai bertugas di daerah Salemba, panas matahari yang menyengat
membuatku memutuskan untuk sejenak berteduh di sebuah mini market. Tidak lama kemudian, seorang
anak menghampiri aku dengan wajah memelas, lalu menyodorkan tangan untuk meminta sedikit uang.

Karena tidak ada uang kecil, aku pun mengajak anak itu untuk makan bersama. Aku mengajaknya
mengobrol sembari ia melahap setiap suap nasi dengan semangat.

Anak itu bernamaPutra, umurnya delapan tahun. Ia tidak bersekolah. Ibunya sudah meninggal karena sakit
jantung dan ayahnya pun tidak tinggal bersamanya, sehingga ia tinggal bersama neneknya di emperan
pasar di daerah Senen. Putra dan sang nenek mengemis untuk dapat bertahan hidup.

Pertemuan dengan Putra membuatku teringat pada banyaknya anak di Jakarta dengan nasib yang sama.
Saat mereka seharusnya pergi ke sekolah untuk belajar, keadaan membuat mereka harus mencari uang
sejak dini untuk sesuap nasi.

Terkadang aku merenungkan kesenjangan sosial yang terjadi di depan mata. Di mal-mal besar, banyak
orang yang rela mengantre berjam-jam hanya untuk mencoba makanan dan minuman yang sedang
trending, atau berburu promo yang tak ada habisnya. Padahal, di luar sana masih banyak orang miskin di
jalanan yang tidak memiliki tempat tinggal dan setiap hari berjuang untuk mencari makan.

Sempat aku terjebak dalam cara berpikir bahwa kesulitan yang mereka hadapi adalah kesalahan mereka
sendiri. Mengapa mereka harus datang ke kota besar dan berujung mengemis dan memulung, ketika
mungkin mereka bisa memiliki kehidupan yang lebih baik di kampung halamannya? Tetapi, aku sadar
bahwa aku tidak seharusnya menghakimi. Bagianku adalah menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk
membantu.

Aku pun membuka Alkitab dan melihat bahwa fenomena kemiskinan sudah ada sejak dahulu, salah
satunya adalah ketika seorang pengemis meminta uang kepada Petrus di bait suci (Kisah Para Rasul 3:3).
Dalam Injil Lukas 14:13, Yesus pun berkata, “Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan,
undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan
engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu”
.

Banyak pemahaman baru yang kuperoleh setelah membaca firman Tuhan. Jika kita bisa menangis di
dalam gereja, maka kita pun harus juga bisa menangis untuk jiwa-jiwa di luar gereja yang membutuhkan
pertolongan tangan kita. Jika kita bisa mengangkat tangan tinggi-tinggi untuk memuji dan menyembah
Tuhan di dalam gereja, maka kita pun harus bisa mengulurkan tangan di luar tembok gereja.

Aku percaya bahwa kekristenan sejati tidak terbatas pada apa yang kita lakukan di dalam gereja, tetapi
terlebih lagi soal apa yang kita lakukan setelahnya. Sebagai orang percaya, kita semua terpanggil untuk
menghadirkan kasih Tuhan dan menjadi Alkitab berjalan bagi mereka yang membutuhkan dengan
mengasihi mereka yang terhina, terlupakan, sendirian, dan tersakiti.

Mengutip kata-kata John Keith Falconer, “Saya punya satu terang lilin kehidupan dan saya lebih memilih
menerangi tempat-tempat yang penuh dengan kegelapan daripada tempat yang penuh dengan terang.”

Setiap kita adalah lilin yang membawa terang Ilahi. Pelayanan di gereja adalah sesuatu yang bai k, tetapi
api semangat itu harus kita bawa dan teruskan juga ke tempat-tempat yang membutuhkan terang
pengharapan yang kita terima dari Yesus. Kita dapat memulai dari tempat dan orang-orang yang terdekat
dengan kita.

Ada 140 juta anak yatim di dunia dan 150 juta anak jalanan.

Setiap 1 jam ada 72 anak-anak dan wanita diperdagangkan sebagai budak,

setiap 1 jam ada 237 orang meninggal karena HIV/AIDS,

setiap 1 jam ada 869 orang meninggal karena kelaparan kronis, dan

setiap 1 jam ada 1250 orang meninggal karena penyakit yang seharusnya bisa disembuhkan. Commented [1]: Dear Arben,

Seperti Alkitab menulis, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk Apakah bisa disebutkan data ini bersumber dari mana?
salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25:40),
Thank you.
melayani Tuhan adalah ketika kita melayani sesama kita. Apa yang bisa kita lakukan untuk menolong
orang-orang yang menderita dan butuh pertolongan?

Tuhan menempatkan mereka di dalam kehidupan kita, karena mereka adalah tanggung jawab kita. Kiranya
perenunganku dapat membangkitkan semangat kita untuk mulai berbuat sesuatu bagi sesama kita yang
membutuhkan. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Anda mungkin juga menyukai