Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LUKA GANGREN DAN LUKA


KRONIK

OLEH:

KELOMPOK 7
REINALDY A. MANGAPU
FRANSISKA LIGOW

SEMESTER 5/A3

FAKULTAS KEPERAWATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan yg Maha Esa, Karena atas segala Rahmat dan Karunia Nya
saya bisa menyelesaikan penyususnan makalah ini.Makalah kami ini berjudul Asuhan
Perawatan Luka Gangren dan Luka kronik yang merupakan salah satu persyaratan bagi kami
dalam menyelasaikan tugas-tugas sebagai seorang mahasiswa SI keperawatan.
Penyajian Materi dalam makalah ini, kami tampilkan dalam bentuk yg mudah dipahami.
Berdasarkan Penyusunan seperti ini,kami berharap dapat memahami konsep Perawatan ini
dengan mudah serta mengenal aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun Demikian kami menyadari keterbatasan kami dalam penyususnan makalah
ini.Untuk itu,kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak,terutama dosen
keperawatan demi penyempurnaan makalah pada edisi-edisi berikutnya.
Akhir kata, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang
hati.

Manado, September 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangren adalah luka yang terinfeksi disertai dengan adanya jaringan yang mati.
Komplikasi Diabetes Mellitus (DM) yang paling berbahaya adalah komplikasi pada pembuluh
darah. Pembuluh darah besar maupun kecil ataupun kapiler penderita DM mudah menyempit dan
tersumbat oleh gumpalan darah (angiopati diabetik)
Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai (makroangopati
diabetik) tungkai akan lebih mudah mengalami gangren diabetik, yaitu luka pada kaki yang
merah kehitam-hitaman dan berbau busuk. Bila sumbatan terjadi pada pembuluh darah yang
lebih besar, penderita DM akan merasa tungkainya sakit sesudah ia berjalan pada jarak tertentu,
karena aliran darah ke tungkai tersebut berkurang dan disebut claudicatio intermitten.
Beberapa faktor secara bersama-sama berperan pada terjadinya ulkus/gangren diabetes.
Dimulai dari faktor pengelolaan penderita DM terhadap penyakitnya yang tidak baik, adanya
neuropati perifer dan autonom, faktor komplikasi vaskuler yang memeperburuk aliran darah ke
kaki tempat luka, faktor kerentanan terhadap infeksi akibat respons kekebalan tubuh yang
menurun pada keadaan DM tidak terkendali, serta kemudian faktor ketidaktahuan pasien
sehingga terjadi masalah gangren diabetik.
Secara umum, gangren diabetik biasanya terjadi akibat triad berikut :
1. Neuropati perifer
2. Insufisiensi Vaskuler Perifer (Iskemik)
3. Infeksi
Penderita yang beresiko tinggi mengalami gangren diabetik adalah :
1. Lama penyakit diabetes yang melebihi 10 tahun
2. Usia pasien yang lebih dari 40 tahun
3. Riwayat merokok
4. Penurunan denyut nadi perifer
5. Penurunan sensibilitas
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka gangrene pada pasien/klien yg menderita luka
DM.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mencegah komplikasi akibat luka gangren dengan menerapkan teknik aseptik pada tiap
perawatan luka.

1.3 Manfaat
Perawat mampu menjadi educator bagi pasien, dan memberi asuhan keperawatan secara
holistik.
BAB II
ISI

Rangkaian yang khas dalam proses timbulnya gangren diabetik pada kaki dimulai dari
cedera pada jaringan lunak kaki, pembentukan fisura antara jari-jari kaki atau di daerah kulit
kering, atau pembentukan sebuah kalus. Jaringan yang terkena mula-mula menjadi kebiruan dan
terasa dingin bila disentuh. Kemudian, jaringan yang mati, menghitam dan berbau busuk.
Cedera tidak dirasakan oleh pasien yang kepekaannya sudah menghilang dan bisa berupa
cedera termal, cedera kimia atau cedera traumatik. Pengeluaran nanah, pembengkakan,
kemerahan (akibat selulitis) atau akibat gangren biasanya merupakan tanda pertama masalah
kaki yang menjadi perhatian penderita.
Gangren diabetik diklasifikasikan menjadi lima tingkatan, yaitu :

Tingkat 0  Resiko tinggi untuk mengalami luka pada kaki


 Tidak ada luka
Tingkat 1  Luka ringan tanpa adanya infeksi, biasanya luka yang terjadi akibat
kerusakan saraf
 Kadang timbul kalus
Tingkat 2  Luka yang lebih dalam, sering kali dikaitkan dengan peradangan jaringan
disekitarnya
 Tidak ada infeksi pada tulang dan pembentukan abses
Tingkat 3  Luka yang lebih dalam hingga ke tulang dan terbentuk abses
Tingkat 4  Gangren yang terlokalisasi, seperti pada jari kaki, bagian depan kaki atau
tumit
Tingkat 5 Gangren pada seluruh kaki
Klasifikasi gangren diabetik lain (gabungan dari klasifikasi Wagner dan Liverpool) :
Stadium Grade
0 1 2 3
A  Tanpa tukak atau Luka superficial Luka sampai Luka sampai
pasca tukak tidak sampai tendom tendon atau tulang dan sendi
 Kulit intak/utuh kapsul sensi atau kapsul sendi
tulang
B …………………………dengan infeksi……………………………………….
C …………………………dengan iskemia………………………………………
D …………………………dengan infeksi dan iskemia…………………………

Penyembuhan luka selalu terjadi melalui tahapan yang berurutan mulai dari proses
inflamasi, proliferasi, pematangan dan penutupan luka. Pada gangren, tindakan debridement
yang baik sangat penting untuk mendapatkan hasil pengelolaan yang memadai. Prinsip dasar
pengelolaan gangren diabetik, adalah :
1. Evaluasi keadaan luka dengan cermat
a. keadaan klinis luka
b. dalamnya luka
c. gambaran radiologi (adakah benda asing, osteomielitis, gas subkutis)
d. lokasi luka
e. vaskularisasi luka
2. Pengendalian keadaan metabolik sebaik-baiknya
3. Debridement luka yang adekuat dan radikal, sampai bagian yang hidup
4. Biakan kuman baik aerob maupun anaerob
5. Antibiotik yang adekuat
6. Perawatan luka yang baik, balutan yang memadai sesuai dengan tingkat keadaan luka
7. Mengurangi edema
8. Non weight bearing : tirah baring, tongkat penyangga, kursi roda, alas kaki khusus, total contact
casting
9. Perbaikan sirkulasi-vasculer surgery
10. Tindakan bedah rehabilitatif untuk memperbaiki kemungkinan dan kecepatan penyembuhan
11. Rehabilitasi
Peran perawat dalam perawatan luka gangren adalah mencegah komplikasi akibat luka
gangren dengan menerapkan teknik aseptik pada tiap perawatan luka, selain itu perawat harus
mampu menjadi educator bagi pasien, dan memberi asuhan keperawatan secara holistik.

2.1 CARA MERAWAT LUKA GANGREN:


2.1.1 Persiapan
Persiapan Alat dan Bahan:
1. Pinset anatomi 1 buah dan pinset cirurgis 1 buah
2. Gunting Arteri 1
3. Cucing
4. Persegi satu buah
5. Kom satu buah
6. Bengkok
7. Larutan NaCl 0,9 %
8. Sarung tangan satu pasang
9. Spuit 50 cc
10. Kassa
11. Alkohol 70 %
12. Metronidazole powder
13. Duoderm gel
14. Kaltostat, Aquacel
15. Pembalut Duoderm CGF
16. Duoderm Paste
17. Duk steril
2.1.2 Persiapan Pasien
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan dan klien disiapkan pada
posisi yang nyaman.

2.1.3 Cara Perawatan Luka :


1. Letakkan cucing (dua buah), kapas, kassa, pinset anatomis, gunting di atas duk steril.
2. Isi cucing dengan kapas dan larutan NaCl
3. Cuci luka dengan cairan NS (NaCl 0,9%) sambil digosok secara lembut dengan tangan yang
terbungkus sarung tangan
4. Jika luka berongga gunakan tube (NSV bayi atau folley kateter anak) & spuit 50 cc
5. Keringkan luka dengan kassa secara lembut (ditutul), jangan digosok.
6. Bersihkan kulit utuh sekeliling luka dengan alkohol 70% (radius 3-5cm dari tepi luka)
7. Taburi dasar luka dengan metronidazole powder (500 mg) secara merata untuk mengurangi bau
pada luka.
8. Isi rongga luka/dasar luka dengan Duoderm Hydroactive gel sampai 1/2 kedalaman rongga luka
9. Campurkan Duoderm Hydroactive gel dengan metronidazole powder (500mg) dalam cucing
steril.
10. Isikan ke dalam luka sampai terisi ½ kedalaman luka
11. Tutup luka dengan absorbent dressing:
a. Kaltostat
b. Aquacel
12. Masukkan Kaltostat rope / Aquacel (absorbent as primary dressing) ke dalam rongga luka (fill
dead space) & di atas luka untuk mengabsorbsi exudate yg berlebihan.
13. Sisakan 1 cm absorbent dari tepi rongga luka.
14. Tutup dengan pembalut: Duoderm CGF Extrathin secara tepat untuk memberikan moist
environment. Jangan menarik pembalut.
15. Berikan penekanan ringan secara merata pada pembalut selama 30 detik agar melekat rata
dipermukaan kulit
16. Jika warna dasar luka merah (granulasi) namun masih cekung beri Duoderm Paste secara merata
diatas permukaan luka.
17. Tutup absorbent jika perlu.
18. Tutup dengan Duoderm CGF secara tepat
19. Ganti pembalut jika telah jenuh oleh exudate.
20. Jadwal penggantian balutan dapat ditentukan setiap 3 - 7 hari sekali, tergantung warna dasar luka
dan jumlah exudates
2.1.4 Dokumentasi keadaan luka, dan perawatan luka
Sebagai educator bagi pasien, perawat memberi informasi tentang pentingnya nutrisi bagi
kesembuhan luka dan pemberian terapi antibiotik. Penderita gangren disarankan untuk tirah
baring, dan menhjaga kesehatan (terutama gula darahnya). Nutrisi yang diberikan harus sesuai
prinsip 3 J (Jumlah kalori, Jadwal diit, dan Jenis makanan).
Pencegahan jauh lebih disukai daripada penyembuhan. Beberapa faktor resiko untuk
penyakit vaskuler perifer pada pasien DM tidak dapat diobati, misalnya usia dan lamanya
menderita DM, tetapi banyak faktor resiko laon yang dapat ditangani misalnya merokok,
hipertensi, hiperlipidemia, hiperglikemia, dan obesitas.
Pendidikan tentang perawatan kaki merupakan kunci mencegah ulserasi kaki. Perawatan
kaki dimulai dengan mencuci kaki dengan benar, mengeringkan dan menminyakinya
(menggunakan lotion), kemudian inspeksi kaki tiap hari (periksa adanya gejala kemerahan,
lepuh, fisura, kalus atau ulserasi), memotong kuku dengan hati-hati. Pasien disarankan untuk
mengenalan sepatu yang pas dan tertutup pada bagian jari kaki. Perilaku beresiko tinggi harus
dihindari, misalnya : berjalan tanpa alas kaki, menggunakan bantal pemanas pada kaki,
mengenakan sepat terbuka pada bagian jarinya, memangkas kalus.

A. DEFINISI LUKA KRONIS


Luka kronis adalah luka yang tidak sembuh dalam serangkaian tahapan yang teratur dan
dalam jumlah waktu yang dapat diprediksi seperti yang dilakukan sebagian besar luka; luka yang
tidak sembuh dalam tiga bulan sering dianggap kronis. Luka kronis tampaknya ditahan dalam
satu atau lebih fase penyembuhan luka . Misalnya, luka kronis sering tetap dalam tahap inflamasi
terlalu lama. Untuk mengatasi tahap itu dan memulai proses penyembuhan, sejumlah faktor perlu
diatasi seperti beban bakteri, jaringan nekrotik, dan keseimbangan kelembaban seluruh luka Pada
luka akut, ada keseimbangan yang tepat antara produksi dan degradasi molekul seperti kolagen ;
pada luka kronis keseimbangan ini hilang dan degradasi memainkan peran yang terlalu besar.
Luka kronis mungkin tidak pernah sembuh atau membutuhkan waktu bertahun-tahun
untuk melakukannya. Luka ini menyebabkan pasien mengalami tekanan emosional dan fisik
yang parah dan menciptakan beban keuangan yang signifikan pada pasien dan seluruh sistem
perawatan kesehatan
B. TANDA DAN GEJALA
Pasien luka kronis sering melaporkan rasa sakit sebagai dominan dalam kehidupan
mereka. Disarankan agar penyedia layanan kesehatan menangani rasa sakit yang terkait dengan
luka kronis sebagai salah satu prioritas utama dalam manajemen luka kronis (bersama dengan
mengatasi penyebabnya). Enam dari sepuluh pasien ulkus kaki vena mengalami nyeri dengan
ulkus mereka, dan tren serupa diamati untuk luka kronis lainnya.
Nyeri terus-menerus (pada malam hari, saat istirahat, dan dengan aktivitas) adalah
masalah utama bagi pasien dengan borok kronis. Frustrasi mengenai analgesik yang tidak efektif
dan rencana perawatan yang tidak dapat mereka patuhi juga diidentifikasi.

C. ETIOLOGI
Selain sirkulasi yang buruk, neuropati, dan kesulitan bergerak, faktor-faktor yang
berkontribusi pada luka kronis termasuk penyakit sistemik, usia, dan trauma berulang. Penyakit
komorbid yang dapat berkontribusi pada pembentukan luka kronis termasuk vaskulitis
(peradangan pembuluh darah), penekanan kekebalan , pioderma gangrenosum , dan penyakit
yang menyebabkan iskemia . Penindasan kekebalan tubuh dapat disebabkan oleh penyakit atau
obat-obatan medis yang digunakan dalam jangka waktu lama, misalnya steroid . Stres emosional
juga dapat memengaruhi penyembuhan luka secara negatif, mungkin dengan meningkatkan
tekanan darah dan kadar kortisol , yang menurunkan kekebalan tubuh.
Apa yang tampak sebagai luka kronis juga bisa menjadi keganasan ; misalnya, jaringan
kanker dapat tumbuh sampai darah tidak dapat mencapai sel dan jaringan menjadi bisul. Kanker,
terutama karsinoma sel skuamosa , juga dapat terbentuk sebagai akibat dari luka kronis, mungkin
karena kerusakan jaringan berulang yang merangsang proliferasi sel yang cepat.
Faktor lain yang mungkin berkontribusi pada luka kronis adalah usia tua. Kulit orang tua
lebih mudah rusak, dan sel yang lebih tua tidak berkembang biak dengan cepat dan mungkin
tidak memiliki respons yang memadai terhadap stres dalam hal peningkatan regulasi gen protein
terkait stres. Pada sel yang lebih tua, gen respons stres diekspresikan berlebih saat sel tidak stres,
tetapi ketika itu terjadi, ekspresi protein ini tidak diregulasi sebanyak di sel yang lebih muda.
Faktor komorbid yang dapat menyebabkan iskemia sangat mungkin berkontribusi pada
luka kronis. Faktor-faktor tersebut termasuk fibrosis kronis, edema , penyakit sel sabit , dan
penyakit arteri perifer seperti oleh aterosklerosis
Trauma fisik berulang memainkan peran dalam pembentukan luka kronis dengan terus-
menerus memulai kaskade inflamasi. Trauma dapat terjadi secara tidak sengaja, misalnya ketika
kaki berulang kali terbentur terhadap kursi roda , atau mungkin karena tindakan yang disengaja.
Pengguna heroin yang kehilangan akses vena dapat menggunakan ' skin popping ', atau
menyuntikkan obat secara subkutan , yang sangat merusak jaringan dan sering menyebabkan
tukak kronis. Anak-anak yang berulang kali terlihat karena luka yang tidak sembuh kadang-
kadang ditemukan sebagai korban orang tua dengan sindrom Munchausen melalui proksi ,
penyakit di mana pelaku kekerasan berulang kali dapat membahayakan anak agar mendapat
perhatian.
Kerusakan kulit periwound yang disebabkan oleh jumlah eksudat yang berlebihan dan
cairan tubuh lainnya dapat mengabadikan status non-penyembuhan dari luka kronis. Maserasi,
eksoriasi, kulit kering (rapuh), hiperkeratosis, kalus dan eksim adalah masalah yang sering
terjadi yang mengganggu integritas kulit periwound. Mereka dapat membuat gateway untuk
infeksi serta menyebabkan kerusakan tepi luka mencegah penutupan luka.

D. PATOFISIOLOGI
Luka kronis hanya dapat mempengaruhi epidermis dan dermis , atau dapat
mempengaruhi jaringan sampai ke fasia . Mereka dapat terbentuk pada awalnya oleh hal-hal
yang sama yang menyebabkan yang akut, seperti pembedahan atau trauma yang tidak disengaja,
atau mereka dapat terbentuk sebagai akibat dari infeksi sistemik, kekurangan pembuluh darah,
kekebalan tubuh, atau saraf, atau komorbiditas seperti neoplasias atau metabolisme gangguan.
Alasan luka menjadi kronis adalah kemampuan tubuh untuk mengatasi kerusakan yang diliputi
oleh faktor-faktor seperti trauma berulang, tekanan terus-menerus, iskemia, atau penyakit.
Meskipun banyak kemajuan telah dicapai dalam studi luka kronis akhir-akhir ini,
kemajuan dalam studi penyembuhan mereka telah tertinggal jauh dari harapan. Ini sebagian
karena penelitian pada hewan sulit karena hewan tidak mendapatkan luka kronis, karena mereka
biasanya memiliki kulit longgar yang cepat berkontraksi, dan mereka biasanya tidak cukup tua
atau memiliki penyakit yang berkontribusi seperti neuropati atau penyakit kronis yang
melemahkan. Namun, para peneliti saat ini memahami beberapa faktor utama yang
menyebabkan luka kronis, di antaranya adalah iskemia, cedera reperfusi , dan kolonisasi bakteri.
E. MENCEGAH DAN MENGOBATI INFEKSI
Untuk menurunkan jumlah bakteri dalam luka, terapis dapat menggunakan antibiotik
topikal, yang membunuh bakteri dan juga dapat membantu dengan menjaga lingkungan luka
tetap lembab, yang penting untuk mempercepat penyembuhan luka kronis. Beberapa peneliti
telah bereksperimen dengan penggunaan minyak pohon teh , agen antibakteri yang juga memiliki
efek anti-inflamasi. Disinfektan merupakan kontraindikasi karena dapat merusak jaringan dan
menunda kontraksi luka. Lebih lanjut, mereka dianggap tidak efektif oleh bahan organik dalam
luka seperti darah dan eksudat dan karenanya tidak berguna pada luka terbuka.
Jumlah yang lebih besar dari jaringan eksudat dan nekrotik dalam luka meningkatkan
kemungkinan infeksi dengan berperan sebagai media untuk pertumbuhan bakteri menjauh dari
pertahanan inang. Karena bakteri berkembang pada jaringan yang mati, luka sering dilakukan
pembedahan untuk menghilangkan jaringan yang rusak. Debridemen dan drainase cairan luka
adalah bagian yang sangat penting dari perawatan untuk ulkus diabetes, yang dapat menciptakan
kebutuhan untuk amputasi jika infeksi menjadi tidak terkendali. Penghapusan bakteri secara
mekanis dan jaringan yang rusak juga merupakan ide di balik irigasi luka , yang dilakukan
dengan menggunakan lavage berdenyut.
Menghilangkan jaringan nekrotik atau rusak juga merupakan tujuan terapi belatung ,
pengenalan yang disengaja oleh seorang praktisi kesehatan dari belatung hidup yang telah
didesinfeksi menjadi luka yang tidak sembuh. Belatung hanya melarutkan jaringan nekrotik yang
terinfeksi; desinfeksi luka dengan membunuh bakteri; dan merangsang penyembuhan luka.
Terapi belatung telah terbukti mempercepat debridemen luka nekrotik dan mengurangi beban
bakteri dari luka, yang mengarah ke penyembuhan sebelumnya, mengurangi bau luka dan
mengurangi rasa sakit. Kombinasi dan interaksi dari tindakan-tindakan ini membuat belatung alat
yang sangat kuat dalam perawatan luka kronis.
Kemajuan teknologi baru-baru ini menghasilkan pendekatan baru seperti pembalut luka
adaptif sendiri yang mengandalkan sifat polimer cerdas yang sensitif terhadap perubahan tingkat
kelembaban. Pembalut memberikan penyerapan atau hidrasi sesuai kebutuhan pada setiap area
luka independen dan membantu proses debridemen autolitik alami. Ini secara efektif
menghilangkan cairan yang mengelupas dan jaringan nekrotik, biofilm bakteri yang
terdisintegrasi serta komponen eksudat yang berbahaya, yang diketahui memperlambat proses
penyembuhan. Perawatan juga mengurangi beban bakteri dengan evakuasi dan imobilisasi
mikroorganisme yang efektif dari dasar luka, dan pengikatan kimiawi selanjutnya terhadap air
yang tersedia yang diperlukan untuk replikasi mereka. Pembalut adaptif melindungi kulit
periwound dari faktor ekstrinsik dan infeksi sambil mengatur keseimbangan kelembaban pada
kulit yang rentan di sekitar luka.

f. MENGOBATI TRAUMA DAN LUKA YANG MENYAKITKAN


Nyeri kronis persisten yang terkait dengan luka tidak sembuh disebabkan oleh kerusakan
jaringan ( nosiseptif ) atau saraf ( neuropatik ) dan dipengaruhi oleh perubahan pembalut dan
peradangan kronis. Luka kronis membutuhkan waktu lama untuk sembuh dan pasien dapat
menderita luka kronis selama bertahun-tahun. Penyembuhan luka kronis dapat dikompromikan
dengan kondisi yang mendasari hidup bersama, seperti aliran balik katup vena , penyakit
pembuluh darah perifer , edema yang tidak terkontrol dan diabetes mellitus .
Jika nyeri luka tidak dinilai dan didokumentasikan, mungkin diabaikan dan / atau tidak
ditangani dengan benar. Penting untuk diingat bahwa peningkatan nyeri luka dapat menjadi
indikator komplikasi luka yang membutuhkan perawatan, dan oleh karena itu praktisi harus
terus-menerus menilai kembali luka serta rasa sakit yang terkait.
Manajemen luka yang optimal membutuhkan penilaian holistik. Dokumentasi
pengalaman nyeri pasien sangat penting dan dapat berkisar dari penggunaan buku harian pasien,
(yang harus didorong pasien), hingga merekam rasa sakit sepenuhnya oleh profesional kesehatan
atau pengasuh. Komunikasi yang efektif antara pasien dan tim layanan kesehatan merupakan hal
mendasar dalam pendekatan holistik ini. Semakin sering profesional kesehatan mengukur rasa
sakit, semakin besar kemungkinan untuk memperkenalkan atau mengubah praktik manajemen
nyeri.
Saat ini ada beberapa pilihan lokal untuk pengobatan nyeri persisten, sementara
mengelola tingkat eksudat hadir dalam banyak luka kronis. Sifat-sifat penting dari opsi lokal
tersebut adalah bahwa mereka menyediakan lingkungan penyembuhan luka yang optimal, sambil
memberikan pelepasan ibuprofen dosis rendah lokal yang konstan selama masa liburan.
Jika pengobatan lokal tidak memberikan pengurangan nyeri yang adekuat, mungkin perlu
bagi pasien dengan luka nyeri kronis untuk diresepkan perawatan sistemik tambahan untuk
komponen fisik nyeri mereka. Dokter harus berkonsultasi dengan kolega resep mereka yang
merujuk pada tangga penghilang rasa sakit WHO dari opsi perawatan sistemik untuk bimbingan.
Untuk setiap intervensi farmakologis ada kemungkinan manfaat dan efek samping yang perlu
dipertimbangkan oleh dokter yang meresepkan bersama dengan tim perawatan perawatan luka.
Iskemia dan hipoksia
Pembuluh darah mengerut di jaringan yang menjadi dingin dan melebar di jaringan yang
hangat, mengubah aliran darah ke daerah tersebut. Jadi menjaga jaringan tetap hangat mungkin
diperlukan untuk melawan infeksi dan iskemia. Beberapa profesional kesehatan menggunakan '
perban berseri ' untuk menjaga daerah tetap hangat, dan perawatan harus dilakukan selama
operasi untuk mencegah hipotermia , yang meningkatkan tingkat infeksi pasca bedah.
Iskemia yang mendasari juga dapat diobati dengan pembedahan dengan revaskularisasi
arteri , misalnya pada ulkus diabetik, dan pasien dengan ulkus vena dapat menjalani operasi
untuk memperbaiki disfungsi vena.
Penderita diabetes yang bukan kandidat untuk pembedahan (dan lainnya) mungkin juga
mengalami peningkatan oksigenasi jaringan oleh Terapi Oksigen Hiperbarik , atau HBOT, yang
dapat memberikan peningkatan jangka pendek dalam penyembuhan dengan meningkatkan suplai
darah teroksigenasi ke luka. Selain membunuh bakteri, kandungan oksigen yang lebih tinggi
dalam jaringan mempercepat produksi faktor pertumbuhan, pertumbuhan fibroblast, dan
angiogenesis . Namun, peningkatan kadar oksigen juga berarti peningkatan produksi ROS.
Antioksidan , molekul yang dapat kehilangan elektron karena radikal bebas tanpa menjadi
radikal, dapat menurunkan kadar oksidan dalam tubuh dan telah digunakan dengan beberapa
keberhasilan dalam penyembuhan luka.
Terapi laser tingkat rendah telah berulang kali terbukti secara signifikan mengurangi
ukuran dan tingkat keparahan ulkus diabetik serta ulkus tekanan lainnya.
Luka tekanan seringkali merupakan akibat iskemia lokal akibat peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan juga berperan dalam banyak ulserasi kaki diabetik karena perubahan akibat
penyakit menyebabkan kaki menderita mobilitas sendi yang terbatas dan menciptakan titik-titik
tekanan di bagian bawah kaki. Langkah-langkah efektif untuk mengobati ini termasuk prosedur
bedah yang disebut resesi gastrocnemius di mana otot betis diperpanjang untuk mengurangi titik
tumpu yang diciptakan oleh otot ini dan mengakibatkan penurunan tekanan kaki depan plantar.
Faktor pertumbuhan dan hormon
Karena luka kronis merupakan faktor pertumbuhan yang sangat diperlukan untuk
penyembuhan jaringan, penyembuhan luka kronis dapat dipercepat dengan mengganti atau
merangsang faktor-faktor tersebut dan dengan mencegah pembentukan protease yang berlebihan
seperti elastase yang memecahnya.
Salah satu cara untuk meningkatkan konsentrasi faktor pertumbuhan pada luka adalah
dengan menerapkan faktor pertumbuhan secara langsung. Ini umumnya membutuhkan banyak
pengulangan dan membutuhkan sejumlah besar faktor, meskipun biomaterial sedang
dikembangkan yang mengontrol pengiriman faktor pertumbuhan dari waktu ke waktu. [ Cara
lain adalah dengan menyebarkan gel trombosit darah pasien ke luka, yang kemudian
mengeluarkan faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF), faktor
pertumbuhan seperti insulin 1-2 (IGF), PDGF, mengubah faktor pertumbuhan -β (TGF-β), dan
faktor pertumbuhan epidermal (EGF). Perawatan lain termasuk menanamkan keratinosit yang
dikultur ke dalam luka untuk meresepkannya kembali dan membiakkan dan menanamkan
fibroblas ke dalam luka. Beberapa pasien diobati dengan pengganti kulit buatan yang memiliki
fibroblas dan keratinosit dalam matriks kolagen untuk mereplikasi kulit dan melepaskan faktor
pertumbuhan.
Dalam kasus lain, kulit dari mayat akan dicangkokkan ke luka, menyediakan penutup
untuk mencegah bakteri dan mencegah penumpukan jaringan granulasi terlalu banyak, yang
dapat menyebabkan jaringan parut yang berlebihan. Meskipun allograft (kulit yang
ditransplantasikan dari anggota spesies yang sama) digantikan oleh jaringan granulasi dan tidak
benar-benar dimasukkan ke dalam luka penyembuhan, itu mendorong proliferasi sel dan
menyediakan struktur bagi sel-sel epitel untuk merangkak. Pada luka kronis yang paling sulit,
allografts mungkin tidak berfungsi, membutuhkan cangkok kulit dari tempat lain pada pasien,
yang dapat menyebabkan rasa sakit dan tekanan lebih lanjut pada sistem pasien.
Pembalut kolagen adalah cara lain untuk menyediakan matriks untuk proliferasi dan
migrasi seluler, sementara juga menjaga luka tetap lembab dan menyerap eksudat. Selain itu
Kolagen telah terbukti bersifat kemotaksis terhadap monosit darah manusia, yang dapat
memasuki lokasi luka dan berubah menjadi sel penyembuhan luka yang bermanfaat.
Penelitian terhadap hormon dan penyembuhan luka menunjukkan estrogen mempercepat
penyembuhan luka pada manusia lanjut usia dan pada hewan yang indung telurnya diangkat,
kemungkinan dengan mencegah kelebihan neutrofil memasuki luka dan melepaskan elastase.
Dengan demikian, penggunaan estrogen adalah kemungkinan di masa depan untuk mengobati
luka kronis.
DIAGNOSA KEPERAWATAN SDKI-SIKI :
1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskoleketal kronis ditandai dengan mengeluh
nyeri dan tidak mampu menuntaskan aktivitas.
2. Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan penurunan mobilisasi
ditandai dengan kerusakan jaringan/lapisan kulit.
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Hiperglikemia ditandai dengan nyeri
ekstermitas atas.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit ditandai dengan gelisah dan
tidak mampu rileks.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh ditandai
dengan fungsi struktur tubuh berubah atau hilang.

DIAGNOSA UTAMA YANG DIANGAKAT :


1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskoleketal kronis ditandai dengan mengeluh
nyeri dan tidak mampu menuntaskan aktivitas.
2. Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan penurunan mobilisasi
ditandai dengan kerusakan jaringan/lapisan kulit.

INTERVENSI KEPERAWATAN SDKI-SIKI :


1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskoleketal kronis ditandai dengan mengeluh
nyeri dan tidak mampu menuntaskan aktivitas.
-Manajemen Nyeri
Observasi Teraupetik Edukasi Kolaborasi
- Identifikasi - Berikan teknik - Jelaskan - Kolaborasi
lokasi, non farmakologis penyebab, pemberian
karakteristik untuk mengurangi periode dan analgetik
durasi, rasa nyeri pemicu
frekuensi,kual - Control nyeri
itas intensitas lingkungan yang - Jelaskan
nyeri memperberat rasa strategi
- Identifikasi nyeri meredakan
skala nyeri - Fasilitasi istirahat nyeri
- Identifikasi dan tidur - Anjurkan
respons nyeri - Pertimbangkan memonitor
non verbal jenis dan sumber nyeri secara
- Identifikasi nyeri dalam mandiri
pengaruh pemilihan strategi - Anjurkan
nyeri pada meredakan nyeri teknik
kualitas hidup nonfarmakol
- Monitor efek ogis untuk
samping mengurangi
penggunaan rasa nyeri
analgetik

-Perawatan Kenyamanan
Observasi Teraupetik Edukasi Kolaborasi
- Identifikasi - Berikan posisi - Jelaskan - Kolaborasi
gejalayang nyaman mengenai pemberian
tidak - Berikan kondisi dan analgesic,
menyenangkan kompres pilihan antipruritus,
- Identifikasi dingin terapi/pengoba antihistamin
pemahaman atohangat tan
tentang - Ciptakan - Ajarkan
kondisi situasi lingkungan relaksasi
dan yang nyaman - Ajarkan teknik
perasaannya - Dukung distraksi dan
- Identifikasi keluarga dan imajinasi
masalah pengasuh terbimbing
emosional dan terlibat dalam
spiritual terapi/pengoba
tan
2. Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan penurunan mobilisasi
ditandai dengan kerusakan jaringan/lapisan kulit.
-Perawatan Integritas Kulit
Observasi Teraupetik Edukasi Kolaborasi
- Identifikasi - Ubah posisi - Anjurkan -
penyebab tiap 2 jam jika menggunakan
gangguan tirah baring pelembab
integritas kulit - Gunakan - Anjurkan
produk minum air
berbahan yang cukup
petroleum atau - Anjurkan
minyak pada meningkatkan
kulit kering asupan nutrisi
- Gunakan - Anjurkan
produk menghiondari
berbahan terpapar suhu
ringan/alami ekstrem
dan
hipoalergik
pada kulit
sensitif

-Perawatan Luka
Observasi Teraupetik Edukasi Kolaborasi
- Monitor - Lepaskan - Jelaskan tanda - Kolaborasi
karakteristik balutan dan dan gejala prosedur
luka plester secara infeksi debridement
- Monitor perlahan - Anjurkan - Kolaborasi
tanda-tanda - Cukur rambut mengkonsums pemberian
infeksi di daerah i makanan antibiotic
sekitar luka tinggi kalori
- Bersihkan dan protein
dengan cairan - Ajarkan
NaCL atau prosedur
pembersih perawatan
nontoksik luka secara
- Bersihkan mandiri
jaringan
nekrotik
- Berikan salep
yang sesuai ke
kulit/lesi
- Pasang balutan
sesuai jenis
luka
- Pertahankan
teknik steril
saat melakukan
perawatan luka
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyembuhan luka selalu terjadi melalui tahapan yang berurutan mulai dari proses
inflamasi, proliferasi, pematangan dan penutupan luka. Pada gangrene dan kronis, tindakan
debridement yang baik sangat penting untuk mendapatkan hasil pengelolaan yang memadai

3.2 Saran
 Merawat Luka tersebut agar tidak terkonta minasi
 Menghilangkan jaringan Oleh bakteri dan benda asing yang terkontaminasi sehingga Pasien
dilindungi terhadap kemingkinan invasi bakteri.
 Menghilangkan jaringan yg sdh mati dalam persiapan penyembuhan luka.

Anda mungkin juga menyukai