McDonald berkembang pesat di awal Tahun 1990, beberapa isu yang dialami McDonald
adalah :
Melihat dari upaya Mcdonald menjawab kritik tersebut, terlihat bahwa performance
Mcdonald tidak menurun, justru semakin bersinar. Selain makanan/minuman banyak
disukai orang, kepedulian Mcdonald ini merupakan nilai tambah dari sudut padang
konsumen (menunjukkan Mcdonald tidak hanya ingin mendapat keuntungan tetapi
peduli terhadap konsumen dan lingkungan).
Menjawab kritik tersebut Mcdonald melakukan inovasi pada wadah kemasannya, yaitu
dengan mencantumkan kandungan nutrisi pada wadah tersebut. Berikut adalah contoh
kemasan baru Mcdonald :
Kemasan baru Mcdonald ini menggunakan QR code. Dengan demikian, konsumen
bisa mengetahui informasi mengenai kandungan nutrisi yang ada di makanan
McDonald's. Selain teks, QR code juga akan menampilkan ilustrasi tentang nutrisi,
sehingga komunikasi ke konsumen tentang informasi nutrisi akan lebih mudah
dilakukan. Menurut Chief Brand Officer Mcdonald, Kemasan terbaru didesain untuk
menghubungkan McDonald dengan konsumen dalam cara-cara yang relevan dan
sebagai bentuk perayaan akan brand .
Kritik ini dijawab oleh Mcdonald dengan membangun gerai lebih banyak lagi. Di
Jakarta, gerasi-gerai Mcdonald dibangun hampir disetiap sudut kota. Di Sulawesi
Makasar, Mcdonald baru hadir di Ibu Kota, yaitu Makassar, namun tidak menutup
kemungkinan lainnya di kota-kota lainnya akan dibangun Mcdonald.
d) Kritik dari Perokok Pasif terhadap Perokok yang Merokok di Ruangan McDonald
McDonald dikritik karena hanya menyediakan satu ruangan untuk bersantap, dimana
smoker consumer pun berada di tempat sama sehingga menggganggu non-smoker
consumer. McDonald diminta untuk membuat kebijakan untuk melarang smoker masuk
ke dalam restauran.
Kritik ini ditindaki oleh McDonalds dengan membagi dua area restaurannya yaitu area
smoking dan area non smoking. Karena jika melarang smoker masuk, menyebabkan
pengurangan jumlah konsumen yang masuk. Pada saat ini, seperti kita lihat di tiap
restauran McDonalds (bahkan semua restauran) menyediakan dua area untuk
konsumen yang merokok dan tidak.
e) Pemakaian Kertas untuk Wadah Makanan
Seperti yang kita lihat bahwa McDonalds tidak menggunakan piring kaca yang dapat
digunakan berkali-kali. McDonalds kerap menggunakan alat makan kertas untuk
menyajikan santapannya. Hal ini pun menimbulkan kritik dari pemerhati lingkungan
untuk mengurangi penggunaan kertas. Karena peningkatan kertas meningkatkan pula
penebangan pohon di dunia ini.
Issue Identification
Terdapat tujuh isu nonmarket environment yang ditujukan pada perusahaan mega
cepat saji ini. Terdapat dua isu besar yaitu isu lingkungan dan kesehatan. Namun pada
perkembangannya isu pun meluas ke ranah keselamatan dan sosial. Adapun isu
lingkungan yaitu penggunaan styrofoam yang penggunaannya tidak sebanding dengan
area pembuangan limbah (terlebih bahan tersebut tidak hancur), serta penggunaan
wadah kertas yang meningkatkan penebangan pohon. Isu kesehatan yaitu
penggunaan styrofoam yang menghantar sel kanker dan tumor (mengandung CFC),
makanan yang disajikan sangat rendah nutrisi, namun tinggi kalori, lemak, kolesterol,
dan garam (serta pihak McDonalds tidak informatif dalam menyiarkan komponen gizi
makanan yang disajikan). Terlebih McDonalds semakin aktif membuka cabang di kota
besar sehingga mendorong masyarakat kota untuk berpikir instan dan terus menerus
mengonsumsi makanan cepat saji. Selain itu McDonald tidak memberi batasan untuk
perokok untuk menghisap batang rokoknya di tempat. Isu sosial pun timbul akibat tidak
memperhatikan hak dari tenaga kerja paruh waktu. Isu yang diawali oleh accident yaitu
isu keselamatan, hal ini bermula seorang wanita yang luka terbakar akibat kejatuhan
kopi. Kopi yang disajikan temperaturnya sangat tinggi.
Administration
Adapun beberapa isu yang sampai pada tahap ini yaitu isu kecelakaan kopi yang
menyebabkan hakim untuk menurunkan temperatur kopi yang disajikan McDonalds.
Selain itu, hasil keputusan hakim bahwa McDonalds memberi kompensasi kepada
korban sebesar $640.000 dan $2,7 juta untuk kompensasi hukuman.
Enforcement
Pada tahap ini, beberapa isu McDonalds mendapat tititk terang namun adapun yang
menemui jalan buntu. Pada isu styrofoam, McDonalds tidak dapat melakukan apa-apa
untu mengurangi pemakaian wadah styrofoam. McDonalds pun mencoba untuk
membakarnya, namun mendapat teguran keras lagi karena menimbulkan polusi udara
yang sangat berbahaya. Pada isu nutrisi yang terkandung pada makanan McDonalds
disambut dengan melaksanakan saran dengan mencantumkan tabel nutrisi serta
melakukan improvisasi menu yang lebih sehat seperti McNugget yang tidak
menggunakan kulit ayam dan digoreng dengan minyak sayur.
Pada isu merokok dalam ruangan, McDonalds menyikapinya dengan membuat dua
area yaitu area smoking dan area non-smoking. Pada isu penggunaan kertas,
McDonalds menggunakan kemasan daur ulang dengan mengeluarkan dana sebesar
$100juta. Pada isu tenaga kerja, pada artikel kasus tersebut tidak diketahui apakah
kebijakan McDonalds untuk menyikapi hal tersebut. sedangkan untuk isu kecelakaan
kopi McDonald mengajukan banding atas keputusan hakim untuk mengganti rugi
tersebut.
untuk mengatasi isu-isu tersebut ada beberap hal yang bisa McDonalds pertimbangkan,
yaitu :
Senantiasa mempertimbangkan faktor-faktor non-market dalam membangun
kebijaksanaan ataupun melakukan evaluasi produk dan manajemen. Tidak hanya
mempertimbangkan masalah market,seperti konsumen, pemasok, profit, dan
lainnya.
Melakukan kerjasama kepada lembaga lingkungan untuk mengatasi lembah
styrofoam. Contohnya limbah styrofoam dapat digunakan menjadi bahan dasar
batako dan ekstrak kulit jeruk yang dapat diproses kimiawi agar styrofoam yang ada
terurau menjadi larutan yang berguna untuk pembuatan semen dan pengolahan air
bersih.
Mulai meninggalkan wadah plastik maupun kertas (bisa dikompensasi untuk take
away atau delivery), tapi untuk makan di tempat disarankan menggunakan alat
makan yang dapat dicuci.
Senantiasa melakukan informasi kepada publik mengenai nutrisi serta terus
melakukan improvisasi menu yang sehat.
Melakukan revisi terhadap kebijakan atas kewajiban tenaga kerja.