Anda di halaman 1dari 12

Demian, Chapter 1

SEPTEMBER 11, 2016 | KYUMINJOONG


Ringkasan
Emil Sinclair memulai narasinya dengan memberitahukan kepada pembaca bahwa dia akan
menceritakan sebuah kejadian dalam hidupnya yang terjadi ketika dirinya berusia 10 tahun.

Pertama-tama, dia berhenti sejenak untuk bercerita mengenai kedua alam, dua dunia yang
disadarinya pada waktu itu—yang satu dari kegelapan, dan yang satunya dari cahaya, yang satu
siang dan yang satu malam. Alam siang adalah segala yang “baik”, lurus, dan Kristiani. Alam
malam adalah dunia tentang skandal dan misteri, kondisi mabuk dan pembunuhan, penipuan dan
aktifitas ilegal. Alam cahaya adalah dunia dari orang tua dan saudari-saudari Sinclair. Meskipun
hidup dalam alam cahaya, Sinclair penasaran dan tertarik pada alam kegelapan.

Suatu hari Sinclair sedang bermain dengan beberapa tetangga sekitar, termasuk Franz Kromer
yang besar dan suka memerintah. Para anak laki-laki menertawakan, mencoba untuk
mengungguli satu sama lain dalam membicarakan perilaku buruk yang pernah mereka lakukan.
Merasa tertekan dengan obrolan para anak laki-laki tersebut, Sinclair menciptakan sebuah cerita
berbelit-belit tentang mencuri sekarung apel dari sebuah kebun buah-buahan di dekat
penggilingan. Kromer mendesak Sinclair, membuatnya bersumpah kepada Tuhan bahwa cerita
tersebut adalah benar. Bersamaan dengan para anak laki-laki yang membubarkan diri, Kromer
menarik Sinclair ke samping. Kromer mengatakan pada Sinclair bahwa dia tahu tentang kejadian
pencurian apel itu lumayan lama dan, lebih jauh lagi, (dia juga tahu) bahwa pemilik kebun buah-
buahan tersebut telah menawarkan hadiah dua mark* pada siapa saja yang bisa memberitahunya
siapa yang mencuri apelnya. Kromer kemudian mengatakan pada Sinclair bahwa dia butuh uang
dan akan, tentu saja, lebih memilih mendapatkan uang dari Sinclair dan tidak menyerahkan
Sinclair. Jika Sinclair membawakannya dua mark keesokan harinya, Kromer akan setuju untuk
tidak mengadukannya. Sinclair protes bahwa dia tidak memiliki uang sebanyak itu, namun
Kromer tidak mau mendengarkannya. Mereka setuju untuk bertemu di toko keesokan harinya
sepulang sekolah.

Sinclair pulang ke rumah sebagai anak laki-laki yang telah berubah. Dia menghukum dirinya
sendiri karena telah terpengaruh oleh Kromer dan yakin tindakannya menipu akan
mengantarkannya pada kelakuan buruk lainnya yang tidak bisa dihitung jumlahnya. Dia merasa
seperti orang luar dalam rumahnya sendiri. Dia mempertimbangkan apakah dirinya harus
mengaku pada ayahnya, namun memutuskan tidak melakukannya. Ayahnya (pernah)
menghukumnya karena sepatunya berlumpur dan hal itu memperkenankan Sinclair memenuhi
kebutuhannya untuk merasa dihukum. Pada saat yang sama, saat ini adalah dimana dia untuk
pertama kalinya melihat dirinya sendiri lebih baik dari pada ayahnya—di sinilah dia, seorang
kriminal yang secara virtual mengeras, dan ayahnya memarahinya karena sepatu berlumpur!

Sinclair jatuh sakit keesokan harinya dan dia menggunakan kesempatan itu untuk tinggal di
rumah pada pagi hari. Sadar kalau dia harus bertemu Kromer pada pukul 11, dia memutuskan
memecahkan celengan babi yang ibunya simpan untuknya. Dia temukan di dalamnya sebanyak
65 pfennig dan memutuskan untuk membawanya pada Kromer, dengan alasan bahwa itu akan
lebih baik dari pada muncul dengan tangan kosong. Kromer menerima pembayarannya dengan
marah, mengatakan pada Sinclair kalau dia akan menunggu mark sisanya dan 35 pfennig. Dalam
minggu-minggu berikutnya, Sinclair tidak dapat membayar hutangnya dan dipaksa untuk
melakukan tugas-tugas memalukan untuk Kromer
Demian, Chapter 2
SEPTEMBER 11, 2016 | KYUMINJOONG
Ringkasan
Seorang murid baru, Max Demian, muncul di sekolah Sinclair. Anak dari seorang janda kaya,
Demian setahun lebih tua dari Sinclair, namun terlihat hampir dewasa. Pada salah satu kelas
Kitab Injil Sinclair, Demian dipaksa untuk duduk dan menulis sebuah karangan. Sepulang
sekolah, Demian menghampiri Sinclair dan mulai melibatkannya dalam sebuah percakapan.
Mereka membicarakan rumah Sinclair, yang sepertinya sedikit Demian ketahui. Dia memberitahu
Sinclair bahwa lengkungan* di atas pintu masuk memuat lambang yang mirip elang alap*.

Demian kemudian membawa topik tentang pelajaran hari itu—kisah mengenai Cain dan Abel.
Lalu Demian menawarkan kepada Sinclair sebuah cara untuk membaca kisah Cain dan
Abel yang berbeda dari apa yang dia pelajari di kelas. Demian berpendapat kalau tanda milik
Cain adalah sesuatu yang lebih seperti udara tentang dirinya—dia adalah seorang pria yang
dikagumi oleh yang lain. Orang-orang, atas ketidakmampuan mereka berhadapan sewajarnya
dengan orang-orang yang berjasa sesungguhnya, mengartikan tanda ini secara tidak tepat sebagai
indikasi bahwa Cain itu jahat dari beberapa sudut. Atas dasar rasa takut pada Cain dan kecewa
karena mereka takut, orang-orang memfitnahnya karena itulah satu-satunya pembalasan dendam
yang tersedia bagi mereka. Pemikiran bahwa Cain ditandai sebagai orang jahat (pemberian
stigma), dengan demikian, harus dihilangkan sebagai sebuah penipuan dari mereka yang lemah.
Sinclair, terpesona oleh pola pikir Demian yang menyimpang, terus memikirkan masalah tersebut
lama setelah Demian mengantarnya sampai rumah.

Kromer terus menyiksa Sinclair dengan cara-cara yang paling buruk. Sinclair dipaksa mencuri
untuk membayar dua mark yang ditentukan di awal, namun kemudian semakin diancam karena
Kromer mengetahui tentang tiap insiden pencurian ini. Pada akhirnya, Kromer menuntut Sinclair
membawakannya saudari perempuannya. Merasa sangat kesulitan setelah menyadari apa yang
mungkin ingin Kromer lakukan pada saudarinya, Sinclair berjalan berputar untuk beberapa saat.
Dia bertubrukan dengan Demian, yang tidak banyak berinteraksi dengannya lagi sejak
percakapan mereka tentang Cain dan Abel. Demian melibatkan Sinclair dalam percakapan
mengenai hubungannya dengan Kromer. Dia menanyakan apa yang mengikat Sinclair pada
Kromer, memberikan kesan bahwa dia tidak bisa memikirkan alasan lain selain Kromer “punya
sesuatu” soal Sinclair. Demian bersikeras bahwa Kromer harus dihentikan bahkan jika itu berarti
Sinclair membunuhnya. Tentu saja, Sinclair tidak menerima ide itu dengan baik dan mereka
berpisah, Demian berjanji bahwa dia akan melakukan sesuatu untuk meredakan situasi. Sekitar
seminggu kemudian, Sinclair bertemu dengan Kromer secara tidak sengaja di jalan. Kromer,
terlihat ketakutan, berbalik dan pergi begitu saja.

Gembira karena akhirnya terbebas dari Kromer, Sinclair mencari Demian untuk berterima kasih
atas pertolongannya. Dia mencoba, namun tidak bisa membuat Demian mengungkapkan
bagaimana dia melakukan perbuatan yang hebat sekali itu. Segera setelahnya, Sinclair mengakui
seluruh insiden tersebut kepada orang tuanya. Dia kemudian kembali pada kenyamanan rumah
orang tuanya, jauh dari Kromer, namun juga jauh dari Demian.

Enam bulan kemudian, Sinclair bertanya pada ayahnya mengenai interpretasi Demian soal tanda
milik Cain. Ayahnya menjawab tanpa tertarik bahwa itu adalah sebuah pendapat kuno yang salah.
Demian, Chapter 3
SEPTEMBER 12, 2016 | KYUMINJOONG
Ringkasan
Sinclair yang lebih tua membayangkan masa kecilnya dan pengaruh dunia kegelapan yang
“merobek” dirinya dari kepolosannya dan orang tuanya. Dia mengamati bahwa belajar bagaimana
untuk mengendalikan hasrat seksual yang baru ditemukan dalam masa remajanya dan bagaimana
untuk mengimbangi apa yang melawan nilai-nilai didikannya terbukti adalah sebuah tugas yang
teramat sulit di mana dia gagal melakukannya.

Beberapa tahun telah berlalu, selama itu Sinclair hanya berhubungan yang tidak begitu penting
dengan Demian. Kemudian, ketika Sinclair mulai mengambil beberapa kelas menuju
pengesahan*, dia mengetahui bahwa Demian juga akan mengambil kelas yang sama. Ketika
kelas-kelas tersebut dimulai, Sinclair dengan sengaja menghindari Demian—dia masih merasa
berhutang dengan canggungnya kepada Demian atas pertolongannya membebaskan Sinclair dari
Kromer beberapa tahun sebelumnya.

Ketika Sinclair menjadi kurang tertarik dengan percakapannya, dia menjadi lebih dan lebih
berminat dengan Demian. Dia masih merasakan ikatan dengannya dari tahun-tahun lalu. Suatu
hari sang pastor memberitahukan kisah mengenai Cain dan Abel. Ketika dia mulai bicara tentang
tanda Cain, Demian dan Sinclair menatap satu sama lain secara sadar dari sebrang ruangan—apa
yang pastor ajarkan tidak harus menjadi kesimpulan dari kisah tersebut, mereka pikir. Saat-saat
itu menarik Sinclair dan Demian kembali bersama. Segera setelahnya, Demian menukar
tempatnya dan duduk di sebelah Sinclair.

Sinclair akhirnya mulai menikmati kelas pengesahan. Sebuah lirikan dari Demian pada suatu titik
dalam pelajaran bisa membuatnya mempertanyakan apa yang guru katakan. Selanjutnya, dia
melihat Demian bermain segala macam permainan psikologis dengan para murid dan guru.
Demian tampak menggunakan kekuatan yang luar biasa mengendalikan tindakan orang-orang.
Sinclair bertanya kepadanya mengenai bagaimana dia tampak bagaikan puppet master (dalang)
atas orang lain (mampu mengendalikan mereka). Demian membalas bahwa dengan konsentrasi
yang cukup keras dia bisa mempelajari bagaimana cara membaca pikiran orang-orang. Lebih dari
itu, jika seseorang cukup memiliki keinginan akan sesuatu, dan sesuatu itu memungkinkan, maka
dia akan meraihnya. Demian menggunakan dua prinsip itu untuk menjelaskan bagaimana dia
memindahkan tempat duduknya ke sebelah Sinclair dan bagaimana dia bisa mempengaruhi apa
yang guru lakukan dengan menatap padanya.

Kepercayaan agamis Sinclair mulai berkurang. Namun demikian, tidak seperti teman sekelasnya
yang sepenuhnya mengingkari kebenaran tentang semua ke-Nasrani-an, dia menghormati nilai
dari hidup taat secara agama. Daripada menolak kitab Injil dan kepercayaan Nasrani sepenuhnya,
Sinclair menawarkan interpretasi yang berbeda, mungkin lebih fantastis. Suatu hari setelah kelas
dimana mereka membicarakan mengenai penyaliban, Demian menawarkan kepada Sinclair
sebuah usulan radikal. Sinclair merasa harus menolak usulan Demian karena terlalu radikal—
sesuatu yang harus dijaga tetap keramat. Namun, Demian terus saja melakukannya—Tuhan dari
kitab Injil mungkin mewakili semua yang baik dan terhormat, namun, dia (Demian) bersikeras,
ada sesuatu yang lebih. Seseorang pastilah juga memuja setan atau memuja dewa yang
mewujudkan kebaikan dan kejahatan sekaligus.
Sinclair sangat gembira Demian telah menyentuh pikiran terdalamnya mengenai adanya dua
alam. Dia mencoba membahasnya, namun Demian menghentikan percakapan tiba-tiba,
memberitahunya bahwa dia belum memahami arti seluruhnya dari apa yang dia katakan.

Ketika kelas pengesahan mendekati, Sinclair dan Demian menjauh. Hari pengesahan tiba dan
Sinclair mengetahui bahwa setelah liburan dia akan dikirim ke sekolah asrama.

Demian, Chapter 4

Ringkasan

Sinclair pergi ke sekolah asrama di mana (informasi tentang) tempatnya yang diketahui pembaca
hanyalah St.3/43/4. Pada saat ini, dia sadar akan dirinya yang kehilangan kemurniannya, namun
memiliki perasaan yang bertentangan secara mendalam mengenai kenyataan tersebut. Dia senang
untuk berada jauh dari rumah, namun kecewa bahwa dirinya sudah tidak bisa menemukan
keriangan di bawah pengawasan protektif dari orang tuanya. Dia merindukan Demian, namun
juga marah padanya karena punya kontribusi dalam keadaan intelektualnya yang menyiksa.

Sekitar setahun setelah masuk ke sekolah tersebut, Sinclair berjalan-jalan di kota suatu hari ketika
dia dihampiri oleh Alfons Beck. Beck mengundang Sinclair untuk ikut dengannya menikmati
wine di bar setempat. Sinclair punya sangat sedikit toleransi (alkohol), jadi lidahnya dengan
segera melonggar. Dia mulai bicara tentang Cain dan Abel serta penjelasan alternatif dari kisah
yang dia pelajari dari Demian. Beck memberitahunya tentang bergaul dengan wanita,
membiarkan Sinclair memasuki dunia kesenangan yang tidak bisa dia bayangkan ikut serta di
dalamnya.

Petualangan mabuk-mabukan pertama ini mengantar pada banyak hal lain. Sinclair terjerumus ke
dalam kerumunan yang sering pergi ke bar dan menyelinap bersama para wanita. Sinclair, biar
bagaimanapun, tidak pernah ikut dalam petualangan seksual mereka. Dia menginginkan cinta
yang sejati dan memuaskan secara emosional serta tidak betah dengan ide tentang sekedar terlibat
dalam tindakan fisik. Namun, pesta-pora Sinclair terkenal di kalangan sekolah—dia sering berada
dalam masalah dan nyaris dikeluarkan. Ayah Sinclair datang mengunjunginya di sekolah, dua
kali, untuk mencoba membuatnya memperbaiki sikap dan dia diancam dikeluarkan paksa.
Kunjungannya ke rumah natal kali itu sungguh tidak menyenangkan. Kepedulian Sinclair
terhadap kegagalannya mulai berkurang dan semakin berkurang, dia mulai menerima nasib yang
ditakdirkan untuknya.

Suatu hari di sebuah taman di dekat sekolah, seorang gadis menarik perhatian Sinclair. Meskipun
dia tidak pernah mendekatinya, tidak pernah bicara padanya, Sinclair menjadi tergila-gila
padanya. Dia memberinya nama Beatrice dan hampir memujanya. Perilaku Sinclair langsung saja
berubah. Dia tidak pernah lagi pergi ke bar. Dia menjadi lebih tertarik dengan sekolah.
Perilakunya menjadi lebih “serius dan terpuji”. Hal yang terpenting adalah, Sinclair mulai
melukis. Sinclair hanya melakukan hal-hal kecil selama beberapa waktu dan suatu hari melukis
wajah seorang gadis yang diresponnya dengan sangat kuat. Wajah itu memiliki fitus laki-laki dan
perempuan serta tampak bagi Sinclair hampir bagai gambar Tuhan. Beberapa hari kemudian, dia
sadar bahwa, meskipun lukisan itu tidak tampak sepenuhnya seperti dia, gambar itu adalah
Demian.
Sinclair yang lebih tua bicara tentang bagaimana gambar ini membuatnya merindukan Demian.
Kita mendapat informasi bahwa, pada waktu itu, Sinclair berpapasan dengan Demian saat sedang
libur dan kembali ke rumah. Saat sedang berjalan-jalan sepanjang jalan, mereka berpapasan dan
Sinclair mengundang Demian utnuk bergabung dengannya di bar. Percakapan mereka tidak
menyenangkan dan sedikit bersifat antagonis. Demian tidak menyetujui hobi baru Sinclair
minum-minum.

Suatu malam Sinclair bermimpi tentang Demian dan lambang di lengkungan pintu rumah
Sinclair. Dia mulai melukis elang-alap yang ada pada lambang itu. Kemudian dia mengirim
lukisannya pada Demian.

Demian, Chapter 5

SEPTEMBER 13, 2016 | KYUMINJOONG

Ringkasan

Suatu hari di kelas, Sinclair menemukan sebuah catatan sudah ditinggalkan untuknya. Isinya,
“Burung memperjuangkan jalannya untuk keluar dari telur. Telur itu adalah dunia. Barang siapa
yang akan terlahir harus terlebih dahulu menghancurkan sebuah dunia. Sang burung terbang
menuju Tuhan. Nama Tuhan itu adalah Abraxas.” Meskipun surat itu tidak bertanda tangan,
Sinclair yakin itu dari Demian. Sinclair teralihkan fokusnya dari pelajaran, namun kembali
bersemangat ketika dia mendengar sang guru menyebut Abraxas. Abraxas, kata sang guru, bisa
dianggap sebagai sebuah “kedewaan” yang menggambarkan penyatuan dari yang bersifat
ketuhanan dan yang bersifat setan.

Pada sekitar masa ini, Sinclair memiliki mimpi yang terus kembali terulang. Di dalamnya, dia
kmebali ke rumah orang tuanya dan melihat sang elap-alap, bercahaya di atas rumah. Ibunya
menghampirinya, namun ketika dia akan memeluknya, dia melihat orang itu bukanlah ibunya,
melainkan seseorang yang tampak seperti Demian dan lukisannya.

Menyadari bahwa dirinya segera akan memasuki universitas, Sinclair berpikir tentang masa
depannya. Dia melihat bahwa dirinya tidak memiliki rencana tetap seperti mereka yang yakin
ingin menjadi dokter, pengacara, atau pebisnis. Daripada itu, dia ingin untuk sekedar “hidup
selaras dengan anjuran” dari “dirinya yang sejati”. Dia menerka-nerka mengapa hal ini begitu
sulit untuk dilakukan. Bersama dengan bulan berlanjut, Sinclair menjadi lebih kesepian,
meskipun lebih dan lebih percaya diri soal hubungannya dengan teman sebayanya.

Berjalan di sekitar kota, Sinclair adakalanya memperhatikan sebuah gereja dimana suara musik
orgel berasal. Suatu hari, melewati gereja tersebut, Sinclair mendengar musik dan berdiri di luar
untuk mendengarkannya. Kali-kali lainnya dia melakukan hal ini lebih banyak pada minggu
berikutnya, secara diam-diam mendengarkan permainan pemain orgel. Suatu malam, dia
memutuskan untuk mengikuti sang pemain orgel saat dirinya meninggalkan gereja. Sinclair
mengejarnya ke bar dan duduk bersamanya, tanpa diundang. Mereka mulai bicara dan Sinclair
membahas Abraxas. Pistorious, sang pemain orgel, menaruh ketertarikan besar mendengarnya
dan bertanya pada Sinclair tentang bagaimana dan apa yang dirinya tahu tentang Abraxas.
Sinclair menceritakan secara singkat tentang pengalamannya dan tentang catatan yang baru-baru
ini dia terima dari Demian. Pistorius mengundangnya untuk datang duduk di dalam gereja dan
mendengarkan permainannya.

Pada pertemuan mereka selanjutnya, Pistorius membawa Sinclair ke rumahnya. Dia menjelaskan
bahwa dirinya dulunya adalah seorang murid teologi (ilmu agama), namun dia berhenti dan
menjadi semacam pemberontak dalam keluarganya. Mereka kemudian bermeditasi di dekat
perapian. Dalam pertemuan mereka selanjutnya, Pistorius menggambarkan Demian dengan
gagasan tentang kepribadian manusia. Dia mengatakan bahwa orang-orang mendefinisikan
kepribadian mereka secara terlalu sempit, mencatat hanya soal sifat yang menyimpang dari
norma. Faktanya, dia berpendapat, kepribadian kita mengandung kekayaan luas tentang
informasi, berisi semua “yang pernah hidup dalam diri manusia”.

Sinclair yang lebih tua berkomentar bahwa obrolan-obrolannya dengan Pistorius tidak pernah
mengenalkannya pada ide-ide baru yang radikal. Namun demikian, obrolan-obrolan itu
menolongnya melihat hal-hal dengan sedikit lebih jelas dan berpikir dengan sedikit lebih mandiri.
Seringnya, dia bilang, dia akan memberitahu Pistorius tentang mimpinya dan Pistorius akan
membantunya memahami arti penting mimpi-mimpi itu. Pistorius membantunya untuk terbebas
lebih jauh lagi.

Demian, Chapter 6
SEPTEMBER 16, 2016 | KYUMINJOONG
Ringkasan
Sinclair memikirkan sifatnya saat pembicaraannya dengan Pistorius. Meskipun terisolasi dari
teman sebayanya, dia terlibat dalam masa pertumbuhan dan penemuan jati diri. Pistorius menjadi
semacam panutan yang menyemangati, yang selalu mendengarkan apa yang Sinclair ucapkan dan
yang mencoba membantunya lanjut meneliti pemikiran-pemikirannya. Bersama, mereka
“memuja” Abraxas dan membicarakan impian, hasrat, dan dunia. Pistorius memberitahu Sinclair
bahwa dia “tidak bisa mempertimbangkan untuk melarang apa yang diinginkan jiwa.” Sinclair,
masih tidak yakin akan hal ini, membalas pernyataan tegas Pistorius, mengatakan bahwa,
misalnya, seseorang tidak harus membunuh seseorang sekedar karena dia tidak menyukai orang
itu. Pistorius merespon bahwa bahkan hal seperti itupun, di bawah keadaan tertentu dapat
diterima. Sinclair dikejutkan oleh ikatan antara pernyataan ini dengan hal yang pernah dikatakan
Demian padanya (T/N: bahwa Sinclair harus menghentikan Kromer bahkan jika itu berarti
membunuhnya).

Pulang ke rumah suatu malam, Sinclair dihampiri oleh Knauer, salah satu teman sekelasnya.
Knauer bicara pada Sinclair mengenai latihan spritiual yang dia lakukan, Knauer mengungkapkan
bahwa dirinya membujang dan bersikeras bahwa untuk menjalani hidup spiritual, seseorang harus
tetap membujang.
Knauer mengakui bahwa dirinya berpikir tentang seks dan hal ini membuat lebih sulit untuk tetap
membujang. Dia mengaku dirinya butuh bantuan—dia mengalami masa sulit menahan hasratnya.
Sinclair bilang satu-satunya saran yang bisa dia berikan adalah Knauer harus belajar untuk
menerima siapa dirinya dan untuk bertindak demikian untuk memenuhi keinginannya. Knauer
marah, mengatakan bahwa Sinclair adalah babi.
Sinclair kembali ke kamarnya, tenggelam dalam mimpinya tentang elang, ibunya, dan wanita
yang tampak seperti Demian. Dia melukis lukisan lainnya tentang wanita itu dan menyadari
sekarang bahwa wanita itu juga memiliki beberapa fitur yang mirip dengan Sinclair sendiri.
Dunia dalam diri Sinclair menjadi sengit. Dia bereaksi sangat kuat pada lukisan tersebut. Tidak
bisa tidur, dia mandi di tengah malam dan berjalan-jalan. Berjalan berkelok-kelok, dia berakhir di
sebuah gang kecil. Dia melihat Knauer, yang menerka-nerka bagaimana dirinya bisa sampai di
sana, Knauer mengaku bahwa dirinya hendak bunuh diri.

Minggu-minggu terakhir Sinclair di sekolah dihabiskan bersama Pistorius. Dia memperoleh


jawaban dari semua pertanyaannya dengan berkonsentrasi sungguh-sungguh pada wanita ideal
dalam lukisannya. Knauer mulai menempel pada Sinclair dan mengikutinya ke mana-mana,
namun pada akhirnya mereka hilang kontak.

Sinclair mulai menyadari batasan Pistorius. Dia tidak lagi melihatnya sebagai seorang pria
dengan wibawa yang besar, seorang mentor yang dijadikannya panutan. Sinclair mulai merasa
kebanyakan dari apa yang Pistorius katakan padanya tidak begitu relevan. Dia merasa seperti
Pistorius memberinya sejarah impersonal yang kusam, bukannya pengalamanan personal yang
hidup. Dia mengatakan demikian pada Pistorius dan mencacinya karena “kuno”.

Pictorius menerima kritik Sinclair secara sangat personal. Kritik itu sepertinya menurunkan
Pictorius. Interaksi mereka berubah tanpa bisa diperbaiki. Dalam percakapan setelahnya,
Pictorius mengakui batasannya—bahwa dia bukan pria yang bisa mengaktualisasikan gagasan-
gagasan yang mereka diskusikan, pria yang bisa membawa Abraxas pada dunia. Sinclair merasa
seperti dirinya telah kehilangan seorang “pemandu” dan tidak yakin bagaimana untuk maju.
Ditentukannya bahwa dia akan memasuki universitas setelah liburan dan memulainya dengan
belajar filosopi.

Analisis
Gagasan tentang membunuh seseorang sering muncul dalam novel namun terutama terkemuka
pada awal bab ini dalam hubungannya dengan percakapan antara Sinclair dan Pistorius.
Pembunuhan secara umum dipandang sebagai tindakan yang paling salah yang bisa dilakukan
seseorang. Sehingga, bisa dipertimbangkan bahwa contoh ini akan digunakan, untuk memperjelas
bagaimana radikalnya posisi yang Pistorius (pada bab ini) ataupun Demian (pada bab lain)
perdebatkan. Tema ini muncul beberapa kali dalam novel, pertama di bab perkenalan ketika
Demian mengusulkan pada Sinclair bahwa Kromer harus dihentikan bahkan jika itu berarti
membunuhnya.

Fakta bahwa lukisan terbaru Sinclair tentang gadis impiannya yang sebagian mirip dengannya itu
sangat simbolis—sebuah indikasi lebih jauh tentang perkembangan Sinclair. Karena lukisan
sebelumnya dari perempuan ini tidak mirip dengannya, kita bisa bilang bahwa untuk sementara,
Sinclairlah yang telah menjadi lebih seperti wanita itu. Wanita itu, namun demikian, mewakili
wanita idealnya yang mencakup segalanya. Lukisan ini, kemudian, menandakan bahwa Sinclair
bergerak mendekat pada sosok ideal tersebut—begitu dekat, faktanya, beberapa ciri Sinclair dapat
dikenali sebagai fitur ideal ini.

Hubungan Sinclair dengan Knauer adalah sebuah pembangunan sastra yang menarik. Sepanjang
novel Sinclair menemukan dirinya sendiri dalam posisi mencari bimbingan orang lain. Demian
dan Pistorius, dan pada tingkatan yang lebih rendah, Frau Eva dan Beck bertindak sebagai mentor
bagi Sinclair. Knauer menginginkan Sinclair untuk menjadi mentornya. Dia mencari bimbingan
dan pertolongan Sinclair. Lebih dari itu, ketika Knauer bermaksud untuk bunuh diri, dia
memanggil Sinclair. Meskipun Sinclair tidak ingin mengakuinya, dia diantar menuju Knauer
dalam cara yang banyak sama dengan cara Demian atau Pistorius seringnya diantar padanya
ketika dia membutuhkan salah satunya. Episode ini memberikan kita kesempatan utnuk melihat
bagaimanakah Sinclair dalam peran yang berbeda. Juga garis-bawahi ketidak dewasaannya pada
titik ini—dia tidak melakukan tindakan yang baik dan mementori Knauer. Hal ini juga
menunjukan dirinya sebagai orang yang sungguh egois—dia menaruh sangat sedikit ketertarikan
untuk menolong Knauer dalam hal yang Demian dan Pistorius telah menolongnya.

Beberapa gambaran dalam bab ini perlu untuk dicatat. Setelah Sinclair membebankan
serangannya pada Pistorius, mereka duduk “di depan api yang hampir mati”. Apinya nyaris mati,
sama seperti hubungan mereka yang sekarat. Nama Pistorius sendiri adalah sesuatu yang
simbolis. “Pistorius” terdengar seperti sebuah nama Yunani kuno. Sinclair menemukan bahwa
Pistorius hanya bisa mengajarkannya tentang masa lalu, namun tidak bisa mengemukakan sesuatu
yang baru. Namanya, bertentangan dengan apa yang terdengar lebih modern seperti “Demian”,
menekankan batasan dari kemampuan Pistorius.

Di akhir bab, Sinclair menulis bahwa dia “tidak bisa mengambil langkah lainnya sendirian”. Dia
merenungkan untuk mengirim pesan ini pada Demian namun memutuskan tidak melakukannya.
Hal ini mencerminkan tingginya kadar keraguan dalam diri Sinclair. Lagipula, mengapa menulis
pemikiran ini dengan begitu ringkas namun jelas jika seseorang tidak bermaksud mengirimnya?
Sinclair itu takut sendirian sekaligus takut mengakui kepada Demian bahwa dirinya takut
sendirian.

“Aku menulis pada selembar kertas: Seorang pemimpin telah meninggalkanku, aku diselimuti
kegelapan. Aku tidak bisa mengambil langkah lainnya sendirian. Tolong aku!”

Demian, Chapter 7
SEPTEMBER 18, 2016 | KYUMINJOONG
Ringkasan
Sinclair menceritakan sebuah kisah di mana dirinya mengunjungi rumah yang pernah Demian
tinggali. Pemiliknya saat ini tidak bisa menawarkan bantuan untuk menemukan keluarga Demian,
namun dia menunjukan pada Sinclair sebuah album foto tua berisi selembar foto ibu Demian.
Sinclair mengenalinya sebagai wanita yang selama ini dia lukis, wanita yang telah menangkap
imajinasinya dan yang telah menjadi subyek mimpi-mimpi dan hasratnya. Foto ini mengantarkan
Sinclair pada perjalanan mencari ibu Demian sebelum mulai belajar di universitas—yang
berakhir gagal.

Suatu malam, ketika sedang berjalan di sekitar kota, Sinclair tidak sengaja mendengar suara yang
familiar. Dia langsung mengenalinya sebagai suara Demian. Sinclair mengikuti Demian dan
seorang teman Demian yang ada bersamanya sampai Demian mengantar temannya ke rumah.
Sinclair dan Demian kemudian kembali bersatu. Mereka berjalan dan mengobrol, berbagi ide-ide
yang mengikat mereka, bicara tentang “naluri kawanan” yang mendegradasi kemanusiaan.
Demian menunjukkan kepada Sinclair rumahnya yang sekarang dan mengundangnya untuk
datang berkunjung kapanpun dia mau. Sinclair kembali ke rumah, begitu emosional dan gembira;
dia akhirnya akan punya kesempatan untuk bertemu dengan ibu Demian.

Hari berikutnya, Sinclair berjalan menuju rumah Demian. Ketika pelayan mempersilahkan
Sinclair masuk, dia menceritakan banyak kejadian penting yang menandai hidupnya dan
hubungannya dengan Demian. Dia bertemu dengan ibu Demian yang langsung mengenalinya.
Mereka mengobrol tentang perasaan yang saat ini dirasakan Sinclair dan tentang perjalanan yang
pada akhirnya membawa Sinclair padanya—foto yang Sinclair sudah kirimkan kepada Max,
masa-masa sekolah Sinclair yang diselingi dengan pergi ke bar, dan interaksinya dengan
Pistorius. Ibu Demian mengundang Sinclair untuk menjadi salah satu teman baiknya dengan
memanggilnya ‘Frau Eva’. Sinclair kemudian pergi keluar menuju sebuah kebun di belakang
rumah untuk melihat Max. Sinclair menyanyikan pujian Eva untuk Max. Berhenti sejenak untuk
berpikir, Demian memberi ucapan selamat pada Sinclair, mengatakan bahwa dirinya adalah orang
pertama yang diberi tahu nama oleh ibu Demian pada pertemuan pertama.

Sinclair yang lebih tua memandang kunjungan pertama ke rumah Demian ini sebagai peristiwa
titik yang menentukan. Setelahnya, dia bilang, dia dengan bebas pergi dan pulang dari rumah
“layaknya seorang anak atau saudara laki-laki—namun juga seseorang yang jatuh cinta”.

Sinclair mulai memusatkan hidupnya pada rumah Demian dan orang di sekitar mereka yang,
seperti dirinya sendiri, “mengenakan tanda di wajah mereka”. Banyak orang yang lewat di
lingkarannya, orang-orang dari ketertarikan dan kepercayaan yang berbeda. Sinclair dan Demian
tidak menganggap serius keyakinan agama dari kenalan mereka. Sebaliknya, mereka
menyibukkan diri dengan realisasi masing-masing individu. Seringkali, mereka membahas
sebuah pertanda bahwa dunia tidak bisa berlanjut lebih lama dari adanya, bahwa teladan
masyarakat akan terungkap sebagai sesuatu yang rusak karena pada akhirnya mereka akan
menyebabkan perang.

Ditengah-tengah lingkungan pemikiran yang tidak normal ini, hubungan Sinclair dengan Eva
tumbuh menjadi lebih kuat. Eva tampak memahami tiap pemikiran dan hasrat Sinclair; dia
mengkonfrontasi Sinclair tentang cinta Sinclair untuknya dan mengatakan pada Sinclair bahwa
Sinclair harus membiarkan perasaan itu sepenuhnya menunjukan rasa itu sendiri untuk
memenangkan hatinya. Sinclair menghabiskan dua minggu di rumah selama Natal, membiarkan
dirinya untuk berpikir lagi tentang Frau Eva. Tetap saja, ketika dia kembali pada Eva, dia tidak
sepenuhnya siap untuk mengambil tindakan. Sebuah adegan terjadi selanjutnya di mana Sinclair
menemukan Demian pingsan di rumah. Dia kemudian menggeluyur masuk ke dalam sebuah
badai dan melihat, di awan, elang-alap yang telah memainkan peran sentral dalam mimpinya. Dia
kembali ke rumah Demian untuk menemukan bahwa Demianpun telah mengalami sebuah
pertanda yang tidak menyenangkan dalam bentuk mimpi, meskipun Demian menolak untuk
mengungkapkan padanya semua rinciannya.

Analisis
Pengaruh Nietzche jelas terlihat pada bab ini. Diskusi Sinclair dan Demian tentang “naluri
kawanan” yang membebani kebanyakan pria mungkin juga telah diangkat langsung dari karya
Nietzche ‘Beyond Good and Evil’ (1886). Di sana, Nietzche mendahulukan pandangan bahwa
hanya sangat sedikit pria yang memiliki keberanian untuk mengutarakan keinginan mereka.
Sisanya, si kawanan, sekedar mengikuti aturan yang sudah diatur permanen untuk mereka oleh
orang lain atau agama. Sedikit yang spesial melampaui aturan ini untuk bisa mengutarakan
keinginan mereka. Demian dan Sinclair, dengan memanggil yang lain sebagai kawanan,
menandai diri mereka sendiri sebagai bagian dari sedikit manusia super itu (Übermenschen).

Ketika Sinclair bertemu Frau Eva, wanita itu berkomentar bahwa dia langsung mengenalinya,
mengimplikasikan bahwa Sinclair mengemban tanda tertentu, tanda yang diemban oleh semua
orang dari tipe mereka. Tanda ini menjelaskan mengapa lukisan-lukisan yang telah Sinclair
gambar di bab-bab sebelumnya tampak seperti Demian, Frau Eva, dan dirinya sendiri. Pada awal
bab, Demian menyadari bahwa itu adalah tanda mereka, hal yang pernah mereka sebut sebagai
“tanda Cain (Kain/Qabil)”. Tanda ini adalah sentuhan mistik (keagamaan) yang mengalir di
dalam novel. Tidak pernah cukup dijelaskan apakah tanda itu atau bagaimana karakter-karakter di
dalam novel mengenalinya. Hal ini bukannya tidak biasa bagi Hesse, yang sering menggunakan
elemen mistik dalam tulisannya.

Selama percapakan awal mereka, Sinclair memanggil Frau Eva dengan sebutan “dear mother”
(Ibu tersayang). Hal ini menekankan satu aspek dalam hubungan mereka—Eva memperhatikan
dan melindunginya. Meski demikian, hal tersebut juga menyoroti hubungan mereka yang sangat
tidak biasa dan beraneka segi (multifaceted). Lagipula, Sinclair jatuh cinta pada Eva. Pertemuan
antara cinta dari sisi romantis dan cinta keibuan dalam hubungan mereka ini mengarah lebih jauh
pada sikap mengabaikan norma-norma dan hal-hal tabu dalam bermasyarakat.

Badai di akhir bab menawarkan beberapa lapisan simbolisme. Pertama, kita diperkenalkan pada
simbol yang didiskusikan sendiri oleh para karakter. Sang burung elang yang Sinclair lihat
memberi pertanda kebebasan, namun juga huru-hara; hal tersebut muncul bersamaan dengan
mimpi Demian yang mengindikasikan pada keduanya bahwa sesuatu yang besar akan terjadi.
Kedua, seluruh adegan ini dimuat bersama simbolisme yang tidak dikenali para karakter. Adegan
tersebut terjadi dalam konteks sebuah badai. Selama badai, Demian pingsan dan Sinclair melihat
burung elang di awan. Hesse menggunakan badai untuk mewakili kejadian-kejadian ini pada
pembaca sebagai sesuatu yang lebih kacau dari semua yang pernah terjadi. Ketika “pancaran
cahaya matahari menerobos”, Sinclair kembali menemukan Demian terbangun. Akhir dari badai
membawa saat-saat yang lebih tenang, lebih tentram bagi kedua anak laki-laki, di mana mereka
bisa bercermin dan berdiskusi (pada dan tentang apa saja yang telah terjadi).

DEMIAN CHAPTER 8

Ringkasan
Sinclair menghabiskan musim panas di kota di mana universitasnya terletak. Dia
melewati hari-harinya bersama Demian, Eva dan yang lain di kebun di dekat sungai. Dia
merasa damai dan santai, meskipun hal ini menghasilkan emosi yang bertentangan
dalam dirinya—kadang bahagia, kadang melankolis. Bagaimanapun, pada saat-saat ini,
dia menemukan kenyamanan dalam Frau Eva.
Suatu hari, Sinclair dikuasi perasaan gelap. Dia mencoba dengan segala
kemampuannya untuk memanggil Frau Eva. Segara, Demian datang berlari masuk dan
memberitahukan kepada Sinclair bahwa perang di Rusia akan segera terjadi. Demian
mengambil ini sebagai pertanda dari datangnya dunia baru. Sinclair mengetahui bahwa
Demian adalah seorang Letnan dan mungkin akan segera pergi berperang.

Demian memberitahu Sinclair bahwa dia pasti sudah memanggil dirinya sendiri ataupun
Frau Eva hari itu. Sinclair mengakui bahwa dirinya memanggil Frau Eva. Demian
mengungkapkan bahwa Frau Eva yang telah mengirimnya pada Sinclair. Sinclair
gembira luar biasa Frau Eva mendengar panggilannya. Kemudian, ketika makan malam,
Frau Eva meyakinkan Sinclair bahwa kapanpun Sinclair membutuhkannya, Sinclair bisa
memanggilnya dan Eva akan mengirim seseorang yang sama sepertinya.

Perang dimulai dan Demian pergi. Segera setelahnya, Sinclair dikirim ke pertarungan.
Suatu malam, berdiri menjaga sebuah pertanian, Sinclair mulai memasuki sebuah
keadaan seperti mimpi. Dia mengingat gambaran-gambaran dari Frau Eva dan Demian.
Ketika dirinya menatap menyebrangi malam, dia melihat Frau Eva di langit, dengan
tanda Cain bercahaya di dahinya. Dari tandanya, bintang-bintang memantul ke depan
dan salah satunya mengenai Sinclair. Sinclair kemudian ditemukan terluka dan tidak
sadarkan diri di medan perang.

Sinclair dirawat, namun kebanyakan ditinggalkan berbaring dalam keadaan setengah


sadar. Dia berhasil mengumpulkan seluruh energinya untuk berjuang mendapatkan apa
yang dia inginkan. Pada akhirnya, dia dibawa ke sebuah fasilitas untuk pasien yang
terluka. Pada tempat tidur di sebelahnya berbaring Max Demian. Demian bertanya pada
Sinclair jika dirinya mengingat Franz Kromer. Mereka bertukar senyum. Demian
kemudian memberi tahunya kalau dia harus pergi sekarang, namun dalam beberapa
titik, Sinclair mungkin membutuhkannya lagi. Ketika saat seperti itu tiba, Sinclair harus
melihat jauh ke dalam dirinya sendiri dan dia akan menyadari bahwa Demian ada
bersamanya. Dia memberi tahu Sinclair untuk menutup mata dan memberinya sebuah
kecupan dari Frau Eva.

Analisis
Ayunan emosi mendalam yang Sinclair singgung pada awal bab ini mengingatkan pada
saat-saat di awal novel. Sebelumnya, Sinclair sering menemukan dirinya sendiri berada
dalam persoalan perubahan suasana hati—merasa sangat senang pada satu saat,
hampir bunuh diri di saat yang lain. Di sini, namun demikian, pergantian emosi yang
terjadi terikat dengan tema yang luas: tentang pemahaman dan mengungkapkan jati diri
seseorang. Sama seperti dunia yang tidak sekedar mulia dan sopan, manusia tidak
hanya memiliki satu tipe emosi. Sinclair membiarkan dirinya sendiri mengekspresikan
berbagai emosi yang alami bagi manusia. Dalam mengalami secara keseluruhan
menjadi seorang manusia dan mengekspresikan dirinya secara sesungguhnya,
kemudian, dia tidak bisa menahan semua perasaan ini dan berada dalam persolan
suasana hati dengan variasi yang besar.

Bintang-bintang yang memantul keluar dari dahi Eva serupa dengan serangan musuh.
Bintang yang mengenai Sinclair adalah sebuah peluru dari serangan ini.

Hesse memposisikan perang di akhir novel untuk membandingkan perkembangan


Sinclair menjadi manusia yang penuh kemauan dan mandiri dengan kengerian dunia, ini
adalah referensi langsung untuk Perang Dunia I. Di akhir buku, Sinclair akhirnya bebas.
Dia kini bersiap menghadapi tantangan, dan kadang kengerian, dari dunia. Sebagai
tambahan, dia kini bersiap untuk bertarung dengan mereka yang akan mencoba
membuatnya dan yang lain tetap mengikuti aturan lama, hidup Kristiani yang baik.
Perang itu, dengan demikian, adalah sebuah kiasan untuk perjuangan yang Sinclair
akan hadapi di dunia sebagai seseorang yang mencoba sepenuhnya mengekpresikan
segala aspek, baik itu buruk maupun baik, dari sifatnya. Buku yang berakhir dalam
keadaan perang belum selesai mengindikasikan bahwa semua belumlah pasti sampai
batas mana Sinclair akan, atau bisa, berhasil dalam perjuangannya. (Mungkin juga
Hesse tidak ingin membahas hasil dari perang dalam ‘Demian’ karena dia menulis buku
ini pada tahun 1917, ketika Perang Dunia I masih mengamuk. Dia mungkin tidak ingin
menyelesaikan, dalam buku, sebuah ketidakpastian yang baginya belum terselesaikan.)

Pada adegan terakhir, rasa ketidaknyamanan Sinclair dengan Demian di awal kisah
yang belum juga terselesaikan akhirnya berkurang dan dia akhirnya bisa menjadi dirinya
sendiri. Dia selalu merasa aneh dengan fakta bahwa Demian menyelamatkannya dari
Kromer. Demian membawa kembali insiden tersebut dengan cara yang demikian
layaknya sebuah kenangan lama masa kecil, sebuah kejadian yang sekarang bisa
dilupakan. Sinclair kini sepenuhnya mandiri. Hal ini ditandai dengan Demian yang
memberitahunya bahwa dia tidak akan lagi datang secara fisik pada Sinclair.
Sebaliknya, Sinclair yang kini membawa Demian dalam dirinya berarti mengatasi segala
hal yang biasanya dia akan butuh Demian untuk mengatasinya. Dia hanya harus melihat
ke dalam dirinya sendiri dan menggunakan sumbernya sendiri untuk menyelesaikan
apapun masalah yang timbul. Transformasi Sinclair telah selesai.

Anda mungkin juga menyukai