PENDAHULUAN
Bagus Aji Dewantoro
(15.01.308)
Latar Belakang
Ilmu fisika‚ pengukuran dan besaran merupakan suatu hal yang sifatnya sangat
mendasar. Kegiatan mengukur merupakan suatu syarat atau hal yang sangat penting dilakukan
dalam mempelajari fenomena-fenomena yang terjadi. Di ala mini memiliki beberapa hal yang
berpengaruh pada sifat-sifat fisis dalam fenomena berkembang dengan adanya penemuan-
penemuan baru. Di dalam penemuan-penemuan itu terdapat dasar yaitu pengukuran.
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai
patokan(Suyadi, 2011).
Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang sangat vital. Suatu pengamatan
terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran. Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti
diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan
kuat. Namun bagaimanapun juga ketika kita mengukur suatu besaran fisis dengan
menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan mendapatkan nilai benar X0, melainkan
selalu terdapat tidak pastian. Pengukuran dilakukan dengan suatu alat ukur, dan setiap alat ukur
memiliki nilai skala terkecil(nst).Setiap alat ukur memiliki skala berupa panjang atau busur
atau angka digital. Pada skala terdapat goresan dan goresan kecil sebagai pembagi, dibubuhi
nilai tertentu. Keadaan menjadi lebih buruk lagi bila ujung atau pinggir objek yang diukur
tidak tajam. Nilai skala sesuai dengan jarak terkecil itu disebut nst alat ukur
tersebut(Swastikaningrum,2013).
Pentingnya besaran dalam pengukuran‚ maka dilakukan suatu kegiatan praktikum
untuk lebih memahami dasar-dasar dalam pengukuran. Dalam melakukan pengukuran‚
seseorang di tuntut untuk memiliki sifat ilmiah. Seperti mengikuti aturan-aturan yang
berhubungan atau berkaitan dengan pengukuran suatu variabel fisis. Dan ada beberapa faktor
yang harus diper hatikan dalm pengukuran yaitu metode pengukuran‚ keadaan lingkungan‚
kondisi alat‚ sampai analisa data hasil pengukuran serta simpulan dari hasil
pengukuran(Wibowo, 2012).
Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada percobaan pengukuran adalah
Bagaimana menghitung ralat nst yang diperoleh dari perhitungan langsung?
Bagaimana menghitung ralat standart deviasi yang diperoleh dari perhitungan langsung?
Bagaimana perbandingan perhitungan ralat nst dan ralat standart deviasi?
Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan pengukuran adalah mampu melakukan pengukuran
langsung dengan alat ukur dasar tersebut.
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran langsung dengan menggunakan ral at
standart deviasi.
Mahasiswa mampu membandingkan perhitungan menggunakan ralat nst dengan
ralat standart deviasi.
Manfaat Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hal pengukuran.
Dasar Teori
Ilmu fisika dilandasi oleh pengukuran besaran. Dimana dasar pengukuran tersebut
digunakan untuk mengetahui jari-jari atom‚massa bumi‚ jarak bumi ke matahari‚ dan
sebagainya dalam segala aspek kehidupan. terkait dengan pengukuran itu‚ berkembang juga
alat ukur yang berarti juga berkembangnya teknologi. Telah disebutkan bahwa pengukuran
berarti membandingkan nilai besaran itu dengan satuan. Satuan merupakan ukuran
perbandingan yang telah disepakati(SI). Tujuan setiap orang ketika mengukur adalah untuk
medapatkan hasil berupa nilai ukur yang tepat. namun‚ awal mulanya tujuan itu tidak pernah
benar dan tercapai‚ karena alat ukur yang digunakan dulu memiliki tingkat ketelitian yang
terbatas. Hal yang dapat dicapai adalah untuk memperoleh hasil ukur yang boleh jadi benar
(Priyambodo‚2009).
Kebanyakan pengukuran yang dilakukan di laboratorium disederhanakan sedemikian rupa
sehingga pada dasarnya merupakan pengukuran dengan jarak. Dengan pengukuran yang
menggunakan besaran akan kita peroleh besaran yang diinginkan (Alonso‚ 2007)
Dalam pengukuran diperlukan alat ukur seperti mistar‚ jangka sorong‚ dan micrometer . Mistar
sudah sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya cara pemakaian nya sudah
dipahami sedangkan jangka sorong dan micrometer biasanya hanya di laboratorium. Lebih
jelasnya‚ gambar jangka sorong sebagai berikut:
Fungsi Mikrometer Sekrup – Pengertian Alat Ukur Mikrometer Sekrup ialah salah satu Alat
Ukur yang bisa digunakan untuk mengukur Panjang suatu Benda dan mengukur Tebal sebuah
benda serta mengukur Diameter Luar sebuah benda dengan tingkat ketelitian mencapai 0.01
mm (10-5 m).
Pengertian neraca adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur atau
menentukan besarnya massa suatu benda. Setiap benda yang diukur pasti memiliki besaran
dan satuan. Pengertian besaran adalah nilai yang terdapat pada suatu benda, dan satuan
adalah sebagai pembanding suatu besaran. Neraca digunakan untuk mengukur massa,
sedang massa itu adalah jumlah zat yang terdapat pada suatu benda.
Prinsip kerja neraca ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan dikur dengan anak
timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri. Kemampuan
pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak timbangan sepanjang
lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati poros neraca . Massa benda
dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing posisi anak timbangan sepanjang lengan
setelah neraca dalam keadaan setimbang. Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa
seperti prinsip kerja tuas.
Gambar .Neraca
Prosedur Percobaan
Pengukuran Dengan Jangka Sorong
untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit.
untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada
pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur.
untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
“menancapkan/menusukkan” bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat
pada gambar karena berada di sisi pemegang.
Untuk mengukur ketebalan suatu benda.
Untuk mengukur diameter luar suatu benda
Untuk mengukur diameter dalam suatu benda
Untuk mengukur kedalaman suatu benda
Jangka sorong memiliki dua macam skala: skala utama dan nonius.
Pengukuran Dengan Micrometer Sekrup
Yang pertama silahkan letakkan mikrometer sekrup satu arah sehingga bisa
dilihat dengan jelas.
Baca skala utama dari mikrometer sekrup tersebut, dibagian atas garis
menunjukkan angka bulat mm seperti 1 mm dan seterusnya, sedangkan pada
garis skala bawah menunjukkan bilangan 0.5 mm.
Selanjutnya baca skala nonius atau skala putarnya yaitu garis yang berada tepat
segaris dengan garis pembagi pada skala utama. Pada gambar di atas, skala
nonius menunjukan angka 30 dikalikan dengan 0,01 mm sehingga skala
noniusnya menunjukan 0,30 mm.
Tabel Pengamatan
Tabel 1.1 Penukuran sisi balok dengan menggunakan Jangka Sorong dan Mistar
1
= 2NST alat
NO Diameter (mm)
(d±Δd)
1 16,24 ± 0,01
2 16,23 ± 0,01
3 16,25 ± 0,01
4
Volum kelereng = 3 𝜋𝑟 3
Tentukan :
Berapa (đ ± Δd) yang harus dilaporkan?
Berapa (ṽ ± Δv) yang harus dilaporkan?
Tentukan kesalahan relatif dan angka berate?
Pada Praktikum dasar Pengukuran dan Ketidakpastian yang sudah dilalui dapat
diambil kesimpulan bahwasanya setiap alat ukur yang digunakan selama proses praktikum
memiliki tingkat akurasi yang berbeda-beda tegantung pada alat yang digunakan. Dalam
proses praktikum kali ini menggunakan beberapa alat ukur yaitu Jangka sorong, Micrometer
sekrup, dan neraca. Dari ketiga alat ukur tersebut Jangka sorong memiliki tingkat akurasi
dengan skala 0,1 mm atau 0.01 cm sedangkan Micrometer sekrup memiliki tingkat akurasi
yang lebih tinggi yaitu dengan skala 0.01 mm. Selain itu juga kemampuan individu setiap
orang yang melakukan pengukuran tersebut agar hasil yang didapat seakurat mungkin.
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/9464228/Laporan_unit_1_Dasar_pengukuran_dan_ketidakpastian
, diakses pada tanggal 9 oktober 2019
https://www.academia.edu/11501140/Laporan_Pengukuran_Dasar_dan_Ketidakpastian,
diakses pada tanggal 9 oktober 2019