Anda di halaman 1dari 11

LOOP KOLOSTOMI DIBANDINGKAN DIVIDED KOLOSTOMI UNTUK

TATALAKSANA MALFORMASI ANOREKTAL (MAR)


Omar Oda, Dafydd Davies, Kimberly Colapinto, J. Ted Gerstle
Divisi Bedah Umum dan Thoraks, Rumah Sakit Anak, Toronto, ON, Canada

Riwayat artikel :
Diterima 17 September 2013
Disetujui 30 September 2013

ABSTRAK
Tujuan : tujuan studi ini adalah untuk membandingkan manifestasi klinis dari loop
kolostomi dan divided kolostomi pada pasien malformasi anorektal (MAR).
Metode : kami menggunakan metode cohort studi retrospektif, mengumpulkan semua rekam
medik pasien dengan diagnosis MAR yang menggunakan kolostomi untuk diversi antara
tahun 2000 hingga 2010 paa institusi kami. Variable bebas dan komplikasi kolostomi
dianalisis dengan parametric dan regresi logistik.
Hasil : 144 pasien MAR yang dilakukan kolostomi dievaluasi (37,5% perempuan, 50,7%
loop dan 49,3% divided). Insidens pasien dengan loop dan divided kolostomi yang memiliki
komplikasi masing-masing mencapai 31,5% dan 15,5% (p=0,031). Insidens prolaps 17,8 %
dan 2,8% (p=0,005).
Kesimpulan : insidens prolaps lebih tinggi pada loop kolostomi dibandingkan pada divided
kolostomi. Komplikasi lainnya termasuk infeksi saluran kemih (ISK) dan megarektum yang
tidak terkait dengan jenis kolostominya.
Kata Kunci : malformasi anorektal, loop kolostomi, divided kolostomi
Sejak penggunaan divided kolostomi sebagai penanganan anus imperforate pada tahun
1783, letak dan tipe kolostomi pada pembedahan MAR menjadi masalah yang cukup besar di
bidang bedah anak. Studi klinis menunjukkan tingginya morbiditas pada kolostomi neonatus,
dan kolostomi transversum memiliki komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan sigmoid
kolostomi. Studi ini membandingkan manifestasi klinik dari loop kolostomi dan divided
kolostomi pada pasien MAR.

1. Bahan dan Metode


Penelitian dewan etik (Aplikasi No : 1000031264, Protokol No : 1000020656) telah
digunakan untuk penelitian cohort study retrospektif dengan melihat rekam medik semua
pasien dengan diagnosis MAR dengan tatalaksana kolostomi antara bulan November 2000
hingga November 2010. Pasien dengan MAR yang menjalani pembedahan primer tanpa
diverting colostomy tidak termasuk dalam studi ini. Data yang dikumpulkan berasal dari
catatan rekam medik pasien yang meliputi jenis kelamin, tipe MAR, usia, perkembangan
penyakit pasien, pemeriksaan radiologi dan jenis kolostomi. Pada laporan operasi ditentukan
mana yang menggunakan loop kolostomi dan divided kolostomi. Loop kolostomi
didefinisikan saat sebagian dinding usus masih tersambung. Divided kolostomi didefinisikan
ketika ujung proksimal dan distal stoma tidak ada hubungan lagi. Untuk tujuan statistik,
pembuatan stoma dipertimbangkan lebih awal saat usia kurang dari 6 hari, dan terlambat saat
pembuatan stoma pada usia >= 6 hari. Juga ditentukan level kolostomi (colon sigmoid,
desendens atau transversum), kapan kolostomi mulai difungsikan (hari) dan durasi stoma.
Pada pasien yang menjalani perbaikan MAR pada institusi kami, kami mencatat apakah studi
kontras dilakukan sebelum anorektoplasti dan apakah itu menunjukkan adanya megarektum,
seperti yang ditentukan dari laporan ahli radiologi. Kami menentukan apakah komplikasi
yang timbul pada pasien akibat dari stoma (mulai dari pembuatan stoma hingga penutupan
stoma); komplikasi ini termasuk retraksi, prolaps, hernia parastomal, obstruksi dan
membutuhkan perbaikan. Perkembangan megarektum dan ISK adalah variabel minat tertentu;
salah satu tujuan kami adalah menentukan apakah ada hubungan antara megarektum dan ISK
dengan jenis kolostomi, oleh karena itu komplikasi ini dipelajari sebagai komplikasi stoma
potensial. Bagi mereka yang telah menjalani perbaikan MAR di institusi kami, kami
mendokumentasikan jika pasien ini mengalami komplikasi setelah anorektoplasti selain
komplikasi stoma. Ini termasuk infeksi luka, striktur ani yang memerlukan dilatasi dengan
anestesi umum atau anoplasti berulang, dan rekuren dari fistula rectouretral atau rectovagina.
Juga dilakukan peninjauan yang lebih rinci terhadap pasien yang mengalami ISK; data
termasuk adanya keterkaitan antara malformasi atau disfungsi saluran kemih dengan episode
ISK yang terjadi sebelum atau sesudah anorektoplasti dan perbaikan fistula rectouretral.
Setelah stoma ditutup, selanjutnya dievaluasi apakah mereka mengalami infeksi luka setelah
penutupan kolostomi.
Analisis statistik menggunakan STATA SE™ Version 10.0.. Data demografi dan
tingkat komplikasi dibandingkan antara pasien yang awalnya dikelola dengan loop kolostomi
dan yang dikelola dengan divided kolostomi. Kategori dan variable dianalisis dengan Fisher’s
Exact dan Wilcoxon Rank Sum Test, masing-masing mencari perbedaan antara kedua
kelompok. Analisis regresi logistik juga dilakukan. Seiring dengan jenis kolostomi (loop atau
divided), variabel bebas yaitu jenis kelamin, jenis MAR, usia pada pembentukan stoma,
tingkat stoma, dan durasi stoma dievaluasi terkait hubungan dengan hasil komplikasi stoma
(retraksi, prolaps, hernia parastomal, obstruksi, kebutuhan akan perbaikan stoma,
megarektum dan ISK). Kami juga memeriksa komplikasi setelah perbaikan MAR dan
penutupan stoma termasuk infeksi luka, striktur ani atau rekuren fistula. Untuk mencegah
masuknya variabel yang tidak terkaithasil dalam analisis regresi logistik berganda, hanya
variabel independen yang terkait yang memenuhi tingkat signifikansi p kurang 0,1 yang
dimasukkan untuk mengendalikan pengaruhnya. Ini diulang untuk setiap ukuran hasil jika
jumlah kejadian cukup. Hasil analisis regresi logistik multiple variable hanya dianggap
signifikan jika mencapai nilai p kurang dari 0,05.

2. Hasil
Selama 10 tahun studi terhadap 461 anak dengan semua jenis MAR (letak rendah,
intermediate dan tinggi) diterapi di institusi kami. 317 pasien yang menjalani perbaikan MAR
tanpa kolostomi disingkirkan dari studi ini. 144 pasien diterapi dengan kolostomi. 73 pasien
(50,7%) dengan loop kolostomi dan 71 pasien (49,3 %) dengan divided kolostomi. 112 pasien
(77,7%) dengan kolostomi sigmoid, 14 pasien (9,7%) dengan kolostomi descendens dan 18
pasien (12,5%) dengan kolostomi transversum. 138 pasien (95,8%) menjalani anorektoplasti
di institusi kami : 112 pasien menjalani operasi posterior sagittal anorektoplasti (PSARP), 18
pasien menjalani operasi anorektoplasti per laparoskopi dan 7 pasien menjalani anorektoplasti
transabdominoperineal. Laporan operasi tidak ditemukan pada 1 pasien dan kami tidak dapat
menentukan tipe anorektoplasti yang pasien ini dapatkan. Data demografiknya terlihat pada
Tabel 1.
Table 1.
Demografik
Variabel Loop Divided Total p-value
n (%) 73 (50,7) 71 (493) 144
(100%)
Laki-laki, n (%) 42 (46,7) 48 (53,3) 90 (62,5) 0,232 f
Tipe MAR 0,600 f
Fistula perineal n (%) 4 (5,5) 8 (11,3) 12 (8,3)
Fistula vestibular, n (%) 16 (22,0) 11 (15,5) 27 (18,8)
Kloaka, n (%) 7 (9,6) 8 (11,3) 15 (10,4)
Fistula rectouretra, n (%) 26 (35,6) 22 (31,0) 48 (33,3)
Fistula rectovesika, n (%) 6 (8,2) 7 (9,9) 13 (9)
Fistula H-Type, n (%) 2 (2,7) 0 (0) 2 (1,4)
Atresia tanpa fistula, n 12 (16,4) 15 (21,1) 27 (18,8)
(%)
Level Kolostomi 0,615 f
Sigmoid, n (%) 56 (76,7) 56 (78,9) 112 (77,8)
Descendens, n (%) 6 (8,2) 8 (11,3) 14 (9,7)
Transversum, n (%) 11 (15,1) 7 (9,9) 18 (12,5)
Usia saat kolostomi, (hari) 2 (1,3) 2 (1,3)2 2 (1,2) 0,914 ⩖
Pembuatan Kolostomi Yang 17 (22,3) 13 (18,3) 30 (20,8) 0,540 f
Terlambat Usia > 6 hari, n
(%)
Durasi kolostomi dalam 8 (6, 10) 7 (5, 10) 8 (6, 10) 0,085 ⩖
bulan, (n=130)
Tipe anorektoplasti (n=138) 0,091 f
PSARP, n (%) 61 (87,1) 51 (75,0) 112
Anorektoplasti melalui 5 (7,1) 13 (19,1) 18
Laparoskopi, n (%)
Abdominoperineal, n (%) 3 (4,3) 4 (5,9) 7
Tidak diketahui 1 (1,4) 0 (0) 1
f = Fisher’s Exact Test
⩖ = Wilcoxon Rank Sum Test
Komplikasi dari pembuatan kolostomi terjadi pada 34 pasien (23,6%) (beberapa kasus
dengan lebih dari 1 komplikasi) sehingga terdapat 61 komplikasi dalam 144 pasien. Jenis dan
tingkat komplikasinya terangkum dalam Tabel 2.
Table 2.
Komplikasi Kolostomi
Komplikasi Loop Divided Total p-value f
Retraksi, n (%) 1 (1,4) 3 (4,2) 4 (2,8) 0,363
Prolaps, n (%) 13 (17,8) 2 (2,8) 15 (10,4) 0,005*
Obstruksi, n (%) 0 (0) 2 (2,8) 2 (1,4) 0,241
Hernia parakolostomil, n 2 (3,0) 0 (0) 2 (1,5) 0,497)
(%)
Memerlukan perbaikan 7 (9,6) 6 (8,4) 13 (9,0) 1,000
kolostomi, n (%)
Megarektum, n (%) 5 (8,2) 3 (5,3) 8 (6,8) 0,718
Infeksi Saluran Kemih 12 (16,4) 5 (7,0) 17 (11,8) 0,120
(ISK)
Total 40 21 61 0,002*
Jumlah pasien dengan 23 (31,5) 11 (15,5) 34 (23,6) 0,031*
>=1 komplikasi
f = Fisher’s Exact Test
*= Nilai yang bermakna secara signifikan

Pasien dengan loop kolostomi secara signifikan lebih sering menimbulkan komplikasi
(p=0,031) dan jumlah komplikasinya lebih tinggi pada kelompok ini (p=0,002). Saat
dibandingkan dengan komplikasi tiap individu, hanya prolaps kolostomi yang ditemukan
lebih tinggi pada pasien dengan loop kolostomi (p=0,005).
Anorektoplasti dilakukan pada institusi kami sebanyak 138 pasien. Terdapat total 26
komplikasi pada anorektoplasti, yang terangkum dalam Tabel 3 dan tidak lebih sering terjadi
pada kelompok lain.
Table 3.
Komplikasi Anorektoplasti
Komplikasi Loop Divided Total p-value f
Infeksi luas setelah 9 (12,9) 4 (5,9) 13 (9,4) 0,244
anorektoplasti, n (%)
Striktur ani, n (%) 4 (5,7) 6 (8,8) 10 (7,2) 0,529
Rekuren fistula, n (%) 2 (2,9) 1 (1,5) 3 (2,2) 1,000
Total 15 11 26 0,739
Jumlah pasien yang memiliki 13 (17,8) 9 (12,7) 22 (15,3) 0,487
>=1 komplikasi setelah
anorektoplasti, n (%)
f = Fisher’s Exact Test

Hasil dari studi menemukan bahwa jenis kelamin, jenis MAR, usia saat pembentukan
kolostomi dan durasi kolostomi tidak terkait dengan perkembangan komplikasi yang
dievaluasi; karena belum memenuhi tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya (p
= 0,1), data tersebut tidak termasuk dalam analisis multivariabel.
Level kolostomi ditemukan secara positif terkait dengan munculnya komplikasi
kolostomi. Sepeti yang terlihat pada Tabel 4, kolostomi sigmoid paling menguntungkan,
sedangkan kolostomi transversum memiliki hubungan tertinggi dengan perkembangan
komplikasi (p=0,006; OR 4,33; 95% CI (1,53; 12,24)). Sekali lagi, prolaps menyumbang
sebagian besar dari total komplikasi (p < 0,005, OR 13,61, 95% CI (3,69, 50,20)). Ini
memenuhi tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya (p<0.1), oleh karena itu
dimasukkan dalam model kami untuk mengendalikan pengaruhnya saat menentukan
signifikansi jenis kolostomi pada komplikasi yang spesifik.
Table 4.
Regresi Logistik Univariat Meneliti Hubungan Tingkat Kolostomi Dengan
Perkembangan Komplikasi Kolostomi.
Level Perkembangan QR 95%CI Jumlah OR 95%CI Prolaps OR 95%CI
kolostomi komplikasi (p) komplikasi
(p)
Sigmoid 0 - - 0 - - - - -
Descenden 0,053* - - 0,607 - - 0,027* 5,84 12,22;
27,78
Transversum 0,006* 4,33 1,53; 0,047* 3,19 1,01; <0,005* 13,61 3,69;
12,24 10,03 50,20
OR : Odds Ratio
95% CI : 95% Confidence Interval
*= nilai yang bermakna secara statistik

Beberapa variabel, analisis regresi logistik dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
jenis kolostomi dan perkembangan komplikasi. Hasilnya dirangkumkan pada Tabel 5. Loop
kolostomi ditemukan secara positif terkait dengan perkembangan komplikasi (p=0.033, OR
3.13, 95% CI (1.09, 8.96)) dan prolaps kolostomi (p=0.009, OR 8.75, 95% CI (1.73, 44.16)),
tetapi tidak pada komplikasi lainnya. Baik jenis maupun tingkat kolostomi dikaitkan dengan
perkembangan komplikasi setelah penutupan anorektoplasti dan kolostomi.
Tabel 5.
Pengujian Multipelvariabel Logistik Terkait Loop Kolostomi dengan Munculnya
Komplikasi
Komplikasi Loop Kolostomi
p-value OR 95%CI
Retraksi 0,363
Prolapse 0,009* 8,75 1,74; 44,16
Obstruksi -
Hernia parastomal 0,107
Kebutuhan perbaikan 0,756
Megarektum 0,580
ISK 0,125
Pasien dengan 0,033 3,13 1,09; 8,96
komplikasi

3. Diskusi
MAR letak rendah dapat ditangani tanpa diverting colostomy, sebelumnya banyak
laporan yang memperlihatkan keamanan dari prosedur koreksi dengan 1 tingkat untuk MAR
letak intermediate atau letak tinggi, diverting colostomy masih dipertimbangkan menjadi
langkah pertama pada pembedahan malformasi ini. Membuat kolostomi adalah prosedur
pembedahan minor, tetapi dengan tingkat morbiditas yang lebih berpotensi terjadi.
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi retraksi, prolaps, hernia parastomal, obstruksi usus,
ekskoriasi kulit, butuh perbaikan kolostomi, kerusakan anastomose, dan infeksi luas setelah
penutupan kolostomi. Tipe diverting colostomy dipilih berdasarkan sumber daya kesehatan,
ahli bedah dan pilihan keluarga sendiri. Beberapa ahli bedah pada institusi kami dan para ahli
bedah anak di dunia menyarankan divided kolostomi pada sigmoid di abdomen kuadran kiri
bawah, dengan jembatan kulit yang cukup antara kolostomi proksimal dan mucous fistula
distal yang memungkinkan alat dipasang pada kolostomi proksimal sehingga seluruh feses
dapat dialihkan jalurnya. Mereka percaya bahwa pengalihan feses akan mencegah munculnya
megarektum, ISK, dan infeksi luka setelah anorektoplasti. Pendukung loop kolostomi
mengklaim bahwa loop kolostomi yang baik tidak akan menyebabkan komplikasi semacam
itu, juga loop kolostomi lebih mudah dibuat dan ditutup; dan memiliki keuntungan dalam hal
kosmetik yang lebih baik, terutama jika dilakukan di daerah umbilicus. Beberapa ahli bedah
mencoba menggabungkan dugaan keuntungan dari divided kolostomi dengan keuntungan
kosmetik dari sayatan umbilikal dengan membagi kolon sigmoid dan membentuk end
colostomy di area umbilikus dan mucous fistula di abdomen kuadran kiri bawah. Mereka
menyatakan bahwa insisi umbilicus juga memungkinkan penampakan struktur panggul yang
lebih baik dan dengan demikian menjadi pilihan yang lebih baik, terutama pada MAR dan
cloaca dimana memerlukan prosedur tambahan. Bagaimanapun, hal ini tidak tersebut dalam
literature, hal ini diterapkan oleh banyak ahli bedah lain untuk membuat double barrel
sigmoid colostomy di abdomen kuadran kiri bawah. Ahli bedah ini percaya bahwa kolostomi
berfungsi untuk pengalihan jalur feses, dan double barrel kolostomi dapat menjalankan
semua fungsi ini.
Berbagai jenis kolostomi menjadi perdebatan yang sedang berlangsung berkaitan
dengan mana kolostomi terbaik dan paling tidak merepotkan, dan bukti yang tidak memadai
dalam literatur menjadi dasar untuk penelitian ini. Karena keterbatasan studi, termasuk
perencanaan retrospektif dan terbatasnya populasi pasien (n=144), tidak praktis untuk
mempelajari masing-masing pilihan kolostomi yang disebutkan di atas secara terpisah.
Sehingga kami membagi seluruh pasien menjadi 2 kelompok : kelompok pertama loop
kolostomi dan kelompok kedua divided kolostomi. Kesimpulannya, kami konfirmasi
tingginya insidens kolostomi dengan komplikasi, dan kenyataannya bahwa kolostomi
sigmoid lebih utama dibandingkan kolostomi transversum. Hasil dari studi kami juga
menyatakan bahwa komplikasi prolapse lebih sering terjadi pada loop kolostomi
dibandingkan divided kolostomi. Komplikasi lain (retrasksi, obstruksi, hernia parakolostomil,
butuh perbaikan kolostomi, infeksi luka setelah anorektoplasti dan setelah penutupan
kolostomi) diteliti secara terpisah, dan kami menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara
kedua kelompok ini. Hasil dari studi ini memperlihatkan bahwa insidens megarektum tidak
memiliki hubungan dengan jenis kolostomi. Dapat dipikirkan bahwa retraksi loop kolostomi
dapat menyebabkan akumulasi feses dalam kantong distal dan perkembangan megarektum.
Namun, dapat dibayangkan bahwa loop kolostomi yang baik mungkin tidak menyebabkan
komplikasi semacam itu.
Masalah lain yang diteliti oleh penelitian ini adalah hubungan antara jenis
kolostomi dan ISK pada pasien MAR. Bagaimanapun, laporan tidak memperlihatkan
hubungan antara jenis kolostomi dan kejadian ISK pada pasien ini, para ahli bedah anak
percaya bahwa loop kolostomi dapat menyebabkan tingginya insidens ISK pada fistula
rektouretra/rektovesika. Walaupun hasil kami memperlihatkan insidens ISK lebih tinggi pada
loop kolostomi (16,4% vs 7,0%), nilai ini tidak bermakna secara statistik (p=0,120). Yang
menarik adalah temuan tambahan bahwa mayoritas pasien yang mengalami ISK terkait
dengan anomali atau disfungsi saluran kencing, neurogenik bladder dan refluks
vesikoureteral. Adanya anomali atau disfungsi traktus urinaria pada awalnya bukanlah
variabel minat studi kami, sehingga tidak termasuk dalam analisis kami. Namun, dalam
tinjauan post-hoc hanya satu dari 17 pasien yang mengalami ISK tidak memiliki kelainan
saluran kemih atau disfungsi saluran kemih; dan 14 mengalami ISK setelah perbaikan fistula
rectouterina MAR. Sebuah tinjauan kolektif diterbitkan dengan hasil 41 kasus komplikasi
epididymo-orchitis pada MAR mendukung temuan kami. Menurut penulis, fistula rectouretra
mengalami perbaikan hanya pada sepertiga kasus, yang menyatakan bahwa adanya faktor
risiko seperti sindrom saluran mesonephric persisten, refluks saluran uretroejaculatory,
vasovesical ectopia, disfungsi neurovesical dan striktur uretra merupakan faktor risiko utama
terjadinya epididymo-orchitis pada pasien tersebut. Kami berpikir bahwa ISK pada pasien
MAR pada umumnya terjadi karena adanya anomali atau disfungsi traktus urinarius, daripada
jika dibandingkan dengan jenis colostomy pasien. Secara tidak langsung pendapat ini dapat
didukung oleh adanya fakta bahwa tidak ada perbedaan dalam perkembangan infeksi luka
setelah anorektoplasti dalam kelompok penelitian kami.

4. Kesimpulan
Komplikasi prolapse lebih sering terjadi pada loop kolostomi dibandingkan divided
kolostomi. Komplikasi lain, termasuk megarektum dan ISK tidak tergantung dengan jenis
kolostomi. Secara umum, jenis kolostomi yang paling baik belum dapat ditentukan. Tetap
menjadi tanggungjawab ahli bedah untuk menentukan apakah keuntungan kosmetik dan
penutupan yang mudah menjamin peningkatan risiko prolaps pada loop kolostomi.

5. Referensi
[1] Yesildag E, Muniz RM. Buyukunal: How did the surgeons treat neonates with
imperforate anus in the eighteenth century? Pediatr Surg Int 2010;26(12):1149–58.
[2] Chandramouli B, Srinivasan K, Jagdish S, et al. Morbidity and Mortality of colostomy
and its closure in children. J Pediatr Surg 2004;49(4):596–9.
[3] Levitt MA, Kant A, Pena A. The morbidity of constipation in patients with anorectal
malformations. J Pediatr Surg 2010;45(6):1228–33.
[4] Peduzzi P, Concato J, Kemper E, et al. A simulation study of the number of events per
variable in logistic regression analysis. J Clin Epidemiol 1996;49:1373–9.
[5] Vick LR, Gosche JR, Boulanger SC, et al. Primary laparascopic repair of high imperforate
anus in neonatal males. J Pediatr Surg 2007;42:1877–81.
[6] Iwai N, Fumino S: Surgical treatment of anorectal malformations. Surg Today 2012 Nov
30 [Epub ahead of print].
[7] Patwardhan N, Kiely EM, Drake DP, et al. Colostomy for anorectal malformation: high
incidence of complications. J Pediatr Surg 2001;36(5):795–8.
[8] Pena A, Migatto-Krieger M, Levitt MA. Colostomy in anorectal malformations: a
procedure with serious but preventable complications. J Pediatr Surg 2006;41(4):748–55.
[9] Chirdan LB, Uba FA, Ameh EA, et al. Colostomy for high anorectal malformation:
anevaluation of morbidity in a developing country. Pediatr Surg Int 2008;24:407–10.
[10] Chowdhary SK, Chalapathi G, Narasimhan KL, et al: An audit of neonatal colostomy for
high anorectal malformation: the developing word perspective.
[11] Hamada Y, Takada K, Nakamura Y, et al. Temporary umbilical loop colostomy for
anorectal malformations. Pediatr Surg Int 2012;28:1133–6.

DISKUSI
Pemateri : Edward Kiely (London, UK) : Dapatkah saya bertanya saat pasien berusia
berapa anda melakukan penutupan kolostomi?
Berapa lama kolostomi dipertahankan? Terkadang jika loop kolostomi bertahan hingga
beberapa bulan maka prolaps sangat umum terjadi. Tetapi jika tidak dipertahankan hingga
beberapa bulan, prolaps biasanya tidak terjadi.
Tanggapan : Dr. Omar Oda : jika anda melihat table ini, kita memiliki durasi kolostomi
dalam beberapa bulan. Pada kelompok loop kolostomi dipertahankan hingga 8 bulan
sedangkan divided kolostomi dibiarkan hingga 7 bulan.
Edward Kiely : saya berpikir bahwa loop kolostomi tidak mengalami prolaps jika dibiarkan
hingga hanya kurang dari 3 bulan. Ini merupakan jenis kolostomi yang paling mudah dibuat
dan mudah ditutup. Dan perbaikan lebih aman bila dilakukan lebih awal. Jadi jika Anda ingin
membuat kolostomi sederhana dan akan segera menutupnya, saya memiliki preferensi yang
kuat untuk loop kolostomi.
Moderator : Alberto telah lama menjadi juara dalam pembuatan divided colostomy. dr.Pena,
apakah Anda memiliki komentar ?
Pemateri; dr.Alberto Pena (Cincinnati) : Iya, kami melakukan penelitian retrospektif
sebanyak 800 kolostomi yang dilakukan diberbagai belahan dunia, sehingga kami telah
membuat semua jenis kolostomi. Prolaps mungkin terjadi pada beberapa kolostomi atau loop
kolostomi. ini tidak tergantung pada jenis kolostominya. Kami menemukan bahwa hal ini
tergantung pada lokasi kolostomi. Jika Anda membuka kolostomi pada bagian usus yang
mobile, kemungkinan besar terjadi prolaps. Jika Anda melakukannya di bagian kolon yang
terfiksir, maka tidak akan terjadi prolaps. Dan jika Anda melakukannya di bagian usus yang
mobile, maka Anda harus memperbaiki usus dengan adekuat.
Jika Anda menganalisa ISK, tentunya hal ini membuat kita percaya bahwa loop kolostomi
memungkinkan terjadinya kontaminasi traktus urinarius, tetapi hal ini tidak mutlak terjadi
karena terdapat pasien yang mengalami ISK karena berbagai penyebab seperti pada pasien
absen sarkum, refluks vesikouretral dan kloaka.
dr.Omar Oda : data kami menunjukkan tidak ada perbedaan angka kejadian ISK antara loop
kolostomi dan divided kolostomi. Ketika kami menganalisis pasien kami, mereka dengan ISK
rekuren, kami menemukan bahwa 16 dari 17 pasien memiliki malformasi saluran kemih lain,
terutama refluks vesikoureteral yang membuatnya lebih masuk akal untuk disimpulkan
bahwa ISK ini terutama terkait dengan malformasi saluran kemih dan bukan karena penyebab
lain. Dari 17 pasien, 14 berkembang menjadi ISK walaupun telah menjalani perbaikan MAR
dan fistula rektouretral yang menunjukkan bahwa fistula rektouretral tidak banyak
berhubungan dengan ISK. Hal ini juga telah dilaporkan oleh beberapa studi.

Anda mungkin juga menyukai