Anda di halaman 1dari 39

TIROIDEKTOMI

PENGERTIAN

Tiroidektomi subtotal atau total merupakan tindakan yang dapat dilaksanakan sebagai
terapi primer terhadap karsinoma tiroid, hipertiroidisme atau hiperparatiroidisme.

Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid. Lobus kiri atau
kanan yang mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan kelenjar yang masih tersisa
masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hormone-hormon tiroid sehingga tidak
diperlukan terapi penggantian hormon (Rumahorbo,1999).

Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang menjalani
tindakan ini harus mendapat terapi hormone pengganti yang besar dosisnya beragam pada
setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia, pekerjaan, dan aktifitas (Rumahorbo,1999).

INDIKASI

 Klien dengan karsinoma tiroid


 Klien dengan hipertiroidisme
 Klien dengan hiperparatiroidisme
(Rumahorbo, 1999)

PENGKAJIAN PREOPERASI

1. Pengkajian Praoperatif di klinik/per telepon

a. melakukan pengkajian perioperatif awal


b. merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
c. melibatkan keluarga dalam wawancara
d. memastikan kelengkapan pemeriksaan perioperatif
e. mengkaji kebutuhan pasien terhadap transportasi dan perawatan pascaoperatif.

2. Unit Bedah

a. melengkapi pengkajian praoperatif


b. mengkoordinasi penyuluhan pasien dengan staf keperawatan lain
c. menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan terjadi
d. membuat rencana asuhan.

3. Ruang Operatif

a. mengkaji tingkat kesadaran pasien


b. menelaah lembar observasi pasien
c. mengidentifikasi pasien
d. memastikan daerah pembedahan.

4. Perencanaan

a. menentukan rencana asuhan


b. mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai.
5. Dukungan Psikologis

a. menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi


b. menentukan status psikologis
c. memberikan peringatan akan stimuli nyeri
d. mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang berkaitan.
(nurseview.com)

PENGKAJIAN FISIK UMUM

Pengkajian klien bedah meliputi evaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis secara
luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam pengkajian menyeluruh terhadap klien, dan
berbagai masalah klien atau diagnosis keperawatan dapat diantisipasi atau diidentifikasi
dengan dibandingkan pada data dasar.

1. Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia

a. mengukur tinggi dan berat badan


b. mengukur lipat kulit trisep
c. mengukur lingkar lengan atas
d. mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen
e. kadar elektrolit darah
f. asupan makanan pre-operatif

Keadaan khusus :

a. Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan masalah teknik dan
mekanik (resiko dehisensi), dan nafas tidak optimal.
b. Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan tremens delirium.

2. Status Pernafasan

a. berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan


b. latihan nafas dan penggunaan spirometer intensif
c. pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD)
d. riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.

3. Status Kardiovaskuler

a. penyakit kardiovaskuler
b. kebiasaan merubah posisi secara mendadak
c. riwayat immobilisasi berkepanjangan
d. hipotensi atau hipoksia
e. kelebihan cairan/darah
f. tanda-tanda vital
g. riwayat perdarahan.

4. Fungsi Hepatik dan Ginjal

a. kelainan hepar
b. riwayat penyakit hepar
c. status asam basa dan metabolisme
d. riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.

5. Fungsi Endokrin

a. riwayat penyakit diabetes


b. kadar gula darah
c. riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal)

6. Fungsi Imunologi

a. kaji adanya alergi


b. riwayat transfusi darah
c. riwayat asthma bronchial
d. terapi kortikosteroid
e. riwayat transplantasi ginjal
f. terapi radiasi
g. kemoterapi
h. penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia)
i. suhu tubuh.

7. Sistem Integumen

a. keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia


b. warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit
c. alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur mandibula, radiasi
pada kepala, terapi obat, trauma mekanik.
d. Perawatan mulut oleh pasien.

8. Terapi Medikasi Sebelumnya

a. obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya


b. kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler
c. diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia
d. fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia
e. antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek hipotensif
anesthesia
f. tranquilizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang
g. insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan
h. antibiotik : paralysis system pernafasan.

9. Pertimbangan Gerontologi

a. penyakit kronis
b. ketakutan lansia divonis sakit berat — bohong (tidak melaporkan gejala)
c. fungsi jantung
d. fungsi ginjal
e. aktivitas gastrointestinal
f. dehidrasi, konstipasi, malbutrisi
g. keterbatasan sensori penglihatan
h. penurunan sensitivitas sentuhan
i. riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar
j. arthritis
k. keadaan mulut (gigi palsu)
l. kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak — perubahan suhu tubuh
m. penyakit pribadi
(nurseview.com)

PERAWATAN PREOPERASI

1. Sebelum tindakan operasi, kadar hormone tiroid harus diupayakan dalam keadaan noemal
untuk mencegah tirotoksikosis pada saat operasi yang dapat mengancam hidup klien.
2. Pemberian obat antitiiroid masih tetap dipertahankan disamping menurunkan kadar hormone
darah juga dimaksudkan untuk mencegah perdarahan pada saat operasi karena obat ini
mempunyai efek mengurangi vaskularisasi darah ke kelenjar tiroid.
3. Kondisi nutrisi harus optimal oleh karena itu diet tinggi protein dan karbohidrat sangat
dianjurkan.
4. Latih klien batuk secara efektif dan latih nafas dalam.
5. Ajarkan cara mengurangi peregangan pada luka operasi akibat rangsangan batuk dengan
menahan dibawah insisi dengan kedua tangan.
6. Beritahukan klien kemungkinan suara menjadi serak setelah operasi akibat penggunaan ETT
pada saat operasi. Jelaskan bahwa itu adalah hal yang wajar dan dapat kembali seperti
semula. (Rumahorbo, 1999)

PENGKAJIAN POSTOPERASI

1. Komunikasi dari informasi intraoperatif :

a. Menyebutkan nama pasien


b. Menyebutkan jenis pembedahan yang dilakukan
c. Menggambarkan faktor-faktor intraoperatif (pemasangan drain/kateter, dll)
d. Menggambarkan keterbatasan fisik
e. Melaporkan tingkat kesadaran pasca operatif

2. Pengkajian pasca operatif di ruang pemulihan

Menentukan respon langsung pasien terhadap intervensi pembedahan.

3. Unit Bedah

a. Mengevaluasi efektivitas dari asuhan keperawatan di ruangan operasi


b. Menentukan tingkat kepuasan pasien dengan asuhan yang diberikan selama periode peri
operatif
c. Mengevaluasi produk-produk yang digunakan pada pasien di ruang operasi
d. Menentukan status psikologis pasien
e. Membantu dalam perencanaan pemulangan

4. Di rumah/klinik
a. Gali persepsi pasien tentang pembedahan dalam kaitannya dengan agen anesthesi, dampak
pada citra tubuh, penyimpangan, immobilisasi
b. Tentukan persepsi keluarga tentang pembedahan.
(nurseview.com)

PERAWATAN POSTOPERASI

1. Monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai stabil dan kemudian setiap 30 menit selama
6 jam.
2. Gunakan bantal pasir atau bantal tambahan untuk menahan posisi kepala tetap ekstensi
sampai klien sadar penuh.
3. Bila klien sudah sadar, berikan posisi semifowler. Apabila memindahkan klien hindarkan
penekanan pada daerah insisi.
4. Berikan obat analgetik sesuai program terapi.
5. Bantu klien batuk dan nafas dalam setiap 30 menit sampai 1 jam.
6. Gunakan pengisap oral atau trakea sesuai kebutuhan.
7. Monitor komplikasi antara lain :
 Perdarahan
 Distress pernafasan
 Hipokalsemi akibat pengangkatan paratiroid yang ditandai dengan tetani
 Kerusakan saraf laryngeal

(Rumahorbo, 1999)

PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan diberikan baik kepada klien maupun keluarganya mencakup :

1. Pemberian obat-obatan. Konsistensi waktu sangat perlu diperhatikan.


2. Gunakan kipas angin atau ruangan ber-AC agar klien dapat beristirahat.
3. Dapat terjadi alergi pada penggunaan PTU berupa kulit kemerahan dan timbul gatal-gatal.
4. Pada klien dengan tiroidektomi total atau pada penggunaan obat antitiroid, jelaskan tanda
hipotiroidisme dan hipertiroidisme.
5. Jelaskan pada keluarga penyebab emosi yang labil pada klien dan bantu mereka untuk dapat
menerima dan mengadaptasinya.
6. Anjurkan untuk follow up secara teratur ke tempat pelayanan terdekat.
(Rumahorbo, 1999)

RENCANA PERAWATAN KLIEN DENGAN TIROIDEKTOMI


Diagnosa Keperawatan

 Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat perdarahan atau edema
daerah insisi; kerusakan saraf laring, terangkatnya kelenjar paratiroid.
 Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perdarahan postoperasi.
 Nyeri berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat perdarahan
atau edema daerah insisi; kerusakan saraf laring, terangkatnya kelenjar paratiroid.

Tujuan :

 Paru-paru mengembang optimal


 Pola pernafasan kembali normal
 Dapat berbicara seperti sebelum sakit

Kriteria hasil :

 Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas jelas/bersih


 Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu, ditandai dengan indicator
sebagai berikut : kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas, ekspansi dada simetris, tidak
ada penggunaan otot bantu, bunyi nafas tambahan tidak ada, nafas pendek tidak ada.
(Doengoes, 1999)

. Intervensi :

1. Pantau tanda-tanda distress pernafasan, sianosis, takipnea, dan nafas berbunyi.


2. Periksa balutan luka setiap 1 jam selama periode pertama postoperasi kemudian dilakukan
setiap 4 jam.
3. Periksa sensasi disekitar area insisi.
4. Pertahankan posisi semifowler.
5. Gunakan kirbat es untuk mengurangi edema didaerah sekitar insisi (ingat jangan sampai
mengenai luka atau balutan).
6. Kaji kualitas suara klien setiap 2 jam, catat perubahan intonasi.
7. Kaji adanya tanda Chvosteks dan tanda Trousseau.
8. Identifikasi kemungkinan adanya hilang rasa dan kesemutan pada ekstremitas.
9. Siapkan suction set, trakeostomi dan ETT set disamping tempat tidur klien

Diagnosa : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perdarahan


postoperasi.

Tujuan :

 Orientasi dan kesadaran klien baik


 Tanda-tanda vital dalam batas normal
Kriteria hasil:

 Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal pasien


 Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktifitas (Doengoes, 1999)

Intervensi :

1. Identifikasi tanda perubahan fungsi kardiovaskuler


- Pantau tanda vital setiap 15 menit pada periode pertama pasca operasi dan selanjutnya setiap
1-4 jam.
- Pantau irama jantung, catat adanya takikardi dan ketidakteraturan irama jantung.
- Periksa balutan terhadap kemungkinan perdarahan, periksa dari depan ke belakang
- Identifikasi perubahan kesadaran dan orientasi klien
- Berikan obat-obatan sesuai program

Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid

Tujuan : Klien mengalami nyeri yang minimal.

Kriteria hasil :

 Melaporkan/menunjukkan nyeri hilang/terkontrol


 Menunjukkan nyeri hilang/ketidaknyamanan dengan menurunnya tegangan dan rileks,
tidur/istirahat dengan tepat (Doengoes, 1999)

Intervensi :

1. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala penilaian nyeri.


2. Bantu klien dalam mempertahankan posisi kepala dan leher dengan benar.
3. Klien dengan posisi semifowler dengan meletakkan bantal pasir dibawah leher.
4. Ajarkan klien cara menopang leher dan kepala saat merubah posisi.
5. Berikan obat analgesic sesuai program.
6. Pantau respon klien terhadap pengobatan
7. Tempatkan bel pemanggil di sisi klien agar mudah digunakan.
8. Pertahankan lingkungan yang tenang, kurangi stressor.
DAFTAR PUSTAKA

Rumahorbo, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Endokrin. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Cabang Jakarta. 2008.Penatalaksanaan


Penyakit-penyakit Tiroid bagi Dokter. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI.

TIROIDEKTOMI

PENGERTIAN

Tiroidektomi subtotal atau total merupakan tindakan yang dapat dilaksanakan sebagai
terapi primer terhadap karsinoma tiroid, hipertiroidisme atau hiperparatiroidisme.

Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid. Lobus kiri atau
kanan yang mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan kelenjar yang masih tersisa
masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hormone-hormon tiroid sehingga tidak
diperlukan terapi penggantian hormon (Rumahorbo,1999).

Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang menjalani
tindakan ini harus mendapat terapi hormone pengganti yang besar dosisnya beragam pada
setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia, pekerjaan, dan aktifitas (Rumahorbo,1999).

INDIKASI

 Klien dengan karsinoma tiroid


 Klien dengan hipertiroidisme
 Klien dengan hiperparatiroidisme
(Rumahorbo, 1999)

PENGKAJIAN PREOPERASI

1. Pengkajian Praoperatif di klinik/per telepon

a. melakukan pengkajian perioperatif awal


b. merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
c. melibatkan keluarga dalam wawancara
d. memastikan kelengkapan pemeriksaan perioperatif
e. mengkaji kebutuhan pasien terhadap transportasi dan perawatan pascaoperatif.

2. Unit Bedah

a. melengkapi pengkajian praoperatif


b. mengkoordinasi penyuluhan pasien dengan staf keperawatan lain
c. menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan terjadi
d. membuat rencana asuhan.

3. Ruang Operatif

a. mengkaji tingkat kesadaran pasien


b. menelaah lembar observasi pasien
c. mengidentifikasi pasien
d. memastikan daerah pembedahan.

4. Perencanaan

a. menentukan rencana asuhan


b. mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai.

5. Dukungan Psikologis

a. menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi


b. menentukan status psikologis
c. memberikan peringatan akan stimuli nyeri
d. mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang berkaitan.
(nurseview.com)

PENGKAJIAN FISIK UMUM

Pengkajian klien bedah meliputi evaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis secara
luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam pengkajian menyeluruh terhadap klien, dan
berbagai masalah klien atau diagnosis keperawatan dapat diantisipasi atau diidentifikasi
dengan dibandingkan pada data dasar.

1. Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia

a. mengukur tinggi dan berat badan


b. mengukur lipat kulit trisep
c. mengukur lingkar lengan atas
d. mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen
e. kadar elektrolit darah
f. asupan makanan pre-operatif

Keadaan khusus :

a. Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan masalah teknik dan
mekanik (resiko dehisensi), dan nafas tidak optimal.
b. Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan tremens delirium.

2. Status Pernafasan

a. berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan


b. latihan nafas dan penggunaan spirometer intensif
c. pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD)
d. riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.

3. Status Kardiovaskuler
a. penyakit kardiovaskuler
b. kebiasaan merubah posisi secara mendadak
c. riwayat immobilisasi berkepanjangan
d. hipotensi atau hipoksia
e. kelebihan cairan/darah
f. tanda-tanda vital
g. riwayat perdarahan.

4. Fungsi Hepatik dan Ginjal

a. kelainan hepar
b. riwayat penyakit hepar
c. status asam basa dan metabolisme
d. riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.

5. Fungsi Endokrin

a. riwayat penyakit diabetes


b. kadar gula darah
c. riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal)

6. Fungsi Imunologi

a. kaji adanya alergi


b. riwayat transfusi darah
c. riwayat asthma bronchial
d. terapi kortikosteroid
e. riwayat transplantasi ginjal
f. terapi radiasi
g. kemoterapi
h. penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia)
i. suhu tubuh.

7. Sistem Integumen

a. keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia


b. warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit
c. alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur mandibula, radiasi
pada kepala, terapi obat, trauma mekanik.
d. Perawatan mulut oleh pasien.

8. Terapi Medikasi Sebelumnya

a. obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya


b. kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler
c. diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia
d. fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia
e. antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek hipotensif
anesthesia
f. tranquilizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang
g. insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan
h. antibiotik : paralysis system pernafasan.

9. Pertimbangan Gerontologi

a. penyakit kronis
b. ketakutan lansia divonis sakit berat — bohong (tidak melaporkan gejala)
c. fungsi jantung
d. fungsi ginjal
e. aktivitas gastrointestinal
f. dehidrasi, konstipasi, malbutrisi
g. keterbatasan sensori penglihatan
h. penurunan sensitivitas sentuhan
i. riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar
j. arthritis
k. keadaan mulut (gigi palsu)
l. kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak — perubahan suhu tubuh
m. penyakit pribadi
(nurseview.com)

PERAWATAN PREOPERASI

1. Sebelum tindakan operasi, kadar hormone tiroid harus diupayakan dalam keadaan noemal
untuk mencegah tirotoksikosis pada saat operasi yang dapat mengancam hidup klien.
2. Pemberian obat antitiiroid masih tetap dipertahankan disamping menurunkan kadar hormone
darah juga dimaksudkan untuk mencegah perdarahan pada saat operasi karena obat ini
mempunyai efek mengurangi vaskularisasi darah ke kelenjar tiroid.
3. Kondisi nutrisi harus optimal oleh karena itu diet tinggi protein dan karbohidrat sangat
dianjurkan.
4. Latih klien batuk secara efektif dan latih nafas dalam.
5. Ajarkan cara mengurangi peregangan pada luka operasi akibat rangsangan batuk dengan
menahan dibawah insisi dengan kedua tangan.
6. Beritahukan klien kemungkinan suara menjadi serak setelah operasi akibat penggunaan ETT
pada saat operasi. Jelaskan bahwa itu adalah hal yang wajar dan dapat kembali seperti
semula. (Rumahorbo, 1999)

PENGKAJIAN POSTOPERASI

1. Komunikasi dari informasi intraoperatif :

a. Menyebutkan nama pasien


b. Menyebutkan jenis pembedahan yang dilakukan
c. Menggambarkan faktor-faktor intraoperatif (pemasangan drain/kateter, dll)
d. Menggambarkan keterbatasan fisik
e. Melaporkan tingkat kesadaran pasca operatif

2. Pengkajian pasca operatif di ruang pemulihan

Menentukan respon langsung pasien terhadap intervensi pembedahan.


3. Unit Bedah

a. Mengevaluasi efektivitas dari asuhan keperawatan di ruangan operasi


b. Menentukan tingkat kepuasan pasien dengan asuhan yang diberikan selama periode peri
operatif
c. Mengevaluasi produk-produk yang digunakan pada pasien di ruang operasi
d. Menentukan status psikologis pasien
e. Membantu dalam perencanaan pemulangan

4. Di rumah/klinik

a. Gali persepsi pasien tentang pembedahan dalam kaitannya dengan agen anesthesi, dampak
pada citra tubuh, penyimpangan, immobilisasi
b. Tentukan persepsi keluarga tentang pembedahan.
(nurseview.com)

PERAWATAN POSTOPERASI

1. Monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai stabil dan kemudian setiap 30 menit selama
6 jam.
2. Gunakan bantal pasir atau bantal tambahan untuk menahan posisi kepala tetap ekstensi
sampai klien sadar penuh.
3. Bila klien sudah sadar, berikan posisi semifowler. Apabila memindahkan klien hindarkan
penekanan pada daerah insisi.
4. Berikan obat analgetik sesuai program terapi.
5. Bantu klien batuk dan nafas dalam setiap 30 menit sampai 1 jam.
6. Gunakan pengisap oral atau trakea sesuai kebutuhan.
7. Monitor komplikasi antara lain :
 Perdarahan
 Distress pernafasan
 Hipokalsemi akibat pengangkatan paratiroid yang ditandai dengan tetani
 Kerusakan saraf laryngeal

(Rumahorbo, 1999)

PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan diberikan baik kepada klien maupun keluarganya mencakup :

1. Pemberian obat-obatan. Konsistensi waktu sangat perlu diperhatikan.


2. Gunakan kipas angin atau ruangan ber-AC agar klien dapat beristirahat.
3. Dapat terjadi alergi pada penggunaan PTU berupa kulit kemerahan dan timbul gatal-gatal.
4. Pada klien dengan tiroidektomi total atau pada penggunaan obat antitiroid, jelaskan tanda
hipotiroidisme dan hipertiroidisme.
5. Jelaskan pada keluarga penyebab emosi yang labil pada klien dan bantu mereka untuk dapat
menerima dan mengadaptasinya.
6. Anjurkan untuk follow up secara teratur ke tempat pelayanan terdekat.
(Rumahorbo, 1999)
RENCANA PERAWATAN KLIEN DENGAN TIROIDEKTOMI

Diagnosa Keperawatan

 Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat perdarahan atau edema
daerah insisi; kerusakan saraf laring, terangkatnya kelenjar paratiroid.
 Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perdarahan postoperasi.
 Nyeri berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat perdarahan
atau edema daerah insisi; kerusakan saraf laring, terangkatnya kelenjar paratiroid.

Tujuan :

 Paru-paru mengembang optimal


 Pola pernafasan kembali normal
 Dapat berbicara seperti sebelum sakit

Kriteria hasil :

 Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas jelas/bersih


 Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu, ditandai dengan indicator
sebagai berikut : kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas, ekspansi dada simetris, tidak
ada penggunaan otot bantu, bunyi nafas tambahan tidak ada, nafas pendek tidak ada.
(Doengoes, 1999)

. Intervensi :

1. Pantau tanda-tanda distress pernafasan, sianosis, takipnea, dan nafas berbunyi.


2. Periksa balutan luka setiap 1 jam selama periode pertama postoperasi kemudian dilakukan
setiap 4 jam.
3. Periksa sensasi disekitar area insisi.
4. Pertahankan posisi semifowler.
5. Gunakan kirbat es untuk mengurangi edema didaerah sekitar insisi (ingat jangan sampai
mengenai luka atau balutan).
6. Kaji kualitas suara klien setiap 2 jam, catat perubahan intonasi.
7. Kaji adanya tanda Chvosteks dan tanda Trousseau.
8. Identifikasi kemungkinan adanya hilang rasa dan kesemutan pada ekstremitas.
9. Siapkan suction set, trakeostomi dan ETT set disamping tempat tidur klien

Diagnosa : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perdarahan


postoperasi.

Tujuan :

 Orientasi dan kesadaran klien baik


 Tanda-tanda vital dalam batas normal

Kriteria hasil:

 Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal pasien


 Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktifitas (Doengoes, 1999)

Intervensi :

1. Identifikasi tanda perubahan fungsi kardiovaskuler


- Pantau tanda vital setiap 15 menit pada periode pertama pasca operasi dan selanjutnya setiap
1-4 jam.
- Pantau irama jantung, catat adanya takikardi dan ketidakteraturan irama jantung.
- Periksa balutan terhadap kemungkinan perdarahan, periksa dari depan ke belakang
- Identifikasi perubahan kesadaran dan orientasi klien
- Berikan obat-obatan sesuai program

Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid

Tujuan : Klien mengalami nyeri yang minimal.

Kriteria hasil :

 Melaporkan/menunjukkan nyeri hilang/terkontrol


 Menunjukkan nyeri hilang/ketidaknyamanan dengan menurunnya tegangan dan rileks,
tidur/istirahat dengan tepat (Doengoes, 1999)

Intervensi :

1. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala penilaian nyeri.


2. Bantu klien dalam mempertahankan posisi kepala dan leher dengan benar.
3. Klien dengan posisi semifowler dengan meletakkan bantal pasir dibawah leher.
4. Ajarkan klien cara menopang leher dan kepala saat merubah posisi.
5. Berikan obat analgesic sesuai program.
6. Pantau respon klien terhadap pengobatan
7. Tempatkan bel pemanggil di sisi klien agar mudah digunakan.
8. Pertahankan lingkungan yang tenang, kurangi stressor.
TIROIDEKTOMI

PENGERTIAN

Tiroidektomi subtotal atau total merupakan tindakan yang dapat dilaksanakan sebagai
terapi primer terhadap karsinoma tiroid, hipertiroidisme atau hiperparatiroidisme.

Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid. Lobus kiri atau
kanan yang mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan kelenjar yang masih tersisa
masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hormone-hormon tiroid sehingga tidak
diperlukan terapi penggantian hormon (Rumahorbo,1999).

Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang menjalani
tindakan ini harus mendapat terapi hormone pengganti yang besar dosisnya beragam pada
setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia, pekerjaan, dan aktifitas (Rumahorbo,1999).

INDIKASI

 Klien dengan karsinoma tiroid


 Klien dengan hipertiroidisme
 Klien dengan hiperparatiroidisme
(Rumahorbo, 1999)

PENGKAJIAN PREOPERASI

1. Pengkajian Praoperatif di klinik/per telepon

a. melakukan pengkajian perioperatif awal


b. merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
c. melibatkan keluarga dalam wawancara
d. memastikan kelengkapan pemeriksaan perioperatif
e. mengkaji kebutuhan pasien terhadap transportasi dan perawatan pascaoperatif.

2. Unit Bedah

a. melengkapi pengkajian praoperatif


b. mengkoordinasi penyuluhan pasien dengan staf keperawatan lain
c. menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan terjadi
d. membuat rencana asuhan.

3. Ruang Operatif

a. mengkaji tingkat kesadaran pasien


b. menelaah lembar observasi pasien
c. mengidentifikasi pasien
d. memastikan daerah pembedahan.

4. Perencanaan

a. menentukan rencana asuhan


b. mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai.
5. Dukungan Psikologis

a. menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi


b. menentukan status psikologis
c. memberikan peringatan akan stimuli nyeri
d. mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang berkaitan.
(nurseview.com)

PENGKAJIAN FISIK UMUM

Pengkajian klien bedah meliputi evaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis secara
luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam pengkajian menyeluruh terhadap klien, dan
berbagai masalah klien atau diagnosis keperawatan dapat diantisipasi atau diidentifikasi
dengan dibandingkan pada data dasar.

1. Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia

a. mengukur tinggi dan berat badan


b. mengukur lipat kulit trisep
c. mengukur lingkar lengan atas
d. mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen
e. kadar elektrolit darah
f. asupan makanan pre-operatif

Keadaan khusus :

a. Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan masalah teknik dan
mekanik (resiko dehisensi), dan nafas tidak optimal.
b. Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan tremens delirium.

2. Status Pernafasan

a. berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan


b. latihan nafas dan penggunaan spirometer intensif
c. pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD)
d. riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.

3. Status Kardiovaskuler

a. penyakit kardiovaskuler
b. kebiasaan merubah posisi secara mendadak
c. riwayat immobilisasi berkepanjangan
d. hipotensi atau hipoksia
e. kelebihan cairan/darah
f. tanda-tanda vital
g. riwayat perdarahan.

4. Fungsi Hepatik dan Ginjal

a. kelainan hepar
b. riwayat penyakit hepar
c. status asam basa dan metabolisme
d. riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.

5. Fungsi Endokrin

a. riwayat penyakit diabetes


b. kadar gula darah
c. riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal)

6. Fungsi Imunologi

a. kaji adanya alergi


b. riwayat transfusi darah
c. riwayat asthma bronchial
d. terapi kortikosteroid
e. riwayat transplantasi ginjal
f. terapi radiasi
g. kemoterapi
h. penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia)
i. suhu tubuh.

7. Sistem Integumen

a. keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia


b. warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit
c. alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur mandibula, radiasi
pada kepala, terapi obat, trauma mekanik.
d. Perawatan mulut oleh pasien.

8. Terapi Medikasi Sebelumnya

a. obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya


b. kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler
c. diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia
d. fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia
e. antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek hipotensif
anesthesia
f. tranquilizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang
g. insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan
h. antibiotik : paralysis system pernafasan.

9. Pertimbangan Gerontologi

a. penyakit kronis
b. ketakutan lansia divonis sakit berat — bohong (tidak melaporkan gejala)
c. fungsi jantung
d. fungsi ginjal
e. aktivitas gastrointestinal
f. dehidrasi, konstipasi, malbutrisi
g. keterbatasan sensori penglihatan
h. penurunan sensitivitas sentuhan
i. riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar
j. arthritis
k. keadaan mulut (gigi palsu)
l. kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak — perubahan suhu tubuh
m. penyakit pribadi
(nurseview.com)

PERAWATAN PREOPERASI

1. Sebelum tindakan operasi, kadar hormone tiroid harus diupayakan dalam keadaan noemal
untuk mencegah tirotoksikosis pada saat operasi yang dapat mengancam hidup klien.
2. Pemberian obat antitiiroid masih tetap dipertahankan disamping menurunkan kadar hormone
darah juga dimaksudkan untuk mencegah perdarahan pada saat operasi karena obat ini
mempunyai efek mengurangi vaskularisasi darah ke kelenjar tiroid.
3. Kondisi nutrisi harus optimal oleh karena itu diet tinggi protein dan karbohidrat sangat
dianjurkan.
4. Latih klien batuk secara efektif dan latih nafas dalam.
5. Ajarkan cara mengurangi peregangan pada luka operasi akibat rangsangan batuk dengan
menahan dibawah insisi dengan kedua tangan.
6. Beritahukan klien kemungkinan suara menjadi serak setelah operasi akibat penggunaan ETT
pada saat operasi. Jelaskan bahwa itu adalah hal yang wajar dan dapat kembali seperti
semula. (Rumahorbo, 1999)

PENGKAJIAN POSTOPERASI

1. Komunikasi dari informasi intraoperatif :

a. Menyebutkan nama pasien


b. Menyebutkan jenis pembedahan yang dilakukan
c. Menggambarkan faktor-faktor intraoperatif (pemasangan drain/kateter, dll)
d. Menggambarkan keterbatasan fisik
e. Melaporkan tingkat kesadaran pasca operatif

2. Pengkajian pasca operatif di ruang pemulihan

Menentukan respon langsung pasien terhadap intervensi pembedahan.

3. Unit Bedah

a. Mengevaluasi efektivitas dari asuhan keperawatan di ruangan operasi


b. Menentukan tingkat kepuasan pasien dengan asuhan yang diberikan selama periode peri
operatif
c. Mengevaluasi produk-produk yang digunakan pada pasien di ruang operasi
d. Menentukan status psikologis pasien
e. Membantu dalam perencanaan pemulangan

4. Di rumah/klinik
a. Gali persepsi pasien tentang pembedahan dalam kaitannya dengan agen anesthesi, dampak
pada citra tubuh, penyimpangan, immobilisasi
b. Tentukan persepsi keluarga tentang pembedahan.
(nurseview.com)

PERAWATAN POSTOPERASI

1. Monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai stabil dan kemudian setiap 30 menit selama
6 jam.
2. Gunakan bantal pasir atau bantal tambahan untuk menahan posisi kepala tetap ekstensi
sampai klien sadar penuh.
3. Bila klien sudah sadar, berikan posisi semifowler. Apabila memindahkan klien hindarkan
penekanan pada daerah insisi.
4. Berikan obat analgetik sesuai program terapi.
5. Bantu klien batuk dan nafas dalam setiap 30 menit sampai 1 jam.
6. Gunakan pengisap oral atau trakea sesuai kebutuhan.
7. Monitor komplikasi antara lain :
 Perdarahan
 Distress pernafasan
 Hipokalsemi akibat pengangkatan paratiroid yang ditandai dengan tetani
 Kerusakan saraf laryngeal

(Rumahorbo, 1999)

PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan diberikan baik kepada klien maupun keluarganya mencakup :

1. Pemberian obat-obatan. Konsistensi waktu sangat perlu diperhatikan.


2. Gunakan kipas angin atau ruangan ber-AC agar klien dapat beristirahat.
3. Dapat terjadi alergi pada penggunaan PTU berupa kulit kemerahan dan timbul gatal-gatal.
4. Pada klien dengan tiroidektomi total atau pada penggunaan obat antitiroid, jelaskan tanda
hipotiroidisme dan hipertiroidisme.
5. Jelaskan pada keluarga penyebab emosi yang labil pada klien dan bantu mereka untuk dapat
menerima dan mengadaptasinya.
6. Anjurkan untuk follow up secara teratur ke tempat pelayanan terdekat.
(Rumahorbo, 1999)

RENCANA PERAWATAN KLIEN DENGAN TIROIDEKTOMI


Diagnosa Keperawatan

 Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat perdarahan atau edema
daerah insisi; kerusakan saraf laring, terangkatnya kelenjar paratiroid.
 Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perdarahan postoperasi.
 Nyeri berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat perdarahan
atau edema daerah insisi; kerusakan saraf laring, terangkatnya kelenjar paratiroid.

Tujuan :

 Paru-paru mengembang optimal


 Pola pernafasan kembali normal
 Dapat berbicara seperti sebelum sakit

Kriteria hasil :

 Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas jelas/bersih


 Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu, ditandai dengan indicator
sebagai berikut : kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas, ekspansi dada simetris, tidak
ada penggunaan otot bantu, bunyi nafas tambahan tidak ada, nafas pendek tidak ada.
(Doengoes, 1999)

. Intervensi :

1. Pantau tanda-tanda distress pernafasan, sianosis, takipnea, dan nafas berbunyi.


2. Periksa balutan luka setiap 1 jam selama periode pertama postoperasi kemudian dilakukan
setiap 4 jam.
3. Periksa sensasi disekitar area insisi.
4. Pertahankan posisi semifowler.
5. Gunakan kirbat es untuk mengurangi edema didaerah sekitar insisi (ingat jangan sampai
mengenai luka atau balutan).
6. Kaji kualitas suara klien setiap 2 jam, catat perubahan intonasi.
7. Kaji adanya tanda Chvosteks dan tanda Trousseau.
8. Identifikasi kemungkinan adanya hilang rasa dan kesemutan pada ekstremitas.
9. Siapkan suction set, trakeostomi dan ETT set disamping tempat tidur klien

Diagnosa : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perdarahan


postoperasi.

Tujuan :

 Orientasi dan kesadaran klien baik


 Tanda-tanda vital dalam batas normal
Kriteria hasil:

 Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal pasien


 Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktifitas (Doengoes, 1999)

Intervensi :

1. Identifikasi tanda perubahan fungsi kardiovaskuler


- Pantau tanda vital setiap 15 menit pada periode pertama pasca operasi dan selanjutnya setiap
1-4 jam.
- Pantau irama jantung, catat adanya takikardi dan ketidakteraturan irama jantung.
- Periksa balutan terhadap kemungkinan perdarahan, periksa dari depan ke belakang
- Identifikasi perubahan kesadaran dan orientasi klien
- Berikan obat-obatan sesuai program

Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid

Tujuan : Klien mengalami nyeri yang minimal.

Kriteria hasil :

 Melaporkan/menunjukkan nyeri hilang/terkontrol


 Menunjukkan nyeri hilang/ketidaknyamanan dengan menurunnya tegangan dan rileks,
tidur/istirahat dengan tepat (Doengoes, 1999)

Intervensi :

1. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala penilaian nyeri.


2. Bantu klien dalam mempertahankan posisi kepala dan leher dengan benar.
3. Klien dengan posisi semifowler dengan meletakkan bantal pasir dibawah leher.
4. Ajarkan klien cara menopang leher dan kepala saat merubah posisi.
5. Berikan obat analgesic sesuai program.
6. Pantau respon klien terhadap pengobatan
7. Tempatkan bel pemanggil di sisi klien agar mudah digunakan.
8. Pertahankan lingkungan yang tenang, kurangi stressor.
DAFTAR PUSTAKA

Rumahorbo, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Endokrin. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Cabang Jakarta. 2008.Penatalaksanaan


Penyakit-penyakit Tiroid bagi Dokter. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI.

TIROIDEKTOMI

PENGERTIAN

Tiroidektomi subtotal atau total merupakan tindakan yang dapat dilaksanakan sebagai
terapi primer terhadap karsinoma tiroid, hipertiroidisme atau hiperparatiroidisme.

Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid. Lobus kiri atau
kanan yang mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan kelenjar yang masih tersisa
masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hormone-hormon tiroid sehingga tidak
diperlukan terapi penggantian hormon (Rumahorbo,1999).

Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang menjalani
tindakan ini harus mendapat terapi hormone pengganti yang besar dosisnya beragam pada
setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia, pekerjaan, dan aktifitas (Rumahorbo,1999).

INDIKASI

 Klien dengan karsinoma tiroid


 Klien dengan hipertiroidisme
 Klien dengan hiperparatiroidisme
(Rumahorbo, 1999)

PENGKAJIAN PREOPERASI

1. Pengkajian Praoperatif di klinik/per telepon

a. melakukan pengkajian perioperatif awal


b. merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
c. melibatkan keluarga dalam wawancara
d. memastikan kelengkapan pemeriksaan perioperatif
e. mengkaji kebutuhan pasien terhadap transportasi dan perawatan pascaoperatif.

2. Unit Bedah

a. melengkapi pengkajian praoperatif


b. mengkoordinasi penyuluhan pasien dengan staf keperawatan lain
c. menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan terjadi
d. membuat rencana asuhan.

3. Ruang Operatif

a. mengkaji tingkat kesadaran pasien


b. menelaah lembar observasi pasien
c. mengidentifikasi pasien
d. memastikan daerah pembedahan.

4. Perencanaan

a. menentukan rencana asuhan


b. mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai.

5. Dukungan Psikologis

a. menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi


b. menentukan status psikologis
c. memberikan peringatan akan stimuli nyeri
d. mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang berkaitan.
(nurseview.com)

PENGKAJIAN FISIK UMUM

Pengkajian klien bedah meliputi evaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis secara
luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam pengkajian menyeluruh terhadap klien, dan
berbagai masalah klien atau diagnosis keperawatan dapat diantisipasi atau diidentifikasi
dengan dibandingkan pada data dasar.

1. Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia

a. mengukur tinggi dan berat badan


b. mengukur lipat kulit trisep
c. mengukur lingkar lengan atas
d. mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen
e. kadar elektrolit darah
f. asupan makanan pre-operatif

Keadaan khusus :

a. Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan masalah teknik dan
mekanik (resiko dehisensi), dan nafas tidak optimal.
b. Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan tremens delirium.

2. Status Pernafasan

a. berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan


b. latihan nafas dan penggunaan spirometer intensif
c. pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD)
d. riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.

3. Status Kardiovaskuler
a. penyakit kardiovaskuler
b. kebiasaan merubah posisi secara mendadak
c. riwayat immobilisasi berkepanjangan
d. hipotensi atau hipoksia
e. kelebihan cairan/darah
f. tanda-tanda vital
g. riwayat perdarahan.

4. Fungsi Hepatik dan Ginjal

a. kelainan hepar
b. riwayat penyakit hepar
c. status asam basa dan metabolisme
d. riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.

5. Fungsi Endokrin

a. riwayat penyakit diabetes


b. kadar gula darah
c. riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal)

6. Fungsi Imunologi

a. kaji adanya alergi


b. riwayat transfusi darah
c. riwayat asthma bronchial
d. terapi kortikosteroid
e. riwayat transplantasi ginjal
f. terapi radiasi
g. kemoterapi
h. penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia)
i. suhu tubuh.

7. Sistem Integumen

a. keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia


b. warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit
c. alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur mandibula, radiasi
pada kepala, terapi obat, trauma mekanik.
d. Perawatan mulut oleh pasien.

8. Terapi Medikasi Sebelumnya

a. obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya


b. kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler
c. diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia
d. fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia
e. antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek hipotensif
anesthesia
f. tranquilizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang
g. insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan
h. antibiotik : paralysis system pernafasan.

9. Pertimbangan Gerontologi

a. penyakit kronis
b. ketakutan lansia divonis sakit berat — bohong (tidak melaporkan gejala)
c. fungsi jantung
d. fungsi ginjal
e. aktivitas gastrointestinal
f. dehidrasi, konstipasi, malbutrisi
g. keterbatasan sensori penglihatan
h. penurunan sensitivitas sentuhan
i. riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar
j. arthritis
k. keadaan mulut (gigi palsu)
l. kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak — perubahan suhu tubuh
m. penyakit pribadi
(nurseview.com)

PERAWATAN PREOPERASI

1. Sebelum tindakan operasi, kadar hormone tiroid harus diupayakan dalam keadaan noemal
untuk mencegah tirotoksikosis pada saat operasi yang dapat mengancam hidup klien.
2. Pemberian obat antitiiroid masih tetap dipertahankan disamping menurunkan kadar hormone
darah juga dimaksudkan untuk mencegah perdarahan pada saat operasi karena obat ini
mempunyai efek mengurangi vaskularisasi darah ke kelenjar tiroid.
3. Kondisi nutrisi harus optimal oleh karena itu diet tinggi protein dan karbohidrat sangat
dianjurkan.
4. Latih klien batuk secara efektif dan latih nafas dalam.
5. Ajarkan cara mengurangi peregangan pada luka operasi akibat rangsangan batuk dengan
menahan dibawah insisi dengan kedua tangan.
6. Beritahukan klien kemungkinan suara menjadi serak setelah operasi akibat penggunaan ETT
pada saat operasi. Jelaskan bahwa itu adalah hal yang wajar dan dapat kembali seperti
semula. (Rumahorbo, 1999)

PENGKAJIAN POSTOPERASI

1. Komunikasi dari informasi intraoperatif :

a. Menyebutkan nama pasien


b. Menyebutkan jenis pembedahan yang dilakukan
c. Menggambarkan faktor-faktor intraoperatif (pemasangan drain/kateter, dll)
d. Menggambarkan keterbatasan fisik
e. Melaporkan tingkat kesadaran pasca operatif

2. Pengkajian pasca operatif di ruang pemulihan

Menentukan respon langsung pasien terhadap intervensi pembedahan.


3. Unit Bedah

a. Mengevaluasi efektivitas dari asuhan keperawatan di ruangan operasi


b. Menentukan tingkat kepuasan pasien dengan asuhan yang diberikan selama periode peri
operatif
c. Mengevaluasi produk-produk yang digunakan pada pasien di ruang operasi
d. Menentukan status psikologis pasien
e. Membantu dalam perencanaan pemulangan

4. Di rumah/klinik

a. Gali persepsi pasien tentang pembedahan dalam kaitannya dengan agen anesthesi, dampak
pada citra tubuh, penyimpangan, immobilisasi
b. Tentukan persepsi keluarga tentang pembedahan.
(nurseview.com)

PERAWATAN POSTOPERASI

1. Monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai stabil dan kemudian setiap 30 menit selama
6 jam.
2. Gunakan bantal pasir atau bantal tambahan untuk menahan posisi kepala tetap ekstensi
sampai klien sadar penuh.
3. Bila klien sudah sadar, berikan posisi semifowler. Apabila memindahkan klien hindarkan
penekanan pada daerah insisi.
4. Berikan obat analgetik sesuai program terapi.
5. Bantu klien batuk dan nafas dalam setiap 30 menit sampai 1 jam.
6. Gunakan pengisap oral atau trakea sesuai kebutuhan.
7. Monitor komplikasi antara lain :
 Perdarahan
 Distress pernafasan
 Hipokalsemi akibat pengangkatan paratiroid yang ditandai dengan tetani
 Kerusakan saraf laryngeal

(Rumahorbo, 1999)

PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan diberikan baik kepada klien maupun keluarganya mencakup :

1. Pemberian obat-obatan. Konsistensi waktu sangat perlu diperhatikan.


2. Gunakan kipas angin atau ruangan ber-AC agar klien dapat beristirahat.
3. Dapat terjadi alergi pada penggunaan PTU berupa kulit kemerahan dan timbul gatal-gatal.
4. Pada klien dengan tiroidektomi total atau pada penggunaan obat antitiroid, jelaskan tanda
hipotiroidisme dan hipertiroidisme.
5. Jelaskan pada keluarga penyebab emosi yang labil pada klien dan bantu mereka untuk dapat
menerima dan mengadaptasinya.
6. Anjurkan untuk follow up secara teratur ke tempat pelayanan terdekat.
(Rumahorbo, 1999)
RENCANA PERAWATAN KLIEN DENGAN TIROIDEKTOMI

Diagnosa Keperawatan

 Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat perdarahan atau edema
daerah insisi; kerusakan saraf laring, terangkatnya kelenjar paratiroid.
 Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perdarahan postoperasi.
 Nyeri berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat perdarahan
atau edema daerah insisi; kerusakan saraf laring, terangkatnya kelenjar paratiroid.

Tujuan :

 Paru-paru mengembang optimal


 Pola pernafasan kembali normal
 Dapat berbicara seperti sebelum sakit

Kriteria hasil :

 Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas jelas/bersih


 Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu, ditandai dengan indicator
sebagai berikut : kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas, ekspansi dada simetris, tidak
ada penggunaan otot bantu, bunyi nafas tambahan tidak ada, nafas pendek tidak ada.
(Doengoes, 1999)

. Intervensi :

1. Pantau tanda-tanda distress pernafasan, sianosis, takipnea, dan nafas berbunyi.


2. Periksa balutan luka setiap 1 jam selama periode pertama postoperasi kemudian dilakukan
setiap 4 jam.
3. Periksa sensasi disekitar area insisi.
4. Pertahankan posisi semifowler.
5. Gunakan kirbat es untuk mengurangi edema didaerah sekitar insisi (ingat jangan sampai
mengenai luka atau balutan).
6. Kaji kualitas suara klien setiap 2 jam, catat perubahan intonasi.
7. Kaji adanya tanda Chvosteks dan tanda Trousseau.
8. Identifikasi kemungkinan adanya hilang rasa dan kesemutan pada ekstremitas.
9. Siapkan suction set, trakeostomi dan ETT set disamping tempat tidur klien

Diagnosa : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perdarahan


postoperasi.

Tujuan :

 Orientasi dan kesadaran klien baik


 Tanda-tanda vital dalam batas normal

Kriteria hasil:

 Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal pasien


 Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktifitas (Doengoes, 1999)

Intervensi :

1. Identifikasi tanda perubahan fungsi kardiovaskuler


- Pantau tanda vital setiap 15 menit pada periode pertama pasca operasi dan selanjutnya setiap
1-4 jam.
- Pantau irama jantung, catat adanya takikardi dan ketidakteraturan irama jantung.
- Periksa balutan terhadap kemungkinan perdarahan, periksa dari depan ke belakang
- Identifikasi perubahan kesadaran dan orientasi klien
- Berikan obat-obatan sesuai program

Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid

Tujuan : Klien mengalami nyeri yang minimal.

Kriteria hasil :

 Melaporkan/menunjukkan nyeri hilang/terkontrol


 Menunjukkan nyeri hilang/ketidaknyamanan dengan menurunnya tegangan dan rileks,
tidur/istirahat dengan tepat (Doengoes, 1999)

Intervensi :

1. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala penilaian nyeri.


2. Bantu klien dalam mempertahankan posisi kepala dan leher dengan benar.
3. Klien dengan posisi semifowler dengan meletakkan bantal pasir dibawah leher.
4. Ajarkan klien cara menopang leher dan kepala saat merubah posisi.
5. Berikan obat analgesic sesuai program.
6. Pantau respon klien terhadap pengobatan
7. Tempatkan bel pemanggil di sisi klien agar mudah digunakan.
8. Pertahankan lingkungan yang tenang, kurangi stressor.
DAFTAR PUSTAKA

Rumahorbo, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Endokrin. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Cabang Jakarta. 2008.Penatalaksanaan


Penyakit-penyakit Tiroid bagi Dokter. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI.

TIROIDEKTOMI

PENGERTIAN

Tiroidektomi subtotal atau total merupakan tindakan yang dapat dilaksanakan sebagai
terapi primer terhadap karsinoma tiroid, hipertiroidisme atau hiperparatiroidisme.

Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid. Lobus kiri atau
kanan yang mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan kelenjar yang masih tersisa
masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hormone-hormon tiroid sehingga tidak
diperlukan terapi penggantian hormon (Rumahorbo,1999).

Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang menjalani
tindakan ini harus mendapat terapi hormone pengganti yang besar dosisnya beragam pada
setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia, pekerjaan, dan aktifitas (Rumahorbo,1999).

INDIKASI

 Klien dengan karsinoma tiroid


 Klien dengan hipertiroidisme
 Klien dengan hiperparatiroidisme
(Rumahorbo, 1999)

PENGKAJIAN PREOPERASI

1. Pengkajian Praoperatif di klinik/per telepon

a. melakukan pengkajian perioperatif awal


b. merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
c. melibatkan keluarga dalam wawancara
d. memastikan kelengkapan pemeriksaan perioperatif
e. mengkaji kebutuhan pasien terhadap transportasi dan perawatan pascaoperatif.

2. Unit Bedah

a. melengkapi pengkajian praoperatif


b. mengkoordinasi penyuluhan pasien dengan staf keperawatan lain
c. menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan terjadi
d. membuat rencana asuhan.

3. Ruang Operatif

a. mengkaji tingkat kesadaran pasien


b. menelaah lembar observasi pasien
c. mengidentifikasi pasien
d. memastikan daerah pembedahan.

4. Perencanaan

a. menentukan rencana asuhan


b. mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai.

5. Dukungan Psikologis

a. menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi


b. menentukan status psikologis
c. memberikan peringatan akan stimuli nyeri
d. mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang berkaitan.
(nurseview.com)

PENGKAJIAN FISIK UMUM

Pengkajian klien bedah meliputi evaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis secara
luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam pengkajian menyeluruh terhadap klien, dan
berbagai masalah klien atau diagnosis keperawatan dapat diantisipasi atau diidentifikasi
dengan dibandingkan pada data dasar.

1. Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia

a. mengukur tinggi dan berat badan


b. mengukur lipat kulit trisep
c. mengukur lingkar lengan atas
d. mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen
e. kadar elektrolit darah
f. asupan makanan pre-operatif

Keadaan khusus :

a. Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan masalah teknik dan
mekanik (resiko dehisensi), dan nafas tidak optimal.
b. Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan tremens delirium.

2. Status Pernafasan

a. berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan


b. latihan nafas dan penggunaan spirometer intensif
c. pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD)
d. riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.

3. Status Kardiovaskuler
a. penyakit kardiovaskuler
b. kebiasaan merubah posisi secara mendadak
c. riwayat immobilisasi berkepanjangan
d. hipotensi atau hipoksia
e. kelebihan cairan/darah
f. tanda-tanda vital
g. riwayat perdarahan.

4. Fungsi Hepatik dan Ginjal

a. kelainan hepar
b. riwayat penyakit hepar
c. status asam basa dan metabolisme
d. riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.

5. Fungsi Endokrin

a. riwayat penyakit diabetes


b. kadar gula darah
c. riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal)

6. Fungsi Imunologi

a. kaji adanya alergi


b. riwayat transfusi darah
c. riwayat asthma bronchial
d. terapi kortikosteroid
e. riwayat transplantasi ginjal
f. terapi radiasi
g. kemoterapi
h. penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia)
i. suhu tubuh.

7. Sistem Integumen

a. keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia


b. warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit
c. alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur mandibula, radiasi
pada kepala, terapi obat, trauma mekanik.
d. Perawatan mulut oleh pasien.

8. Terapi Medikasi Sebelumnya

a. obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya


b. kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler
c. diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia
d. fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia
e. antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek hipotensif
anesthesia
f. tranquilizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang
g. insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan
h. antibiotik : paralysis system pernafasan.

9. Pertimbangan Gerontologi

a. penyakit kronis
b. ketakutan lansia divonis sakit berat — bohong (tidak melaporkan gejala)
c. fungsi jantung
d. fungsi ginjal
e. aktivitas gastrointestinal
f. dehidrasi, konstipasi, malbutrisi
g. keterbatasan sensori penglihatan
h. penurunan sensitivitas sentuhan
i. riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar
j. arthritis
k. keadaan mulut (gigi palsu)
l. kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak — perubahan suhu tubuh
m. penyakit pribadi
(nurseview.com)

PERAWATAN PREOPERASI

1. Sebelum tindakan operasi, kadar hormone tiroid harus diupayakan dalam keadaan noemal
untuk mencegah tirotoksikosis pada saat operasi yang dapat mengancam hidup klien.
2. Pemberian obat antitiiroid masih tetap dipertahankan disamping menurunkan kadar hormone
darah juga dimaksudkan untuk mencegah perdarahan pada saat operasi karena obat ini
mempunyai efek mengurangi vaskularisasi darah ke kelenjar tiroid.
3. Kondisi nutrisi harus optimal oleh karena itu diet tinggi protein dan karbohidrat sangat
dianjurkan.
4. Latih klien batuk secara efektif dan latih nafas dalam.
5. Ajarkan cara mengurangi peregangan pada luka operasi akibat rangsangan batuk dengan
menahan dibawah insisi dengan kedua tangan.
6. Beritahukan klien kemungkinan suara menjadi serak setelah operasi akibat penggunaan ETT
pada saat operasi. Jelaskan bahwa itu adalah hal yang wajar dan dapat kembali seperti
semula. (Rumahorbo, 1999)

PENGKAJIAN POSTOPERASI

1. Komunikasi dari informasi intraoperatif :

a. Menyebutkan nama pasien


b. Menyebutkan jenis pembedahan yang dilakukan
c. Menggambarkan faktor-faktor intraoperatif (pemasangan drain/kateter, dll)
d. Menggambarkan keterbatasan fisik
e. Melaporkan tingkat kesadaran pasca operatif

2. Pengkajian pasca operatif di ruang pemulihan

Menentukan respon langsung pasien terhadap intervensi pembedahan.


3. Unit Bedah

a. Mengevaluasi efektivitas dari asuhan keperawatan di ruangan operasi


b. Menentukan tingkat kepuasan pasien dengan asuhan yang diberikan selama periode peri
operatif
c. Mengevaluasi produk-produk yang digunakan pada pasien di ruang operasi
d. Menentukan status psikologis pasien
e. Membantu dalam perencanaan pemulangan

4. Di rumah/klinik

a. Gali persepsi pasien tentang pembedahan dalam kaitannya dengan agen anesthesi, dampak
pada citra tubuh, penyimpangan, immobilisasi
b. Tentukan persepsi keluarga tentang pembedahan.
(nurseview.com)

PERAWATAN POSTOPERASI

1. Monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai stabil dan kemudian setiap 30 menit selama
6 jam.
2. Gunakan bantal pasir atau bantal tambahan untuk menahan posisi kepala tetap ekstensi
sampai klien sadar penuh.
3. Bila klien sudah sadar, berikan posisi semifowler. Apabila memindahkan klien hindarkan
penekanan pada daerah insisi.
4. Berikan obat analgetik sesuai program terapi.
5. Bantu klien batuk dan nafas dalam setiap 30 menit sampai 1 jam.
6. Gunakan pengisap oral atau trakea sesuai kebutuhan.
7. Monitor komplikasi antara lain :
 Perdarahan
 Distress pernafasan
 Hipokalsemi akibat pengangkatan paratiroid yang ditandai dengan tetani
 Kerusakan saraf laryngeal

(Rumahorbo, 1999)

PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan diberikan baik kepada klien maupun keluarganya mencakup :

1. Pemberian obat-obatan. Konsistensi waktu sangat perlu diperhatikan.


2. Gunakan kipas angin atau ruangan ber-AC agar klien dapat beristirahat.
3. Dapat terjadi alergi pada penggunaan PTU berupa kulit kemerahan dan timbul gatal-gatal.
4. Pada klien dengan tiroidektomi total atau pada penggunaan obat antitiroid, jelaskan tanda
hipotiroidisme dan hipertiroidisme.
5. Jelaskan pada keluarga penyebab emosi yang labil pada klien dan bantu mereka untuk dapat
menerima dan mengadaptasinya.
6. Anjurkan untuk follow up secara teratur ke tempat pelayanan terdekat.
(Rumahorbo, 1999)
RENCANA PERAWATAN KLIEN DENGAN TIROIDEKTOMI

Diagnosa Keperawatan

 Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat perdarahan atau edema
daerah insisi; kerusakan saraf laring, terangkatnya kelenjar paratiroid.
 Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perdarahan postoperasi.
 Nyeri berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat perdarahan
atau edema daerah insisi; kerusakan saraf laring, terangkatnya kelenjar paratiroid.

Tujuan :

 Paru-paru mengembang optimal


 Pola pernafasan kembali normal
 Dapat berbicara seperti sebelum sakit

Kriteria hasil :

 Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas jelas/bersih


 Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu, ditandai dengan indicator
sebagai berikut : kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas, ekspansi dada simetris, tidak
ada penggunaan otot bantu, bunyi nafas tambahan tidak ada, nafas pendek tidak ada.
(Doengoes, 1999)

. Intervensi :

1. Pantau tanda-tanda distress pernafasan, sianosis, takipnea, dan nafas berbunyi.


2. Periksa balutan luka setiap 1 jam selama periode pertama postoperasi kemudian dilakukan
setiap 4 jam.
3. Periksa sensasi disekitar area insisi.
4. Pertahankan posisi semifowler.
5. Gunakan kirbat es untuk mengurangi edema didaerah sekitar insisi (ingat jangan sampai
mengenai luka atau balutan).
6. Kaji kualitas suara klien setiap 2 jam, catat perubahan intonasi.
7. Kaji adanya tanda Chvosteks dan tanda Trousseau.
8. Identifikasi kemungkinan adanya hilang rasa dan kesemutan pada ekstremitas.
9. Siapkan suction set, trakeostomi dan ETT set disamping tempat tidur klien

Diagnosa : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perdarahan


postoperasi.

Tujuan :

 Orientasi dan kesadaran klien baik


 Tanda-tanda vital dalam batas normal

Kriteria hasil:

 Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal pasien


 Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktifitas (Doengoes, 1999)

Intervensi :

1. Identifikasi tanda perubahan fungsi kardiovaskuler


- Pantau tanda vital setiap 15 menit pada periode pertama pasca operasi dan selanjutnya setiap
1-4 jam.
- Pantau irama jantung, catat adanya takikardi dan ketidakteraturan irama jantung.
- Periksa balutan terhadap kemungkinan perdarahan, periksa dari depan ke belakang
- Identifikasi perubahan kesadaran dan orientasi klien
- Berikan obat-obatan sesuai program

Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid

Tujuan : Klien mengalami nyeri yang minimal.

Kriteria hasil :

 Melaporkan/menunjukkan nyeri hilang/terkontrol


 Menunjukkan nyeri hilang/ketidaknyamanan dengan menurunnya tegangan dan rileks,
tidur/istirahat dengan tepat (Doengoes, 1999)

Intervensi :

1. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala penilaian nyeri.


2. Bantu klien dalam mempertahankan posisi kepala dan leher dengan benar.
3. Klien dengan posisi semifowler dengan meletakkan bantal pasir dibawah leher.
4. Ajarkan klien cara menopang leher dan kepala saat merubah posisi.
5. Berikan obat analgesic sesuai program.
6. Pantau respon klien terhadap pengobatan
7. Tempatkan bel pemanggil di sisi klien agar mudah digunakan.
8. Pertahankan lingkungan yang tenang, kurangi stressor.
DAFTAR PUSTAKA

Rumahorbo, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Endokrin. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Cabang Jakarta. 2008.Penatalaksanaan


Penyakit-penyakit Tiroid bagi Dokter. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI.

DAFTAR PUSTAKA

Rumahorbo, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Endokrin. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Cabang Jakarta. 2008.Penatalaksanaan


Penyakit-penyakit Tiroid bagi Dokter. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI.

Anda mungkin juga menyukai