Anda di halaman 1dari 124

BAHAN AJAR

ALAT UKUR DAN PENGUKURAN


TT1211005 (D3)

Oleh:
Martinus Mujur Rose, S.T., M.T. NIDN.0002127405
Ciksadan, S.T., M.Kom. NIDN.0007096803

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
BAHAN AJAR BERBASIS E-LEARNING

NAMA MATAKULIAH : ALAT UKUR DAN PENGUKURAN


KODE MATA KULIAH : TT1211005 (D3)
NAMA PENULIS 1 : MARTINUS MUJUR ROSE
NIP/ NIDN : 197412022008121002 / 0002127405
NAMA PENULIS 2 : CIKSADAN
NIP/ NIDN : 196809071993031003 / 0007096803
JURUSAN/ PRODI : TEKNIK ELEKTRO / TEKNIK TELEKOMUNIKASI (D3)

Palembang, Desember 2014


Menyetujui, Penulis,
Ketua Jurusan Teknik Elektro

Ir. Ali Nurdin, M.T. Martinus Mujur Rose, S.T., M.T.


NIDN.0007126208 NIDN.0002127405

Mengetahui
a.n. Direktur
Pembantu Direktur I,

H. Firdaus, S.T, M.T.


NIDN.0015056306

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kasih-Nya dan
penyertaan-Nya, sehingga Bahan Ajar ini dengan Nama Mata Kuliah ”Alat Ukur dan
Pengukuran” dapat diselesaikan dengan baik. Sasaran utama pengguna bahan ajar ini
adalah mahasiswa Program Studi Teknik Telekomunikasi - Jurusan Teknik Elektro -
Politeknik Negeri Sriwijaya, namun tidak menutup kemungkinan jika pihak lain ingin
menggunakan/ membacanya. Bahan ajar ini akan disediakan secara online di jaringan
kampus Politeknik Negeri Sriwijaya dalam bentuk e-Learning, yang dapat diakses oleh
mahasiswa dengan password yang dimilikinya. Keberhasilan penyelesaian bahan ajar ini
tidak terlepas dari bantuan dan campur tangan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut terlibat
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka penyusunan bahan ajar ini.
Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Masukan atau saran
dari para pembaca akan diterima untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan ajar
ini, baik dari segi konten maupun tata tulis bahan ajar ini.

Palembang, Desember 2014

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .......................................................................................................... i


Halaman Pengesahan ................................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................................. iii
Daftar Isi ....................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB 2 METER DC ............................................................................................... 17
BAB 3 METER AC ............................................................................................... 61
BAB 4 OSILOSKOP DAN ALAT UKUR BIDANG TELEKOMUNIKASI ... 89
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 113
Lampiran ....................................................................................................................... 114
GBPP
RPS
Biodata Penulis

iv
BAB I
PENDAHULUAN

CAPAIAN PEMBELAJARAN (Learning Outcome)


1. Capaian Pembelajaran Umum
 Memahami berbagai pengertian/ definisi di dalam pengukuran.
 Memahami pentingnya mengetahui tingkat kesalahan dan penyebab kesalahan
dalam pengukuran.
 Memahami prinsip dasar dari instrument penunjuk arus searah.

2. Capaian Pembelajaran Khusus


 Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai pengertian/ definisi di dalam pengukuran.
 Mahasiswa dapat menjelaskan pentingnya mengetahui tingkat kesalahan dan
penyebab kesalahan dalam pengukuran.
 Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip dasar dari instrument penunjuk arus searah.

A. PENDAHULUAN/ DESKRIPSI SINGKAT


Bab ini menyajikan materi tentang: pengertian-pengertian dasar dalam alat ukur dan
pengukuran, besaran dan satuan, angka penting, jenis-jenis kesalahan (galat) yang
terjadi dalam pengukuran.

B. POKOK-POKOK ISI

Beberapa pengertian dasar

• Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap


suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada
kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda
yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.

– Pengukuran adalah perbandingan dengan standar -- William Shockley

• Instrumen:

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 1


• mampu mengukur besaran pada suatu tempat yang tidak atau belum dapat
dilalui oleh manusia (Gambar 1), seperti permukaan Planet Mars.

• perpanjangan tangan manusia.

• suatu alat untuk menentukan nilai atau magnitudo dari suatu besaran atau
variabel.

• Galat (kesalahan): deviasi dari nilai sejati variabel terukur.

• Akurasi/ Ketelitian: suatu tingkat kedekatan dari hasil pembacaan suatu instrumen
atas suatu variabel yang terukur, dengan nilai sejatinya.

Sumber lain: Akurasi adalah kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang
sebenarnya dari variabel yang diukur.

• Presisi/ Ketepatan: suatu tingkat kedekatan antara satu hasil pengukuran dengan
yang lainnya dalam suatu pengukuran berturut-turut (berulang).

Sumber lain: Presisi adalah derajat untuk membedakan satu pengukuran dengan
lainnya.

• Sensitivitas (kepekaan): rasio sinyal output atau respons dari suatu instrumen
terhadap suatu perubahan input atau variabel terukur.

• Resolusi: perubahan terkecil pada nilai terukur dengan mana instrumen akan
merespons.

Sumber lain: Resolusi adalah perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang
mampu ditanggapi oleh alat ukur

Membedakan Akurasi dan Presisi

• Akurasi mengacu ke derajad kedekatan atau kesesuaian dengan nilai sejati dari
besaran saat pengukuran.

• Presisi mengacu ke persesuaian di dalam suatu kelompok pengukuran atau


instrumen.

Contoh

• Dua buah voltmeter dengan pembuatan dan model yang sama. Keduanya akan
membaca dengan presisi yang sama.

• Bila nilai resistans seri (dalam) dari salah satu voltmeter tersebut berubah dengan
cukup besar, maka ia akan membaca dengan galat yang cukup besar.

• Karena itu, akurasi dari kedua voltmeter tersebut bisa jadi sangat berbeda.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 2


Gambar 2. Akurasi dan presisi

Gambar 3. Pengukuran dengan meter-1 lebih presisi


daripada meter-2

Angka Penting/ Berarti

• Suatu indikasi presisi pengukuran adalah jumlah angka penting dari hasil
pengukuran.

• Angka penting menyampaikan informasi aktual mengenai magnitudo dan presisi


pengukuran dari suatu besaran.

• Makin banyak angka penting, presisi pengukuran makin besar.

Contoh:

1. Sebuah resistor dispesifikasikan mempunyai resistans 68 Ω.

2. Sebuah nilai sebuah resistor dinyatakan sebagai 68,0 Ω.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 3


Di 68 Ω ada “2” angka penting sementara pada 68,0 Ω ada “3”. Presisi pengukuran kedua
lebih besar daripada pengukuran pertama.

• Adalah hal yang biasa mencatat suatu pengukuran dengan semua digit yang kita
yakini sebagai terdekat dengan nilai sejatinya.

• Sebagai contoh, dalam membaca voltmeter, tegangan mungkin terbaca sebagai


117,1 V.

• Secara sederhana, ini mengindikasikan bahwa tegangan yang terbaca oleh


pengamat merupakan estimasi terbaik yang lebih dekat ke 117,1 V daripada ke
117,0 V atau 117,2 V.

• Cara lain untuk menyatakan hasil ini adalah dengan mengindikasikan “rentang
galat yang mungkin”.

• Jadi, tegangan tsb.dituliskan: 117,1 ± 0,05 V.

• Ini mengindikasikan nilai tegangan yang berada di antara 117,05 V dan 117,15
V.

• Ketika sejumlah pengukuran independen diambil dalam suatu usaha untuk


memperoleh hasil terbaik, biasanya hasil tsb. dinyatakan dlm nilai “rerata” dari
seluruh pembacaan.

• Dan, rentang galat yang mungkin adalah “deviasi terbesar” dari rerata tersebut.

• Jadi, tegangan tsb.dituliskan: 117,1 ± 0,05 V.

• Ini mengindikasikan nilai tegangan yang berada di antara 117,05 V dan 117,15
V.

• Ketika sejumlah pengukuran independen diambil dalam suatu usaha untuk


memperoleh hasil terbaik, biasanya hasil tsb. dinyatakan dlm nilai “rerata” dari
seluruh pembacaan.

• Dan, rentang galat yang mungkin adalah “deviasi terbesar” dari rerata tersebut.

Aturan-aturan untuk Angka Berarti

• Digit 1-9 adalah selalu berarti.

• Nol di antara 2 angka berarti yang lain adalah selalu berarti.

• Satu atau lebih nol tambahan yang lain di sebelah kanan desimal dan angka berarti
adalah berarti.

• Nol yang digunakan semata untuk mengantarai/ pemisah desimal (placeholders)


adalah tidak berarti.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 4


Tabel 1. Contoh-contoh angka berarti

Soal:

1) 400 2) 200,0 3) 0,0001 4) 218

5) 320 6) 0,00530 7) 22 568 8) 4755,50

Jwb:

1) 1 2) 4 3) 1 4) 3

5) 2 6) 3 7) 5 8) 6

Penjumlahan dan Pengurangan

• Aturan: Jawaban kita hanya dapat sebanyak pecahan/ tempat desimal dari
pengukuran yang mempunyai pecahan desimal terkecil.

• Contoh 1:

Misalkan dua resistor, R1 dan R2 dihubungkan secara seri. Pengukuran resistans


secara individual menggunakan multimeter digital, memberikan R1 = 18,7 Ω dan
R2 = 3,624 Ω. Hitunglah resitans total untuk jumlah angka penting terdekat.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 5


Pengalian dan Pembagian

• Aturan: Jawaban kita hanya bisa memperlihatkan jumlah angka berarti yang sama
dengan hasil pengukuran yang diperkalikan/ dibagikan, dengan jumlah angka
berarti terkecil.

• Contoh:

Untuk menentukan penurunan tegangan, arus sebesar 3,18 A dialirkan melalui


sebuah tahanan 35,68 Ω. Tentukan jatuh tegangan pd tahanan tsb. Sampai angka-angka
berarti yang memenuhi.

Penyelesaian

V = IR = (3,18)(35,68) = 113,4624

Cek jumlah angka berarti pada setiap pengukuran yang asli:

I mempunyai 3 AB.

R mempunyai 4 AB.

Jawaban kita hanya dapat mempunyai 3 AB karena itu adalah jumlah AB terkecil
pada hasil pengukuran.

113,4624 mempunyai 7 AB, kita harus membulatkannya sedemikian hingga ia


memperlihatkan 3 AB. Maka, jawaban akhir kita adalah 113 V.

BESARAN & SATUAN

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 6


• Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur, mempunyai nilai yang dapat
dinyatakan dengan angka dan memiliki satuan tertentu.
– Contoh besaran : panjang, massa, waktu, suhu, dll.
• Satuan adalah pernyataan yang menjelaskan arti dari suatu besaran. D.k.l., Ukuran
dari suatu besaran ditetapkan sebagai satuan.
contoh satuan:
– meter, kilometer  satuan panjang
– detik, menit, jam  satuan waktu
– gram, kilogram  satuan massa
– dll.
Besaran Pokok, Besaran Turunan & Satuannya
• Besaran pokok merupakan besaran yang dipandang berdiri sendiri dan tidak
diturunkan dari besaran lain. Sampai saat ini ditetapkan 7 besaran pokok (seperti
pada Tabel 1a).
• Besaran turunan ialah besaran yang diturunkan dan diperoleh dari besaran-
besaran pokok.
– Misalkan luas didefinisikan sebagai hasil kali dua besaran panjang (yaitu
panjang kali lebar). Jika satuan panjang dan lebar masing-masing adalah
meter, maka besaran luas adalah besaran turunan yang mempunyai satuan
meter x meter atau m2.
– Contoh yang lain adalah besaran kecepatan yang diperoleh dari hasil bagi
jarak dengan waktu. Jarak merupakan besaran panjang yang mempunyai
satuan meter, sedangkan waktu mempunyai satuan sekon. Maka besaran
kecepatan merupakan besaran turunan dari besaran pokok panjang dibagi
besaran pokok waktu, sehingga satuannya meter/sekon atau m/s.
– Contoh besaran turunan diperlihatkan pada Tabel 2.
Sistem Satuan
• Sistem satuan: ada 2 macam
1. Sistem Metrik:
a. mks (meter, kilogram, sekon)
b. cgs (centimeter, gram, sekon)
2. Sistem Non metrik (sistem British →British Engineering System) yang
biasa disebut sebagai sistem FPS (foot, pound, sekon).

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 7


Sistem Internasional (SI): Sistem satuan mks yang telah disempurnakan  yang
paling banyak dipakai sekarang ini.
Dalam SI: Ada 7 besaran pokok berdimensi dan 2 besaran pokok tak berdimensi

Tabel 1a. 7 Besaran Pokok dalam Sistem Internasional (SI)

No. Besaran Pokok Satuan Singkatan Dimensi


Satuan
1. Panjang meter m L

2. Massa Kilogram kg M

3. Waktu sekon s T

4. (Kuat) Arus Listrik Ampere A I

5. Suhu Kelvin, K, (F, C) θ


(Fahrenheit,
Celcius)
6. Intensitas Cahaya Candela cd j

7. Jumlah Zat Mole mol N

Tabel 1b. Besaran Pokok Tak Berdimensi

No. Besaran Pokok Satuan Singkatan Dimensi


Satuan
1. Sudut Datar Radian rad -
2. Sudut Ruang Steradian sr -

Tabel 2. Besaran Turunan dan Satuannya

No. Besaran Turunan Rumus Satuan Dimensi

1. Luas panjang x m2 [L]2


lebar
2. Volume panjang x m3, cm3, liter [L]3
lebar x tinggi
3. Massa Jenis massa / kg/m3 [M] [L]-3
volume

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 8


4. Kecepatan perpindahan / m/s [L] [T]-1
waktu
5. Percepatan kecepatan / m/s2 [L] [T]-2
waktu
6. Gaya massa x kg.m/s2, [M] [L] [T]-2
percepatan newton
7. Usaha & Energi gaya x kg.m2/s2, joule [M] [L]2 [T]-
2
perpindahan
8. Daya usaha / waktu kg.m2/s3, watt [M] [L]2 [T]-
3

9. Tekanan gaya / luas kg/(m.s2), [M] [L]-1


pascal [T]-2
10. Muatan Listrik kuat arus x Ampere.secon, [I] [T]
waktu coulomb
11. Impuls dan gaya x waktu kg.m/s [M] [L] [T]-1
Momentum
12. dll. … … …

 Dimensi
Cara besaran itu tersusun oleh besaran pokok.

Nama Satuan untuk Besaran Turunan ada yang menggunakan nama khusus dan ada yang
tidak.
Contoh:
a. Tidak menggunakan nama khusus

NO Besaran Satuan

1 Kecepatan meter/detik

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 9


2
2 Luas meter

b. Mempunyai nama khusus

NO Besaran Satuan Lambang

1 Gaya Newton N

2 Energi Joule J

3 Daya Watt W

4 Frekuensi Hertz Hz

• Pada sistem metrik, satuan yang lebih besar dan lebih kecil didefinisikan dalam
kelipatan 10 dari satuan standar.
• Jadi 1 kilometer (km) adalah 1000 m atau 103 m, 1 centimeter (cm) adalah 1/100 m
atau 10-2 m dan seterusnya.
• Awalan “centi”, “kilo”, “mili”, dan yang lainnya dapat diterapkan tidak hanya pada
satuan panjang, tetapi juga satuan volume, massa, atau metrik lainnya.
• Misalnya saja 1 centiliter (cL) adalah 1/1000 liter dan 1 kilogram adalah 1000
gram.
• Tabel berikut ini menunjukkan awalan-awalan metrik yang sering digunakan dalam
berbagai satuan.

Jenis-Jenis Galat

• Tidak ada pengukuran dengan akurasi sempurna;

• Namun demikian, penting untuk mencari berapa akurasi aktual;

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 10


• Dan, bagaimana beragam galat dpt diakomodasi dalam pengukuran.

Jenis Galat Berdasarkan Sebab

1. Galat Umum (gross errors). Disebabkan oleh kesalahan manusia

2. Galat sistematik (systematic errors) akibat kekurangan pd instrumen

3. Galat yg tdk disengaja (random errors) penyebab tidak dpt langsung diketahui

A. Galat Umum

- Terutama oleh kekeliruan manusia mis.: pembacaan, pemakaian, pencatatan dan


penaksiran.

- Tidak bisa dihindari (selama manusia terlibat).

- Bisa diminimalkan.

- Galat umum yg sering oleh pemula:

pemakaian instrumen yg tdk sesuai.

• Contoh…

Contoh 1:

Suatu voltmeter, mempunyai sensitivitas 1000 Ω/V, membaca 100 V pada skala
150-V-nya ketika terhubung ke resistor tak diketahui yang seri dengan miliamperemeter.
Ketika miliamperemeter membaca 5 mA,

Hitunglah:

a) Resistans hasil pengukuran dari resistor tersebut;

b) Resistans aktual dari resistor tersebut;

c) Galat karena efek pembebanan dari voltmeter.

Jawab:

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 11


Resistans total rangkaian ad.

Dengan mengabaikan resistansi (dalam) milliamperemeter, nilai resistansi (hasil


pengukuran) dari resistor tersebut adalah RX = 20 kΩ.

Resistans voltmeter adalah

karena voltmeter terpasang paralel dengan resistor tersebut, maka resistans aktualnya
adalah

Galat akibat efek pembebanan

Contoh 2:

Suatu voltmeter, mempunyai sensitivitas 1000 Ω/V, membaca 40 V pada skala 150-
V-nya ketika terhubung ke resistor takdiketahui yang seri dengan miliamperemeter. Ketika
miliamperemeter membaca 800mA, hitunglah

a) Resistans terukur dari resistor tersebut;

b) Resistans aktual dari resistor tersebut;

c) Galat karena efek pembebanan dari voltmeter.

Resistans total rangkaian ad.

Dengan mengabaikan resistans (dalam) milliamperemeter, nilai resistans (hasil


pengukuran) dari resistor tersebut adalah RX = 50 Ω.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 12


Resistans voltmeter adalah

Karena voltmeter terpasang paralel dengan resistor tersebut, maka resistans aktualnya
adalah

Galat akibat efek pembebanan

Galat akibat efek pembebanan dpt dicegah dengan:

• misalnya: tidak menggunakan voltmeter bertahanan-dalam kecil untuk mengukur


tabung hampa (bertahanan kecil).

Galat-galat umum juga sering disebabkan oleh:

– pembacaan yg tdk tepat;

– pencatatan hasil pengukuran;

– penyetelan instrumen yg tdk tepat.

Gambar 1. Pembacaan meter yang salah dan pembacaan yg benar

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 13


• Hasil yang baik, memerlukan pengukuran berulang (minimal 3 kali);

• Sebaiknya dg pengamat yg berbeda;

• Terbaik, instrumen di-on/off-kan.

B. Galat Sistematik

Biasanya dibagi atas dua:

a) Galat instrumen akibat kekurangan/ kelemahan instrumen;

b) Galat lingkungan akibat kondisi eksternal yang mempengaruhi pengukuran.

Juga dpt dibagi atas:

a) Statis: keterbatasan instrumen akibat hk.fisika yg mengatur karakteristik alat.

b) Dinamis: kecepatan respons alat ukur bila terjadi perubahan variabel terukur.

Galat instrumental

• Galat inheren dalam instrumen karena struktur mekanisnya;

• misal: gesekan komponen bergerak terhadap bantalan pd d’Arsonval; tarikan pegas


takteratur, pembebanan lebih pd instrumen, galat kalibrasi, penolan yg tdk tepat
dsb.

• pencegahan:

 pemilihan instrumen yg tepat;

 kalibrasi

 penggunaan faktor koreksi.

Galat lingkungan

• pengaruh kondisi eksternal ke instrumen yang mencakup kondisi sekeliling


instrumen seperti:

- pengaruh perubahan temperatur, tekanan, medanmagnet dan listrik, dsb.

C. Galat acak

• Galat ini akibat penyebab yang tak diketahui dan terjadi, walaupun semua galat
sistematik telah diperhitungkan.

• Nilainya kecil untuk pengukuran yg terencana baik;

• Penting, untuk pengukuran berketelitian tinggi.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 14


Misal:

tegangan akan dibaca dg voltmeter tiap setengah jam. Meskipun lingkungan


pengukuran telah sempurna dan instrumen terkalibrasi sempurna, hasil pengukuran tetap
memperlihatkan perbedaan (sedikit).

• Perubahan tdk bisa dikoreksi dg kalibrasi atau pengontrolan apapun.

• Solusi: tambah jumlah pembacaan dan analisis statistik untuk pendekatan terbaik.

Galat-Batas (Limiting Errors)

• Pada kebanyakan instrumen, akurasi dijamin hingga ke prosentase tertentu dari


pembacaan skala-penuh.

• Komponen rangkaian (mis.: kapasitor, resistor, dst.), dijamin hingga ke prosentase


tertentu dari nilai nominalnya.

• Batas-batas deviasi/ penyimpangan dari nilai nominalnya dikenal sebagai galat-


batas (limiting errors) atau galat-garansi (guarantee errors).

C. RANGKUMAN
• Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap
suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada
kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda
yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen
• Besaran pokok merupakan besaran yang dipandang berdiri sendiri dan tidak
diturunkan dari besaran lain. Sampai saat ini ditetapkan 7 besaran pokok (seperti
pada Tabel 1a).
• Besaran turunan ialah besaran yang diturunkan dan diperoleh dari besaran-
besaran pokok

• Jenis Galat Berdasarkan Sebab

1) Galat Umum (gross errors). Disebabkan oleh kesalahan manusia

2) Galat sistematik (systematic errors) akibat kekurangan pd instrumen

3) Galat yg tdk disengaja (random errors) penyebab tidak dpt langsung diketahui.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 15


D. SOAL LATIHAN/ TUGAS

1. Ketelitian sebuah voltmeter 0-150 V dijamin hingga 1% skala-penuh. Tegangan


yg diukur ad. 83 V. Tentukan galat-batas dlm persen atas pembacaan tsb.
2. Ketelitian sbh voltmeter 0-150 V dijamin hingga 1% skala-penuh. Tegangan yg
diukur ad. 30 V. Tentukan galat-batas dlm persen atas pembacaan tsb.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 16


BAB II
METER DC

CAPAIAN PEMBELAJARAN (Learning Outcome)


1. Capaian Pembelajaran Umum
 Memahami prinsip dasar dari instrument penunjuk arus searah.
 Memahami perlunya alat ukur Multirentang.
 Memahami prinsip dasar dari instrument Ohmmeter DC.
2. Capaian Pembelajaran Khusus
 Mahasiswa dapat memahami prinsip dasar dari instrument penunjuk arus searah.
 Mahasiswa dapat memahami perlunya alat ukur Multirentang.
 Mahasiswa dapat memahami prinsip dasar dari instrument Ohmmeter DC dan
Ohmmeter Tipe Shunt.

A. PENDAHULUAN/ DESKRIPSI SINGKAT


Bab ini menyajikan materi tentang: d’Arsonval dalam DC Voltmeter , instrumen DC
seperti Amperemeter DC, Voltmeter DC Multirentang, Ohmmeter DC, Ohmmeter
Tipe Shunt, Efek Pembebanan (Loading Effects) Voltmeter, Efek sisip (Insertion
Effects) Ammeter.

B. POKOK-POKOK ISI

Meter DC
Garis-besar
 Pengantar
 pmmc (permanent magnet moving-coil mechanism) = Mekanisme meter
d’Arsonval
 Ayrton Shunt
 d’Arsonval dalam DC Voltmeter
 d’Arsonval dalam DC Ammeter
 Efek Pembebanan (Loading Effects) Voltmeter
 Efek sisip (Insertion Effects) Ammeter

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 17


 Ohmmeter
 Ohmmeter Multirentang (Multi-range)
Meter
• Sebuah meter adalah suatu alat yang dibuat untuk mendeteksi dan menampilkan
suatu besaran elektris secara akurat dalam sebuah bentuk “dapat-baca”
(readable) oleh pengukur.
• Biasanya, bentuk “dapat-baca” adalah visual: gerakan sebuah penunjuk di atas
skala, rentetan cahaya tersusun membentuk “grafik-batang”, atau tampilan
sederetan angka-angka numeris.
• Nyaris semua meter modern adalah "digital" dlm desain, dalam arti bahwa tampilan
“dapat-baca”nya dalam bentuk digit-digit numeris.
• Desain meter yg lebih awal adalah bersifat mekanis, menggunakan semacam divais
penunjuk (pointer device) untuk menampilkan besaran terukur.
• Mekanisme tampilan suatu meter sering disebut movement (gerakan), meminjam
dari sifat mekanisnya yang menggerakkan sebuah pointer (penunjuk) sepanjang
skala sedemikian hingga suatu nilai terukur bisa dibaca.
• Desain pergerakan meter mekanis adalah sangat mudah dimengerti
(understandable).
• Hampir semua pergerakan mekanis adalah berdasarkan prinsip elektromagnetisme:
bahwa arus elektrik melalui sebuah konduktor menghasilkan suatu medan magnet,
yang tegak lurus terhadap sumbu aliran elektron.
• Makin besar arus elektrik, semakin kuat medan magnet yg dihasilkannya.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 18


• Jika medan magnet yg terbentuk oleh konduktor berinteraksi dg medan magnet
lain, suatu gaya fisik akan dibangkitkan di antara kedua sumber medan.
• Jika salah satu dr sumber tsb. bebas bergerak thdp yg lain, ia akan bergerak seiring
dg arus yg melalui kawat, gerakan (biasanya melawan resistans dr suatu pegas)
menjadi proporsional dg kuat arus.
• Meter elektromagnet praktis, saat ini dpt dibuat dg memoroskan koil yg digantung
dlm magnetkuat, terlindungi dr (seluruh) pengaruh luar.
• Desain instrumen demikian, secara umum dikenal sbgi PMMC (permanent-magnet
moving coil).

pmmc=d’Arsonval
• Pada Gbr di atas, jarum pergerakan meter terlihat menunjuk ke titik sekitar 35
persen skala-penuh, titik nol di ujung kiri busur-skala dan skala-penuh di kanan
busur skala.
• Suatu kenaikan arus-terukur akan menggerakkan jarum untuk menunjuk ke titik yg
lebih ke kanan dan sebaliknya, penurunan arus akan mengembalikan jarum ke titik
awal skala.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 19


• Busur pada tampilan meter dilabeli dg angka-angka untuk menandai nilai besaran
terukur, sesuai besarnya.
• Dg kata lain, jika meter membutuhkan 50 μA arus untuk menggerakkan jarum ke
titik skala-penuh (membuat “pergerakan skala-penuh 50 μA "), skala akan 0 μA di
ujung paling kiri dan 50 μA di ujung paling kanan, serta 25 μA di tengah skala.
• Sangat mungkin, skala akan dibagi ke dlm tanda-gradual yang lebih kecil, mungkin
tiap 5 atau 1 μA, agar pengguna melihat pergerakan untuk menduga pembacaan yg
lebih presisi dr posisi jarum-penunjuk.
• Prinsip dasar dari alat ini adalah interaksi medan magnet sbh magnet permanen dg
medan sekeliling konduktor (elektromagnet).
• Mekanisme PMMC ad. berdasarkan pd magnetpermanent tetap dan koil kawat (yg
dpt) bergerak seperti gbr berikut.

Saat saklar ditutup:


Koil membangkitkan medan magnet yg mana akan bereaksi thdp medan magnet dr
magnet-permanen. Bagian bawah koil pd Gbr 2(a) akan jadi ktb utara elektromagnet.
Karena kutub-kutub yg berlawanan tanda, saling menarik, koil akan bergerak ke posisi
sebagaiman Gbr 2(b).
Dlm penggunaan pmmc sbg meter, ada 2 masalah yg dihadapi.
• Pertama, cara mengembalikan koil posisi awalnya ketika tdk ada lagi arus yg
melaluinya.
• Kedua, metode untuk menentukan jangkauan gerakan koil.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 20


• Dlm penggunaan pmmc sbg meter, ada 2 masalah yg dihadapi.
• Pertama, cara mengembalikan koil posisi awalnya ketika tdk ada lagi arus yg
melaluinya.
• Kedua, metode tuk menentukan jangkauan gerakan koil.
• Dlm penggunaan pmmc sbg meter, ada 2 masalah yg dihadapi.
• Pertama, cara mengembalikan koil posisi awalnya ketika tdk ada lagi arus yg
melaluinya.
• Kedua, metode tuk menentukan jangkauan gerakan koil.

Solusi I:
• penggunaan pegas (hairsprings) di tiap ujung koil.
• Pegas tsb dpt juga sekaligus sbg konektor elektris ke koil.
• Dg pegas tsb, koil akan kembali ke posisi awal ketika tdk ada lagi arus.
• Pegas jg cenderung akan menahan gerakan koil ketika arus melaluinya.
• Seiring pertambahan arus yg via koil, medan magnet yg terbangkit(kan?) di
sekitarnya akan bertambah pula.
• Semakin kuat medan magnet di sekeliling koil, semakin jauh pula gerakan koil.
Inilah basis kerja (yg baik) sbh meter.
• Tapi, bagaimana kita mengetahui, seberapa jauh jarak gerakan koil?
• Jika sbh (jarum) pointer dipasang pd koil dan dibuat menjangkau skala, pointer
akan bergerak mengikuti gerakan koil, dan skala dpt ditandai tuk mengindikasikan
jumlah arus yg via koil.
• 2 hal lain yg digunakan untuk menaikkan akurasi dan efisiensi meter.
• Pertama, sbh inti besi ditempatkan di dlm koil untuk mengonsentrasi medan
magnet.
• Kedua, sepatu kutub untuk memasikan bahwa gaya putar pd koil bertambah
sebanding dg kenaikan arus.
• Mekanisme meter selengkapnya terlihat pd Gbr.
• Mekanisme meter d’Arsonval terpakai dalam aplikasi yg sangat luas.
• Arus dari rangkaian terukur yg melalui belitan dr koil bergerak menyebabkannya
berfungsi sbg elektromagnet (EMT).
• Kutub-kutub EMT berinteraksi dg PM, menyebabkan koil berputar.
• Pointer terdefleksi di atas skala bilamana arus mengalir dlm arah yg benar pd koil.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 21


• Untuk tujuan itu, semua mekanisme meter DC mempunyai tanda polaritas.
• Mekanisme meter d’Arsonval ad. divais respons arus.
• Tanpa melihat satuannya (volt, ohm, dst.) dg mana skala dikalibrasi, koil-putar
merespons thdp besar arus yg melalui belitannya.
Torsi dan Defleksi Galvanometer
Defleksi keadaan mantap/ tunak
• Ada kumparan di dlm medan magnet berbentuk sepatu kuda;
• Kumparan tergantung sedemikian hingga ia dpt berputar bebas dlm medan magnet;
• Bila arus mengalir dlm koil, torsi EM yg dihasilkannya akan menyebabkan
perputaran koil tsb.
• Torsi ini diimbangi oleh torsi mekanis pegas-pegas pengatur yg diikat pd koil.
• Keseimbangan torsi-torsi dan juga posisi sudut kumparan rotor yg dinyatakan o/
pointer thdp referensi tertentu, disebut skala.

Prinsip pembentukan torsi


• τ1 = F1 x b/2; τ2 = F2 x b/2
• τ = τ1 + τ2
• τ = (IaBb/2) + (IaBb/2)
• τ = IAB

Persamaan torsi yg diturunkan dr hk.dasar


EM:
T=BxAxIxN (N.m)

Dengan
T = Torsi (N-m);

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 22


B = kuat medan magnet (Wb/m2);
A = luas efektif kumparan (m2)
I = Arus koil (A);
N = Jumlah lilitan.

Gbr. 1: Amperemeter rentang rendah tunggal 0 – 1 mA


Pers. di atas menunjukkan:
• Torsi yg dibangkitkan berbanding langsung dg kerapatan fluks/ kuat medan di
mana koil berputar, arus dlm koil serta konstanta-konstanta koil (luas dan jumlah
lilitan).
• Torsi tsb. menyebabkan defleksi pointer ke keadaan mantap yg diimbangi oleh torsi
pegas pengontrol.
2. Sifat Dinamik Galvanometer
• Sifat dinamik meliputi:
• Kecepatan tanggapan;
• Redaman;
• Overshoot.
• Sifat dinamik dpt diamati dg:
• Memutuskan arus yg masuk secara tiba-tiba, sehingga pointer berayun kembali dr
simpangannya ke titik nol skala.
• Dapat diamati bahwa sbg akibat inersia dr sistem yg berputar, jarum berayun
melewati titik nol dlm arah yg berlawanan, dan kemudian berosilasi dr kiri ke
kanan sekitar titik nol.
• Osilasi akan mengecil secara perlahan akibat redaman elemen yg berputar dan
akhirnya pointer berhenti di titik nol.
• Gerakan koil berputar dlm medan magnet diketahui dr tiga hal/kuantitas:

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 23


1. Momen inersia, J;
2. Torsi lawan, S;
3. Konstanta redaman, D.

Gambar 2. Sifat dinamik sebuah Galvanometer


Kurva I:
• Keadaan teredam lebih. Koil kembali ke titik nol secara perlahan ke posisi nol
tanpa lonjakan (overshoot) atau osilasi. Pointer menuju keadaan mantap dg lambat.
Kurang menarik.
Kurva II:
• Keadaan kurang teredam . Gerakan koil dipengaruhi osilasi sinusoida teredam.
Kurva III:
• Teredam kritis. Jarum kembali dg cepat ke keadaan mantap tanpa osilasi.

• Redaman bagus: Ideal (teoritis), III. Tapi, dlm banyak pemakaian (praktek), II dan
III.
• Idealnya: respons galvanometer harus teredam kritis; jarum bergerak ke posisi akhir
tanpa lonjakan.
• Redaman terjadi dlm dua cara:
– Mekanis: terutama disebabkan o/ perputaran koil thdp udara sekelilingnya;
tdk bergantung pd arus di koil. Yg lain: gesekan di dlm bantalan dan
bengkokan pegas.
– Elektromagnetis: oleh efek induksi di dlm koil saat berputar di dalam MM.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 24


Meter DC -2

Garis-besar

• Pengantar: Meter?.

• Pmmc dlm Ammeter DC.

• Efek Penyisipan Ammeter.

Pengantar

Meter?

• Meter berguna untuk mengukur arus atau tegangan.

• Kebanyakan meter yg beredar berupa meter berentang rendah tunggal seperti


misalnya meter defleksi-skala-penuh (dsp) 0 - 1 mA dari tipe D'Arsonval.

Prinsip Kerja

1. Meter d'Arsonval bekerja atas prinsip koil yg membawa pointer berporos di antara
kutubkutub magnet permanen.

2. Saat arus melalui koilnya, ia membangkitkan medan magnet yg berinteraksi dg


medan magnet permanen shg menyebabkan koil berputar.

3. Pointer meter terdefleksi, berbanding langsung dengan arus. Meter ini disebut
ammeter (amperemeter).

Gbr.1: Amperemeter rentang rendah tunggal 0 to 1mA.

Ammeter DC

Ammeter/ Amperemeter DC

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 25


• Divais untuk mengukur arus.

• Dipasang seri dg rangkaian yg akan diukur.

• Sangat jamak di lab.

• Satuan Ampere (A) atau mA.

• Menggunakan prinsip mekanisme meter d’Arsonval.

• Menempatkan resitor RENDAH yg paralel dg resitor (internal) meter untuk


menaikkan rentang arus yg dpt terukur oleh meter.

Gbr.2: d’Arsonval digunakan dlm Ammeter DC (rentang tunggal).

• Ish = arus shunt.

• Im = arus defleksi-skala penuh (dsp) mekanisme meter.

• I = arus defleksi-skala penuh ammeter.

• Vm = ImRm

• Vsh = Vm

• Ish = I – Im

• Rsh = Vsh / Ish = ImRm / Ish

= Im Rm / (I -Im) Ω

Contoh 1

Carilah nilai resistor shunt yg dibutuhkan untuk mengubah mekanisme meter (d’Arsonval)
1 mA, dg resistor internal 100 Ω, menjadi sebuah ammeter berentang 0-100 mA.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 26


Penyelesaian

• Dik.:

– Arus dsp d’Arsonval = 1 mA = Im;

– Resistans d’Arsonval = 100 Ω = Rm;

– Arus dsp ammeter = 100 mA = I.

• Dit.:

– Nilai resistor shunt (Rsh), agar bisa menjadi ammeter tsb. di atas.

– Maka:

• Ish = I – Im

= 100 -1 mA

= 99 mA;

• Rsh = Vsh / Ish = Vm / Ish

= (Im*Rm)/Ish

= (1 mA * 100 Ω) / 99 mA

= 1,01 Ω

Ammeter DC

Soal.

Sbh meter d’Arsonval 100-μA dg resistans internal 800-Ω digunakan untuk membuat
ammeter berentang 0 - 100mA. Berapakah nilai resistor shunt yg diperlukannya?

Ammeter Multirentang

• Batas-ukur amperemeter DC dpt diperbesar dg menggunakan sejumlah resistor


shunt.

• Ammeter demikian disebut ammeter rangkuman-ganda (multirentang).

• Saklar S yg digunakan adalah saklar posisi ganda (menyambung sebelum


memutuskan).

• Saklar tsb mencegah kerusakan sewaktu perubahan batas ukur.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 27


Gbr. 3a. Skema ammeter multirentang sederhana

Ayrton Shunt

• Juga dikenal sbg shunt universal.

• Digunakan pada ammeter multirentang.

• Ia menghilangkan kemungkinan/ resiko: mekanisme meter berada dlm


rangkaian tanpa resistor shunt.

• Banyak digunakan pd mekanisme meter (d’Arsonval).

Gbr. 3b: Ammeter yg mengunakanAyrton shunt.

Contoh 2:

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 28


• Desainlah sebuah ammeter Ayrton shunt multirentang: 1 A, 5 A dan 10 A. Meter
d’Arsonval yg digunakan mempunyai tahanan dlm (resistor internal) 50 Ω dan arus
defleksi penuh 1 mA.

Gbr. 4: Desain Ammeter Ayrton shunt

Diket.:

• Rentang-1 : 1 A;

• Rentang-2 : 5 A;

• Rentang-3 : 10 A.

• Idsp-d’Arsonval: 1 mA;

• Rm : 50 Ω

Ditany.:

Berapa nilai resistor shunt yg dibutuhkan?

Jawab:

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 29


• Rentang-1

– Ra + Rb + Rc // Rm;

– Arus pd Rsh = I-Im

= 1 A – 1 mA

= 999 mA.

Ra + Rb + Rc = Vm / (I-Im);

Ra + Rb + Rc = ImRm / (I-Im);

Ra + Rb + Rc = 1 mA.50 Ω /

(999 mA);

Ra + Rb + Rc = 0,05005 Ω [I]

• Rentang-2

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 30


– Ra + Rb // Rm + Rc;

– Arus pd Rsh = I-Im

= 5 A – 1 mA

= 4.999 mA.

Ra + Rb = Im (Rm + Rc)/(Ish);

Ra + Rb = 1 mA (50 + Rc) /(4.999 mA); [II]

• Rentang-3

– Ra // Rm + Rb + Rc;

– Arus pd Rsh = I-Im

= 10 A – 1 mA

= 9.999 mA.

Ra = Im (Rm + Rb + Rc) / (IIm);

Ra = 1 mA (50 + Rb+Rc) /(9.999 mA); [III]

• Penyelesaian ketiga pers. simultan (I, II, III) akan menghasilkan nilai-nilai resistor
shunt (Ra, Rb dan Rc);

• [I] & [II]:

4999 x [I]: 4999 Ra + 4999 Rb + 4999 Rc = 250,2;

[II]: 4999 Ra + 4999 Rb - Rc = 50.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 31


Dengan [I]-[II] diperoleh:

5000 Rc = 200,2

Rc = 0,04004Ω

• Dengan cara yg sama;

• [I] & [III]:

9999 x [I]: 9999 Ra + 9999 Rb + 9999 Rc = 500,45;

[III]: 9999 Ra - Rb - Rc = 50

Dengan [I]-[III] diperoleh:

10000 Rb +10000 Rc = 450,45

Dengan subtitusi nilai Rc diperoleh

10000 Rb = 450,45 – 400,4

Rb = 0,005005 Ω

Dan Ra = 0,005005 Ω

• Perhitungan menunjukkan bahwa untuk arus yg besar, nilai resistor shunt bisa
menjadi sangat kecil.

• Ammeter DC komersil tersedia dlm berbagai rentang pengukuran dari 20 μA s.d.


50 A skala-penuh.

• Hal-hal yg harus diperhatikan dlm penggunaan ammeter DC:

– Jangan menghubungkan ammeter ke sumber tegangan. Ia harus dihubungkan ke beban


yg akan membatasi arus.

– Polaritas yg tepat.

– Bila menggunakan ammeter rentang-ganda, awalnya gunakan rentang terbesar;


kemudian diturunkan sesuai kebutuhan.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 32


Soal 1:

Carilah nilai resistor shunt tuk rangkaian.

Diberikan Rm = 1kΩ, Im = 100 μA,

I1=10mA, I2=100mA,

I3=1A.

Cek :

Rsh = Ra + Rb + Rc

Efek Penyisipan Ammeter

• Semua ammeter mengandung sejumlah resistans internal.

• Penyisipan Ammeter ke dlm rangkaian selalu menambah resistans rangkaian,


karena itu mengurangi arus terukur dlm rangkaian.

• Galat yg diakibatkan o/ meter bergantung pada nilai resistans Ammeter dan juga
rangkaian terukur.

Gbr.5a: Arus yg diharapkan dlm rangkaian. I = E / R1

Gbr.5b: Arus yg terjadi dlm rangkaian dg ammeter. I = E / (R1+Rm)

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 33


Soal 2

Sebuah meter arus yang mempunyai resistansi internal 88Ω digunakan untuk mengukur
arus yang melalui Rc pd Gambar di samping. Tentukan persentase galat akibat ammeter.

Diberikan:

Ra = Rb = Rc = 1kΩ

Voltmeter DC
Meter DC 3
Pengukuran tegangan dilakukan dg menempatkan Voltmeter pada resistor ybs..

• Kebanyakan meter d'Arsonval merupakan divais sensitif – mempunyai nilai


(rating) arus defleksi-skala-penuh (dsp) serendah 50 μA, dg suatu resistor (internal)
beresistans sekitar 1000 Ω.
• Ini membuat voltmeter tsb memiliki skala-penuh 50 mV= (50 μA X 1000 Ω)!.
• Untuk membuat voltmeter dg skala praktis dari d’Arsonval semacam itu, kita butuh
mengurangi jatuh-tegangan ke tingkat yg dpt ditangani o/ d’Arsonval.
• Meter d’Arsonval dpt dikonversi ke Voltmeter DC dg menghubungkannya secara
seri dg Resistor-pengali (Multiplier (Rs)).

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 34


Fungsi dari Multiplier (Rs):
• Memperluas rentang-tegangan yg dpt diukur oleh meter.
• Membatasi arus yg melalui d’Arsonval untuk dsp.

Nilai multiplier yg diperlukan untuk memperbesar rentang pengukuran dpt


ditentukan (salah satunya) dg:

Dengan:
Im = arus dsp d’Arsonval;
Rm = resistor internal;
Rs = resistor pengali
V = teg. rentang maks.

• Biasanya untuk voltmeter berentang rendah & sedang yakni sampai 500 V, resistor
pengali ditempatkan di dlm voltmeter;
• Untuk tegangan yg lebih tinggi, pengali tsb. dipasang pd sepasang apitan kutub
(binding post) di luar kotak untuk mencegah kelebihan panas dlm kotak.

Voltmeter DC Multirentang

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 35


Gbr. 2. Voltmeter DC multirentang

• Menggunakan sejumlah resistor pengali beserta saklar-rentang;


• Nilai dr resistor pengali dpt ditentukan dg metode sebelumnya atau metode
sensitivitas.
• Suatu varian voltmeter multirentang dpt diperoleh dg menghubungkan resistor-
pengali secara seri dan saklar pemilih di setiap posisi yg akan menghasilkan
resistans tertentu, seri dg Rm.
• Sistem demikian memiliki kelebihan y.i. semua resistor-pengali kecuali yg pertama,
akan memiliki nilai standar (tersedia di pasaran).
• Satu-satunya yg harus dibuat khusus untuk memenuhi persyaratan rangk. adalah R4
(pengali rentang-rendah).

Gbr. 2. Voltmeter DC multirentang dengan susunan multiplier yg lebih praktis

Contoh

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 36


• Sebuah meter d’Arsonval dg resistans-internal Rm = 100 Ω dan arus-dsp = 1 mA,
akan diubah menjadi menjadi voltmeter DC multirentang dg rentang 0-10 V, 0-50
V, 0-250 V dan 0-500 V sebagaimana Gbr di atas.
Diket.:
• D’Arsonval: Rm = 100 Ω = 0,1 kΩ;
Im = 1 mA.
• Akan diubah menjadi Voltmeter dengan:
- Rentang-1: V4 = 0-10 V;
- Rentang-2: V3 = 0-50 V;
- Rentang-3: V2 = 0-250 V;
- Rentang-4: V1 = 0-500 V;
Ditany.:
• Nilai R1 … R4.

Penyelesaian:

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 37


• Rentang-1, V4, 0-10 V:
RT = 10 V / 1 mA = 10kΩ;
R4 = RT –Rm =10kΩ-0,1kΩ
= 9,9 kΩ.
• Rentang-2, V3, 0-50 V:
RT = 50 V / 1 mA = 50kΩ;
R3 = RT – (R4 +Rm)
= 50 kΩ - (9,9 + 0,1) kΩ
= 40 kΩ.
• Rentang-3, V2, 0-250 V:
RT = 250 V / 1 mA = 250 kΩ;
R2 = RT – (R3 + R4 + Rm)
= 250 kΩ - (40+9,9+0,1)kΩ
= 200 kΩ.
• Rentang-4, V3, 0-500 V:
RT = 500 V / 1 mA = 500 kΩ;
R1 = RT – (R2 + R3 + R4 +Rm)
= 500kΩ - (200+40+9,9+0,1) kΩ
= 250 kΩ.
Hanya resistor pengali R4 yang memiliki nilai yg tdk standar (tdk tersedia secara umum)!
• Metode lain untuk mencari nilai Rs yaitu metode sensitivitas.
• Pertama-tama kita tentukan Sensitivitas, S dari meter d’Arsonval.
• Sensitivitas, S adalah kebalikan dari arus dsp, yaitu:

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 38


Gbr. 3. Voltmeter DC multirentang dengan susunan multiplier yg lebih praktis

S = sensitivitas, Ω/V;
V = rentang tegangan, V;
Rm = resitans-internal d’Arsonval (atau beserta resistans-seri);
Rs = resistor-pengali;
RT = resistans total voltmeter.
Contoh-2:
Ulangi contoh sebelumnya dg menggunakan metode sensitivitas.
- Diket.: Idsp = 1 mA = 0,001 A;
- Ditany.: R1 … R4.
Peny.:
S = 1 / Idsp = 1 / 0,001 = 1000 Ω/V;
R4 = (S x V) – Rm
= (1000 Ω/V x 10 V)- 0,1 kΩ;
= 10 kΩ – 0,1 kΩ = 9,9 kΩ.
R3 = (S x V) – (R4 + 0,1 kΩ)
= (1000 Ω/V x 50 V)- 10 kΩ;
= 50 k Ω – 10 k Ω = 40 k Ω.
Peny. (lanj.):
R2 = (S x V) – (R3 + R4 + 0,1 kΩ)
= (1000 x 250)-(40 + 9,9 +0,1);
= 250 – 50 = 200 kΩ.
R1 = (S x V) – (R2 + R3 + R4 + 0,1 kΩ)

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 39


= (1000 x 500)- (200+ 40 + 9,9 +0,1);
= 500 – 250 = 250 kΩ.
Efek Pembebanan Voltmeter (Voltmeter Loading Effects)

Gbr. 4. Efek pembebanan Voltmeter

• Sensitivitas voltmeter DC merupakan faktor penting dlm pemilihan sbh alat ukur
untuk pengukuran teg. tertentu;
• Voltmeter sensitivitas rendah memberikan pembacaan yg akurat saat mengukur
tegangan dlm rangk. beresistansi rendah; Hal yg sebaliknya akan terjadi jika ia
mengukur rangk. beresistansi tinggi.
• Saat suatu voltmeter digunakan untuk mengukur tegangan pd suatu komponen,
rangk., voltmeter sendiri ad. paralel dg komponen rangk.
• Kombinasi paralel dr dua resistor dpt menjadi lebih kecil dr keduanya saat berdiri
sendiri, sehingga resistans yg terlihat o/ sumber bernilai lebih kecil dibandingkan
apabila tanpa voltmeter.
• Karena itu, tegangan pd komponen ad. berkurang di saat voltmeter terhubung.
• Efek ini disebut pembebanan voltmeter (voltmeter loading) dan menghasilkan
galat yg disebut galat-pembebanan (loading error).
Contoh:
• Diinginkan untuk mengukur tegangan antara ujung-ujung resistor 50 kΩ dlm rangk.
di atas. Untuk pengukuran ini tersedia 2 voltmeter: V1 dg sensitivitas 1000 Ω/V
dan V2, 20000 Ω/V. Kedua voltmeter dipakai pd rentang 50 V.
Tentukan:
- Pembacaan tiap voltmeter;
- Galat tiap pembacaan, dinyatakan dlm persentase nilai aktual.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 40


Diket.:
– Rangkaian seperti gambar;
– V1, S = 1000 Ω/V; V2, S = 20000 Ω/V
Ditany.:
- Pembacaan V1 & V2;
- Galat pembacaan.
Peny.:
Analisis rangkaian menunjukkan bahwa tegangan pd resistor 50 kΩ, ad.:
V = (50 kΩ/150 kΩ)150 V
= 50 V
Ini adalah tegangan yg sebenarnya pd resistor 50 kΩ.

• V1 (S = 1000 Ω/V):
Resistans total V1,
– RT = S x V
= (1000 Ω/V x 50 V)
= 50 kΩ
Ketika V1 dipasang ke rangkaian, RT // dg resistor terukur (50 kΩ).
Sehingga, resistans a-b menjadi: 25 kΩ

Gbr.5. Resistans a-b akibat efek pembebanan Voltmeter


• Tegangan yg terukur pd terminal a-b, dg demikian adalah
Vab = (25/125) 150
= 30 V
Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 41
V2 (S = 20000 Ω/V):
Resistans total V2,
RT = S x V
= (20000 Ω/V x 50 V)
= 1000 kΩ = 1 MΩ
Ketika V2 dipasang ke rangkaian, RT // dg resistor terukur (50 kΩ).
Sehingga, resistans a-b menjadi: 47,6 kΩ

• Tegangan yg terukur oleh V2 pd terminal a-b, dg demikian ad.


Vab = (47,6/147,6) 150
= 48,36 V
• Galat akibat pembacaan V1:

• Galat akibat pembacaan V2:

• Voltmeter “mengganggu” rangkaian, dan idealnya, suatu instrumen - kapan dan di


manapun - seharusnya mengukur suatu besaran tanpa “mengganggunya” dg cara
apapun; Pada contoh di atas, “gangguan” terbesar telah diakibatkan oleh
Voltmeter-1 (V1);
• Manusia, bertanggung jawab memilih memilih instrumen yg sesuai, sehingga
dihasilkan pengukuran yg dpt dipercaya.
Konklusi

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 42


• Meter d’Arsonval dpt dikonversi ke Voltmeter DC dg menghubungkan suatu
Multiplier (Rs) ke meter d’Arsonval tsb.
• Sensitivitas, S ad. kebalikan dr arus dsp.
• Dikehendaki untuk membuat resistans voltmeter jauh-jauh lebih tinggi drpd
resistans rangkaian.

Soal 5:
Dua voltmeter berbeda digunakan untuk mengukur tegangan pd RB dlm rangk. di
samping. Meter-meter tsb. sbb:
– Meter A: S = 1kΩ/V; Rm= 0,2kΩ; Rentang = 10V
– Meter B: S = 20kΩ/V; Rm= 2,2kΩ; Rentang = 10V
Hitunglah:
– Tegangan RB tanpa meter.
– Tegangan RB saat meter A digunakan.
– Tegangan RB saat meter B digunakan.
– Galat-pembebanan pd kedua pembacaan.

Soal 6:
• Carilah pembacaan tegangan dan prosentase galat pembebanan dr setiap
pembacaan yg diperoleh o/ suatu voltmeter:
– Rentang 5-V.
– Rentang 10-V.
– Rentang 50-V.
Meter memiliki sensitivitas 20 kΩ/V dan terhubung pd RA.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 43


Ohmmeter DC
• Cukup banyak meter-resistans (Ohmmeter) saat ini yg digital, tetapi prinsip dasar
dr Ohmmeter mekanis amat berharga untuk dipelajari.
• Ohmmeter berfungsi mengukur resistans.
• Pembacaan resistans terindikasi melalui suatu mekanisme meter mekanis yg
beroperasi atas dasar arus-elektrik.
• Jadi, Ohmmeter harus memiliki sumber teg. internal untuk menghasilkan arus yg
diperlukan untuk mengoperasikan d’Arsonval.
• Juga mempunyai rentang resistans yg tepat untuk mengatur besar arus sesuai yg
diinginkan.
• Ohmmeter sederhana terdiri atas sebuah baterai dan mekanisme meter (d’Arsonval)
seperti gbr. berikut:

• Saat resistans takberhingga (∞ Ω), tdk ada arus yg melalui meter, dan pointer
menunjuk ke ujung paling kiri dr skala.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 44


• Dlm konteks ini, indikasi ohmmeter ad. “terbalik" karena indikator maksimum
(takhingga) tdpt di kiri skala, sementara teg. dan arus meter bernilai nol di sana.

• Sebaliknya, saat kabel terminal Ohmmeter dihubung-singkat (mengukur nol Ω),


meter d’Arsonval akan dilalui oleh arus maksimum, hanya dibatasi oleh teg. baterai
serta resistans internal meter:


Dengan baterai 9 volt dan hanya resistans d’Arsonval 500 Ω, arus rangkaian kita akan
berkisar xxmA, yg mana adalah jauh dari arus dsp d’Arsonval. Arus berlebih yg demikian
akan merusak meter.

• Kita perlu metode untuk mengondisikan sedemikian hingga d’Arsonval hanya


‘menderita’ arus dsp ketika (terminal) ia terhubung-singkat. Ini dpt diperoleh dg
menambahkan resistor seri dg meter d’Arsonval:

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 45


• Untuk menentukan nilai R yg tepat, kita menghitung resistans rangkaian total yg
dibutuhkan untuk membatasi arus hingga 1 mA (dsp d’Arsonval) dg 9 volt dr
baterai, yg kemudian dikurangi dg resistans internal:

a. Ohmmeter Tipe Seri

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 46


Gbr. 2. Ohmmeter tipe seri
Ket.:
R1, resistor pembatas arus;
R2, resistor pengatur-nol;
E, baterai;
Rm, resistans d’Arsonval;
Rx, resistor-anu

• Secara esensial, Ohmmeter ini terdiri dari meter d’Arsonval yg terhubung seri dg
suatu resistor serta baterai ke terminal (Gbr. 2).
• Ketika resistor-anu (Rx) = 0 (terminal A-B terhubung-singkat), arus maksimum
mengalir dlm rangkaian. Pd kondisi itu, resistor-paralel (R2) diatur sedemikian
hingga meteran menunjukkan arus-skala-penuh (Idsp).
• Posisi jarum penunjuk di skala pd saat itu ditandai ‘0’ Ω, menujukkan bahwa
resistans yg terukur bernilai nol.
• Identik dg itu, saat terminal A-B di buka, tdk ada arus yg mengalir dlm rangkaian
sehingga jarum akan menunjuk ke titik di skala yg ditandai ‘∞’ Ω, menunjukkan
resistans terukur adalah takhingga.
• Dlm desain, diinginkan suatu besaran resistans-anu yang mana akan membuat nilai
arus-skala-paruh meter.
• Pd titik ini, resistans pd terminal A-B didefinisikan sebagai posisi resistans skala-
paruh, Rh.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 47


• Desain dpt didekati dg menganggap bahwa, jika Rh mengurangi arus meter menjadi
½ Idsp, resistans-anu haruslah sama dg resistans internal total Ohmeter.

Resistans total bagi baterai ad. 2Rh, dan arus baterai yg diperlukan untuk simpanganskala-
paruh adalah:

Simpangan skala-penuh akan dicapai bila:

Arus shunt di R2 adalah:

Teg. shunt (Esh) sama dengan teg. meter:

Sehingga diperoleh R2:

Subtitusi (1) ke (2)

Penyelesaian pers.(0) untuk R1, menghasilkan:

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 48


Dlm bentuk lain, subtitusi (3) ke (4):

Contoh:
• Ohmeter Gbr. 2 menggunakan meter 50Ω yg membutuhkan arus skala-penuh 1mA.
Teg. baterai 3 V. Penandaan skala yg diinginkan untuk simpangan skala-paruh
adalah 2000 Ω. Carilah:
– a) R1 dan R2;
– b) Nilai maks. R2 untuk mengompensasi jatuh teg. 10% pd baterai.
– c) Galat akibat penyetelan seperti poin (b).
Peny.:
• Dik. Idsp =Im= 1mA; Rm = 50 Ω; Rh =2000 Ω
• Dit.:
• (a) Arus total baterai pd saat simp.-skala-penuh

• Arus di R2:

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 49


Arus shunt, I2:

Resistor pengatur nol, R2:

(c) Galat bila R2 disetel seperti poin (b):


Resistans shunt yg baru:

Rh akan menjadi:

Pesentase galat:

Soal:
• Ohmeter Gbr. 2 menggunakan meter 50Ω yg membutuhkan arus skala-penuh 1mA.
Teg.baterai 3 V. Penandaan skala yg diinginkan untuk simpangan skala-paruh
adalah 3000 Ω. Carilah:
– 1) R1 dan R2;
– 2) Nilai maks. R2 untuk mengompensasi jatuh teg. 10% pd baterai;
– 3) Galat akibat penyetelan seperti poin (2).
Ohmmeter DC
• Sekarang, kita betul-betul bermasalah dg rentang meter.
• Di sisi kiri skala kita mempunyai “takhingga" dan di sisi kana kita memiliki “nol”.
• Skala ini agak ganjil karena berkebalikan dg skala voltmeter dan ammeter.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 50


• Pertanyaan bagus, “bagaimana titik-tengah skala direpresentasikan?”
• Angka berapa yg secara pasti berada di antara nol dan takhingga?“.
• Takhingga adalah lebih dari sekedar jumlah yg amat besar: kuantitas tdk terhitung,
lebih besar dari setiap bilangan tertentu yg pernah dan dapat ada. Jika indikasi
paruhskala pd setiap tipe meter lain merepresentasikan 1/2 nilai rentang
skalapenuh, lalu apakah setengah dari takhingga pd suatu skala ohmmeter?
• Jawaban dari paradoksi ini adalah suatu skala logaritma!.
• Skala ohmmeter tdk bergerak maju dr nol ke takhingga atau dari kanan ke kiri.

• Takhingga tdk dpt didekati dg modus linear, karena skala tdk akan pernah bisa
menjangkaunya!
• Dengan skala logaritma, jumlah resistans yg terjangkau untuk setiap jarak pd skala
bertambah sebagaimana pergerakan skala menuju takhingga, membuat takhingga
menjadi sesuatu yg terjangkau.
• Pertanyaan sekitar rentang ohmmeter kita. Berapa nilai resistans antara terminal yg
akan secara pasti menyebabkan defleksi 1/2 skala dr jarum?
• Jika kita mengetahui bahwa d’Arsonval mempunyai nilai skala-penuh sebesar 1 mA, maka
0,5 mA (500 μA) haruslah menjadi nilai yg dibutuhkan untuk defleksi separuh-skala.
Mengikuti desain kita dg baterai 9 volt sbg sumber, diperoleh:

Dg resistans d’Arsonval 500 Ω dan resistor rentang seri 8,5 kΩ, ini menyisakan 9 kΩ untuk
suatu resistans-uji eksternal (terminal ke terminal) pd 1/2 skala.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 51


Dg kata lain, resistans uji memberikan 1/2 defleksi skala dlm suatu ohmmeter adl bernilai
sama dg resistans (internal) seri total dr rangkaian meter.
Dg Hk Ohm beberapa kali, kita dpt menentukan nilai resiatans uji untuk 1/4 dan 3/4
defleksiskala.
• 1/4 defleksi skala (arus meter 0,25 mA):

• 3/4 defleksi skala (arus meter 0,75 mA):

Shg, skala untuk ohmmeter ini terlihat seperti:

• problem besar dg desain ini adl. Keyakinan atas kestabilan tegangan baterai untuk
akurasi pembacaan resistans.
• Jika teg. Baterai menurun, skala ohmmeter akan kehilangan akurasi.
• Dg resistor seri konstan 8,5 kΩ dan teg. Baterai menurun, meter tdk akan lagi
terdefleksi skala-penuh ke kanan ketika terminal uji di-short (0 Ω).
• Serupa dg itu, resistans uji 9 kΩ akan gagal mendefleksi jarum ke 1/2 skala secara
tepat.
TKM-3
• carilah nilai R, ¼ skala, ½ skala dan ¾ skala dr Ohmmeter?

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 52


(b) Ohmmeter Tipe Shunt
• Ohmmeter ini dirancang khusus untuk mengukur resistor-resitor bernilai rendah.
• Tidak lazim digunakan sebagai instrumen uji, tetapi ia dapat ditemukan di dalam
laboratorium atau untuk aplikasi resistans–rendah khusus.

Gambar 1. Ohmmeter tipe shunt

• Ia terdiri dari baterai, E, yang terpasang seri dengan resistor dapat-atur R1 dan
meter d’Arsonval.
• Resistor-anu terpasang pada terminal A-B, yang paralel dengan meter.
• Diperlukan saklar S (off-on) untuk mendiskoneksi baterai dengan rangkaian ketika
instrumen tidak digunakan.
• Ketika resistor-anu Rx = 0 Ω (A dan B terhubung-singkat), arus meter adalah nol.
• Saat resistor-anu Rx = ~ Ω (A dan B terbuka), arus hanya melalui meter, dan
dengan pemilihan nilai R1 yang sesuai, jarum penunjuk dapat dibuat menunjuk
skala penuh
• Analisis ohmmeter ini serupa dengan tipe seri.
• Arus meter skala-penuh akan menjadi

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 53


E = tegangan baterai internal;
R1 = resistor-pembatas arus;
Rm = resistans internal meter.
Penyelesaian untuk R1, akan menghasilkan

Untuk setiap nilai Rx yang terhubung di terminal, arus meter akan berkurang dan diberikan
oleh

atau

Arus meter untuk setiap nilai Rx, yang dinyatakan sebagai bagian dari arus simpangan
skala-penuh, adalah

atau:

Mendefinisikan

dan menyubtitusikan (4) ke (3), diperoleh

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 54


Jika pers. (5) digunakan, meter dapat dikalibrasi dengan menghitung “s” dalam bentuk Rx
dan Rp.
Pada pembacaan skala-paruh meter , pers. (2) akan menjadi

Untuk menentukan nilai skala relatif bagi nilai R1 yang diketahui, pembacaan skala-paruh
bisa diperoleh dengan membagi pers. (0) dengan (6) dan menyelesaikan Rh:

Analisis memperlihatkan bahwa resitans skala-paruh ditentukan oleh resistor pembatas R1


dan resistans internal meter, Rm.
Resistor pembatas R1 pada gilirannya ditentukan oleh resistans meter Rm, dan arus
simpangan skala-penuh, Idsp.
Contoh:
• Rangkaian Gambar 2 menggunakan meter d’Arsonval 10-mA dengan resistans
internal 5 Ω. Tegangan baterai 3 V. Dikehendaki untuk memodifikasi rangkaian
dengan menambahkan sebuah resistor Rsh yang sesuai dg meter d’Arsonval,
sedemikian hingga instrumen akan mengindikasikan 0,5 Ω pada titik tengah-skala.
Hitunglah
– (a) nilai resistor shunt, Rsh;
– (b) nilai resitor pembatas-arus, R1.
Penyelesaian
• Dik.:
– Idsp = 10 mA;
– Rm = 5 Ω;
– E = 3 V;
– Rh = 0,5 Ω;
• Dit.:

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 55


– Rsh;
– R1.

Gambar 2. Ohmmeter tipe shunt termodifikasi

Untuk simpangan skala-paruh meter,

Tegangan pada meter adalah

Karena tegangan tersebut “terlihat” juga pada resistor-anu, Rx, arus yang melalui Rx
adalah

Arus yang melalui meter (Im) ditambah yang melalui resistor shunt (Ish) harus sama dengan
arus yang melalui resistor-anu (Ix). Karena itu,

Resistans shunt, kemudian adalah

Arus baterai (total) adalah

Jatuh tegangan pada R1 sama dengan 3V – 25 mV = 2,975 V


Karena itu, R1

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 56


Gambar 3. Metode potensiometer untuk mengalibrasi amperemeter DC
• Kebanyakan dapat dilakukan secara mudah dengan mengikuti Gambar 3.
• Nilai arus yang melalui ammeter dapat ditentukan dengan mengukur beda potensial
pada resistor-standar dengan metode voltmeter, kemudian menghitung arus dengan
hukum Ohm.
• Hasil kalkulasi ini dibandingkan dengan pembacaan aktual ammeter saat kalibrasi.
• Sumber arus konstan yang bagus dibutuhkan dan biasanya dapat diperoleh dari
suatu baterai (aki) atau penyuplai daya presisi.
• Rheostat ditempatkan dalam rangkaian untuk mengontrol arus sesuai keperluan,
sedemikian hingga titik-titik berbeda pada skala dapat dikalibrasi.
Voltmeter DC

Gambar 4. Metode potensiometer untuk mengalibrasi voltmeter DC

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 57


• Metode sederhana untuk mengalibrasi voltmeter DC terlihat di gambar 4.
• Tegangan pada resistor R terukur secara akurat dengan sebuah potensiometer.
• Meteran yang akan dikalibrasi terhubung ke dua titik yang sama dengan
potensiometer dan karena itu (mesti) mengindikasikan tegangan yang sama.
• Sebuah rheostat ditempatkan dalam rangkaian untuk mengontrol besar arus yang
akan menyebabkan jatuh tegangan pada resistor, R, sedemikian hingga beberapa
titik pada skala voltmeter dapat dikalibrasi.
• Voltmeter yang terkalibrasi dengan metode ini mempunyai akurasi ±0,01%, yang
melebihi akurasi meteran D’Arsonval yang biasa.

C. RANGKUMAN
 Pada umumnya Ohmmeter merupakan instrumen berakurasi menengah dg presisi
rendah.
 Suatu kalibrasi kasar bisa dilakukan dengan mengukur sebuah resistans standar
dan mencatat pembacaan Ohmmeter.
 Penerapan hal tersebut pada beberapa titik di skala dan pada beberapa rentang
memungkinkan mendapatkan indikasi atas operasi yang benar dari instrumen.

D. SOAL LATIHAN/ TUGAS

1. Soal 1.
Hitunglah sensitivitas dr sbh meter d’Arsonval100-μA yg dpt digunakan sbg
Voltmeter DC.
2. Soal 2.
Hitunglah nilai multiplier Rs pd rentang 50 V dr sbh Voltmeter DC yg
menggunakan 200-μA meter d’Arsonval dg resistans internal 1,2 kΩ.
3. Soal 3.
Hitunglah nilai Rs untuk rangk. Voltmeter DC multirentang seperti gambar di
samping:

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 58


4. Soal 4.
Hitunglah nilai Rs untuk rangk. Voltmeter DC multirentang sbg gbr di samping:

5. Perhatikan gambar di bawah ini.

Jika R1=150 Ω, R2=1 KΩ, R3=300 Ω, R4=2 KΩ, apakah Jembatan Wheatstone
tsb setimbang atau tidak, dan berapa arus galvanometer?

6. Jika E = 20 volt, R1=200 Ω, R2=1 KΩ, R3=400 Ω, R4=2,01 KΩ, RG=100 Ω.


a. Gambarkan Rangkaian ekivalen Thevenin dari Rangkaian Jembatan tersebut
(terminal outputnya adalah terminal d-b).
b. Hitung RTh (resistansi Thevenin-nya).
c. Hitung VTh (tegangan Thevenin-nya).
d. Hitung Arus Galvanometer IG akibat ketidakseimbangan jembatan tersebut.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 59


7. Gambar (a) dan (b) berikut ini adalah contoh penggunaan d’Arsonval pada
ammeter multirentang. Gambar mana yang lebih aman dari kemungkinan
kerusakan meter d’Arsonval? Jelaskan alasannya.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 60


BAB III
METER AC

CAPAIAN PEMBELAJARAN (Learning Outcome)


1. Capaian Pembelajaran Umum
 Memahami prinsip dasar dari instrument penunjuk arus bolak balik.
 Memahami prinsip dasar Penyearah Gelombang.
 Memahami berbagai contoh Jembatan Arus Bolak Balik.
2. Capaian Pembelajaran Khusus
 Dapat menjelaskan prinsip dasar dari instrument penunjuk arus bolak balik.
 Dapat dapat menjelaskan prinsip dasar Penyearah Gelombang.
 Dapat dapat menjelaskan berbagai contoh Jembatan Arus Bolak Balik.
A. PENDAHULUAN/ DESKRIPSI SINGKAT
Bab ini menyajikan materi tentang: pengenalan prinsip alat ukur AC seperti Voltmeter
AC, Ohmmeter AC, baik yang rentang tunggal maupun yang multirentang. Selain itu
juga membahas berbagai contoh aplikasi alat ukur AC seperti berbagai jenis Jembatan
AC. Juga dibahas tentang Penyearah baik penyearah setengah gelombang maupun
gelombang penuh.

B. POKOK-POKOK ISI

Meter AC -1
• Beberapa tipe meter d‘Arsonval bisa digunakan untuk mengukur arus/teg. AC.
• Lima macam mekanisme meter yg digunakan dlm instrumen ac disajikan pd Tabel
berikut:

No. Mekanisme Meter DC AC Aplikasi

1. Elektro-dynamometer Ya Ya Meter standar, wattmeter, dll..

2. Iron-vane Ya Ya Indikator, etc.

3. Electro-static Ya Ya Pengukuran tegangan tinggi

4. Thermocouple Ya Ya Pengukur Radio frekuensi

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 61


5. D’Arsonval Ya Ya, berpenyearah Tegangan, Arus, Resistans, dll.

Bentuk Gel. AC

d’Arsonval dg. Penyearah ½ gelombang


• Dlm bab sebelumnya, kita telah membicarakan detail d’Arsonval (PMMC) dan
aplikasinya dlm Ammeter, Voltmeter dan Ohmmeter.
• Sekarang, mempelajari aplikasinya mengukur arus/ tegangan ac.
• Untuk mengukur besaran ac dg d’Arsonval, pertama-tama kita harus menyearahkan
arus/tegangan ac dg menggunakan penyearah dioda.
• Proses ini akan menghasilkan aliran arus satu arah (Unidireksional).
• Beberapa tipe penyerah-dioda yg dpt digunakan: oksida-tembaga (copper oxide),
dioda vakum, dioda semikonduktor dst.
• Masih ingat Voltmeter DC, menggunakan meter d’Arsonval?
• Sensitivitas= 1/Ifs

Gbr. 1: Meter d’Arsonval yg digunakan dalam voltmeter DC


• Meter PMMC tdk akan bekerja dg benar jika dihubungkan langsung ke besaran
AC, karena arah pointer akan berubah setiap setengah siklus besaran AC tsb.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 62


• Meter PMMC, sebagaimana motor magnet permanen, ad. divais yg mana arah
gerakannya bergantung pd polaritas dr tegangan yg diterapkan.

Jika kita memasang sbh dioda ke Voltmeter DC, maka kita mendapatkan rangkaian meter
yg mampu mengukur tegangan AC.

• Dioda tdk akan merusak operasi rangkaian (dioda ideal)


• Sekarang, misalkan kita mengganti 10-Vdc dg 10Vrms, apa yg akan terjadi?
• Tegangan pd MM ad. hanya ½ siklus positif dari gelombang sinus karena aksi
penyearahan oleh dioda.
• Nilai puncak dari gelombang sinus ac ad: Ep= Erms X 1,414
• MM akan merespon ke nilai rerata gel. sinus yg mana rerata atau nilai DC = 0,318
kali nilai puncak.
• Nilai rerata gel. sinus AC ad.: Eave= Ep/π = 0,45x Erms

• Aksi dioda secara pendekatan menghasilkan separuh gel. sinus pada resistor beban.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 63


• Nilai rerata dr tegangan ini adalah dikenal sebagai tegangan DC, yg mana akan
direspons oleh voltmeter DC .
• Karena itu, kita dpt melihat bahwa pointer yg terdefleksi-skala-penuh ketika sinyal
10-V DC diterapkan, akan terdefleksi ke hanya 4,5V ketika kita menerapkan 10-
Vrms AC.
• Jadi, Voltmeter AC yg menggunakan penyearah gelombang-paruh (½ wave
rectification) hanya mendekati 45% sensitivitas Voltmeter DC.

• Untuk memperoleh meter yg terdefleksi skala-penuh ketika 10-Vrms diterapkan, kita


harus mendesain meter dg Rs yg setara 45% Rs Voltmeter DC.
• Karena ekivalen tegangan DC ad. 45% nilai RMS, kita dpt menulis seperti ini: Rs=
(Edc/Idc)-Rm = (0,45Erms/Idc) -Rm

• Contoh 1

• Pada penyearah ½ gelombang di bawah, D1 dan D2 mempunyai resistans-maju


400Ω dan resistans-balik takhingga. Carilah :

• (a) Rs

• (b) S

• Mis.: Ein = 10-Vrms, Rsh = 100Ω, Ifs = 1mA, Rm = 100Ω

(a) Karena Rm = Rsh =100Ω, arus total dari sumber untuk defleksi penuh ad. It = 2mA.
Untuk penyearahan setengah gel., nilai DC ekivalen dr teg. AC yg disearahkan ad.:

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 64


Maka resistans total instrumen:

Tahanan total terdiri atas beberapa komponen. Perhatian kita harus hanya tertuju pd
tahanan rangkaian selama setengah perioda di mana d’Arsonval menerima arus (resistans-
balik D2 ditiadakan).
Sehingga,

(b) Sensitivitas voltmeter pd 10VAC,

Meter AC-2
d’Arsonval dg penyearah gel.-penuh
• Biasanya, lebih diinginkan menggunakan penyearah gelombang-penuh dlm
voltmeter AC karena ia akan memberikan sensitivitas yg lebih tinggi dibanding dg
yg menggunakan penyearah gelombang-paruh (½ gelombang).
• Tipe penyearah gelombang-penuh yg terbanyak digunakan adalah penyerah tipe
jembatan (bridgetype rectifier), seperti terlihat pd gambar berikut.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 65


Figure 1. Full wave rectifier circuit diagram

Gbr. 2: Penyearah jembatan gel.-penuh yg digunakan dlm voltmeter AC

• ½ Siklus Positif
– Arus mengalir dari Vin melalui D2, melalui MM (d’Arsonval) dari positif ke
negatif, lalu melalui D3.
– ½ Siklus Negatif
– Arus mengalir dari Vin melalui D4, melalui MM dari positif ke negatif, lalu
melalui D1.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 66


– Walaupun polaritas Vin berubah setiap ½ siklus, arah arus yg mengalir
melalui MM tidak berubah.
• Karena arus mengalir melalui MM pd kedua ½ siklus, maka defleksi MM akan
lebih besar dibanding dg penyearah gelombang paruh.

Contoh:

Sebuah voltmeter AC seperti gbr di atas dg resistans PMMC 50 Ω dan memerlukan arus 1
mA untuk dsp. Dg menganggap dioda-dioda ideal (resistans-maju 0 dan resistans-balik ~),
tentukan nilai pengali Rs yg menghasilkan dsp jika diberi input tegangan 10 V rms.
Jwb.
• Untuk penyerah di atas,
Edc = (2/π) Em = 2(√2)Erms/ π = 0,9 Erms
Sehingga,
Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 67
Edc = 0,9 * 10 = 9 V
Resistans total rangkaian adalah:
RT = Edc / Idsp = 9 / 1mA = 9 k Ω
RT = Rs + Rm
Rs = RT – Rm = 9000-50 = 8950 Ω
Elektro-Dinamometer
• Elektro-Dinamometer ad. Meter dasar yg terbanyak digunakan dewasa ini.
• Ia, ad. divais sensitif-arus: serupa dg D’Arsonval MM, menggunakan prinsip kerja
yg secara esensial sama.
• Ingat bahwa D’Arsonval ad. divais DC dan hanya dpt mengukur arus DC atau AC
yg telah disearahkan.

Gambar 3. Komponen dasar meter elektrodinamometer

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 68


Gambar 4. Komponen meter elektrodinamometer

• Elektro-Dinamometer mempunyai prinsip dasar yg sama dg meter D’Arsonval,


kecuali bahwa magnet permanen diganti dg koil/ elektromagnet (posisi tetap).
• Koil bergerak dan pointer (tertempel di koil), tergantung di antara dan terhubung
seri dg dua koil medan.
• Kedua koil medan dan koil bergerak, terhubung seri sedemikian hingga arus yg
sama, mengalir melalui setiap koil.
• Aliran arus yg melalui ketiga koil menghasilkan medan magnet di antara koil
medan.
• Arus yg sama, mengalir melalui koil bergerak yg menyebkannya berfungsi sbg
magnet yg akan melawan gaya pegas.
• Jika arah arus berbalik, polaritas medan dan koil bergerak juga berbalik,
sementara gaya berlanjut dg arah yg sama.
• Karena karakteristinya ini, ia dpt digunakan untuk mengukur arus baik dlm
sistem AC maupun DC.
• Sejumlah voltmeter dan ammeter menggunakan elektrodinamometer.
• Akan tetapi, penggunaan terpentingnya ad. Dlm wattmeter.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 69


Meter besi putar
• Ia dapat digunakan untuk mengukur, baik besaran AC maupun DC.
• Berbeda dengan meter D’Arsonval, yang menggunakan magnet permanen, ia
beroperasi bergantung pada induksi magnet.
• Ia menggunakan prinsip repulsi/tolakan antara dua baling-baling besi yang
konsentris, yang salah satunya berposisi tetap, sementara satu yang lain
“dapatgerak” (movable), yang bertempat di dalam solenoid.
• Suatu “penunjuk” (pointer) berada pada baling-baling dapat-geraknya.
• Saat arus mengalir melalui koil, kedua vane menjadi termagnetisasi dengan kutub
utara pada ujung atas, sementara kutub selatan di ujung bawah untuk
menyatuarahkan arus yang melalui koil.
• Karena sebagaimana tolakan kutub, komponen ketakseimbangan gaya, menyentuh
elemen dapat-gerak sehingga menyebabkan ia berbalik melawan kelebihan gaya
pegas.
• Vane dapat-gerak berbentuk persegi empat, sementara vane tetap berbentuk
lonjong/runcing.
• Saat tidak ada arus yang melalui koil, vane dapat-gerak berposisi sedemikian
hingga berlawanan dengan porsii terbesar dari vane tetap, dan pembacaan skala
adalah nol.
• Karena repulsi selalu dalam arah sama (menuju ujung kecil dari vane tetap), maka
tanpa memandang arah aliran arus yang melalui koil, instrumen ini akan beroperasi
baik pada rangkaian dc atau ac.
• Ketika meter vane ini didesain untuk digunakan sebagai amperemeter, koilnya akan
berupa belitan dengan relatif sedikit lilitan kawat besar agar membawa arus
nominal.
• Sementara ketika meter ini didesain untuk digunakan sebagai voltmeter, maka
koilnya akan berupa belitan yang terdiri dari banyak lilitan dari kawat kecil.

Meter AC -3
Meteran Elektrodinamometer
• Meteran elektrodinamometer dapat digunakan untuk mengukur arus dan tegangan
AC atau DC.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 70


• Ia beroperasi atas dasar yang sama dengan meteran koil magnet permanen, kecuali
bahwa, magnet permanennya diganti dengan inti elektromagnet.
• Medan dari meteran ini dihasilkan oleh arus yang sama dengan yang mengalir di
koil-bergeraknya (Gambar 1).
• Meteran elektrodinamometer ini terdiri atas dua koil medan tetap (fixed coils) yang
terhubung seri dengan koil bergeraknya/dapat-gerak (movable coil).
• Koil bergerak ditempatkan pada pusat dan berputar di antara kedua koil medan
tetapnya.
• Pegas yang berbentuk spiral menyediakan gaya lawan bagi meteran dan juga
menjadi media arus bagi koil bergerak.

Gambar 1. Diagram komponen/ mekanisme elektrodinamometer sederhana


• Ketika arus melalui koil medan A dan B serta koil bergerak C, koil C berputar
dalam arah berlawanan dengan pegas dan menempatkannya paralel dengan koil
medan.
• Semakin besar nilai arus yang melalui koil, makin besar pula gaya pada koil
bergerak untuk mengatasi gaya pegas sehingga jarum penunjuk skala (pointer)
akan bergerak pada skala.
• Bilamana skala terkalibrasi secara sempurna (seharusnya memang demikian), maka
pointer akan menunjuk ke nilai arus atau tegangan yang sebenarnya.
• Meskipun meteran elektrodinamometer ini sangat akurat, akan tetapi ia tidaklah
sesensitif meter D’Arsonval, dan untuk tujuan itu, tidak banyak digunakan di luar
laboratorium.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 71


A. Amperemeter Elektrodinamometer
• Amperemeter elektrodinamometer memiliki koil resistans rendah, sehingga hanya
menghasilkan jatuh tegangan kecil dalam rangkaian yang akan diukur.
• Sebuah induktor paralel terhubung seri dengan koil medan. Diagram skema
rangkaian amperemeter elektrodinamometer disajikan pada Gambar

Gambar 2. Rangkaian amperemeter elektrodinamometer


• Induktor paralel ini serupa dengan resistor paralel yang digunakan dalam
amperemeter DC, yang memungkinkan hanya sebagian dari arus terukur yang
akan mengalir via koil.
• Sebagaimana dalam amperemeter DC, sebagian besar arus dalam rangkaian
mengalir via induktor paralel, tetapi karena skala terkalibrasi, maka meteran akan
menunjukkan pembacaan arus total.
• Meteran akan menunjukkan nilai efektif arus yang diukur.
B. Voltmeter Elektrodinamometer
• Pada voltmeter elektrodinamometer, koil medan berupa belitan dengan beberapa
lilitan dari kawat kecil.
• Arus sekitar 0,01 A mengalir melalui kedua koil, dibutuhkan untuk
mengoperasikan meteran.
• Resistor dari material noninduktif, diserikan dengan koil, menyediakan rentang-
nilai tegangan berbeda.
• Voltmeter dihubungkan paralel dengan unit/ komponen yang akan diukur.
• Nilai tegangan yang ditampilkan adalah nilai efektif.
• Diagram skematik dari voltmeter elektrodinamometer diperlihatkan dalam Gambar
3.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 72


Gambar 3. Rangkaian voltmeter elektrodinamometer
Wattmeter
• Daya nyata/real elektrik diukur dengan memakai wattmeter.
• Karena daya nyata adalah hasil perkalian arus dan tegangan, maka suatu wattmeter
harus mempunyai dua elemen, satu untuk arus dan lainnya tegangan, seperti
diperlihatkan pada Gambar 5 (wattmeter biasanya dari tipe elektrodinamometer).

Gambar 5. Rangkaian wattmeter elektrodinamometer

• Koil bergerak dengan resistans seri membentuk elemen tegangan, dan koil
tetap membentuk elemen arus.
• Kekuatan medan di sekitar koil tegangan bergantung pada jumlah arus yang
mengalir melaluinya.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 73


• Arus, pada gilirannya, bergantung pada tegangan beban yang diterapkan pada
koil dan resistans tinggi yang seri dengannya. Kekuatan medan di sekitar koil
arus, bergantung pada besar arus yang mengalir melalui beban.
• Jadi, simpangan meteran adalah proporsional dengan perkalian tegangan pada
koil tegangan dengan arus yang melalui koil arus.
• Efeknya adalah hampir sama (jika skala terkalibrasi sempuran) dengan jika
tegangan yang diterapkan pada beban dan arus yang melaluinya diperkalikan.
• Jika arus dalam saluran dibalik, maka arah arus pada kedua koil serta koil
tegangan adalah terbalik.
• Hasil akhirnya adalah bahwa pointer tetap berlanjut membaca skala.
• Karena itu, jenis wattmeter ini dapat digunakan untuk mengukur baik daya AC
maupun DC.

Varmeter
• Perkalian tegangan (volt) dengan arus (amper) dalam rangkaian AC memberikan
daya semu/ kompleks.
• Daya semu, kombinasi dari daya nyata yang melakukan kerja dengan daya
reaktif yang tidak melakukan kerja yang dikembalikan ke jaringan.
• Daya reaktif diukur dalam satuan var (voltamper reaktif) atau kvars (kilovolt-
amper, disingkat KVAR).
• Ketika dihubungkan sedemikian rupa (dengan penggeser-fase), wattmeter akan
mengukur daya reaktif.
• Pada keadaan seperti itu, ia disebut varmeter. Gambar 4 memperlihatkan varmeter
yang terhubung dalam rangkaian AC.

Gambar4. Varmeter dalam rangkaian AC

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 74


Meteran frekuensi
• Peralatan elektrik AC adalah didesain untuk beroperasi di dalam rentang
frekuensi yang diberikan.
• Dalam beberapa hal, peralatan dirancang untuk beroperasi pada frekuensi khusus,
seperti jam elektrik dan saklar-waktu.
• Sebagai contoh, jam elektrik biasanya didesain untuk beroperasi pada frekuensi
60Hz. Jika frekuensi suplai berkurang menjadi 59 Hz, jam akan kehilangan satu
menit pada setiap jam.
• Trafo dan mesin AC adalah didesain untuk beroperasi pada frekuensi tententu.
• Jika frekuensi suplai jatuh lebih dari 10% dari nilai nominal, peralatan mungkin
menyebabkan arus berlebih, dan panas lebih berbahaya akan dihasilkan.
• Karena itu, perlu mengontrol frekuensi dari sistem daya elektrik.
• Meteran frekuensi digunakan untuk mengindikasikan frekuensi sedemikian
hingga ukuran korektif dapat diambil bila frekuensi bervariasi di luar batas yang
telah ditentukan.
• Ada beberapa jenis meteran frekuensi, mencakup jenis the vibrating reed, koil
tetap dan bergerak, koil tetap dan cakram serta rangkaian resonans.
• Dari kesemua tipe tersebut, tipe vibrating reed-lah yang paling sering digunakan
dalam sistem pesawat udara.

Meteran Frekuensi Vibrating Reed


• Meteran frekuensi tipe vibrating reed adalah satu alat yang paling sederhana untuk
mengindikasikan frekuensi dari suatu sumber AC. Diagram yang disederhanakan
dari tipe ini digambarkan pada Gambar 6.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 75


Gambar 6. Meteran frekuensi vibrating reed

• Arus yang akan diukur frekuensinya adalah mengalir melalui koil dan
menggunakan tekanan daya tarik maksimum atas jangkar-besi-lunak (soft iron
armature) sebanyak dua kali per siklus (A dari Gambar 6). Jangkar terpasang ke
batang, yang mana adalah tertempel pada pendukung fleksibel.
• Reed dengan dimensi yang sesuai mempunyai frekuensi vibrasi alami sebesar
110, 112, 114 dan seterusnya hingga 130 Hz adalah tertempel padabatang (B pada
Gambar 6).
• Reed yang mempunyai frekuensi 110 ditandai ”55” siklus; yang berfrekuensi
130 ditandai ”65” Hz; yang mempunyai frekuensi 120 ditandai ”60” Hz dan
seterusnya.
• Dalam beberapa instrumen, reed mempunyai panjang yang sama, tetapi diboboti
dengan jumlah berbeda di puncaknya sehingga mempunyai kecepatan vibrasi alami
yang berbeda.
• Ketika koil di-energize dengan arus yang mempunyai frekuensi antara 55 dan 65
Hz, semua reed bervibrasi dengan mudah; tetapi reed yang mempunyai frekuensi
alami terdekat ke arus peng-energize (arus yang diukur frekuensinya)
bervibrasi melalui amplitudo yang lebih besar. Frekuensinya dibaca dari reed
yang mempunyai amplitudo vibrasi terbesar.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 76


• Bagian B dari Gambar 6, jika arus peng-energize mempunyai frekuensi 60Hz,
reed bertanda “60” Hz akan bervibrasi dengan amplitudo terbesar.

Instrumen Jembatan
Pendahuluan
• Rangkaian-rangkaian jembatan dipakai secara luas untuk pengukuran nilai-nilai
komponen: resistans, induktans, kapasitans, serta parameter lain yg diturunkan
langsung dari frekuensi, sudut-fase dan temperatur;
Jembatan Wheatstone
Dasar operasi
• Jemb. Wheatstone mempunyai empat lengan resistif, serta sebuah sumber GGL
(baterai) dan sebuah detektor nol (biasanya galvanometer/alat ukur sensitif arus
lain);

Skema Dasar

• Arus galvanometer bergantung pd tegangan c-d;


• Jembatan berada dlm kondisi setimbang bila tegangan c-d = 0 (juga dikenal sbg
kondisinol), shg, tdk ada arus yg melalui Galvanometer.
• Kondisi ini terjadi bila: tegangan c-a = d-a; atau teg.c-b = d-b;

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 77


dan

dengan menggabungkan pers.(1), (2), (3) dan menyederhanakannya,

atau

Dari pers.(5), jika 3 dari keempat resistans tsb diketahui, resistans keempat bisa ditentukan.
Jika R4 takdiketahui = Rx

Resistor R3 disebut lengan standar, R1 dan R2 disebut lengan pembanding.


Menarik
Pengukuran Rx tdk bergantung pd karakteristik/ kalibrasi galvanometer asalkan detektor
nol tsb mempunyai: sensivitas yg cukup untuk menghasilkan posisi setimbang pd tingkat
presisi yg diperlukan.
Karakteristik Jemb. Wheatstone:
• Rentang pengukuran : 1Ω ~ 10MΩ
• Akurasi hingga ±0,2% (bandingkan dg yg terkecil ±4% pd ohmmeter).

Rangkaian Ekivalen Thevenin


• Untuk menentukan apakah galvanometer mempunyai sensitivitas yg diperlukan,
perlu menentukan arus galvanometer;
• Sensitivitas jembatan ditentukan oleh sensitivitas galvanometernya;

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 78


• Sensitivitas dpt ditentukan dg “memecahkan persoalan” jembatan pd
ketaksetimbangan yg kecil, yaitu dg mengubahnya ke ekivalen Theveninnya.
• Dua langkah penentuan ekiv. Theveninnya:
• Tentukan teg. Thev. c-d (ETh):
• Tentukan resistans Thev. c-d (RTh).

Dengan penyederhanaan:

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 79


Ecd = Eac-Ead = I1R1-I2R2
Di mana:

dan

Dengan demikian

Dengan demikian, karena Rb dianggap nol

lalu

Contoh:
Pada Gambar berikut, tegangan baterai = 5V dan resistans internalnya diabaikan.
Sensitivitas-arus galv. 10mm/μA dan resiatans internal 100Ω. Tentukan defleksi
galv.akibat ketakseimbangan 5Ω dlm lengan BC.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 80


Penentuan R Thev.:

Defleksi galv.:

Aplikasi Jemb. Wheatstone (1)


Gelung Varley (Varley loop) yg termashur, mendeteksi lokasi gangguan-tanah (ground
fault) kabel jarak-jauh.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 81


Saklar terhubung ke titik a, dlm kondisi seimbang kita peroleh

Saklar terhubung ke titik b, dlm kondisi seimbang kita peroleh

Panjang kabel (Ra+Rb) ad. diperoleh dr pengukuran real dan karena itu, akurasi dr Varley
loop untuk menemukan lokasi ground fault ad.sangat tinggi.

2. Jemb. AC
Untuk mengukur nilai kapasitans dan induktans, Jemb. Wheatstone diubah ke Jemb. AC yg
mana sinyal AC yg digunakan sbg sumber GGL/ masukan dan impedans menggantikan
resistans.

Saat Jemb. AC seimbang, Va=Vb dlm hal amplitudo dan fase. Maka

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 82


2.1 Faktor-Penyimpanan (Q) Induktans (1)
• Pd umumnya, suatu induktor dimodelkan sbg induktor-murni seri dg suatu
resistans.
• Sementara, untuk induktor kualitas tinggi, suatu induktor-murni paralel dg suatu
resistans

Model seri dpt dibawa ke paralel dg formula matematis sebagai berikut:

Faktor Q didefinisikan sbg :

Q yg lebih besar, menandakan kualitas induktor yg lebih baik.

2.2. Faktor Disipasi (D) Kapasitans


• Pada umumnya, kapasitor dimodelkan sbg kapasitans murni paralel dg sbh
resistans.
• Untuk kapasitor kualitas-tinggi, suatu kapasitans murni seri dg sbh resistans
digunakan sbg model.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 83


Model seri dpt dibawa ke model paralel yg digunakan secara normal dg formula formula:

Di mana XP=1/(ωCP) dan XS=1/(ωCS).


Faktor D didefinisikan:

Semakin kecil D, semakin bagus kualitas kapasitor dg sedikit kebocoran.

2.3. Jemb. untuk Mengukur Kapasitor


Misalnya, untuk mengukur kapasitor umum (kualitas rendah), suatu rangk. paralel
digunakan dan ia ad. Secara matematis formula dpt dituliskan

Formula tsb independen dr frekuensi.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 84


Jemb. Schering
Salah satu jemb. AC terpenting dan banyak digunakan. Untuk suatu kapasitor kualitas
tinggi, Jemb. Schering harus digunakan untuk memperoleh pengukuran berakurasi-tinggi,
di mana suatu kapasitor dimodelkan dg rangk. seri. Secara matematis:

2.4. Jemb. untuk Mengukur Induktans


• Jemb. Maxwell
– Untuk mengukur induktor umum kualitas rendah, suatu rangk. seri
digunakan dan yg dinamai sbg Jemb. Maxwell, dan dlm bentuk formula dpt
dituliskan:

Formula Jemb. Maxwell, juga independen-frekuensi.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 85


Jemb. Hay
Untuk suatu induktor kualitas-tinggi, Jemb. Hay haruslah digunakan untuk pengukuran
akurasi-tinggi, di mana sebuah induktor dimodelkan dg rangk.paralel. Secara matematis,
formulanya sbb.:

Formula Jemb. Hay juga independen-frekuensi. Akan tetapi, Rs and Cs haruslah diperoleh
dr Rp dan Cp berdasarkan persamaan (4) dan (5)

Catatan bahwa C3 haruslah berkualitas tinggi.

C. RANGKUMAN

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 86


 Salah satu aplikasi paling populer dari Rangkaian Jembatan Wheatstone adalah
Gelung Varley (Varley loop), yang berfungsi mendeteksi lokasi gangguan-tanah
(ground fault) kabel jarak-jauh.
 Untuk mengukur nilai kapasitans dan induktans dapat digunakan Rangkaian
Jembatan Wheatstone.
 Salah satu jemb. AC terpenting dan banyak digunakan. Untuk suatu kapasitor
kualitas tinggi, Jemb. Schering harus digunakan untuk memperoleh pengukuran
berakurasi-tinggi.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 87


D. SOAL LATIHAN/ TUGAS
1. Perhatikan Gambar berikut.

Pernyataan berikut ini yang salah adalah ….


a. Pada setengah siklus positif (titik A positif), maka D2 dan D3 on, D1 dan D4
off.
b. Pada setengah siklus positif dan semua diode ideal, maka tegangan di titik A
dan C sama.
c. Tegangan terukur di titik C adalah = (2⁄ ) = (2⁄ ) ∗ √2 ∗
d. Pada setengah siklus negatif dan semua diode ideal, maka tegangan di titik C
adalah negatif dari tegangan di titik B.
2. Dari Gambar soal di atas, jika semua diode tidak ideal, maka ketika setengah
siklus positif, Resistansi total rangkaian adalah ......
a. RT= Rs + Rm
b. RT= RD2 + RD3 + Rs + Rm
c. RT= RD1 + RD2 + RD3 + RD4 + Rs + Rm
d. RT= (R2 + R3) // (Rs + Rm)

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 88


BAB IV
OSILOSKOP DAN ALAT UKUR BIDANG TELEKOMUNIKASI

CAPAIAN PEMBELAJARAN (Learning Outcome)


1. Capaian Pembelajaran Umum
 Mengenal, memahami prinsip kerja dan cara penggunaan Osiloskop dan berbagai
alat ukur khusus bidang telekomunikasi.
2. Capaian Pembelajaran Khusus
 Dapat membedakan prinsip kerja osiloskop analog dan digital.
 Dapat menjelaskan cara penggunaan osiloskop analog maupun digital.
 Dapat menjelaskan prinsip kerja alat ukur khusus bidang telekomunikasi seperti
OTDR dan Power Meter untuk fiber optik.
 Dapat menjelaskan cara penggunaan alat ukur khusus bidang telekomunikasi
seperti OTDR dan Power Meter untuk fiber optik.

A. PENDAHULUAN/ DESKRIPSI SINGKAT


Bab ini membahas tentang Osiloskop dan berbagai jenis alat ukur khusus
Telekomunikasi. Akan tetapi karena keterbatasan jumlah pertemuan, maka dalam
kuliah teori Alat Ukur dan Pengukuran, alat ukur khusus Telekomunikasi yang dibahas
hanya alat ukur optik. Sedangkan selebihnya diharapkan dapat diperoleh mahsiswa
dalam mata kuliah Praktek Alat Ukur dan Pengukuran. Jadi ada dua pokok
pembahasan dalam bab ini yaitu Osiloskop dan Alat Ukur fiber Optik. Adapun rincian
dari osiloskop meliputi pengenalan, prinsip kerja, cara penggunaannya, baik osiloskop
analog maupun digital. Sedangkan rincian dari Alat Ukur fiber optik ada 2 yaitu
OTDR dan Optical Power Meter, masing-masing diawali dengan pengenalan, prinsip
kerja, sampai cara penggunaannya.

B. POKOK-POKOK ISI
Alat Ukur Osiloskop

• Osiloskop pada dasarnya adalah suatu alat penampil grafik yang menggambarkan
grafik sinyal elektrik.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 89


• Dalam kebanyakan aplikasi, grafik memperlihatkan bagaimana sinyal berubah
terhadap waktu: sumbu vertikal (Y, voltage) merepresentasikan tegangan dan
sumbu horizontal (X, time) menyatakan waktu.

• Intensitas atau kecemerlangan (brightness) tampilan, kadang kala disebut sumbu Z


(intensity) (Gambar 1). Grafik sederhana ini dapat mengatakan kepada kita
beberapa hal tentang sinyal.

Beberapa hal yang bisa dicatat:

• Penentuan nilai waktu dan tegangan sinyal;

• Penentuan frekuensi dari sinyal yang berosilasi;

• Penampilan “bagian bergerak” dari rangkaian yang direpresentasikan oleh sinyal;

• Pengaruh malfungsi komponen terhadap sinyal;

• Seberapa jauh sinyal adalah berupa DC atau AC;

• Seberapa jauh sinyal adalah berupa derau dan apakah derau berubah terhadap
waktu.

• Suatu osiloskop akan terlihat seperti satu set televisi kecil, kecuali bahwa ia
mempunyai garis-garis grid di layarnya dan lebih terkontrol daripada televisi.

• Panel depan dari sebuah osiloskop secara normal mempunyai bagian kontrol yang
dibagi ke dalam seksi vertikal, horizontal dan trigger.

• Demikian juga terdapat kontrol tampilan serta konektor masukan.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 90


Gambar 1. Komponen X, Y dan Z dari bentuk gelombang tampilan

Gambar 2. Panel depan dari osiloskop analog

Gambar 3. Panel depan dari osiloskop digital

1. Kegunaan Osiloskop

• Osiloskop digunakan oleh setiap orang mulai dari teknisi perbaikan TV ke saintis.

• Kegunaan osiloskop adalah tidak terbatas pada dunia elektronika. Dengan


transduser yang tepat, osiloskop dapat mengukur segala jenis fenomena.

• Transduser adalah alat yang membangkitkan sinyal elektris sebagai respons dari
stimulasi fisik seperti, bunyi, tegangan mekanis, tekanan, cahaya atau panas.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 91


• Sebagai contoh, mikrofon adalah sebuah transduser.

• Seorang insinyur otomotif dapat menggunakan osiloskop untuk mengukur vibrasi


mesin. Peneliti medis menggunakan osiloskop untuk mengukur gelombang otak
dan lain-lain.

Gambar 4. Data ilmiah yang mampu dihimpun oleh osiloskop

2. Analog dan Digital

• Peralatan elektronika dapat dibagi ke dalam dua kategori: analog dan digital.

• Peralatan analog bekerja dengan tegangan variabel kontinyu, sementara peralatan


digital bekerja dengan bilangan-bilangan biner yang mungkin mewakili sampel-
sampel tegangan.

• Sebagai contoh, pemutar piringan hitam adalah divais analog; pemutar CD


(compact disk) adalah digital.

• Osiloskop juga dapat berupa tipe analog atau digital.

• Suatu osiloskop analog bekerja secara langsung menggunakan tegangan terukur


untuk membangkitkan berkas elektron yang bergerak pada layar osiloskop.

• Tegangan akan membelokkan berkas ke atas dan ke bawah secara proporsional,


sehingga membuat jejak di layar. Ini yang akan memberikan gambar bentuk
gelombang di layar.

• Berbeda dengan yang di atas, osiloskop digital akan mencuplik (sampling) bentuk
gelombang dan menggunakan konverter-analog ke digital (ADC, analog to digital
converter) untuk mengonversi tegangan terukur ke informasi digital.

• Ia lalu menggunakan informasi digital tersebut untuk merekonstruksi bentuk


gelombang ke layar

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 92


Gambar 5. Osiloskop analog dan digital menampilkan bentuk gelombang

• Untuk banyak aplikasi, baik yang analog maupun digital dapat digunakan secara
bergantian.

• Penggunaannya nanti bergantung pada kebutuhan.

• Biasanya, ada kecenderungan memilih tipe analog bila kita menghendaki untuk
menampilkan sinyal yang bervariasi cepat secara ”real-time” (atau sebagaimana
kejadiannya).

• Osiloskop digital memungkinkan kita untuk “menangkap” dan melihat kejadian-


kejadian yang hanya terjadi sekali saja.

• Ia dapat memproses bentuk gelombang digital atau mengirim data ke komputer


untuk pemprosesan. Juga, ia dapat menyimpan data bentuk gelombang digital untuk
dilihat dan dicetak, saat dibutuhkan kelak.

3. Prinsip Kerja Osiloskop

• Pengertian yang lebih baik tentang pengaturan pada osiloskop, mendorong


pengetahuan lebih tentang bagaimana osiloskop menampilkan sinyal.

• Osiloskop analog bekerja dengan prinsip berbeda dengan yang digital.

• Akan tetapi, beberapa komponen internalnya, serupa adanya.

• Osiloskop analog lebih sederhana dalam konsep.

3.1. Osiloskop analog

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 93


• Ketika kita menghubungkan “probe” osiloskop ke rangkaian, sinyal tegangan akan
bergerak melalui probe ke sistem vertikal dari osiloskop. Gambar 6 adalah diagram
balok yang memperlihatkan bagaimana osiloskop analog menampilkan sinyal
terukur.

• Bergantung pada cara kita menyetel skala vertikal (kontrol volts/div), suatu
attenuator akan mengurangi tegangan sinyal atau sebaliknya suatu amplifier akan
memperkuat tegangan sinyal.

• Berikutnya, sinyal bergerak langsung ke plat pembelok vertikal dari CRT (chatode
ray tube). Tegangan yang diterapkan ke plat pembelok tersebut menyebabkan titik
sinar akan bergerak (suatu berkas elektron yang menumbuk fosfor di bagian dalam
CRT menyebabkan titik-titik sinar).

• Sinyal juga bergerak untuk men-trigger sistem start atau “sweep” horizontal.

• Sweep horizontal adalah istilah yang mengacu kepada aksi sitem horizontal yang
menyebabkan titik-titik sinar untuk bergerak pada layar.

• Pen-trigger-an sweep horizontal menyebabkan dasar waktu horizontal


menggerakkan titiktitik sinar pada layar dari kiri ke kanan dalam interval waktu
tertentu.

Gambar 6. Diagram balok dari osiloskop analog

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 94


• Secara bersama, aksi ayunan horizontal dan simpangan vertikal membekaskan
grafik sinyal pada layar.

• Trigger diperlukan untuk menstabilkan sinyal berulang.

• Ia akan menjamin bahwa ayunan akan dimulai pada titik yang sama dari sinyal
berulang, yang akan menghasilkan gambar sebagaimana pada Gambar 7.

Gambar 7. Pen-trigger-an untuk menstabilisasi gelombang berulang

Sebagai kesimpulan, untuk menggunakan osiloskop analog, dibutuhkan tiga setelan


(setting) dasar untuk mengakomodasikan sinyal yang akan diukur:

• Redaman atau amplifikasi sinyal: menggunakan kontrol volt/div untuk mengatur


amplitudo sinyal sebelum ia diproses oleh sistem defleksi vertikal;

• Dasar waktu: menggunakan kontrol sec/div untuk mengatur jumlah waktu per divisi
yang direpresentasikan secara horizontal pada layar;

• Pen-trigger-an osiloskop: menggunakan level trigger untuk menstabilisasi sinyal


berulang, sekaligus sebagai pen-trigger-an atas single event.

• Juga, pengaturan kontrol fokus dan intensitas agar didapatkan tampilan yang jelas
dan visibel.

3.2. Osiloskop digital

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 95


• Beberapa komponen pada osiloskop digital, serupa dengan yang ada pada osiloskop
analog; hanya saja, osiloskop digital mengandung sistem pemprosesan data
(Gambar 8).

• Dengan sistem tambahan tersebut, osiloskop digital mengumpulkan data untuk


seluruh bentuk gelombang dan menampilkannya kemudian.

• Ketika, kita memasang probe osiloskop digital ke rangkaian, sistem vertikal


mengatur amplitudo sinyal, sebagaimana pada osiloskop analog.

• Berikutnya, ADC dalam sistem akuisisi data akan mencuplik sinyal di titik-titik
diskret dalam waktu dan mengkonversi tegangan sinyalnya pada titik-titik tersebut
yang disebut titik-titik cuplik.

• Klok cuplik sistem horizontal menenentukan seberapa sering ADC mencuplik.

• Kecepatan ”detikan” klok disebut kecepatan cuplik dan terukur dalam jumlah
cuplikan per detik.

• Titik-titik cuplik dari ADC disimpan dalam memori sebagai titik-titik bentuk
gelombang.

• Secara bersama, titik-titik bentuk gelombang membangun satu rekaman bentuk


gelombang.

• Jumlah titik gelombang yang dibutuhkan untuk membangun satu gelombang


disebut panjang rekaman.

• Sistem trigger menentukan titik awal dan akhir dari rekaman.

• Penampil (display) akan menerima titik-titik rekaman sesudah disimpan di memori.

• Bergantung pada kemampuan osiloskop, pemprosesan tambahan dari titik-titik


cuplik adalah berperan dalam memperbaiki tampilan.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 96


Gambar 8. Diagram blok dari osiloskop digital

Pada dasarnya, dengan osiloskop digital, sebagaimana pada yang analog, dibutuhkan
pengaturan setelan vetikal, horizontal dan trigger untuk pengukuran suatu besaran.

4. Measurement Techniques

• This section teaches you basic measurement techniques. The two most basic
measurements you can make are voltage and time measurements.

• Just about every other measurement is based on one of these two fundamental
techniques.

• This section discusses methods for taking measurements visually with the
oscilloscope screen.

• Many digital oscilloscopes have internal software that will take these measurements
automatically.

• Knowing how to take the measurements manually will help you understand and
check the automatic measurements of the digital oscilloscopes.

4.1. The Display

• Take a look at the oscilloscope display.

• Notice the grid markings on the screen- these markings create the graticule.

• Each vertical and horizontal line constitutes a major division.

• The graticule is usually laid out in an 8-by-10 division pattern.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 97


• Labeling on the oscilloscope controls (such as volts/div and sec/div) always refers
to major divisions.

• The tick marks on the center horizontal and vertical graticule lines (see Figure 1)
are called minor divisions.

• Many oscilloscopes display on the screen how many volts each vertical division
represents and how many seconds each horizontal division represents.

• Many oscilloscopes also have 0%, 10%, 90%, and 100% markings on the graticule
(see Figure 1) to help make rise time measurements, described later.

Gambar 9. An Oscilloscope Graticule (Figure 1)

4.2. Voltage Measurements

• Voltage is the amount of electric potential, expressed in volts, between two points
in a circuit.

• Usually one of these points is ground (zero volts) but not always.

• Voltages can also be measured from peak-to-peak from the maximum point of a
signal to its minimum point.

• You must be careful to specify which voltage you mean.

• The oscilloscope is primarily a voltage-measuring device.

• Once you have measured the voltage, other quantities are just a calculation away.

• For example, Ohm's law states that voltage between two points in a circuit equals
the current times the resistance. From any two of these quantities you can calculate
Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 98
the third. Another handy formula is the power law: the power of a DC signal equals
the voltage times the current. Calculations are more complicated for AC signals,
but the point here is that measuring the voltage is the first step towards calculating
other quantities.

Figure 2 shows the voltage of one peak - V[p] - and the peak-to-peak voltage - V[p-p] -,
which is usually twice V[p]. Use the RMS (root-mean-square) voltage - V[RMS] - to
calculate the power of an AC signal.

Gambar 10. Voltage Peak and Peak-to-peak Voltage (Figure 2)

You take voltage measurements by counting the number of divisions a waveform spans on
the oscilloscope's vertical scale.

Adjusting the signal to cover most of the screen vertically, then taking the measurement
along the center vertical graticule line having the smaller divisions, makes for the best
voltage measurements.

The more screen area you use, the more accurately you can read from the screen.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 99


Gambar 11. Measure Voltage on the Center Vertical Graticule Line (Figure 3)

Many oscilloscopes have on-screen cursors that let you take waveform measurements
automatically on-screen, without having to count graticule marks.

Basically, cursors are two horizontal lines for voltage measurements and two vertical lines
for time measurements that you can move around the screen.

A readout shows the voltage or time at their positions.

Gambar 12. Measure Time on the Center Horizontal Graticule Line (Figure 4)
Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 100
Alat Ukur Sistem Komunikasi Serat Optik

Optical Time Domain Reflectometer

Optical Power Meter

Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik

OTDR (Optical Time Domain Reflectometer)


dan
Optical Power Meter

OPTICAL DOMAIN REFLECTOMETER (OTDR)

• OTDR merupakan salah satu peralatan utama baik untuk instalasi maupun
pemeliharaan link serat optik

• OTDR memungkinkan sebuah link diukur dari satu ujung.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 101


• OTDR dipakai untuk mendapatkan gambaran visual dari redaman serat optik
sepanjang sebuah link yang diplot pada sebuah layar dengan jarak digambarkan
pada sumbu X dan redaman pada sumbu Y.

• Informasi mengenai redaman serat, loss sambungan, loss konektor dan lokasi
gangguan serta loss antara dua titik dapat ditentukan dari display ini.

Pemakaian OTDR

Saat instalasi

OTDR dipakai untuk memastikan loss sambungan, konektor dan loss karena
tekukan atau tekanan terhadap kabel.

Dalam pemeliharaan

– Pengecekan periodik untuk memastikan tidak ada degradasi serat

– Melokalisir gangguan

Prinsip Kerja OTDR

• OTDR memancarkan pulsa-pulsa cahaya dari sebuah sumber dioda laser kedalam
sebuah Serat Optik.

• Sebagian sinyal-sinyal dibalikan ke OTDR, sinyal diarahkan melalui sebuah


coupler ke Detektor Optik dimana sinyal tersebut diubah menjadi sinyal listrik dan
ditampilkan pada layar CRT.

• OTDR mengukur sinyal balik terhadap waktu.

– Waktu tempuh dikalikan dengan kecepatan cahaya dalam serat digunakan


untuk menghitung jarak atau l = v x t/2

– Tampilan OTDR menggambarkan daya relatif dari sinyal balik terhadap


jarak.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 102


Beberapa parameter yang dapat diukur pada OTDR

• Jarak

Dalam hal ini titik lokasi dalam suatu link, ujung link atau patahan.

• Loss

Loss untuk masing-masing splice atau total loss dari ujung ke ujung dalam suatu
link.

• Atenuasi

Atenuasi dari serat dalam suatu link.

• Refleksi

Besar refleksi (return loss) dari suatu event.

Pengertian Backscatter

• Backscatter adalah bagian kecil dari Rayleigh Scatterring yang kembali ke


OTDR.

• Hal ini disebabkan adanya perubahan kecil pada indeks bias gelas yang terjadi
sepanjang link.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 103


Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 104
Dead Zone

• Dead Zone menentukan sampai berapa dekat OTDR dapat mengukur.

• Dead Zone adalah “blind spots” yang terjadi karena refleksi.

• Attenuation Dead Zone :

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 105


– Jarak dari awal refleksi ke titik di mana penerima dapat menerima pada 0,5
dB dari backscatter linier.

– Ini merupakan titik di mana OTDR dapat mengukur lagi redaman dan loss.

• Event dead zone adalah jarak dari awal refleksi ke titik di mana OTDR dapat
menerima 1,5 di bawah puncak refleksi.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan:

• Agar OTDR dapat bekerja dengan • Sebelum bekerja dengan OTDR


baik, harus dihindari lokasi sebagai
berikut : – Perhatikan spesifikasi teknik
yang dimiliki perangkat
– Vibrasi yang kuat
– Lakukan pembersihan terhadap
– Kelambatan yang tinggi atau
konektor (jumper cord)
kotor (debu)

– Dihadapkan langsung ke
matahari

– Daerah gas reaktif.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 106


Gambar tampak muka OTDR

Operasi OTDR

Dalam mengoperasikan OTDR, sebelum pengukuran perlu dilakukan pemilihan dan


pengetesan (setting) beberapa parameter meliputi :

 Setting IOR (indeks bias)

 Pemilihan panjang gelombang laser

 Pemilihan rentang jarak (distance range)

 Pemilihan lebar pulsa

 Setting Att

 On/Off laser

ContohPrint Out Hasil Pengukuran

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 107


Pengukuran loss sambungan

Pengukuran loss sambungan antar dua titik

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 108


POWER METER

Dipakai untuk mengukur total loss dalam sebuah link optik baik saat instalasi (uji akhir)
atau pemeliharaan

R edam an
D iu k u r d a la m s a tu a n D e c ib e l (d B )
• L o s s a ta u re d a m a n d in y a ta k a n :
L ( d B ) = P in ( d B m ) - P o u t ( d B m )
L ( d B ) = 1 0 L o g ( P in / P o u t )

O p t ic a l p o w e r m e a s u r e m e n t

Pengukuran Serat Optik Menggunakan Power Meter

Cara Kerja Power Meter

1. Peralatan

• Optical Power Meter

•  yang tepat

• Konektor yang tepat

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 109


• Jenis serat yang dapat diukur (SM/MM)

• Kalibrasi

• Optical Light Source

• Sumber cahaya stabil

•  yang tepat

• Jenis serat yang dapat diukur (SM/MM)

• Sumber laser / LED

• Daya keluaran cahaya yang cukup

• Pembersih Konektor

• Kapas / tissue

• Udara semprot

2. Rugi-Rugi Patch Cord

• Tiap patch cord yang akan dipakai harus di tes

• Hasil ukur patch cord dibandingkan dengan spek pabrik

• Bersihkan seluruh konektor sebelum pengetesan

Pengukuran Link Optik

Patch cord loss

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 110


Power meter test configuration

• Informasi pengukuran dipakai untuk menentukan optical link budget dan optical
margin

• Ada dua konfigurasi yang dapat dipakai :

– 1. End to End

– 2. Loop back

C. RANGKUMAN
 Osiloskop dapat dibedakan atas 2 jenis yaitu Osiloskop Analog dan Osiloskop
Digital.
 Suatu osiloskop analog bekerja secara langsung menggunakan tegangan terukur
untuk membangkitkan berkas elektron yang bergerak pada layar osiloskop.
 Berbeda osiloskop analog, osiloskop digital akan mencuplik (sampling) bentuk
gelombang dan menggunakan konverter-analog ke digital (ADC, analog to digital
converter) untuk mengonversi tegangan terukur ke informasi digital.
 Salah satu alat ukur khusus bidang telekomunikasi adalah alat ukur fiber optik.
Ada 2 jenis alat ukur optik yang dikenal yaitu OTDR (Optical Time Domain
Reflectometer) dan Optical Power Meter.

SOAL LATIHAN/ TUGAS

1. Berdasarkan data instrumentasi kabel optik yang ditunjukkan pada gambar di


bawah ini, hitunglah redaman kabel optiknya.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 111


2. Tuliskan kata Benar atau Salah pada tempat kosong di belakang setiap
pernyataan di bawah ini mengenai setting dasar pada Osiloskop.
a. Kontrol volt/div untuk mengatur frekuensi sinyal sebelum ia diproses oleh
sistem defleksi vertical. (........................)
b. Kontrol sec/div (time/div) untuk mengatur jumlah waktu per divisi yang
direpresentasikan secara horizontal pada layar. (........................)
c. Kontrol volt/div untuk mengatur amplitudo sinyal sebelum ia diproses oleh
sistem defleksi vertical. (........................)
d. Pen-trigger-an osiloskop: menggunakan level trigger untuk menstabilisasi
sinyal berulang, sekaligus sebagai pen-trigger-an atas single event.
(........................)

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 112


DAFTAR PUSTAKA

[1] W. D. Cooper, Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran, 1999, Erlangga,


Jakarta.
[2] B. L. Theraja dan A. K. Theraja, Handbook of Electrical Technology, 1999, S.
Chand, New Delhi.
[3] Handout kuliah pada
http://mujurrose.orgfree.com/alat_ukur_n_tek_pengukuran_aw10_11.htm

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran 113


Lampiran-1: Garis Besar Program Pengajaran

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

Nama Mata Kuliah : Alat Ukur dan Pengukuran


Kode Mata Kuliah : TT1211005 (D3)
Satuan Kredit Semester : 2 SKS, 2 jam
Penelaah Materi : Martinus Mujur Rose, S.T., M.T.

Deskripsi Singkat Mata Kuliah

Mata Kuliah Alat Ukur dan Pengukuran diberikan pada mahasiswa semester I Jurusan
Teknik Elektro, Program Studi Teknik Telekomunikasi, dan merupakan mata kuliah wajib
bagi mahasiswa dengan bobot 2 SKS. Mata kuliah prasyarat tidak ada karena semester I,
akan tetapi berkaitan erat dengan Mata Kuliah Rangkaian Listrik. Penyampaian melalui
tatap muka di kelas selama 2 jam per minggu dan diskusi satu kali pertemuan. Pembahasan
dimulai dari Pendahuluan, Pengukuran dan Kesalahan, Instrumen Penunjuk Arus Searah
(yang meliputi prinsip galvanometer, amperemeter DC, Voltmeter DC, Ohmmeter DC),
Instrumen Arus Bolak-balik, Osiloskop Analog dan Digital, Alat Ukur Elektronik, serta
pengenalan alat ukur khusus bidang telekomunikasi seperti Impedance Analyzer, Scalar
Network Analyzer, Power Meter, Frequency Counter, Spektrum Analyzer, SWR meter.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran Lampiran halaman 1


Lampiran-2: Rencana Pembelajaran Semester

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

No. SoalTest
Waktu (jam)
Minggu ke Aspek
Kompetensi Tujuan Pembelajarn
Pokok Bahasan dan
No (Capaian Pembelajaran) Kriteria Penilaian MetodePengajaran Pustaka
Sub.Pokok Bahasan
K P A Khusus

1 Bab I Pendahuluan
I Penjelasan dan 2 Memahami berbagai Mahasiswa dapat Ceramah dan 1, 2, 3
Persetujuan Kontrak pengertian/ definisi di menjelaskan berbagai Tanya jawab
Perkuliahan, dalam pengukuran pengertian/ definisi di

Pendahuluan dalam pengukuran
(Pengukuran dan
Kesalahan).
II Penjelasan mengenai 2 Memahami Mahasiswa dapat
angka-angka penting pentingnya menjelaskan
dan jenis-jenis mengetahui tingkat pentingnya mengetahui

kesalahan (galat). kesalahan dan tingkat kesalahan dan
penyebab kesalahan penyebab kesalahan
dalam pengukuran dalam pengukuran
III Penjelasan tentang 2 Memahami prinsip Mahasiswa dapat
Instrumen Penunjuk dasar dari instrument memahami prinsip
Arus Searah meliputi penunjuk arus searah dasar dari instrument
Galvanometer √ penunjuk arus searah
(Mekanisme
d’Arsonval) dan
Amperemeter DC.
2 Bab II Meter DC

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran Lampiran halaman 2


IV Penjelasan tentang 2 Memahami prinsip Mahasiswa dapat Ceramah dan 1, 2, 3
Voltmeter DC dasar dari instrument memahami prinsip Tanya jawab
√ √
penunjuk arus searah. dasar dari instrument
penunjuk arus searah.
V Penjelasan tentang 2 Memahami perlunya Mahasiswa dapat
Voltmeter DC √ √ alat ukur memahami perlunya
Multirentang Multirentang. alat ukur Multirentang.
VI Penjelasan tentang 2 Memahami prinsip Mahasiswa dapat
Ohmmeter DC dasar dari instrument memahami prinsip
√ √
Ohmmeter DC. dasar dari instrument
Ohmmeter DC.
VII Penjelasan lanjutan 2 Memahami prinsip Mahasiswa dapat
tentang Ohmmeter Tipe dasar dari instrument memahami prinsip
√ √
Shunt dan kalibrasi Ohmmeter Tipe Shunt. dasar dari instrument
Ohmmeter Tipe Shunt.
3 Bab III Meter AC
VIII Penjelasan tentang 2 Memahami prinsip Mahasiswa dapat Ceramah dan 1, 2, 3
Meter AC d’Arsonval. dasar dari instrument menjelaskan prinsip Tanya jawab
√ √ penunjuk arus bolak dasar dari instrument
balik. penunjuk arus bolak
balik.
IX Mid Test 1 2
X Penjelasan tentang 2 Memahami prinsip Mahasiswa dapat Ceramah dan 1, 2, 3
Penyearah Gelombang dasar Penyearah menjelaskan prinsip Tanya jawab
√ √
Gelombang dasar Penyearah
Gelombang
XI Penjelasan tentang 2 Memahami berbagai Mahasiswa dapat
Jembatan Arus Searah contoh Jembatan Arus menjelaskan berbagai
√ √
dan Pemakaiannya Searah contoh Jembatan Arus
Searah

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran Lampiran halaman 3


XII Penjelasan tentang 2 Memahami berbagai Mahasiswa dapat
Jembatan Arus Bolak- contoh Jembatan Arus menjelaskan berbagai
√ √
Balik dan Bolak Balik contoh Jembatan Arus
Pemakaiannya Bolak Balik
4 Bab IV Osiloskop dan
Alat Ukur Bidang
Telekomunikasi
XIII Penjelasan tentang 2 Memahami prinsip Mahasiswa dapat Ceramah dan 1, 2, 3
Osiloskop Analog √ √ kerja Osiloskop memahami prinsip Tanya jawab
Analog kerja Osiloskop Analog
XIV Penjelasan tentang 2 Memahami prinsip Mahasiswa dapat
Osiloskop Digital √ √ kerja Osiloskop memahami prinsip
Digital kerja Osiloskop Digital
XV Mid Test 2 2
XVI Pengenalan Alat Ukur 2 Memahami berbagai Mahasiswa mengenali Ceramah dan 1, 2, 3
Khusus Bidang jenis alat ukur khusus dan dapat Tanya jawab
Telekomunikasi Telekomunikasi (alat- menggunakan berbagai
alat ukur Lab. jenis alat ukur khusus
Frekuensi Tinggi, Telekomunikasi (alat-
Impedance Analyzer, alat ukur Lab.
Scalar Network Frekuensi Tinggi,
√ √
Analyzer, Power Impedance Analyzer,
meter, Frequency Scalar Network
Counter, Spektrum Analyzer, Power meter,
Analyzer, SWR meter, Frequency Counter,
Alat Ukur Optik) Spektrum Analyzer,
SWR meter, Alat Ukur
Optik)
XVII Diskusi tentang 2 Sharing pengalaman Mahasiswa dapat Diskusi 1, 2, 3
pengalaman √ √ √ menggunakan alat mengemukakan
menggunakan Alat ukur pengalaman

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran Lampiran halaman 4


Ukur. menggunakan alat ukur.

XVIII Lanjutan Pengenalan 2 Memahami berbagai Mahasiswa mengenali Ceramah dan 1, 2, 3


Alat Ukur Khusus jenis alat ukur khusus dan dapat Tanya jawab
Bidang Telekomunikasi Telekomunikasi (alat- menggunakan berbagai
alat ukur Lab. jenis alat ukur khusus
Frekuensi Tinggi, Telekomunikasi (alat-
Impedance Analyzer, alat ukur Lab.
Scalar Network Frekuensi Tinggi,
√ √
Analyzer, Power Impedance Analyzer,
meter, Frequency Scalar Network
Counter, Spektrum Analyzer, Power meter,
Analyzer, SWR meter, Frequency Counter,
Alat Ukur Optik) Spektrum Analyzer,
SWR meter, Alat Ukur
Optik)

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran Lampiran halaman 5


Lampiran-3: Biodata Penulis

BIODATA PENULIS 1

1  Nama Lengkap (dengan gelar)  Martinus Mujur Rose, S.T., M.T.
2  Jenis Kelamin  L
3  Jabatan Fungsional Asisten Ahli

4  NIP/NIK/Identitas lainnya 197412022008121002
5  NIDN 0002127405

6  Tempat, Tanggal Lahir Deri – Tana Toraja, 2 Desember 1974


7  E-mail mujurrose@yahoo.com
8  Nomor Telepon/HP 0813-22078970

9  Alamat Kantor  Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar – Palembang
10  Nomor Telepon/Faks  0711-353414 – 0711-355918
1. Dasar Transmisi dan Saluran Transmisi

2. Praktek Digital Signal Processing


11  Mata Kuliah yang Diampu 3. Sistem Komunikasi Bergerak

4. Praktek Komunikasi Data


5. Praktek Teknologi Multimedia

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran Lampiran halaman 6


BIODATA PENULIS 2

1  Nama Lengkap (dengan gelar)  Ciksadan, S.T., M.Kom.
2  Jenis Kelamin  L
3  Jabatan Fungsional Lektor Kepala

4  NIP/NIK/Identitas lainnya 1968 09071993031003


5  NIDN 0007096803

6  Tempat, Tanggal Lahir Cahaya Alam, 7 September 1968


7  E-mail ......................
8  Nomor Telepon/HP 0821-86422600

9  Alamat Kantor  Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar – Palembang
10  Nomor Telepon/Faks  0711-353414 – 0711-355918
1. Jaringan Telekomunikasi

2. Praktek Sistem Komunikasi Bergerak


11  Mata Kuliah yang Diampu 3.

4.
5.

Bahan Ajar - Alat Ukur dan Pengukuran Lampiran halaman 7

Anda mungkin juga menyukai