Anda di halaman 1dari 22

DRAFT PENUNTUN

PRAKTIKUM
BIOLOGI
ANALISIS SEMEN
SIKLUS ESTRUS
GAMBARAN GETAH SERVIKS

MODUL REPRODUKSI

DEPARTEMEN BIOLOGI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNUVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2019
%^unt
DRAFT PENUNTTIN
PRAKTIKTIM
BIOLOGI
ANALISIS SEMEN
SIKLUS ESTRUS
GAMBARAN GETAH SERVIKS

MODUL REPRODUKSI

DEPARTEMEN BIOLOGI KEDOKTERAN DAN


IMLINOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNUVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2017
BAB VI

-<

3" ANALISIS SEMEN

Berdasarkan ketentuan Badan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health

ization / WHO), pasangan suami-isteri dinyatakan tidak subur, jika dalam

ikahannya selama 2 tahun belum dikaruniai anak, walaupun telah melakukan


badan secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
' Ketidaksuburan dapat terjadi pada pihak suami atau dari pihak isteri, bahkan dari

kedua belah pihak. Jika pihak suami yang tidak subur, mungkin salah satu penyebabnya

adalah kualitas semen (air mani) suami yang kurang memenuhi syarat. Untuk
memastikan hal itu, maka suami dianjurkan untuk memeriksakan semennya ke
laboratorium yang melakukan pemeriksaan semen, misalnya di laboratorium Depertemen
Biologi Kedokteran, FKUI. Pemeriksaan semen merupakan pemeriksaan yang cepat,
relatif murah, dan cepat diperoleh hasil pemeriksaannya.

LATIHAN 11 : Analisis semen manusia

Tuiuan
Mempelajari kualitas semen yang mencakup jumlah sperma, motilitas sperma,
viabilitas sperrna, morfologi sperna, dan lain sebagainya

Sediaan

Berupa semen segar / basah berasal dari donor

49
Petuniuk
a. Disiapkan lebih dahulu alat-alat, seperti meja hitung Neubauer, gelas penutup,
stop watch, pipet, gelas ukur volume, kertas lakmus, larutan George, larutan
NaCl 0,9Yo , dan zat warna giemsa
b. Aduklah semen supaya homogen, kemudian dengan mikopipet diambil 0,5 - I ml
semen. Selanjutnya testeskan I- 2 tetes semen di atas gelas objek kering dan

.-,. bersih, lalu ditutup dengan kaca penutup dan agak ditekan sedikit supaya semen d.i.

bawah kaca penutup tersebut tersebar merata. Mula-mula sediaan diamati dengan
pembesaran lemah (objektif l0 x), kemudian dengan pembesaran sedang (40 x),
sesuai dengan parameter semen yang akan diamati. Dianjurkan mempelajari
(dibaca) kembali catatan kuliah saudara tentang analisis semen

Pelaiarilah
Lakukanlah penilaian/pengukuran mulai dari tugas pada butir a s/d f ,dan
gambarkan setelah saudara pelajari tugas pada butir g s/d i:
a. Motilitas sperma
b. Persentase gerak lurus sperma dan gerak tidak lurus (berkelok-kelok)

c. Viskositas semen
d. Jumlah sperma total per ejakulat

e. Jumlah sperma hidup (viabilitas) dan mati, masing-masing per mililiter

f. Volume dan pH semen


g. Morfologi sperma normal dan tidak normal
h. Perhatikan, apakah ada sel-sel lekosit, eritrosit, kristal, jamur, atau epitel dalam

semen

i. Perhatikan, apakah terdapat autoaglutinasi head to head, tail to tail atau head to

tail

50

U*
Pertanvaan
l. Jelaskan apakah kualitas semen merupakan satu-satunya penyebab kemandulan
pria ?

2. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang setnakin canggilr, apakah rnenurut anda

analisis semen sudah tidak diperlukan lagi atau nrasih diperlukan, apa komentar
saudara ?

LATIHAN 1l : Analisis semen manusia


Gambarkan:
Penentuan beberapa parameter dari sediaan semen segar nlaupun sediaan apus

semen yang diwarnai, gambarkan bentuk sperrna normal dan sperrna abnorrnal ( bentuk
kepala dan jumlah ekor )

l. Dari sediaan semen segar:


a. Motilitas sperma
b. Persentase sperma gerak lurus

c. Persentase sperma gerak berkelok - kelok

d. Sperma hidup per ml

e. Sperma mati per ml

f. Volume semen per ejakulat

g. pH semen
h. Viskositas semen

5l
2. Dari sediaan apus semen yang diwarnai

tl

Bentuk sperma normal

Bentuk sperma abnormal

52

I
252 APPENDIx 6 Record forms for semen and cervical mucus analyses

Name:
Code:
Date (day/month/year)
Collection ('1, at laboratory; 2, at home)
9ollgglqui4 e (hour : minute)
Sample delivered (hoqr : minute)
419!ysis begun (hour: minute)
Patient
Abstinence time (days)
Medication
Difficulties in collection
Semen
LreaJnent (e.g. bromelain)
Complete sample? (1, complete; Z, incomptete)
Appearance (1, no{nal; 2, abnormal)
Viscosity (1, normal; 2, aQnormal)
.Liquefac,tion (1, normal; 2, abnormat) (minutes)
Agglutination (1-4, A-E)
pH [>7.2]
l&lqte (ml)[>1.s]
Spqrrnelglge-- _ *-1----l
rotatnumner tro. per e;aarratetXbl
Concentration (106 per ml) [>15] ------=-- l
Enor (Y") if fewer than 400 cells counted
Vitality (% alive) [>58]
Total motile PR + NP e/o) [>40]
Progressive PR (%) [>32]
Non-progressive NP (%)
lmmotile lM (o/o)
Normalforms (7o) [>4]
Abnormal heads (%)
Abnorqal mid pieces (o/")
Abnormal plincipal pieces (%)
Excess residual cytoplasm (%)
Direct MAR-test lgG (o/d (3 or 10 minute)[<50]
Direct MAR-test lgA (%)(g or 10 minute) [<50]
Qir_e_c_Uq test lgG (% with beads) [<50]
Direct lB-tes!lgA (% with beads) [<50]
Non-sperm cells
Peroxidase-positive cells, colrcentration (106 per ml) [<1.0]
Accessory gland function
Zinc (pTgl per ejaculate) l>2.41
Fructose (pmol per ejaculate) [>13]
cr-Glucosidase (neutral) (m U/ejaculate) [>20]
Technician:
224 APPENDIX I Reference values and semen nomenclature

Conrmenl 5: Men whose semen characteristics fall below the lower limits given
here are not necessarily infertile; their semen characteristics are below the refer-
ence range for recent fathers-as are, by definition, those of 57o of the fertile men
who provided data used in the calculation of the reference range.

Comment 6: A man's semen characteristics need to be interpreted in conjunction


with clinical information.

Comnrent 7: There may be regional differences in semen quality, or differences


between laboratories; laboratories should consider preparing their own reference
ranges, using the techniques described in this manual.

Cotnment 8: Time to pregnancy is also affected by the female partners fertility


status.

Tablc A1 1 Lower reference limits (5th centiles and their 95% confidence inlervals) for semen charac-
teristics

Parameter Lower reference limit


Semen volume (ml) 1.5 (1.4-1.7)
Total sperm number (106 per ejaculate) 3e (33-46)
Sperm concentration (106 per ml) 1 s (12-16)
Total motility (PR + NP, %) 40 (38-42)
Progressive motility (PR, %) 32 (31-34)
Vitality (live spermatozoa, %o) 58 (ss-63)
Sperm morphology (normalforms, %) 4 (3.0-4.0)
Other consensus threshold values
pH >7.2
Peroxidase-positive leukocytes (106 per ml) <1.0
MAR test (motile spermatozoa with bound particles, %) <50
lmmunobead test (motile spermatozoa with bound beads, Zo) <50
Seminal zinc (pmol/ejaculate) >2.4
Seminal fructose (pmol/ejaculate) >13
Seminal neutral glucosidase (mU/ejaculate) >20
226 APPENDIX 1 Reference values and semen nomenclature

Table A1.3 Nomenclature related to semen quality

aspermia no semen (no or retrograde ejaculation)


asthenozoospermia percentage of progressively motile (PR) spermatozoa below the lower
reference limit
asthenoteratozoospermia percentages of both progressively motile (PR) and morphologically
normal spermatozoa below the lower reference limits
azoospermia no spermatozoa in the ejaculate (given as the limit of quantification for
the assessment method employed)
cryptozoospermia spermatozoa absent from fresh preparations but observed in a centri-
fuged pellet
haemospermia presence of erythrocytes in the ejaculate
(haematospermia)

leukospermia (leukocyto- presence of leukocytes in the ejaculate above the threshold value
spermia, pyospermia)
necrozoospermia low percentage of live, and high percentage of immotile, spermatozoa
in the ejaculate
normozoospermia total number (or concentration, depending on outcome reported). of
spermatozoa, and percentages of progressively motile (PR) and mor-
phologically normal spermatozoa, equal to or above the lower reference
limits
oligoasthenozoospermia total number (or concentration, depending on outcome reported). of
spermatozoa, and percentage of progressively motile (PR) spermato-
zoa, below the lower reference limits
oligoasthenoterato- total number (or concentration, depending on outcome reported). of
zoospermia spermatozoa, and percentages of both progressively motile (PR) and
morphologically normal spermatozoa, below the lower reference limits
oligoteratozoospermia total number (or concentration, depending on outcome reported). of
spermatozoa, and percentage of morphologically normal spermatozoa,
below the lower reference limits
oligozoospermia total number (or concentration, depending on outcome reported). of
spermatozoa below the lower reference limit
teratozoospermia percentage of morphologically normal spermatozoa below the lower
reference limit

"Preference should always be given to total number, as this parameter takes precedence over concentration.

Note: The suffix "spermia" refers to the ejaculate and "zoospermia" to the sperma-
tozoa. Thus, the following terms should not be used: asthenospermia, asthenotera-
tospermia, cryptospermia, oligoasthenospermia, oligoteratospermia, oligospermia,
teratospermia.
BAB VII

SIKLUS ESTRUS

Pada hewan mamalia golongan primata (semua jenis kera termasuk


manusia) dan dari golongan non-primata (sapi, kerbau, kuda, tikus, kambing dll)
,.sempunyai perilaku seksual (sexual behaviour), terutama pada semua organ reproduksi,
antara lain ovarium, uterus,vagina, dan mammae. Pada perilaku seksual, terjadi
perubahan yang berlangsung secara periodik atau siktik pada lapisan sel yang
menyusun organ reproduksi, sehingga kita mengenal siklus reproduksi pada semua organ

reproduksi, yaitu siklus ovarium, siklus estnts, siklus vagina, dan siklrts mammae.
Keempat siklus organ reproduksi tersebut terjadi secara serentak (bersama-sama). Siklus

reproduksi pada mamalia primata disebut siklus menstrt.tasi, sedangkan pada nramalia
non-primata disebut . siklus estrus (siklus birahi). Antara siklus menstruasi dan siklus
estrus terdapat banyak persamaan.

Pada siklus vagina, lapisan epitel dinding vagina mengalami perubahan-perubahan

secara siklik. Demikian pula perubahan-perubahan tersebut akan terjadi pada siklus
organ-organ reproduksi yang lain. Dengan mempelajari sediaan apus vagina (vaginal
smear), maka kita dapat mengetahui perubahan yang terjadi pada lapisan epitel dinding

vagina, sehingga fase-fase siklus estrus dapat diketahui dengan pasti, misalnya
menentukan masa subur/birahi.

LATIHAN Apus vagina mencit

Tuiuan
Mengenal dan mempelajari fase siklus estrus pada mencit.

53

r{
kering hapus vagina mencit

Petuniuk
fase estrus' fase
Siklus estrus mencit dibagi menjadi fase diestrus, fase proestrtts'
metestrus . Larnalya tiap fase tidak sama, rnisalnya fase
diestrus datt estrus relatif lebih
lebi-h lama' Setiap .ta.t€
cepat, sedangkan fase proestrus dan metestrus berlangsung
dapat dibedakan berdasarkan jumlah epitel berinti
(normal), epitel bertanduk' lekosit'

dan lendir (mukus).

Pelaiarilah
Dengan menggunakan perbesaran lemah dan sedang, carilah
dan gambarkan

semua fase pada siklus estrus mencit berikut ini:

L Proestrus (P)
epitel vagina
Merupakan fase anabolik artinya terjadi perbaikan kembali susunan
banyak; sel
melalui mitosis epitel berinti, sehingga jumlah sel epitel berinti cukup
menghilang'
epitel bertanduk mulaiterlihat di sana-sini, sedangkan sel lekosit
2. Estrus (E)
Fase ini didominasi oleh ePitel bertanduk yang bentuknya besar-besar tidak

beraturan (poligonal); sel ePitel berinti sudah sangat berkurag;


sedangkan sel

lekosit menghilang

3. Metestrus 1 (Ml)
epitel
Merupakan fase katabolik, artinya terjadi perubahan lagi berupa degenerasi
sudah
dinding vagina; sel epitel berinti mulai terlihat lagi; sel epitel bertanduk
dan sel-sel
berkurang, sedangkan sel-sel lekosit mulai banyak di sekitar sel berinti
epitel bertanduk

54

8,,
4, Metestrus 2 (M2')
Masih merupakan fase katabolik; sel epitel berinti mulai jarang ; sedangkan sel
epitel bertanduk sulit dijumpai atau sudatr menghilang ; jumlah lekosit mulai
berkurang dan letaknya di sekitar sel epitel berinti atau tersebar

5. Diestrus (D)
Sel epitel berinti jarang dan tersebar, scdangkan sel cpitcl bertanduk sulit
ditemukan.

Pertanvaan
1. Hormon apa yang berperan dalam siklus menstruasi atau siklus estrus ?

2, Terangkan mekanisme terjadinya menstruasi !

3. Dalam hal apa saja pengetahuan siklus estrus itu diperlukan ?

4, Apa yang dimaksud dengan desidua ?

5. Sebutkan fungsi plasenta !

55
Fl"

LATIHAN 12 : Siklus estrus tikus


Gambarkan:
Semua fase siklus estrus tikus dari sediaan apus vagina tikus

Fase proestrus Fase estrus

Fase metestrus I

Fase metestrus 2 Fase diestrus

56

u-
I nt er ctksi sP er ma-g etah s ertt i k

3.1 Pcndahuluan
stnlktur berotot tebal dengan
Servik uterus rnanttsia tnenrpakal stlattl
berrtuk.uuu.gy-gmelancipkearahmttltttservik.Mukosaendo.
yang rumit yang jika
servik ,.rrriurui suatu ,irt"* kripti kelenjar-kelenjar'
dikelompokkan mernberi kesan benttrk seperti
Kriptiterseuutyangterdiriataskantong.kantongepiteltorakmukosa
atau memanjang; dapat pula
servik dapat Ueraratr miring' metinung
bercabang ,*n;orok-ie bawah-tetapi tidak ada yang saling
mepyilang.
"i*
d*n" umur' penyakit dan
fit-ipti servik Lergantung pada
masa siklus menstruasi'
jenis sel sekresidengan sifat dan
Epitel rr*i[ t.rairi atas berbagai
bagian servik. Getah
jumlah granuia setresi yang u.J&uii berbagai
tersebut. Laju sekresi getah ryTk
servik t.rAi.iat* setrei aari sel*el
bergantungpadaaktivitassekresidankerentarranselsekresiterhadap
hormon dalam darah'
Hormonovariummengatursekresiq't'hservik.lT.beta'Estradiol
yang encer dalam jumlah
(estrogen) merangsang pembuatan mukus sel
besar. Progesteron (progestogtn) rntng*ib?l aktivitas sekresi
* *ilt JistrrJ mengikuti suatu siklus' Pada
ep itel. Ju rnrah ietah ry".S
wanitanonoalusiasuburdalalnpertengatrarrsikltts,setiapharinya
terbentuk500ml,danpadamasatainaarisiklusdapatsampailurang
dari lO0 !"ir.tii tecit *ir* endometrium, cairan tuba dan
getah servik'
p.iiu-"uiron folikel Jopo, diternukatr dalarn
mungkin "ri.
uterus dan servik serta lekosit
Selain itu sisa-sisa sel dari .pi,.r
mungkin diternukan juga'
Iffi #;:;il;;;A1ervrk1eruryP:.':T:.',::::::T't":1:
bb il:r# #i l;'ffiffi ;; : il
h r"-^,* emp ya i rat reorogi -
m un si

lontitt.nti;
lsISICnSI; dan feming'
ss"
spinnbarkeit'
DPll'l'r'sr^v'at t-^l^,
r -r --r --r^
Konsistensidipengontttiottttsusunanm:ltltt^9,Y9t-O:::tjl
*"Tff:ffi:, ,:;irufi;;iJ-*ik: ToTl*::j s.:* :T:
;iJ#Xi':;";i';"g' it r'! da ri s-ansa:-:f
[:l^:1"*".Tff ?
;il:'Slff 6ffi i""l'Il*:':d:iSl,l':T,f :::,g:H'"#;
rikru, tepar sebelum ontlasi. Menjelang
BfrT'H:l"pli."eir;,r
28
bcrakhinrya masa orulasi, keketrtalatr Betah servik strdah mulai
meningkat kernbali.
Spinnbokeit ialah istilah yang dipakai untuk menguraikal ciri
getah servik yang berserat, kemungkinatr terbenttrkDya beuang dan
elastisitasnya.
Ferning atau pembentukan strullur seperti daun paku lnengacu
kepada derajat dan pola yang tampak jika Betah servik dikeringkan di
atas permukaan kaca (Gambar 3.1)
Getah servik tnenlpakatr suattr hidrogel yang metnptt,ryai korn-
poncn 'kekentalan' tinggi dan kotnponen 'kekentalan' rendah yang
terdiri atas elektrolit, senl'awa organik dan protein yang lantt.
Kornponen 'kekentalan' tinggi tcrdiri atas sttatu jarittgan tnakro-
molekul musin yang rncmpengaruhi sifat reologi getah servik. Mtrsin
servik rnenrpakan suatu sistem serat dengarr strbttrrit yaug terdiri atas
suatu inti pcptida datt rantai sarnpirtg oligosakarida. Perubahan siklik
dalam susunan getah servik dapat mernpenganthi ketnamptlan sper-
ma merrernbttsnya dan bertahan hidup.
Getah servik mulai dapat diternbtrs oleh spenna rntrlai kira-kira
pada hari ke sernbilan siklus nonnaldan kemarnpttan ditetnbtts spenna
tersebut bertambah terus serta mencapai prtncaknya tepat sebelum
onrlasi. Kernudian penembusan sperma .mrrlai berkurang, bahkan
sebetum penrbahan besar dalarn sifat-sifat getah servik tarnpak.
Variasi datarn waktu dan derajat kernarnpttan ditembttsnya getatr
scrvik oleh spenna menttttjrrkkan variasi individual. Sperrna tnotil
dipandu oleh benang-benang getah servik in vivo rnencapai kripti
servik dan ditempat tersebut spenna dapat di timbttn tttrtttk kemttdian
ditepas secara larnbat ke dalarn uterus darl tuba fallopii.
Di barvah ini tertera sifat-sifat sirvik dan sekreulya :
(a,) dapat diternbtts spenna pada saat atau sekilar wal:tu ovulasi tetapi
mengharnbat pada saat diluar waktu tersebut @,1 melirrdungi spenna
terhadap tingkungan vagirra yarlgtidak rarnah ilan terhadap fagositosis,
(y' menarnbah keperluan energi spenla, (d) bersifat sebagai sarirrgan
(yaitu seleksi spenna berdasarkan rnotilitas yang berbeda: lihat
Mortimel dkk.. 1982: Katz, dkk., l99O), (e) merupakan tempat
menimbunsperma jangka pendek, (/ dapat menrpakan ternpat Pernulai
kapasitasi sperna.
Spcrma datam getah Pada setiaP saat berada dalam keadaan
tersuspcnsi dalarlr suatu medium cair. Interaksi antara sperma deogan
sekr€si saluran reproduksi perempuan sangat pelltitlg untuk daya
tahan hidup dan kernarnpuan fungsional spenna. Dewasa ini belum
ada metode yang praktis urrtuk penilaian penganrh cairan tuba dan
uterus terhadap spetrna, tetapi getah servik tersedia ttrrtuk diarnbil
sebagai siapan dan untttk pcnelitian. Dengan demikian penilaian
interaksi antnra sperna dan getah servik menlpaknn pcrneriksaan
yarg penting untuk dirnasrrkkan ke dalam suattt perneriks&ltr infer-
tilitas yarg lengkap.

29
E-7
3.2 Pcngumpulan ttan ;lcngawctan gctah scrvik

3.2.1 Tatacara Pe nguntPulan

Mtrlut luar
De'}ga1spckulurl vagina dibuka sehipgga servik tarnpak'
yang
,.^,it dibcrs ihkan deigan kapas turtuk' menghaptrs kotttatninasi
etldoservik dengan salqh
bcrasal dari vagina. Geiah servik diarnbil dari
satu tllctodc bcriktrt ini.
Cctah servik dapat discdot dettgan stlaltl setnprit
ttrberktrlin (tanpa'
jarurn), suatu sctrlprit tnukus, pipet' atatt tabtttrg polietilcn' Sedapat
diar,IQ!!; Jika.hat
inungkin kuatitas rnrrkus hanrs dinilai segera setelah
hanli=diawetkan
tersebut tidak rnungkin dilakukatt, maka mttktts
(lihat Bagiaii 3'2' 2).
scl, i,rgga da par dipe|ksa dalatn laboratoritrrn
penting
Ji[a gctah servik diktrrnprrlkan deugart isapan'. adalahpada
alat
untuk rnernbaktrkan cara di mana ada tekarlan pengisapan
pengumptrlan (sernprit, kateter, 9:U'l' Pengisapan
dimtrlai setelafi
servik.
li,,ig alat telali dirnastrkkan kira-kira I crn ke dalam salttran
ditarik' Tepat
Setai.lutnya, pe'gisapan dipertahanka' sewakttt alat
scbetum menarik atat oari-mtttttt luar servik,
tekanatr pengisapan
yang mel indtrngi-
dil epaskan. Kernudizur dianj u rkan rnenjepit kateter
atatt materi vagina
nya dari aktrrnulasi geiernbirng-geletnbung trdara
dari
Ortar., gerah servik y"ang terkuinltrl pada wakilrt alat dikeltrarkan
saluran servik.
Jikagetahservikyarrgdidapattidakcukttp'haikjutnlahataupun
kualitasnya.,nat.aproauksirryudoputdiperbanyakdenganpemberian
siklus selama l0
etinil esua aiotZO-iS pglhuiinunifrari kelirna suatu
hari. Getah servik dapal dikumpulkan setiap
wa$u, 7 sarnpai l0 hari
setelah pernberian eii*il estradiot. lutocara
i,.i akan rnenghasilkart
pendekata{ ini rntrng-
sekret getah servik yang lebih encer. walatlpun
kirrberhasildatanrpettgalnatattirrteraksispenna.getahserviksecara
sittrasi in vivo tttrtttk
in vitro, ini tidaklahir,.,i',U"titan gambaran utrtttk
pasangan infertil jika hormon tidak diberikan'

3.2.'2 Penyimpanan dan pengawetan

Getah servik dapat disimpan dalarn scmprit


tuberkulin, atau dalam
reaksi kecil yang ditutttp
tabung polietilerr kecil, atau dalarn tabung
den g* p.* * p Lu u ng atau kert as
parafin untuk mencegah dehidras i.
Perlu ai.iugu og- ttdara dalam temPat penyimpan seminimal
'bnfg"
mungkin.siapanharusdisirnpandalamlernariespadasuhu4oCuntuk
jangkawaktutidaklebihdari5[ari.Jikamungkjrr'siapangetahservik
harusoigt'nat<andalarn2haridaripcrrgtmpttlan,danintervalarrtarauji
pengumpulan dan penggunaan hanrs se-ialu dicatat.
uji reologi
dan

penernbttsanspennasebaikrryatidakdilakukanpadagetahyangsudah
dibektrkan ketnttdian dicairkan kernbali'

30
3.3 Pcnilaian gctah servik

Dalam penilaiarr sifat getah scrvik tennasuk pemcriksaan bpina-


barkeil', /erning' (kristtlisasi), konsistensi dan pH. Pada I .mpiran
XXI dapat dilihat contoh fonnut ir penc:ttatan uji pascastuiggarur yang
berisi cara rnemberi skor getah servik menunrt sistern yangdibuat oleh
Moghissi (1976), berdasarkan usularr asli dari Insler, dkk., (1972).
Skor maksimum urrtuk getah servik adalah t 5. Suatu skor yang lebih
besar dari l0 menrpakan petunjuk bahrva getah servik tersebut baik
dan mudah dipenetrasi olch spcnna, skor yang kururg dari l0
mcnrpakan pctunjuk bahrva getah servik tersebtrt tidak baik. Pcrnberian
skor berdasarkan voltrrne getah servik yang dikumpulkan @agian
3.3.1) dan enrpat variabel (Bagian 3.3.2 sarnpai 3..3.5) yaug
rncnguraikan ciri dan nrpa. pH tidak diurasukkarr di dalaln skor total
gctah servik.

3. -1. I Yolutrrc

Volunre diskor sebagai berikut :

0=0 ml
I = 0,1 ml
2=O,2 rnl
3=0,3 rnl atau lebih

3.12 Konsislensi

Korlsister$i getah servik rnerupakat faktor portiug yang mernpcnganrhi


peuetrasi spenna. Getah seri,ik masa tengah siklus rnudah diternbus
.tctapi getah servik yang 'kental' seperti pada fase luteal menrpakarr
hatnbatan yang lebih sulit diternbus. Sisa sel dan lckosit dalam g,etah
scrvik mengharnbat migrasi speina..Endoservisitis yang luas dialggap
bcrhubungan de[gan pcurinlnan fertilitas.
Konsistensi diskor sebagai berikut:
0 = mukus tebal; sangat 'kental', prd-meostntasi.
I = rnukus kikeltalan antara.
2 = nrukus agak 'kentatl
3 = rnukus encer, sedikit kentai, pertengahan siklus (pra-ovulasi).

3.3.3 'Fcrning'

'Fenring' (garnbar3. l) diskorrnelalui pertgarnatan bebernpa lapangan


sckitar siapan dan dirlyatakan sebagai 'fcnring' tingkat tertinggi yang
ruerupakan siapan tipikal nreuunrt definisi sebagai berikut:
0 : tidak ada kristalisasi
I = 'Feming' atipikal
2 = 'Fenring'dengan ponbentukal taugkai prirner dan Sekunder
3 = 'Fenring'dengan penrbentukan tangkai tersier dan kuartener.

3l
c.lrbd l.l.
Codoti &i rd-lll-r
f.mi.la Fdr trhh
'.ttl
Fng r.rinsdi ud.n di d.t
r.c. obyck (Fmb.r.nn
I r). ,.nit (Grnint d.P.(
oo
.rn.r b.rhrisi t .gintut$
Fd.. nirlnF t.t b.lt r
rir9.n .uurunl.h tcl Fr{
.d.. S.l.h it'a ratu ibFn
d.F( mdu.iuklln l.bh
d.ri r.tu bh.P t mina:
t.d.n8-l.d.nt !.mu.
r.tBp r.miryd;iqrP.i Fd.

(.) sko. I rcr"in8,: ..


hryt.i pri'E'i b. t ii*.i
*k6d.ric-tt tslri ra6.r.
d lrlsl. i tur.t n.r.
O) s.b.trn b.5{ trrtd.i
p.im.r d!n r. ntl. i
kkvo&.(rtd 2). iuea .d.
!.b.ghn t rtl'i tdta.(
(c) Ktirt.li..ti rGrnihg
.t itrl (tkot l)
(d) Td.l .d. bilbli:.ti
(!lo. o).St uttw bo.d.,
b..dindin3 tcb.l .drllh

3.3.1 'Spinnbarkeit'

Suatu kaca tutup dilckatkan pada gaah servili atau kaca


obyck lain disilangkan ke kaca obyek yang ada gctahscrvk
kemudian dengan perlahan-lahan diangkat. Panjang bcnang
getah servik yang tcrbentuk diukur dalam sentimetcr dan
diskor sebagai bcrikut:
0 : <lcm.
I = l-4cm.
2 = S-Ecm.
3 = 9 crn atau lebih.
32
r
.ra,,l

7 .t
; ,'i,ii

3.3.5 Susunan sal

Perkiraanjttrnlahlekositdarrsel-sellaindalarngetahservikdilaktrkan
padapernbesarafl400xftadang-kadarrgdisebtrttapangurparrdangan
dibahas pada Lannpiran
kuat atau ipkl Kalibrasi Uaer"att LPK baku
xxlll.Fatctorkottversiadalahl0sel/LPKsatnadengarr500sel/rrunl
(yaitu p"r rliun,ut 100 mrn kedilarnan baku.
I,i berdasarkan peng-
gullaalrlensaoktrlerberlapanganlebardengandialnetercelah20tnm.
Tingkat skor utttuk scl-sel adalalt :
. 0 = > 20 sel/LPK atatl
> 1000 sel/rntnr

33
I= ll -20seULPK atau 501 - 1000 seVmm'
2= I - lO seULPK atau I - 500 seUmm!
I
3= 0 sel
3.3.6 pH
pH getah servik dapat diukur dengan kertas pH yang mempunyai
kisara.n pH 6,4 - 8,0 iu situ atau segecr setelah peugarnbilan. Jika pH
diukur in situ, rnaka perlu dipertutikan bahwa pengukuran dilakukan
secara benar, karena pH getah eksoservik selalu lebih rerrdah daripada
gctah endoservik, harus diusahakan agar tidak terjadi koutaminasi
i"ngu sekresi vagina yang *e,.pr,,yai pH yaiig bei'3ifat asam.
Spenna rentan terhadap penrbahan pH geta-h servik. Getah yang
asanr akatt ntcrnbttal spenna kehilartgart gerak, sedangkan pH lindi
akau rnenrpcrktrnt rnotilitas. Jika getah servik yang terlalrr lirldi (pH
lcbih bcsa r dari 8,5) dapat mellyebabkan daya tahan spenna rnenttrun.
pH yang optirrrtutr urttuk spcnna berinigrasi dall bertaharr hidtrp dalarn
gctah servik iatah atttara 7,0 dan 8,5 yaitu nilai yang mentpakatr
kisarau rronnal pH getah servik pada pertengalun siklus. Walaupun
dcrnikian spcnrra dapat jtrga mclakukan penetnbttsan pada pH antara
6,0 dan 7,0.
Dalarn beberapa kasus gctah servik murlgkin lebih bersifat asam.
Hal ini dapat disebabkan olch sekrct abrortrul atau ada irrfcksi bakteri
(corrtoh: Lactobacilltls). Penetnttatt dernikian jangan diasumsikan
scbagai karya matrusia.

3.4 Inleraksi sparnn-gatah servik

Gctah servik dapat dipctretrasi oleh spennaftanya dalam masa singkat


dari siklus. Getah yartg mendapat penganrh cstrogen mempenntrdah
pcnetrasi. JarlS,ka waktu geuih servik dapat ditelnbus sperma berbeda
pada berbagai perenrpuan dan pada perempuanyang samajugadapat
berbcda dari siktus sattt ke siklus tain. Oleh karena itu rvaklu optimal
bagi pcnctrasi spentu perlu ditenlukan secara tersendiri untuk setiap
orang.

3.4. I llji in vivo (uji poscasanggama)


3.4. l.l Penenluan v'aklu

Setiap uji pasc<1san8,garn:r hanrs dilakukarl sedekat rnungkin dengan


waktu ovtrlasi yang diterttttkan dengatr kriteria klinik yaitu parjrng
siklus yang lazitn, suhu basal ttrbuh, perttbaharr sifat getah servik,
sitologi vagina datr, apabila rnurrgkin, perneriksaalr oestrogen plasma
dau urin dan petneriksaan ovari dengan ultrasouografi. Pasangan yang
akan dipcriksa dinrinta tidak tnelakukan sltrggarna dua hari sebelum
hari.akan dilakukan uj i. Penting bagi laboratoriutn urltuk menilai getah
scrvik pada rvaktu briu sesudalr sanggama. Hal itrihanrs diliksanakan
dalant kunrtt wakltl arltara 9 sarnpai 24 jatn (Larnpiran XXI).

34
t 'a
' .,
!|

AnimolAgriculture Journol, Vol. 7. No. 1, 2072, haloman 7g4

Gambaran Tipologi Ferning Sapi Jawa Brebes

Gambaran tipologi mikroskopik ferning yang telah diamati di bawah


mikroskop tidak terlihat dengan jelas karena gambaran yang diperoleh tidak
semuanya menyerupai seperti pakis dari 13 sapi Jabres yang diamati, berbeda
denganferninglendir serviks dari tiap sapi-sapi bangsa lainnya.

Ilustrasi 4. Gambar Ferning Berdasarkan Periode Berahi yang Berbeda


rt
.l

t9

Tabel 4.

Tabel 4. Penilaian Ferning

Skor Definisi Gambaran


I tidak ada ferning yang
terbentuk (tidak ada
kristalisasi, merupakan
struktur yang berdinding
tebal berupa gelembung
udara)

2 Ferning ada, akan tetapi


kecil dan tersebar (terdapat
kristalisasi yang hanya
batang primer)

Pembentukan ferning yang


terdiri dari batang primer,
sekunder dan tersier
(ferning menutup kurang
dari setengah bidang
pandang)

4 Pembentukan ferning yang


terdiri dari batang primer,
sekunder dan tersier
(ferning menutup lebih dari
setengah bidang pandang)

5 Pembentukan ferning yang


terdiri dari batang primer,
sekunder dan tersier dan
kuartener (ferning menutup
lebih dari 75%o dari luas
bidang pandang)

6 Pembentukan ferning
menutup dan hanya terdapat
yang bidang panjang
(pembentukan daun pakis
berupa batang primer,
sekunder, tersier dan
kuarter)

Anda mungkin juga menyukai