Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah “ Gangguan Sistem
Gerak Pada Manusia”. Penulisan makalah ini adalah salah satu tugas dan
persyaratan untuk mata kuliah Anatomi Fisiologi di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Mulawarman .
A. Latar Belakang
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak
dapat diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh
bagian dari tubuh makhluk hidup. Makhluk hidup akan bergerak bila aka
impuls atau rangsangan yang mengenai sebagian atau seluruh bagian
tubuhnya. Pada hewan dan manusia dapat mewakili pengertian gerak secara
umum dan dapat dilihat dengan kasat mata/secara nyata. Gerak pada manusia
dan hewan menggunakan alat gerak yang tersusun dalam sistem gerak.
Alat-alat gerak yang digunakan pada manusia dan hewan ada 2 macam
yaitu alat gerak pasif berupa tulang dan alat gerak aktif berupa otot. Kedua
alat gerak ini akan bekerja sama dalam melakukan pergerakan sehingga
membentuk suatu sistem yang disebut sistem gerak.
Tulang disebut alat gerak pasif karena tulang tidak dapat melakukan
pergerakannya sendiri. Otot disebut alat gerak aktif karena otot memiliki
senyawa kimia yaitu protein aktin dan myosin yang bergabung menjadi satu
membentuk aktomiosin.
Dengan memiliki aktomiosin ini maka otot mempunyai sifat yang
lentur/fleksibel dan mempunyai kemampuan untuk memendekkan serabut
ototnya (pada saat kontraksi) dan memanjangkan serabut ototnya (pada saat
relaksasi/kembali pada posisi semula).
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
Mengetahui bagian-bagian sistem gerak pada manusia
Mengetahui fungsi dari setiap bagian sistem gerak pada manusia
Mengetahui bagian-bagian sendi
Mengetahui kelainan yang dapat menyerang sistem gerak pada manusia
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
b. Lordosis: kondisi dimana tulang belakang bagian punggung
membengkok ke depan. Ini terjadi bila kita sering duduk membengkok
ke depan.
4. Gangguan mekanik, terjadi karena jatuh atau terkena benda keras, dapat
berakibat:
a. Memar sendi: selaput sendi sobek.
b. Urai sendi: lepasnya tulang persendian.
c. Fraktura (patah tulang): umumnya terjadi pada tulang pipa.
d. Fisura (retak tulang), dapat diperbaiki oleh periosteum dengan
membentuk kalus.
3
3. Hernia abdominal : apabila dinding otot abdominal (bagian perut) sobek
pada bagian yang lemah. Akibatnya usus menjadi melorot ke bawah
masuk kedalam rongga perut.
4. Kelelahan otot : terjadi karena otot terus menerus melakukan aktivitas
dan pada puncaknya terjadi kram atau kekejangan.
5. Stiff : terjadi karena peradangan otot trapesius leher akibat kesalahan
gerak, sehingga leher menjadi sakit dan terasa kaku jika diherakkan.
6. Tetanus: merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi kejang
karena toksin bakteri tetanus (Clostridium tetani) yang masuk ke dalam
luka.
7. Distrofi otot: merupakan penyakit kronis pada otot sejak anak-anak,
diduga merupakan penyakit genetis (bawaan)
8. Miestenia gravis adalah melemahnya otot secara berangsur-angsur
sehingga menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.
4
C. Cara mengatasi kifosis berdasarkan tingkat keparahannya
Dokter perlu mengetahui terlebih dulu jenis kifosis yang dialami oleh penderita.
Setelah itu, tindakan penanganan baru dapat diterapkan berdasarkan tingkat
keparahannya.
Berikut adalah beberapa cara atau metode yang dapat yang dilakukan untuk
menangani kifosis:
Kifosis postural yang bersifat ringan dapat diatasi dengan olahraga, perbaikan
postur, dan fisioterapi. Selain memperbaiki bentuk tulang belakang, cara ini juga
bermanfaat memperkuat otot-otot punggung.
Keluhan ini bisa diatasi dengan obat pereda nyeri, tapi Anda perlu berkonsultasi
dulu dengan dokter.
5
2. Menggunakan penyangga punggung
Cara ini efektif untuk mengatasi kifosis Scheuermann pada anak-anak dan remaja.
Penyangga punggung memungkinkan tulang belakang untuk tumbuh sambil tetap
menjaga bentuknya agar tidak melengkung.
Alat ini mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman saat digunakan pertama kali,
tapi anak-anak masih akan bisa menjalani aktivitasnya.
3. Operasi
Tindakan operasi biasanya hanya dilakukan untuk mengatasi kasus kifosis yang
amat parah.
Kifosis ringan sebenarnya dapat dicegah sedini mungkin dengan menjaga postur
tubuh yang benar. Jadikan ini sebagai kebiasaan agar tulang belakang tumbuh
dalam posisi yang normal.
Apabila kifosis merupakan bawaan lahir, maka orangtua perlu aktif memantau
perkembangan tulang belakang anak. Berkonsultasilah dengan dokter untuk
menentukan cara yang paling efektif guna mengatasi kifosis.
6
Pencegahan Nyeri Otot
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasn tersebut kami dapat menyimpulkan bahwa :
Sistem gerak merupakan bagian dari tubuh yang mempunyai fungi utnuk
menggerakkkan seluruh bagian tubuh sesuai dengan bagiannya.
Bahwa sistem gerak terdiri dari alat gerak aktif dan alat gerak pasif.
Alat gerak pasif terdiri dari tulang dan bagian-bagiannya,
sedangkan alat gerak aktif berupa otot-otot yang secara
aktif menggerakan tulang yang ada di seluruh tubuh.
Berdasarkan bentuknya dan ukurannya, tulang dapat
dibagi menjadi beberapa penggolongan:
a. Tulang panjang, yaitu tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai,
dan kaki (kecuali tulang-tulang pergelangan tangan dan kaki). Badan tulag
ini disebut diafisis, sedangkan ujungnya disebut epifisis.
b. Tulang pendek, yaitu tulang-tulang pergelangan tangan dan kaki.
c. Tulang pipih, yaitu tulang iga, bahu, pinggul, dan kranial.
d. Tulang tidak beraturan, yaitu tulang vertebra dan tulang wajah.
e. Tulang sesamoid, antara lain tulang patella dan tulang
yang terdapat di metakarpal 1-2 dan metatarsal 1.
B. Saran
Perlu sekali pengenalan sistem gerak ini diterapkan dalam mata kuliah
Anatomo Fisiologi, karena ini sangat berguna untuk menambah wawasan
serta pengetahuan mahasiswa terhadap pentingnya sistem gerak pada
manusia.
8
DAFTAR PUSTAKA