Biokim 2 Uji Protein
Biokim 2 Uji Protein
BIOKIMIA PANGAN
Dibuat oleh:
Dohan Dwisetyo (01034180066)
Felicia Dewi Christina Pua (01034180071)
Marcelli Young (01034180067)
Vanessa Octavia (01034180050)
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui reaksi antara asam
amino dan protein terhadap reagen-reagen tertentu.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Protein
Protein adalah makromolekul yang disusun oleh asam amino melalui
ikatan peptida dan banyak terdapat pada sel makhluk hidup. Berdasarkan
bentuknya, protein dapat dibagi menjadi dua yaitu protein serat dan protein
globular. Protein serat memiliki rantai polipeptida yang tersusun dalam lembaran
panjang sedangkan protein globular memiliki rantai berlipat secara rapat sehingga
menyerupai bentuk bulat. Berdasarkan fungsi biologisnya, protein dapat
diklasifikasikan menjadi enzim, protein kontraktil, protein struktural, protein
transpor, hormon, antibodi, protein simpanan, dan protein pelindung (Awwaly,
2017).
2
kuat untuk mengetahui adanya keberadaan asam a-amino. Dan jika bereaksi
dengan asam a-amino pada pH 4 hingga 8 akan terbentuk warna biru ungu
(Suprapta, 2014). Berikut merupakan reaksi uji Ninhidrin :
Gambar 2.2
Sumber: Suprapta (2014)
Reagen yang digunakan pada uji Ninhidrin adalah reagen Ninhidrin.
Reagen ini bersifat oksidator kuat. Pembentukan senyawa kompleks berwarna
ungu bisa terjadi karena dekarboksilat oksidatif dari asam amino dengan ninhidrin
menghasilkan produksi ninhidrin tereduksi, CO dan NH . Kemudian terjadi reaksi
2 3
antara ninhidrin tereduksi dengan molekul ninhidrin lainnya dan dengan molekul
NH yang dibebaskan (Putra, 2013). Berikut merupakan struktur pereaksi
3
Ninhidrin :
Gambar 2.3
Sumber : Putra (2013)
Sampel yang dapat bereaksi dengan ninhidrin membentuk warna biru-
ungu yaitu aspartam, glisin, sistein dan juga asam a-amino lainnya kecuali prolin
3
dan hidroksiprolin karena kedua asam amino ini tidak memiliki asam a-amino.
Aspartam dapat membentuk warna biru-ungu karena aspartam terdiri dari ikatan
asam aspartat dan fenilalanin, ketika dipanaskan kedua ikatan tersebut lepas dan
membentuk asam amino bebas yang mampu diidentifikasi oleh ninhidrin. Dan
juga pada sampel MSG mampu membentuk warna ungu ketika dipanaskan
membentuk amino bebas sedangkan prolin dan hidroksiprolin tidak dapat
membentuk warna ungu melainkan menghasilkan senyawa kuning (Sumantri,
2013).
mengetahui adanya unsur belerang pada suatu protein. Reaksi ini dapat dilakukan
4
dengan penambahan timbal asetat dan basa. Reaksi Pb-asetat dengan asam-asam
amino tersebut akan membentuk endapan berwarna kelabu, yaitu garam PbS.
Penambahan NaOH dalam hal ini adalah untuk mendenaturasikan protein
sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-asetat
membentuk PbS. Dapat diketahui bahwa kasein dan sistein mengandung unsur S
dalam molekulnya. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan warna pada sistein yang
menjadi hitam bening dan terbentuk endapan hitam serta pada kasein yang
berwarna putih keruh kehitaman yang mengindikasikan adanya timbal sulfida
yang berwarna hitam (Page, 2008).
5
reaksi antara dengan larutan asam maupun basa. Hal ini dapat disebut sebagai ion
zwitter yang terjadi ketika protein berada pada keadaan larutan yang berbeda
seperti dalam air, asam, ataupun basa.
Akan tetapi sifat ini belum tentu bisa menentukan bahwa protein mudah
larut. Perbedaan daya larut protein sangat mempengaruhi sehingga bisa membuat
adanya gumpalan pada larutan. Koagulasi atau penggumpalan adalah keadaan
protein yang rusak akibat pemanasan sehingga menghasilkan penggumpalan atau
pengerasan karena menyerap air pada proses tersebut (Makfoeld, 2018). Namun
sifat biologi dan aktivitas protein tidak berubah.
Protein dapat dikoagulasi dengan beberapa metode seperti metode
pemanasan, metode asam, dan metode enzim (Naga, et. al. 2010). Contohnya jika
protein ditambahkan dengan etanol, protein akan menggumpal. Koagulasi ini
terjadi karena etanol menarik air yang berada di sekitar molekul protein.
6
BAB III
METODE KERJA
larutan Pb-asetat 5%, larutan 6M NaOH 10%, larutan 6M HNO , dan larutan
3
sampel.
7
3. Jika tidak ada warna yang terbentuk, CuSO ditambahkan maksimal 10
4
tetes. Terbentuknya warna ungu atau ungu terang menandakan hasil positif.
reaksi.
2. Tabung reaksi diinkubasi dalam water bath selama 3 menit.
3. Warna yang terbentuk diamati.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Etanol larut
B NaOH larut
HCL larut
Air larut
Etanol tidak larut sempurna
C NaOH larut
HCL larut
Air larut
Etanol larut
Dapat dilihat pada tabel 4.2, sampel A, B, dan C terlarut dalam pelarut
NaOH. Sampel B dan C terlarut dalam pelarut HCL sedangkan pada sampel A
tidak larut dan terdapat gumpalan putih hampir di seluruh larutan. Sampel A, B,
dan C terlarut dalam pelarut air. Dan sampel A, dan C larut dalam pelarut etanol
sedangkan sampel B tidak larut sempurna dalam pelarut etanol. Berdasarkan teori,
dapat diketahui bahwa sampel A adalah kasein karena dalam pelarut HCL, sampel
A membentuk gumpalan putih di seluruh larutan, B adalah albumin karena tidak
larut dalam etanol, dan C adalah aspartam karena sampel C larut dalam pelarut
etanol.
10
7 - bawah bening atas biru
8 - bening
11
4.5 Uji Xantoproteat
Tabel 4.5 Hasil Uji Xantoproteat
Xantoproteat 1 - bening
2 - bening
3 - bening
4 + endapan warna kuning
5 - bening
6 - bening
7 + endapan warna kuning
8 + kuning
12
BAB V
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Awwaly, Khothibul Umam Al. 2017. Protein Pangan Hasil Ternak Dan Aplikasinya.
Malang: UB Press.
B. D., Prasanna., Sathyanarayana N Gummadi, Praveen V. Vadlani. 2016. Biotechnology
and Biochemical Engineering. Downtown Road: Springer.
Basu, Pallab. 2016. Biochemistry Laboratory Manual. Kolkata: Bimal Kumar Dhur of
Academic Publisher.
Brändén Carl-Ivar, and John Tooze. 2009. Introduction to Protein Structure. New York,
NY: Garland Pub.
Dubey, R. C. 2014. Advanced Biotechnology: For B.Sc. and M.Sc. Students of
Biotechnology and Other Biological Sciences. New Delhi: S Chand.
Indrawan, Muhammad Rasyid., Risna Agustina, Loade Rijai. “Ekstraksi Gelatin dari
Kaki Ayam Broiler Melalui Berbagai Larutan Asam dan Basa Dengan Variasi
Lama Perendaman.” J. Trop. Pharm. Chem, vol. 3, no.4 (2016): 313-321.
Makfoeld, D. 2008. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Naga, W. S., Adiguna, B., Retnoningtyas, E. S. 2010. Koagulasi Protein Dari Ekstrak Biji
Kecipir Dengan Metode Pemanasan. Jurnal Widya Teknik, Vol. 9, No. 1 (2010) :
1-11
Page, D.S. 2008. Prinsip-prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Putra, Anggi Rio. 2013. Uji Aktivitas Hemaglutinasi Lektin Biji Jatropha Multifida L
pada Penderita Kanker, Malaria, dan Demam Berdarah serta Implementasinya
pada Pembelajaran Menggunakan Video. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Putri, Ariza Abu Bakar., Yuliet, Jamaluddin. “Analisis Kadar Albumin Ikan
Sidat (Anguilla marmorata dan Anguilla bicolor) dan Uji Aktivitas Penyembuhan
Luka Terbuka pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus).” Galenika Journal of
Pharmacy, vol. 2, no. 2 (Oktober 2016): 90-95.
Satyanarayana, U., and U. Chakrapani. 2013. Biochemistry. New Delhi: Elsevier.
Sumantri, Abdul Rohman. 2013. Analisis Makanan. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta.
Suparno, Teddy. 2019. Arthropoda Herbivora: Interaksinya Dengan Metabolit Sekunder.
Deepublish.
Suprapta, Kadek Anggra. 2014. Identifikasi Asam Amino Pada Albumin Sampel Dan
Telur Unknown. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha .
Suprayitno, Eddy, and Titik Dwi Sulistiyati. 2017. Metabolisme Protein. Malang: UB
Press.
14