Makalah Suhu New
Makalah Suhu New
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
bimbingan-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Keperawatan Dasar yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Suhu”.
Makalah ini disusun untuk menjelaskan tentang konsep dasar suhu dan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan suhu, diajukan demi
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan
dan pengetahuan mengenai konsep dasar suhu dan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan suhu.
Tim penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh semua
manusia dan kebutuhan tersebut essensial agar seseorang dapat bertahan hidup. Dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya, manusia dapat memenuhi secara mandiri ataupun
dengan bantuan orang lain. Terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
seseorang menentukan tingkat kesehatan seseorang dan posisinya dalam rentang sehat-
sakit.
Kebutuhan dasar manusia menurut teori hirarki Abraham Maslow terdiri atas
kebutuhan fisiologis, keselamatan dan rasa aman, rasa cinta, harga diri, dan aktualisasi
diri. Teori hirarki merupakan teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami
kebutuhan dasar manusia ketika mengaplikasikan asuhan keperawatan. Berdasarkan
pada tingkatan pada teori hirarki maslow, pemenuhan kebutuhan dasar manusia diawali
dengan pemenuhan kebutuhan fisiologis yang meliputi kebutuhan oksigen dan
pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makan, kebutuhan eliminasi
urine, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan aktivitas, kebutuhan kesehatan
temperatur tubuh, dan kebutuhan seksual.
Suhu merupakan kebutuhan dasar manusia yang penting setelah kebutuhan
aktivitas. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara suhu yang ada di dalam tubuh dan
suhu di lingkungan, hal ini akan mengganggu sistem yang berkaitan dengan kebutuhan
suhu tersebut.
Perawat memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia
salah satunya adalah memenuhi kebutuhan temperatur tubuh atau suhu bagi klien.
Perawat yang paling dekat dan paling lama berada di sekitar klien sehingga perawat
lebih mengetahui mengenai kondisi klien. Dalam hal ini, perawat diwajibkan
membantu klien dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini diperlukan untuk
mengantisipasi faktor risiko yang menyebabkan ketidakseimbangan suhu.
Oleh karena itu, kebutuhan dasar suhu harus diperhatikan dan terpenuhi selama
dilakukan perawatan. Hal ini menarik minat penulis untuk membahas dan menyusun
makalah mengenai pemenuhan kebutuhan suhu bagi klien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut.
C. Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan suhu pada individu yang normal.
b) Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai sebagai
berikut.
1. Mahasiswa menguasai pemenuhan konsep kebutuhan dasar suhu.
2. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
pemenuhan kebutuhan suhu.
BAB II
Pengaruh lain pada suhu tubuh normal mencakup ovulasi, melahirkan dan
metabolisme individual. Tabel 2.1 berisi kisaran suhu normal untuk orang dewasa (yang
disebut sebagai afebris atau tanpa demam). Lama waktu sensor suhu untuk memperoleh
hasil pemeriksaan yang akurat pada area tubuh yang berbeda juga disebutkan.
Berikut rata - rata ukuran suhu tubuh normal berdasarkan kelompok usia:
Demam intermiten adalah suhu yang berganti-ganti antara demam dan normal atau
kurang dari normal.
Demam remiten adalah suhu yang meningkat beberapa derajat di atas normal dan
kembali ke normal atau yang mendekati normal.
1. Termometer Elektronik
1. Oral (mulut)
Pengukuran suhu oral mengukur suhu di arteri lingualis atau di bawah lidah.
Pengukuran ini lebih akurat dibandingkan dengan pengukuran aksila dan
pengukuran rektal. Jika seorang klien baru saja meminum air dingin atau panas
atau baru saja merokok tunggu samapai 15 menit sebelum pemeriksaan suhu oral.
Mengunyah permen karet dan tembakau tanpa asap juga dapat mempengaruhi suhu
oral. Jangan gunakan metode pengukuran suhu peroral pada pasien yang tidak
sadar, konfusi (bingung), tidak kooperatif atau tidak bertanggung jawab atas
tindakan mereka, yang mengalami kejang aktif, dan pada bayi atau anak-anak.
Rasional: semua klien ini dapat secara tidak sengaja menggigit termometer
tersebut.
Metode oral juga dikontraindikasikan pada klien yang sering mencoba bunuh
diri. Mereka yang baru menjalani pembedahan oral atau yang mengalami cedera
pada hidung atau mulut mereka yang mengalami kondisi yang mengharuskan
bernafas melalui mulut agar mendapatkan oksigen.
Rasional: Individu harus mampu mempertahankan area sublingual tetap tertutup
saat suhu diukur.
Gambar. 2. Pengukuran suhu oral mengukur suhu di arteri lingualis atau di bawah
lidah (Sumber:google.com)
2. Rektal (anus)
Suhu rektal dapat digunakan untuk klien yang tidak sadar atau setelah klien
menjalani bedah mulut. Namun, pengukuran arteri timpanik atau temporalis lebih
sering digunakan. Suhu rektal dikontraindikasikan setelah prosedur bedah rektal
(dan sering kali setelah bedah vagina) dan dalam kondisi seperti diare, kolitis, atau
kanker rektum.
3. Aksila (ketiak)
Suhu aksila meliputi suhu yang paling bawah keakuratannya karena
permukaan kulit di area aksila mungkin tidak membentuk sekat yang ketat. Metode
aksila sering kali digunakan untuk menyelamatkan bayi yang baru lahir, untuk
klien lain, ukur suhu aksila hanya jika kondisi tidak memungkinkan atau tidak
menginginkan pengukuran suhu tubuh dilakukan dengan metode lain.
3.1 Pengkajian
Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data-data. Tahap pengkajian terdiri atas : pengumpulan
data, analisa data, merumuskan masalah, analisa masalah.
a) Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa,
status perkawinan, tanggal masuk, diagnose medis.
b) Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien untuk datang ke rumah sakit adalah
demam dan kulit bercak-bercak merah.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan klien merasa demam dan mengatakan sudah demam
selama 3 hari dan kulit bercak-bercak merah ,klien merasa haus dan lemas.
d) Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit seperti ini.
e) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang mengalami
penyakit seperti ini.
f) Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi, baik obat – obatan maupun makanan.
g) Pola kebiasaan
1. Nutrisi dan metabolisme frekuensi jenis, pantangan, nafsu makan berkurang,
dan nafsu makan menurun.
2. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang–kadang klien mengalami diare /
konstipasi.
3. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing sedikit /
banyak, sakit / tidak.
4. Tidur dan istirahat. Klien sering mengalami kurang tidur karena tidak nyaman
dengan badan yang terasa panas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
berkurang.
5. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang.
6. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sedikit sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
f) Pemeriksaan fisik head to toe meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
dari ujung rambut sampai ujung kaki.
1. Keadaan Umum
Penampilan: Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital: TD = 110/70 mmHg
RR = 24 x/menit
N = 94 x/menit
S = 38 ̊ C
2. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak ada ketombe, tidak ada kotoran pada kulit
kepala, pertumbuhan rambut merata, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan.
3. Wajah
Warna kulit wajah: kemerah-merahan.
4. Kulit
Turgor kulit menurun, teraba hangat, tidak ada lesi, tidak terjadi edema, tidak
terjadi perdangan.
5. Penglihatan / Bola Mata
Bola mata simetris, pergerakan bola mata normal, reflex pupil terhadap
cahaya normal, kornea bening, konjungtiva anemis ada, selera ada ikterik,
ketajaman penglihatan normal.
6. Penciuman / Hidung
Bentuk simetris fungsi penciuman baik, tidak ada peradangan, tidak polip.
7. Pendengaran / Telinga
Bentuk daun telinga simetris, letaknya simetris, tidak ada peradangan fungsi
pendengaran baik. tidak ada serumen, tidak ada cairan.
8. Mulut
Bibir berwarna pucat, mukosa bibir kering, gigi bersih, gusi tidak berdarah,
tonsil tidak radang, lidah tidak kotor, fungsi pengecapan baik, Mucosa mulut
merah jambu, tidak ada stomatitis.
9. Leher
Benjol/ masa tidak, tidak nyeri tekan, pergerakan leher (ROM): bisa bergerak
fleksi, rotak tidak, later fleksi tidak, hiper ekstension tidak,tenggorokan: ovula
simetris, kedudukan trachea normal, gangguan bicara tidak ada.
10. Pernafasan/ Dada
Bentuk dada simestris, pergerakan dinding dada simestris, tidak ada irama
pernapasan seperti : tidak teratur, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi, tidak
ada nyeri tekan pada dada.
11. Abdomen
Bentuk simetris, datar, nyeri tekan pada epigastrik tidak, peningkatan
peristaltic usus tidak, nyeri tekan pada daerah suprapubik tidak, ada oedem
dibagian perut kanan atas.
12. Sistem Reproduksi
Radang pada genitalia eksterna tidak, lesi tidak ada, pengeluran cairan tidak
ada.
13. Ekstremitas Atas/Bawah
Tidak ada pembatas gerak, tidak, ada oedem, verises tidak ada, tromboplebitis
tidak ada, nyeri kemerahan tidak ada, tanda – tanda infeksi tidak ada.
Pengelompokkan Data
DO:
3.2 Diagnosis
Diagnosa Keperawatan menurut NANDA (2017) yang berkaitan dengan
Termoregulasi yaitu:
1. Risiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan:
Pakaian tidak sesuai
Cedera sistem saraf pusat
Paparan terhadap lingkungan (panas/ dingin)
Kerusakan sistem termoregulasi
2. Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan:
Imaturitas
Perubahan fisiologis penuaan
Cedera sistem saraf pusat
Suhu lingkungan
3. Hipertermia yang berhubungan dengan :
Peningkatan laju metabolik
Pakaian tidak sesuai
Paparan terhadap lingkungan yang panas
Tidak dapat berkeringat
Medikasi
Aktivitas banyak dan berat
Proses infeksi (disebabkan oleh bakteri/ virus).
3.4 Implementasi
3.4.1 PENGUKURAN SUHU
A. Mengukur Suhu Tubuh Mealui Oral
Mengukur suhu tubuh menggunakan termometer yang dimasukkan ke mulut.
Tujuan
Mengkaji suhu tubuh klien untuk menentukan tindakan keperawatan dan
membantu menegakkan diagnosis.
Persiapan Alat
Nampan berisi:
1. Termometer raksa atau termometer digital siap pakai.
2. Bengkok.
3. Larutan sabun, disenfektan, air bersih.
4. Kertas tisu.
5. Sarung tangan.
6. Buku catatan dan alat tulis.
Prosedur pelaksanaan
1. Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien
2. Beritahu klien tentang prosedur yang akan dilakuakn dan tujuannya.
Mengurangi ansietas klien.
3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
Mencegah transmisi mikroogranisme.
4. Minta klien untuk membuku mulut.
5. Letakkan termometer dibawah lidah klien dalam kantung sublingual lateral ke
tengah rahang bawah (gambar 3.1).
Panas dari pembuluh darah superfisial dibawah lidah menghasilkan pembacaan
suhu.
6. Minta klien untuk menahan termometer dengan mengatupkan bibir, dan hindari
menggigit termometer. Jika klien tidak dapat menahan termometer. Jika klien tidak
dapat menahan termometer dalam mulut, pegang termometer.
Mempertahankan posisi termometer yang tepat. Termometer yang pecah dapat
mencederai mukosa mulut dan menyebabkan keracunan merkuri.
7. Biarkan termometer didalam mulut selama 2—3 menit untuk termometer raksa
atau hingga termometer terdengar alarm dan angka terbaca pada termometer
digital.
8. Keluarkan termometer dengan hati-hati.
Tindakan yang hati-hati mencegah klien mengalami ketidakyamanan.
9. Bersihkan termometer menggunakan tisu dengan gerakan memutar dari pangkal
ke ujung, kemudian buang tisu.
Mencegah kontak antara mikroorganisme dengan tangan pemeriksa. Begian
pangkal termometer adalah area paling sedikit terkontaminasi dan bagian ujung
adalah area yang paling terkontaminasi.
10. Baca hasil pemeriksaan dengan melihat angka yang ditampilkan pada
termometer digital atau kolom raksa pada termometer raksa.
11. Bersihkan termometer.
Gambar 3.1 meletakkan termometer oral disamping frenulum di bawah lidah
(Kozier, B. 2000. Fundamental of nursing).
12. Kembalikkan ketinggian raksa ke titik terendah untuk termometer raksa atau
termometer digital agar kembali ke kondisi awal kemudian simpan pada
tempatnya.
13. Cuci tangan.
14. Dokumentasikan dalam catatan perawatan.
Perhatian:
1. Jika klien baru saja mengkonsumsi makanan atau minuman yang
panas atau dingin, merokok, atau melakukan kegiatan yang
melelahkan, tunggu selama 20—30 menit selbelum melakukan
pengukuran.
2. Untuk mencegah bahaya yang mungkin terjadi, pengukuran suhu
tubuh melalui oral tidak boleh dilakukan ada bayi, anak-anak, klien
yang tidak sadarkan diri, atau klien yang gelisah.
3. Pastikan termometer raksa dalam keadaan kering ketika
mengembalikannya ke skala awal dan hindari menyentuh bemda
keras agar tidak pecah.
4. Pembacaan skala harus dilakukan dalam posisi termometer sejajar
dengan mata. Putar termometer ke arah Anda hingga kolom raksa
terlihat jelas untuk menghindari hasil pembacaan yang salah.
Prosedur Pelaksanaan
Tujuan
Persiapan Alat
Nampan berisi:
Prosedur Pelaksanaan
Tujuan
Persiapan Alat
1. Larutan sabun.
2. Larutan disinfektan 5%
3. Air bersih
4. Kertas tisu
5. Termometer bekas pakai
6. Bengkok
Prosedur Pelaksanaan
1. Sambil memegang termometer dengan tangan kiri, ambil tisu dan basahi
dengan larutan sabun.
2. Bersihkan termometer menggunakan tisu tersebut dengan gerakan memutar
dari pangkal ke ujung.
3. Buang tisu bekas pakai ke dalam bengkok.
4. Rendam termometer di dalam larutan disinfektan 5% selama 3 menit.
5. Keringkan termometer menggunakan tisu dari pangkal ke ujung. Buang tisu
bekas pakai.
6. Masukkan termometer ke dalam air bersih.
7. Keringkan termometer menggunakan tisu dengan gerakan memutar dari ujung
ke pangkal. Buang tisu bekas pakai.
8. Kembalikan ketinggian raksa ke titik terendah untuk termometer raksa atau
atur termometer digital agar kembali ke kondisi awal, kemudian simpan pada
tempatnya.
9. Cuci tangan.
c) Cuci tangan di air mengalir dengan sabun dan dikeringkan dengan handuk
f) Beri kesempatan pada pasien atau keluarganya untuk bertanya jika ada yang
kurang jelas.
3.5 Evaluasi
Semua evaluasi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan respons
aktual pasien terhadap hasil yang diharapkan dari rencana keperawatan. Setelah
semua intervensi, perawat mengukur suhu pasien untuk mengevaluasi perubahan.
Selain itu, perawat menggunakan tindakan evaluatif lain seperti palpasi kulit dan
pengkajian nadi dan respirasi. Jika terapi efektif, suhu tubuh akan kembali ke batas
normal, tanda-tanda vital yang lain akan stabil dan pasien akan menyatakan rasa
nyaman.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Kozier, dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.
Kusyati, Eni, dkk. 2016. Keterampilan & Prosedural Laboratorium Keperawatan Dasar, Ed.
2. Jakarta: EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.