Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai hamba Allah yang bernama manusia, tabiat kita yang paling
menonjol adalah “nisyan”(lupa). Dalam ungkapan Arab disebutkan,
“Sumiyal insanbinib syaanihi” (manusia dinamakan insan karena
kelupannya). Dari lupa terjadi alpa, dan dari alpa lahirlah dosa.
Maka, dapat dipastikan tiada manusia yang sempurna, karena setiap
orang mempunyai kesalahan di hadapan Allah, dan kelemahan merupakan
salah satu ciri dasar manusia. Kelemahan manusia ini jika ditambah dengan
lemahnya kemauan untuk menjadi baik sangatlah berbahaya.
Dalam pembahasan makalah kali ini, kita akan membahas tentang
ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan ‘Kelemahan Manusia’, kami
akan mencoba menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan kelemahan
dan kekurangan manusia dalan kehidupan sehari-hari karen adi dunia ini
tidak ada manusia yang sempurna.
Dengan adanya pembahasan ini kita sebagai generasi muda islam
supaya lebih mengenal, memahami dan mempelajari ulumul Qur’an, karena
dengan mempelajari ilmu Al-Qur;an ini, kita akan lebih mengetahui siapa
diri kita dan bagaimana kita seharusnya, agar tidak tersesat dalam menjalani
kehidupan ini.

B. Rumsan Masalah
1. Surat apa saja yang membahas tentang kelemahan-kelemahan
manusia ?
2. Bagaimana tafsir ayat-ayat tersebut ?
3. Bagaimana sifat manusia dalam Al-Qur’an

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Surat yang membahas tentang kelemahan-
kelemahan manusia
2. Untuk mengetahui tafsir ayat-ayat tersebut
3. Untuk mengetahui sifat manusia dalam Al-Qur’an

2
BAB II

PEMBAHASAN

KELEMAHAN MANUSIA

A. Q.S. An-Nahl ayat 78

َ‫ار َو االَ ْفئِدَاة َ ال لَ َعلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُر ْون‬


َ ‫ص‬ َ ‫ش ْيئًا ال َو َج َع َل لَ ُك ُم ال‬
َ ‫س ْم َع َو االَ ْب‬ ُ ُ‫َّللاُ ا َ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن ب‬
َ َ‫ط ْو ِن ا ُ َّم َهاتِ ُك ْم الَ ت َ ْعلَ ُم ْون‬ َّ ‫َو‬

Artinya :

“Dan Allah mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar
kamu bersyukur.”

Pada Q.S. An-Nahl : 78 diterangkan bahwa manusia ketika dilahirkan


pertama kali awalnya tidak mengerti apa-apa dan kondisinya sangat lemah sehingga
membutuhkan orang lain untuk menolongnya seperti dokter, bidan, perawat, dan
orang tua kita. Pada ayat tersebut Allah menegaskan bahwa sejak manusia lahir
telah dibekali tiga kemampuan dasar, yaitu pendengaran, penglihatan, dan hati
nurani. Ketiga bekal tersebut agar manusia dapat mengembangkan sesuai dengan
petunjuk Allah dalam Al-Quran sehinga dapat menjadi manusia yang sempurna
yang dapat mengemban tugas sebagai khaifah di bumi dengan baik.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:


1. Mengingat kembali kekurangan di masa lalu dapat menghidupkan kembali
semangat manusia untuk bersyukur. Oleh karenanya, kita diperintahkan untuk
menengok masa lalu agar selalu bersyukur.
2. Rasa syukur sejati akan nikmat mata, telinga dan akal adalah dengan menuntut
ilmu. Karena Allah berfirman, "Kalian tidak mengetahui, Aku yang
memberikan mata, telinga dan akal agar kalian bersyukur, yakni tuntutlah
ilmu."

3
1. Tafsir Shafwatut Tafasir
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun”; Allah mengeluarkan kalian dari rahim ibu tanpa
kalian tahu apa-apa sama sekali . “Dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”; Allah menciptakan untuk kalian
indera–indera yang denganya kalian mendengar, melihat, dan berpikir supaya
kalian bersyukur kepada-Nya atas nikmat dan memuji-Nya.
2. Tafsir Atthabarwi
Dalam ayat ini terdapat ajakan untuk mengembangkan potensi edukasi yang
kita miliki, dengan mengembangkan potensi-potensi yang kita miliki maka kita
akan lebih bersyukur kepada Allah dengan segala kemurahan-Nya. Maksud
ayat ini adalah, Allah mengajari kalian apa yang sebelumnya tidak kalian
ketahui, yaitu sesudah Allah mengeluarkan dari perut ibu kalian tanpa
memahami dan mengetahi sesuatu apa pun. Allah mengkaruniakan kepada
kalian akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan yang
buruk. Allah membuka mata kalian untuk melihat apa yang tidak kalian lihat
sebelumnya, dan memberi kalian telinga untuk mendengar suara- suara
sehingga sebagian dari kalian memahami perbincangan kalian, serta memberi
kalian mata utuk melihat berbagai sosok, sehingga kalian dapat saling
mengenal dan membedakan. َ ‫ َواأل ْف ِئدَة‬maksudnya adalah hati yang kalian
gunakan untuk mengenal segala sesuatu, merekamnya dan memikirkannya
sehingga kalian memahaminya.
ْ َ ‫’‘لَعَلَّ ُك ْمت‬agar
Lafadz َ‫ش ُك ُرون‬ kamu bersyukur’’, maksudnya
adalah kami berbuat demikian pada kalian, maka bersyukurlah kalian kepada
Allah atas hal-hal yang dikaruniakan-Nya kepada kalian, bukan bersyukur
kepada tuhan-tuhan dan tandingannya. Janganlah kalian menjadikan sekutu-
sekutu bagi Allah dalam bersyukur, karena Allah tidak memiliki sekutu dalam
melimpahkan nikmat-nikmatnya kepada kalian.

4
B. Q.S. Al-Ma’arij ayat 19-27

)22( َ‫صلِين‬ َ ‫) ِإ َّال ْال ُم‬21( ‫سهُ ْال َخي ُْر َمنُوعًا‬َّ ‫) َوإِذَا َم‬20( ‫ش ُّر َج ُزوعًا‬ َّ ‫سهُ ال‬َّ ‫) إِذَا َم‬19( ‫سانَ ُخلِقَ َهلُوعًا‬ ِ ْ ‫إِ َّن‬
َ ‫اْل ْن‬
َ‫) َوالَّذِين‬25( ‫وم‬ ِ ‫) ِللسَّائِ ِل َو ْال َمحْ ُر‬24( ‫) َوالَّذِينَ فِي أَ ْم َوا ِل ِه ْم َح ٌّق َم ْعلُو ٌم‬23( َ‫ص ََلتِ ِه ْم دَائِ ُمون‬ َ ‫الَّذِينَ ُه ْم‬
َ ‫علَى‬
ِ ‫) َوا َّلذِينَ ُه ْم ِم ْن َعذَا‬26( ‫ِين‬
َ‫ب َر ِب ِه ْم ُم ْش ِفقُون‬ ِ ‫ص ِدقُونَ ِبيَ ْو ِم الد‬
َ ُ‫( ي‬27)

”Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir(19). Apabila ia


ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah(20); dan apabila ia mendapat kebaikan, ia
amat kikir(21), kecuali orang-orang yang mengerjakan salat(22), yang mereka itu
tetap mengerjakan salatnya(23), dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia
bagian tertentu(24), bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak
mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)(25), dan orang-orang yang
mempercayai hari pembalasan(26), dan orang-orang yang takut terhadap azab
Tuhannya(27).”

1. Tafsir Shafwatut Tafasir


Allah menjelaskan watak manusia yaitu sangat tamak untuk mengumpulkan
harta benda. “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir”;
manusia berwatak asli keluh kesah, tidak sabar terhadap musibah dan tidak
bersyukur atas nikmat. Ulama tafsir berkata, “yakni sangat tamak dan sedikit
sabar”. Yang dimaksudkan adalah manusia secara umum. Buktinya, ada
pengecualian selanjutnya. Kemudian Allah menjelaskan dengan firman:
“apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah”; jika dia ditimpa sesuatu yang
dia benci berupa kemelaratan, sakit atau ketakutan, dia sangat mengeluh dan
banyak mengeluh serta putus asa. “dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir”; jika dia memperoleh kebaikan berupa kekayaan, kesehatan dan rezeki
melimpah, dia sangat kikir dan bakhil. Jika ditimpa kemelaratan dia tidak sabar
dan jika diberi kekayaan oleh Allah, dia tidak berinfak. Ibnu kiisan berkata,
“Allah menciptakan manusia cenderung mencintai apa yang menyenangkanya
dan menghindar lari dari apa yang dia benci”.
Namun Allah menyuruhnya beribadah, menginfakkan apa yang di sukai dan
bersabar atas apa yang dia benci.“kecuali orang-orang yang mengerjakan
shalat”; Allah mengecualikan orang yang shalat dari kalangan manusia yang

5
memiliki sifat mengeluh kikir. Ini dikarenakan, shalat mendorong mereka hanya
sedikit mempedulikan urusan duniawi, sehingga mereka tidak mengeluh jika
tertimpa keburukan dan tidak kikir ketika memperoleh kebaikan. “yang mereka
itu tetap mengerjakan shalatnya”; mereka senantiasa menunaikan shalat dan
tidak ada hal yang mengganggu dalam hal itu. Itu disebakan jiwa mereka jernih
dari keruhnya kehidupan karena mereka mengharap anugrah Allah. “ dan orang-
orang yang dalm hartanya tersedia bagian tertentu”; didalam harta mereka
terdapat bagian khusus yang diwajibkan Allah, yaitu zakat.
“Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-
apa (yang tidak mau meminta)”; yakni untuk orang miskin yang meminta-minta
dan orang miskin yang enggan meminta-minta, sehingga dia disangka kaya. Ini
senada dengan firman Allah, “orang yang tidak tahu menyangka mereka orang
kaya karena memelihara diri dari meminta-minta”. (Al-Baqarah:273) “dan
orang-orang yang mempercayai hari pembalasan”; mereka beriman kepada hari
perhitungan dan pembalasan serta meyakini kebenaran terjadinya hari itu dengan
keyakinan kuat tanpa tercampur oleh kebimbangan dan keraguan. Karena itu,
mereka memeprsiapkan diri denga amal-amal shaleh.”dan orang–orang yang
takut terhadap adzab Tuhanya”; mengkhawatirkan dirinya dari siksa Allah.
Mereka mengharapkan pahala dan takut siksa.
2. Tafsir Attarbawi
”Sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan keluh kesah”. Allah
menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan melengkapinya
dengan sifat yang unggul. Keunggulannya dibandingkan seluruh makhluk
sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan intelektualnya yang khas dalam
berpikir dan memahami, dan kesiapannya untuk belajar dan mengembangkan
budaya tidak perlu dipertanyakan lagi. Menurut Al-Dhahhak, manusia disini
khusus orang kafir. Dalam ayat-ayat yang menjadi materi
pengecualian (mustatsna) atau yang menjadimukhashshish dari keumuman
lafal al-Insan tersebut. Kelompok manusia yang pertama
menjadimukhashshish adalah orang-orang yang mendirikan sholat (al-
mushallin), dimana sholat merupakan pembeda pokok antara seorang Muslim

6
dengan seorang Kafir. Jadi, jika pendapat al-Dhahhak ini diikuti, maka tafsiran
ayat ini adalah “sesungguhnya orang kafir diciptakan dalam keadaan bersifat
keluh kesah”. Mafhum mukholafahnya adalah, orang Islam yang mendirikan
sholat tidaklah bersifat demikian.
Maksud dari kata “Halu’a” (Keluh Kesah) yaitu, menurut Ibnu Kisan
menafsirkan ayat ini dengan ; “Allah menciptakan manusia dengan sifat selalu
menyukai perkara-perkara yang menyenangkan, dan selalau tidak menyukai
perkara-perkara yang tidak menyenangkan. Tidak mau memberikan sesuatu
yang disenanginya dan tidak sabar atas sesuatu yang dibencinya.”
Ayat berikutnya yaitu : Al-Syarr ‘kejelekan’, ‘kesusahan’, ‘kerugian’,
adalah sesuatau yang dibenci dan sangat tidak dikehendaki oleh manusia.
Sedangkan Al-Khair ‘kebaikan’, ‘kesenangan’, ‘keuntungan’, merupakan
sesuatu yang dikehendaki dan diinginkan oleh manusia. Namun demikian suka
atau tidak suka, keduanya yang sangat bertentangan itu merupakan bagian dari
realitas kehidupan manusia yang mesti dihadapi secara bijaksana. Kebaikan,
kesenangan, dan keuntungan yang merupakan bagian dari anugerah Allah
hendaknya diterima dengan hati penuh syukur kepada-Nya dan menjauhi segala
larangan-larangan-Nya. Sebaliknya, keburukan, kesusahan, dan kerugian,
hendaknya disikapi dengan jiwa yang penuh kesabaran dan ketabahan disertai
tawakal kepada-Nya.
”Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, Yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya”. Ini adalah ayat yang mentakhshish keumuman lafal al-
Insan. Artinya, bahwa orang-orang yang tetap mengerjakan sholat tidak
termasuk manusia yang menolak kebaikan dengan tidak mensyukurinya dan
menyesali kejelekan dengan tidak sanggup bersikap sabar menghadapinya.
Orang yang selalu mendirikan sholat memiliki hubungan dan ketergantungan
vertikal yang sangat kuat kepada Allah SWT. dan akan selalu memposisikan
kebaikan dan keburukan yang menimpanya sebagai batu ujian keimanan,
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anbiyaa ayat 35 :

7
”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan
Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.”
Klausa da-imun dalam ayat diatas menegaskan bahwa shalat yang akan
menetralisir manusia sebagai mahluk yang berkeluh kesah adalah sholat yang
dilakukan secara terus menerus. Dalam bahasa Arab, da-imun berarti
mengerjakan sesuatu secara terus menerus dan tidak pernah berhenti. Jadi, shalat
da-im ialah shalat yang dilaksanakan selamanya dan tanpa henti. Shalat da-im
maksudnya melaksanakan dan mengaplikasikan ruh dan nilai-nilai dari ajaran
ritualitas shalat kedalam gerakan hidup sehari-hari sejak bangun pagi hingga
beranjak tidur.
Menurut penjelasan dari ayat diatas, bahwa orang yang setia melaksanakan
shalat dan berusaha menerapkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari
adalah orang yang tidak akan berkeluh kesah menghadapi sesulit apapun
kehidupan ini.Kelompok orang yang tidak akan mengalami keluh kesah, yaitu
(1) orang-orang yang memberikan sebagian hak kekayaannya kepada fakir
miskin, (2) orang-orang yang membenarkan akan datangnya hari pembalasan,
(3) orang-orang yang merasa takut akan siksaaan Allah, (4) orang-orang yang
memelihara kemaluannya selain kepada istri-istrinya, (5) orang-orang yang
memelihara amanat, (6) orang-orang yang selalu memberikan kesaksian yang
benar.
Dikatakan juga bahwa shalat ideal ialah shalat yang amampu membentuk
akhlaq al-karimah bagi pelakunya baik secara individual maupun secara sosial.
Shalat yang seperti inilah yang secara psikologis akan mampu melahirkan
keseimbangan batin dan ketahanan mental dalam menghadapi situasi kehidupan
sesulit apapun.
Kelemahan manusia sebagai mahluk yang suka berkaluh kesah yang
digambarkan dalam ayat diatas, sebetulnya sekaligus juga menjadi
kelebihannya. Sebab, melalui kelemahan tersebut manusia mampu melakukan
introspeksi diri dan akan selalu berusaha menutupi kelemahannya.

8
Karena itu, kelemahan ini tidak harus menjadi penghalang bagi manusia
dalam memproses dirinya menuju ‘kesempurnaan’ dan kematangan sebagai
mahluk yang telah dipercaya memikul amanat khilafah di muka bumi. Pesan
substantif dari ayat-ayat tersebut, Allah SWT. tidak bermaksud
‘mempermalukan’ manusia melalui sifat keluh kesahnya, melainkan bahwa
shalat berikut indikator-indikator yag ditimbulkannya, adalah sebagai mi’raj
mu’minin, sesuai nama surahnya, Al-Ma’arij. Selebihnya melalui ayat-ayat ini
Allah SWT mengajarkan kepada manusia tentang sifat sportif dan berlapang
dada untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangan serta menerima masukan
dan kritikan dari orang lain sebagaian dari proses perbaikan dirinya.

C. Q.S. Al-‘Alaq ayat 6-7

ْ ‫سنَ لَ َي‬
‫ أَن َّر َءاهُ ٱ ْست َ ْغن َٰ َٓى‬.‫طغ َٰ َٓى‬ ِ ْ ‫ََل ِإ َّن‬
َ َٰ ‫ٱْلن‬ ٓ َّ ‫ك‬

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas(6), karena


dia melihat dirinya serba cukup(7).”( Q.S. Al-‘Alaq ayat 6-7)

1. Tafsir Shafwatut Tafasir


Kemudian Allah menjelaskan penyebab kedurhakaan manusia. “ketauhilah!
Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas”. Sungguh manusia
melampaui batas dalam kedurhakaan dan mengikuti hawa nafsu serta sombong
kepada tuhanya. “karena dia melihat dirinya serba cukup”; karena dia
memandang dirinya kaya dan banyak harta, dia sombong dan congkak.
Kemudian Allah mengancamnya.

2. Tafsir Attarbawi
Dalam ayat-ayat ini Allah mengungkapkan keanehan sikap manusia pada
umumnya. Manusia bila ia berkuasa dan mempunyai harta, sikapnya berubah
dari yang seharusnya. Ia menjadi takabur, segan menghambakan dirinya
kepada Allah dan menganggap dirinya yang paling baik. Padahal dia dan orang
lain itu adalah anggota satu keluarga yang harus bantu membantu dan tolong-

9
menolong dalam kesenangan dan kesengsaraan serta mengingini kebaikan bagi
anggota keluarga lainnya sebagaimana ia mencintai kebaikan untuk dirinya.
Nabi SAW. bersabda:

‫المؤمنللمؤمنكالبنيانيشدبعضهبعضا‬
Artinya:
"Orang mukmin sesama mukmin lainnya seolah-olah suatu bangunan
yang saling kokoh mengokohkan". (H.R. Bukhari)
Telah diriwayatkan pula bahwa Sayidina Ali menasihati anaknya Hasan.
Ia berkata: "Inginkanlah kebaikan bagi orang lain sebagaimana engkau
menginginkannya untuk dirimu dan jangan menginginkan bagi orang lain apa
yang tidak engkau inginkan untuk dirimu".
Pada umumnya manusia itu bila merasa kuat dan mempunyai kekayaan
dia berbuat melampaui batas, berlainan dengan orang yang bertakwa,
kekayaannya akan menjadi sumber kebaikan dengan tujuan membantu
mereka untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, karena mereka akan
menggunakannya menurut keridaan Allah yang kegunaannya bermanfaat
untuk agama dan dunia mereka.

D. Q.S Azzumar 8 dan 48

ُ ‫ِي َما َكانَ َي ْد‬


‫عو‬ َ ‫عا َربَّهُ ُم ِنيبًا ِإلَ ْي ِه ث ُ َّم ِإذَا خ ََّولَهُ ِن ْع َمةً ِم ْنهُ نَس‬
َ َ‫ض ٌّر د‬ ُ َ‫سان‬ ِْ ‫س‬
َ ‫اْل ْن‬ َّ ‫َو ِإذَا َم‬
ً ‫س ِبي ِل ِه قُ ْل تَ َمت َّ ْع ِب ُك ْف ِر َك قَ ِل‬
‫يَل ِإنَّ َك ِم ْن‬ َ ‫ع ْن‬
َ ‫ُض َّل‬ ِ ‫ِإلَ ْي ِه ِم ْن قَ ْب ُل َو َج َع َل ِ َّّلِلِ أ َ ْندَادًا ِلي‬
ِ َّ‫ب الن‬
)8( ‫ار‬ ْ َ‫أ‬
ِ ‫ص َحا‬
“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan)
kepada tuhanya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila tuhan memberika
nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa
(kepada Allah) untuk (menghilangkanya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan
sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya.

10
Katakanlah: “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu;
sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka”.

)48( َ‫سبُوا َو َحاقَ ِب ِه ْم َما َكانُوا ِب ِه َي ْست َ ْه ِزئُون‬ َ ‫َوبَدَا لَ ُه ْم‬


َ ‫س ِيئ َاتُ َما َك‬
“Dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat dan
mereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu selalu memperolok-
olokkanya“.

1. Tafsir Shafwatut Tafasir


“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan”; jika orang yang kafir
tertimpa kesulitan, kemelaratan, sakit dan musibah, “dia memohon
(pertolongan) kepada tuhanya dengan kembali kepada-Nya”; dia merendahkan
diri dengan taat kepada Allah agar kesulitan itu dihilangkan.”Kemudian
apabila tuhan memberika nikmat-Nya kepadanya”; lantas ketika Allah
memberinya nikmat dan menghilangkan kesulitan itu, “lupalah dia akan
kemudaratan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkanya)
sebelum itu”; dia lupa kesulitan yang dia bermohon kepada Allah agar
disinarkan dan dia durhaka kepada-Nya. “dan dia mengada-adakan sekutu-
sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya”; dia
menjadikan beberapa sekutu bagi Alah dalam menyembah untuk menghalangi
orang lain dari agama-Nya.”katakanlah: Bersenang-senanglah dengan
kekafiranmu itu sementara waktu”; ini perintah bernada ancaman. Maksudnya,
nikmatilah hidup duniawi yang fana ini dan bersenang-senanglah dalam keadan
kafir dalam waktu yang singkat dan sebentar.”Sesungguhnya kamu termasuk
penghuni neraka”; sebab tempat kembalimu adalah neraka jahannam dan kamu
termasuk orang-orang yang kekal didalamnya.
“Dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka
perbuat “; pada hari kiamat yang menakutkan itu, perbuatan buruk yang mereka
kerjakan dahulu didunia menjadi tampak jelas bagi mereka. “Dan mereka
diliputi pembalasan yang mereka dahulu selalu meperolok-olokkanya”; dan
dari segala penjuru mereka dikelilingi oleh balasan (siksa) atas sesuatu yang

11
mereka tertawakan sewaktu didunia. Ibnu katsir berkata, “maksudnya, mereka
dikelilingi siksa dan hukuman atas apa yang mereka tertawakan di dunia dulu”.

2. Tafsir Attarbawi
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan sikap orang yang mengingkari nikmat
Allah. Apabila ia ditimpa kemudaratan baik berupa penyakit ataupun
penderitaan yang menimpa kehidupannya, ia memohon pertolongan kepada
Allah, agar penyakitnya atau penderitaannya dilenyapkan daripadanya. Iapun
menyatakan diri bertobat, meminta ampun atas perbuatan buruknya di masa
yang telah lalu. Akan tetapi apabila ia mendapatkan nikmat di mana penyakit
dan penderitaannya telah hilang lenyap, lupalah ia akan perkataan yang ia
ikrarkan pada saat dia berdoa. Kemudian mereka mengada-adakan tuhan-tuhan
yang lain sebagai sekutu bagi Allah. Mereka tidak saja menyesatkan diri
mereka, tetapi menyesatkan pula orang lain, menghalang-halangi orang yang
mengikrarkan dirinya sebagai orang yang beragama tauhid.
Di akhir ayat Allah SWT memerintahkan kepada Rasul-Nya agar
mengatakan kepada orang yang mengingkari nikmat Allah itu, "puaskanlah
dirimu dengan melaksanakan keinginanmu sewaktu hidup di dunia, nikmatilah
kelezatannya yang tidak lama masanya, hingga ajal merenggut jiwamu. Tetapi
pada saat itu kamu akan menyesali perbuatanmu. Pada hari berhisab nanti,
kamu akan mengetahui dengan pasti bahwa kamu akan menjadi penghuni
neraka yang penuh dengan siksaan".
Dan nampak jelaslah bagi mereka, ketika disodorkan kepada mereka kitab-
kitab mereka yang memuat catatan amal perbuatan mereka ketika hidup di
dunia, bahwa mereka melihat amal perbuatan mereka yang buruk itu tercantum
semuanya dalam kitab itu, dan mereka yakin bahwa pelanggaran mereka itu
akan dihisab dan diperhitungkan satu demi satu dan sebagai akibatnya akan
menerima azab yang pedih yang meliputi seluruh penjuru, yang semuanya
tidak lain karena mereka selalu memperolok-olokkan ajaran agama Allah.

12
E. Kelemahan kelemahan manusia
1. Tidak dapat menjalani hidup secara mandiri
Hal ini tertuang dalam QS. An-Nahl: 78 bahwa ketika lahir, manusia tidak
mengetahui apa-apa dan akan selalu butuh bantuan dari orang lain untuk
keberlangsungan hidupnya hingga dewasa.
2. Bodoh
Manusia pada dasarnya tidak memiliki pengetahuan tentang apapun sejak lahir.
(QS. An-Nahl: 78)
3. Bersifat keluh kesah dan kikir
Katakanlah, "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-
perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharan itu kamu tahan, karena
takut membelanjakannya." Dan adalah manusia sangat kikir (QS. Al-Isra:100).
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir” (QS. al-Ma'arij:19-20).
4. Lupa Terhadap Allah
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam
keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu
darinya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah
berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.
Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu
mereka kerjakan”(QS. Yunus:12).
5. Melampaui Batas Ketika Dirinya Merasa Cukup
“Ketauhilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, Karena dia
melihat dirinya serba cukup” (Q.S Al-‘Alaq: 6-7).
6. Lemah
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia

13
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan dialah yang Maha Mengetahui lagi
Maha Kuasa”(QS. Arrum: 54).
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan
bersifat lemah” (QS. Annisa: 28).
7. Kufur Nikmat
“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan)
kepada tuhanya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila tuhan memberika
nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa
(kepada Allah) untuk (menghilangkanya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan
sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya.
Katakanlah: “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu;
sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka” (QS. Azzumar: 8).
8. Zalim
“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit,bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”(QS. Al-Ahzab: 72).
9. Terbuai dengan kesenangan dunia
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup
di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”(Ali Imran:14).
10. Menyuruh kepada Keburukan
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya diri
itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali diri yang diberi rahmat oleh
tuhanku”(QS. Yusuf : 53)
11. Tergesa-gesa
“Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa . Kelak akan Aku perlihatkan
kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Ku. Maka janganlah kamu meminta Aku
menyegerakannya.” (Q.S. Al-Anbiya’ :37)

14
12. Membantah
“Dan sesungguhnya Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia
dalam Al-Qur’an ini dengan bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia
adalah memang yang paling banyak membantah.” (Q.S. Al-Kahfi : 54)
13. Berbuat Maksiat
“Tetapi manusia hendak membuat maksiat terus-menerus” (Q.S. Al-Qiyamah : 5)
14. Malas Berbuat Baik
“Dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir.” (Q.S. Al-Ma’arij : 21)
15. Pelit
“Katakanlah (Muhammad), ‘Sekiranya kamu menguasai perbendaharaan
rahmat Tuhanku, niscaya (perbendaharaan) itu kamu tahan, karena takut
membelanjakannya’. Dan manusia itu memang sangat kikir.”

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia yang memiliki dimensi fisik dan psikisatau bisa disebut biologis
dan psikologis akan mengalami evolusi perkembangan. Secara biologis manusia
dilahirkan dengan penuh keterbatasan. Berbeda dengan beberapa hewan yang
setelah dilahirkan oleh induknya dapat langsung berdiri dan berjalan. Bahkan
mereka bisa langsung hidup sendiri terlepas dari induknya. Coba bandingkan
dengan manusia, apakah mungkin manusia bisa mempertahankan kehidupan tanpa
seorang pengasuh? Jawabanya tidak, karena manusia tidak memiliki kemandirian
dan naluri lebih ketika lahir dibandingkan dengan hewan. Organ-organ manusia
ketika masih bayi begitu lemah dan rentan sehingga membutuhkan bantuan orang
lain dalam bentuk latihan-latihan untuk bisa menyempurnakan evolusi biologisnya.
Meski begitu manusia dapat disebut sebagai bagian dari hewan mamalia.
Namun perbedaan yang paling mendasar ialah bahwa manusia memiliki akal
(kecerdasan). Dalam Al-Quran manusia merupakan makhluk yang mulia dan tinggi,
disisi lain juga menyebutkan kelemahan-kelemahanya, antara lain :
1. Tidak dapat menjalani hidup secara mandiri
2. Bodoh
3. Bersifat keluh kesah dan kikir
4. Lupa Terhadap Allah
5. Melampaui Batas Ketika Dirinya Merasa Cukup
6. Lemah
7. Kufur Nikmat
8. Zalim
9. Terbuai dengan kesenangan dunia
10. Menyuruh kepada Keburukan
11. Tergesa-gesa

16
12. Membantah
13. Berbuat Maksiat
14. Malas Berbuat Baik
15. Pelit

B. Saran
Sebagai manusia kita harus selalu merasa rendah diri terhadap Allah SWT.
Karena Dialah yang maha sempurna sedangkan kita hanyalah manusia yang tidak
luput dari lupa dan segala kelemahan yang ada pada diri kita, serta kita harus rendah
hati kepada setiap manusia sebagai sesama makhluk ciptaan-Nya karena setiap
manusia diciptakan dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-masing oleh
sebab itu janganlah kita sombong.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari.2009.Tafsir Ath-


Thabari.Jakarta:Pustaka Azzam
Al-Qur’anul Karim
Tim Penerjemah Indonesia. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Departemen Agama
Republik Indonesia
Yasin.2011.Terjemahan shafwatut tafasir karya Syaikh Muhammad Ali
Asshabuni.Jakarta Timur : Pustaka Al-kautsar

18

Anda mungkin juga menyukai