Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BAHASA INDONESIA

MEMBACA KRITIS

SEMESTER GENAP

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4


KELAS A

ANGGOTA:
Daniel Matin A. G. V. (NIM. 155070500111027)
Joshua Alexandro Milano Luluporo (NIM. 165070501111007)
Indira Hatmanti Puspitasari (NIM. 165070501111029)
Sonia Maskurotin Ratna Intani (NIM. 165070507111003)
Iftitah Syam Maharani (NIM. 165070507111005)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Pustaka

Membaca kritis sangat relevan dengan kehidupan kita sebagai mahasiswa yang
dituntut untuk menambah wawasan dan mengambangkan ilmu sehingga akan sangat
bermanfaat karena kita akan dapat memanfaatkan hasil pembacaan kita yang cermat dan
matang. Berdasarkan hal itulah membaca kritis merupakan kegiatan belajar yang penting dan
wajib dikuasai oleh mahasiswa.

Pada dasarnya, saat seseorang membaca kritis (critical reading) dia melakukan
kegiatan membaca dengan bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis,
dan bukan ingin mencari kesalahan penulis. Membaca kritis adalah kemampuan memahami
makna tersirat sebuah bacaan. Untuk itu, diperlukan kemampuan berfikir dan bersikap kritis.
Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis.

Selain itu, dikemukakan pula bahwa membaca kritis merupakan suatu strategi
membaca yang bertujuan untuk mendalami isi bacaan berdasarkan penilaian yang rasional
lewat keterlibatan yang lebih mendalam dengan pikiran penulis yang merupakan analisis yang
dapat diandalkan. Dengan membaca kritis, pembaca dapat pula mencamkan lebih dalam apa
yang dibacanya dan dia pun akan mempunyai kepercayaan diri yang lebih mantap daripada
kalau dia membaca tanpa usaha berpikir secara kritis. Oleh karena itu, membaca kritis harus
menjadi ciri semua kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan sebaik-baiknya.

Rahardi(2010) menyatakan membaca kritis merupakan kegiatan membaca untuk


mendapatkan informasi yang relevan dan diperlukan untuk tulisan yang akan dikembangkan.
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang
hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan yang bertujuan
untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan dan kemudian memberikan
penilaian terhadap fakta itu.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa saja jenis bacaan yang dapat digunakan untuk membaca kritis?
 Apa yang dimaksud dengan membaca kritis?
 Bagaimana teknik untuk merangkum dan menyimpulkan bahan bacaan?
1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui apa saja jenis bacaan yang dapat digunakan untuk membaca
kritis
 Untuk mengetahui teknik membaca kritis
 Untuk mengetahui teknik merangkum dan menyimpulkan bahan bacaan
1.4 Manfaat
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang teknik – teknik
penulisan referensi, kutipan dan daftar pustaka untuk suatu bahan bacaan yang baik dan benar.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Membaca

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, membaca didefinisikan sebagai suatu


kegiatan mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Selain itu, membaca juga dapat
didefinisikan sebagai suatu proses yang dilakukan serta dipergunakna oleh pembaca unutk
memperoleh suatu pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media berupa kata-
kata atau bahasa tulis. Membaca merupakan kegiatan memahabis suatu bahasa tulis.
Membaca merupakan suatu kegiatan memaknai lambing-lambang bunyi atau lambing
ortografis tertulis dalam kegiatan berbahasa (Kusmana, 2011).

Kegiatan membaca ini memiliki tujuan seperti mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi, memahami makna bacaan. Selain itu, pembelajaran membaca harus memiliki
tujuan yang jelas. Tujuan yang dimaksud meliputi:

a. Menikmati keindahan yang terkandung dalam suatu bacaan


b. Menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan
c. Menggali simpanan pengetahuan tentang suatu topik
d. Mencari informasi dari suatu bacaan
e. Mempelajari struktur bacaan
f. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui
g. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Rahim, 2011)

2.2 Bahan Bacaan

Ada beberapa jenis bahan bacaan yang dapat digunakan untuk mencari suatu
informasi, seperti: (Subrata, 2009)

a. Ensiklopedi
Ensiklopedi merupakan suatu karya ilmiah yang berisikan informasi yang
sangat luas, dalam berbagai bidang pengetahuan dan biasanya disusun secara
alphabetis subyek atau nama. Istilah “sangat luas” yang dimaksud disini bukan berarti
semuanya. Istilah tersebut hanya menggambarkan sesuatu yang sangat luar biasa
seperti istilah yang digunakan Diderot bahwa sebuah ensiklopedi memiliki nilai yang
bersifat misterius. Setiap ensiklopedi yang diterbitkan, biasanya menguraikan banyak
artikel secara detai, seringkali pula disertai daftar bacaan pada setiap bagian atau sub-
bagiannya. Bisa berupa uraian singkat ataupun uraian yang panjang dan disertai
dengan informasi tentang berbagai data seperti tanggal lahir dan kematian para
ilmuan, lokasi geografis dan peristiwa-peristiwa bersejarah. Cakupan inilah yang
menyebabkan ensiklopedi sangat ideal untuk dikatakan sebagai bahan rujukan. Dan
ensiklopedi yang besar seringkali menjadi tumpuan untuk memberikan informasi
kepada para pencari informasi. Selain itu, bahan pustaka yang tertulis pada bagian
bawah artikel membantu pembaca untuk dapat menemukan informasi tambahan yang
diperlukan untuk memperkaya wawasan keilmuan ataupun untuk memperoleh
penjelasan dari artikel yang ada dalam sebuah ensiklopedi. Artikel dalam ensiklopedi
merupakan sebuah rangkuman dari konsep yang sangat panjang bukan hanya sekedar
sebuah potongan atau bagian dari konsep tersebut.
Saat ini berbagai ensiklopedi disusun dengan bebagai tujuan pula. Tetapi
intinya adalah untuk mengumpulkan dan mengorganisir pengetahuan yang tersebar di
berbagai belahan dunia, atau untuk memenuhi kebutuhan informasi para pembaca.
Hampir semua bidang pengetahuan dan informasi dikupas, dirinci dan dijelaskan
melalui berbagai artikel yang disusun secara detail dan didukung oleh fakta-fakta yang
akurat. Berdasarkan cakupannya ensiklopedi bisa dibedakan menjadi:
• Ensiklopedi umum, yang tidak mambatasi cakupannya pada subyek tertentu.
Contoh:
- Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: Ichtisar, 1983
- Encyclopedia Americana. New York: Grolier, 1986. 30 jilid.
• Ensiklopedi khusus, yang membatasi cakupannya pada bidang atau subyek
tertentu. Contoh:
- Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993. 5 jilid;
- Ensiklopedi Ijmak: Persepakatan Ulama dalam Hukum Islam. Jakarta:
Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1986;
b. Kamus
Kamus merupakan suatu kumpulan daftar kata dasar suatu bahasa yang
disusun menurut abjad. Kamus yang baik disertai dengan keterangan mengenai
bentuk, tanda baca, fungsi, asal-usul atau sejarah kata,arti, sinonim, antonim, sintaksis
dan ungkapan tiap kata. Ada kamus yang memuat semua keterangan tersebut secara
lengkap, dan ada kamus yang hanya memuat beberapa bagian saja. Istilah lain dari
kamus adalah; daftar kata/istilah, takarir, glosari, leksikon, dan mu’jam.
Menurut isinya, kamus dibedakan menjadi:
• Kamus umum
Contoh:
- Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990;
- Abi al-Fadhal Jamaluddin Muhammad bin Mukrim ibn Mandhur al-Afriqiy
al-Mishriy. Lisan al-Arab. Beirut: Dar al-Fikr, 1997. 15 jilid.

• Kamus khusus
Contoh:
- DR. Abdush-Shobur Marzuq. Al-Mu’jam al-A’lam wal-maudhu’at fi
alQur’an al-Karim. Beirut: Dar al-Syuruq. 1995. 3 jilid
- Samih ‘Athifuzzain. Mu’jam al-Amtsal fi al-Qur’an al-Karim. Kairo: Dar
al-Kutub al-Mishriy. 2000.

• Kamus subjek
Contoh:
- Ahmad Abthoni IKM. Kamus Lengkap Teknik (Inggris – Indonesia).
Surabaya: Gitamedia, 1998. Kamus Lengkap Dunia Komputer. Yoygakarta:
Andi, 2002

Menurut jumlah bahasa yang digunakan, maka kamus dapat dibedakan


menjadi tiga kelompok, yaitu:
• Kamus ekabahasa
Contoh:
- Al-Munjid. Beirut: Dar al-Fikr Samih ‘Athifuzzain. Mu’jam Tafsir mufradat
alfadh al-Qur’an al-Karim. Beirut: Dar al-Kutub al-Libanoniy. 2000

• Kamus dwibahasa
Contoh:
- Ahmad Warson Munawwir. Al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia.
Yogyakarta: Pondok Pesantren Al-Munawwir. 1984.
- John M. Echols dan Hassan Shadily. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta:
Gramedia, 1990
- M. Mansoeor. English – Arabic Dictionary of Political, Diplomatic and
Conference Terms. New York: McGraw-Hill. 1961.
• Kamus aneka bahasa atau kamus poligot, yaitu kamus yang istilah-istilahnya
dijelaskan dengan berbagai bahasa.
Contoh:

- Sugiarto. dkk. Kamus Indonesia – Daerah: Jawa, Bali, Sunda, Madura.


Jakarta: Gramedia, 2001
c. Almanak dan buku tahunan
Almanak merupakan buku yang memuat informasi tentang data atau statistik
yang berkaitan dengan negara, kejadian, pejabat, subjek dan kehidupannya. Banyak
almanak subyek yang diterbitkan secara tahunan atau tengah tahunan, yang kadang-
kadang disebut dengan Yearbook atau Annuals atau buku tahunan. Biasanya almanak
memiliki bahasan yang lebih umum dibanding dengan buku tahunan. Ada almanak
yang disusun secara kronologis, berdasarkan waktu yang umumnya memuat informasi
mengenai ramalan-ramalan cuaca, data statistik organisasi atau lembaga, dan catatan-
catatan mengenai kejadian atau peristiwa yang nyata dan bersifat mutakhir. Yang
termasuk dalam kategori ini antara lain; The Hammond Almanac, The People’s
Almanac, The Reader’s Digest Almanac and yearbook, Whitaker’s Almanac, The
World Almanac and book of facts, The Guinness book of world records terbitan
Bantam books di New York, berisi hal-hal yang bersifat paling. Seperti paling besar
dan paling kecil, paling tinggi dan paling rendah, paling panjang dan paling pendek,
dsb. Dari berbagai almanak tersebut yang paling banyak digunakan adalah The World
Almanac and book of facts, kemudian Information Please Almanac, dan kemudian
Whitaker’s Almanac. Buku tahunan adalah bahan rujukan yang memuat informasi
mengenai catatan kejadian, perkembangan suatu masalah atau subjek dalam satu tahun
terakhir. Ada buku tahunan yang cakupannya sangat luas dan umum, yang bertujuan
untuk memberikan informasi mutakhir yang dimuat oleh ensiklopedi. Jenis ini sering
disebut dengan suplemen ensiklopedi. Dan ada pula buku tahunan yang membatasi
muatannya pada informasi dan fakta yang berkembang dan terjadi dalam kurun waktu
satu tahun, membatasi subjeknya, atau tempat kejadiannya.
d. Buku pegangan dan manual
Antara buku pegangan dan manual sulit untuk dibedakan, keduanya seringkali
dianggap sebagai sinonim, atau karena kesulitan untuk memberikan difinisi sehingga
keduanya disebut kompendium. Buku pegangan (handbook) berisi informasi mengenai
petunjuk dan identifikasi suatu masalah secara mendasar. Buku ini banyak memuat
keterangan dan informasi yang berupa tabel-tabel, simbol, formula dan istilah yang
berkaitan dengan suatu subjek yang dibahasnya. Tujuan utama dari penulisan buku
pegangan dan manual adalah sebagai bahan rujukan cepat dalam satu bidang atau
cabang pengetahuan. Penekanannya lebih berat pada keberadaan pengetahuan
dibanding perkembangan baru.
e. Biografi
Biografi dapat didefinisikan sebagai penulisan tentang kehidupan seseorang.
Lebih lengkap lagi biografi dapat dijelaskan sebagai penulisan kehidupan seseorang
yang diperoleh dari ingatan, dari bahan tertulis atau secara lisan. Biografi harus
menggambarkan seseorang atau individu, semua karakter kemanusiaan yang dimiliki,
tidak hanya menyajikan kebaikannya saja tetapi juga kejelekannya. Biografi
hendaknya ditulis dalam bahasa yang baik dan dengan gaya tuturan yang menyentuh
perasaan.
f. Sumber geografi
Sumber geografi adalah bahan pustaka yang memuat informasi mengenai
tempat, gunung, sungai, batas negara, batas wilayah, dan sebagainya yang berkaitan
dengan lokasi. Berbagai jenis bahan pustaka yang termasuk dalam kelompok sumber
geografi adalah sebagai berikut :
• Peta, seperti Peta Kotamadya Malang;
• Atlas seperti Atlas Indonesia. Bandung, 1977;
• Globe;
• Gazetir, seperti Daftar nama-nama pulau di Indonesia (List Island Names).
Disusun oleh Dinas Hidrologi Angkatan Laut. Diterbitkan oleh Pusat Dokumentasi
Ilmiah Nasional - LIPI, 1975;
• Buku petunjuk perjalanan , seperti Business and pleasure in Jakarta: an official
tourist guide book for metropolitan city of Jakarta. Jakarta, 1973
g. Bibliografi
Bibliografi adalah daftar buku-buku dalam bidang atau subyek tertentu,
dimana hakekat keberadaan (lokasi) buku-buku tersebut tidak dibatasi pada satu
perpustakaan tertentu. Bibliografi biasanya disusun menurud abjad pengarang atau
kronologis atau subyek. Kadang-kadang bibliografi disertai dengan anotasi dan
disebut dengan bibliografi beranotasi. Contoh:
• Perpustakaan Nasional RI. Bibliografi Nasional Indonesia. Jakarta: Perpustakaan
Nasional.
• Adwityani S. Bibliografi Beranotasi tahun 1997-2002: Buku Bacaan
Umum/Dewasa dan Remaja. Jakarta: Yayasan Buku Utama, 2004.
2.3 Membaca Kritis

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata
atau bahasa tulis. Tujuan membaca mencakup: 1) kesenangan; 2) menyempurnakan
membaca nyaring; 3) menggunakan strategi tertentu; 4) memperbaharui pengetahuannya
tentang suatu topik; 5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
diketahuinya; 6)memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tulisan; 7) menginformasikan
atau menolak prediksi; 8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi
yang diperoleh dari suatuteks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang
struktur teks;dan 9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Akhadiah dkk., 1993).

Membaca kritis adalah: (1) Membaca kritis (critical reading) adalah aktifitas
membaca yang ditempuh secara bijak, mendalam, evaluatif, serta analisis dan bukan
sekedar mencari-cari kesalahan isi atau pilihan kata yang terdapat dalam objek kajian.
Membaca kritis meliputi penggalian lebih mendalam, upaya untuk menemukan bukan hanya
mengenai keseluruahan kebenaran mengenai apa yang ditulis, tetapi juga menemukan alasan-
alasan mengapa sang penulis mengatakan apa yang dilakukannya. Apabila seorang pembaca
menemukan bukan hanya apa yang dikatakan, tetapi juga mengapa hal itu dikatakan maka dia
sudah melakukan membaca kritis yang merujuk pada keterpahaman. (2) Membaca kritis
sebagaimana membaca intensif merupakan modal utama bagi mahasisiwa untuk mencapai
kesuksesan studi (Nurhadi, 2008).

Membaca kritis pada dasarnya merupakan langkah lebih lanjut dari berpikir dan
bersikap kritis. Adapun kemampuan berpikir dan bersikap kritis meliputi(Nurhadi, 2008) :

a. Menginterpretasi secara kritis;


b. Menganalisis secara kritis;
c. Mengorganisasi secara kritis;
d. Menilai secara kritis;
e. Menerapkan konsep secara kritis.
Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk meningkatkan berpikir kritis adalah
sebagai berikut:

a. Kemampuan Mengingat dan Mengenali Bahan Bacaan


Kemampuan mengingat dan mengenali meliputi kemampuan:
1) Mengenali ide pokok paragraf
2) Mengenali tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya
3) Menyatakan kembali ide pokok paragraf
4) Menyatakan kembali fakta-fakta atau detail bacaan
5) Menyatakan kembali fakta-fakta perbandingan, unsur-unsur hubungan sebab-
akibat, karakter tokoh dan sebagainya.
b. Kemampuan Menginterpretasi Makna Tersirat
Tidak semua gagasan yang terdapat dalam teks bacaanitu dinyatakan secara
tersurat atau secara eksplisit pada baris kata-kata atau kalimat-kalimat. Sering kali
pula, gagasan serta makna tersebut terkandung di balik baris kata-kata atau kalimat-
kalimat tersebut, dan untuk menggalinya diperlukan sebuah interpretasi dari
pembacanya. Pembaca harus mampu menafsirkan ide-ide pokok dan ide-ide pokok
dan ide-ide penunjang yang secara eksplisit tidak dinyatakan oleh penulisnya, serta
harus mampu membedakan fakta-fakta yang disajikan secara kritis. Kemampuan
menginterpretasi makna tersirat adalah kemampuan:
1) Menafsirkan ide pokok paragraf
2) Menafsirkan gagasan utama bacaan
3) Membedakan fakta detil bacaan
4) Menafsirkan ide-ide penunjang
5) Membedakan fakta atau detil bacaan memahami secara kritis
c. Kemampuan Mengaplikasikan Konsep-Konsep Dalam Bacaan
Sebagai pembaca kritis, pembaca tidak boleh berhenti sampai pada aktifitas
menggali makna tersirat melalui pemahaman dan interpretasi secara kritis saja, tetapi
juga harus mampu menetapkan konsep-konsep yang terdapat dalam bacaan ke dalam
situasi baru yang bersifat problematik. Dalam hal ini, kemampuan mengaplikasikan
konsep-konsep, meliputi kemampuan:
1) Mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan;
2) Menerapkan konsep-konsep/gagasan utama ke dalam situasi baru yang
problematik;
3) Menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.
d. Kemampuan menganalisis isi bacaan
Kemampuan menganalisis ialah kemampuan pembaca melihat komponen-
komponen atau unsur-unsur yang membentuk sebuah kesatuan. Sebagaimana kita
ketahui, kesatuan dalam bacaan meliputi gagasan-gagasan utama, pernyataan-
pernyataan, simpulan-simpulan, dan sebagainya. Pembaca kritis diharapkanmelihat
fakta-fakta, detail-detail penunjang, atau unsur pembentuk yang lain yang tidak
disebutkan secara eksplisit. Lebih lanjut, kemampuan itu dikembangkan menjadi
kemampuan pembaca melihat kesatuan gagasan melalui bagian-bagiannya.
Sebagaimana diketahui, sebuah teks bacaan, apapun bentuknya, pada dasarnya di
dalamnya membuat sebuah kesatuan gagasan yang bulat dan utuh. Hanya saja akibat
caradan gaya pengungkapan yang berbeda akan membuat gagasan atau suatu pesan
tersebut terlihat samar-samar. Dalam kasus semacam itu, kewajiban pembaca adalah
melakukan penyintesisan. Bentuk-bentuk penyintesisan tersebut, misalnya berupa
simpulan atau ringkasan, ide pokok, gagasan utama bacaan, tema, atau kerangka
bacaan. Secata terperinci kemampuan menganalisis sekaligus menyintesis, meliputi
kemampuan berikut ini :
1) Menangkap gagasan utama bacaan
2) Memberikan detail/fakta penunjang
3) Mengklasifikasikan fakta-fakta
4) Membandingkan antar gagasan yang ada dalam bacaan
5) Membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan
6) Membuat simpulan bacaan
7) Mengelompokkan gagasan utama bacaan
8) Menentukan tema bacaan
9) Menyusun kerangka bacaan
10) Menghubungkan data sehingga diperoleh simpulan
11) Membuat ringkasan
e. Kemampuan Menilai Isi Bacaan
Kemampuan menilai isi dan penataan bacaan secara kritis dilakukan melalui
aktifitas-aktifitas mempertimbangkan, menilai, dan menentukan keputusan.
Kemampuan menilai bacaan ini menunjukkan bahwa seorang pembaca kritis tidak
begitu saja mempercayai apa saja yang dibacanya sebelum dilakukan proses
pengkajian terlebih dahulu. Secara terperinci, kemampuan yang menyangkut sikap
kritis dalam menilai bacaan, terutama terhadap aspek isi dan penggunaan bahasa
meliputi kemampuan berikut ini :
1) Menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan
2) Menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini
3) Menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau fantasi
penulis
4) Menentukan tujuan penulis dalam menulis
5) Menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan
6) Menentukan keselarasan antara data yang diungkapkandengan simpulan yang
dibuat
7) Menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa atau
penyusunan kalimatnya
f. Kemampuan Menciptakan Isi Bacaan
Kemampuan menciptakan isi bacaan adalah kemampuan:
1) Menyerap inti bacaan;
2) Membuat rangkuman atau membuat kerangka bacaan yangdisusun sebagai
tanggapan terhadap bacaan atau membuat kerangka bacaan yang betul-betul baru
berdasarkan pengetahuan dari bacaan;
3) Mengembangkan/menulis berdasarkan kerangka bacaan yang telah disusun.
Selanjutnya, untuk dapat melakukan kegiatan membacakritis, ada beberapa
persyaratan pokok yang perlu dipenuhi, yakni:
a. Pengetahuan tentang bidang ilmu yang disajikan dalam bacaan;
b. Sikap bertanya dan sikap menilai yang tidak tergesa-gesa;
c. Penerapan berbagai metode analisis yang logis atau penelitian ilmiah.
Pada dasarnya orang yang membaca dengan baik adalahorang yang biasanya berpikir
baik.Untuk meningkatkan minat baca, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah
(Nurhadi, 2008):
a. Menyediakan waktu untuk membaca
b. Memilih bahan bacaan yang baik (ditinjau dari norma estetik, sastra dan moral)

2.4 Rangkuman dan Simpulan Bahan Bacaan

Rangkuman dapat diartikan sebagai suatu hasil merangkum atau meringkas suatu
bahan bacaan (tulisan) atau pembicaraan menjadi suatu uraian yang lebih singkat dengan
perbandingan secara proporsional antara bagian yang dirangkum dengan rangkumannya
(Djuharnidan Suherli, 2001). Rangkuman dapat pula diartikan sebagai hasil merangkai
atau menyatukan pokok-pokokpembicaraan atau tulisan yang terpencar dalam bentuk
pokok-pokoknya saja. Rangkuman sering disebut juga ringkasan, yaitu bentuk ringkas dari
suatu uraian atau pembicaraan Pada tulisan jenis rangkuman, urutan isi bagian demi
bagian, dan sudut pandang (pendapat) pengarang tetap diperhatikan dan
dipertahankan.Beberapa bentuk rangkuman di antaranya dapat berupa abstrak, sinopsis, dan
simpulan.
Dalam sebuah karya ilmiah (skripsi, laporan akhir, tesis, maupun disertasi), sebuah
proses meringkas biasa disebut juga dengan abstrak (Widyamartana dan Sudiati, 1997).
Abstrak atau ringkasan dimaksudkan sebagai memberikan uraian yang sesingkat-singkatnya
tentang segala pokok yang dibahas. Rangkuman dalam sebuah karya ilmiah hendaknya
meliputi dasar masalah, asumsi dasar, hipotesa, metodologi, data, sumber-sumber pengolahan,
kesimpulan, dan saran-saran.

Rangkuman dalam bentuk sinopsis biasa dilakukan pada buku seperti karya fiksi atau
nonfiksi. Bentuk sinopsis merupakansalah satu bentuk ringkas suatu karya yang kiranya dapat
memberikan dorongan kepada orang lain untuk membaca secara utuh (Djuharie dan Suherli,
2001).

Sementara bentuk rangkuman yang lain adalah simpulan. Simpulan adalah bentuk
ringkas yang mengungkapkan gagasan utama dari suatu uraian atau pembicaraan dengan
memberikan penekanan pada ide sentral serta penyelesaian dari permasalahan yang
diungkapkan (Djuharie dan Suherli, 2001). Simpulan didasarkan pada peletakan fakta yang
dinyatakan bersama.

Bagi orang yang sudah terbiasa membuat ringkasan, mungkin kaidah yang berlaku
dalam menyusun rangkuman telah tertanam dalam benaknya. Meski demikian, tentulah perlu
diberikan beberapa patokan sebagai pegangan dalam membuat rangkuman terutama bagi
mereka yang baru mulai atau belum pernah membuat rangkuman. Berikut ini beberapa
pegangan yang dipergunakan untuk membuat rangkuman yang baik dan teratur (Harianto,
2000) :

1. Membaca Bahan Bacaan Asli


Bahan bacaan asli dibaca sekali atau dua kali, kalau perlu berulang kali agar dapat
mengetahui kesan umum tentang karangan tersebut secara menyeluruh. Penulis
ringkasan juga perlu mengetahui maksud dan sudut pandangan penulis bahan bacaan
asli.Untuk mencapainya, judul dan daftar isi tulisan (kalau ada) dapat dijadikan
pegangan karena perincian daftar isi mempunyai pertalian dengan judul dan alinea-
alinea dalam tulisan menunjang pokok-pokok yang tercantum dalam daftar isi.
2. Mencatat Gagasan Utama
Jika pembaca sudah menangkap maksud, kesan umum, dan sudut pandangan
pengarang asli, maka langkah selanjutnya adalah memperdalam dan mengonkretkan
semua hal itu. Dibaca kembali bahan bacaan itu bagian demi bagian, alinea demi
alinea sambil mencatat semua gagasan yang penting dalam bagian atau alinea itu.
Pokok-pokok yang telah dicatat dipakai untuk menyusun sebuah ringkasan. Langkah
kedua ini juga menggunakan judul dan daftar isi sebagai pegangan.
3. Mengadakan Pengolahan Ulang
Gunakan kesan umum dan hasil pencatatan untuk membuat ringkasan. Urutan isi
disesuaikan dengan bahan bacaan asli, tapi kalimat-kalimat dalam ringkasan yang
dibuat adalah kalimat-kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari
karangan aslinya. Bila gagasan yang telah dicatat ada yang masih kabur, dapat melihat
kembali teks aslinya, tapi jangan melihat teks asli lagi untuk hal lainnya agar tidak
terpengaruh untuk menggunakan kalimat dari penulis asli. Karena kalimat penulis asli
hanya boleh digunakan bila kalimat itu dianggap penting karena merupakan kaidah,
kesimpulan, atau perumusan yang padat.
4. Ketentuan Tambahan
Setelah melakukan langkah ketiga, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
ringkasan tersebut diterima sebagai suatu tulisan yang baik :
a. Ringkasan disusun dalam kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
b. Meringkas kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Jika rangkaian gagasan
panjang, gantilah dengan suatu gagasan sentral saja.
c. Panjangnya ringkasan tergantung jumlah alinea dan topik utama yang akan
dimasukkan dalam ringkasan. Ilustrasi, contoh, deskripsi, dsb. dapat dihilangkan,
kecuali yang dianggap penting.
d. Jika memungkinkan, dapat dibuang semua keterangan atau kata sifat yang ada,
meski terkadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk
menjelaskan gagasan umum yang tersirat dalam rangkaian keterangan atau
rangkaian kata sifat yang terdapat dalam bahan bacaan.
e. Pertahankan susunan gagasan dan urutan bahan bacaan. Tapi yang sudah dicatat
dari karangan asli itulah yang harus dirumuskan kembali dalam kalimat ringkasan.
Hal yang baru atau pikiran pembaca sendiri sebaiknya tidak dimasukkan dalam
ringkasan.
f. Agar dapat membedakan ringkasan sebuah tulisan biasa (bahasa tak langsung) dan
sebuah pidato/ceramah (bahasa langsung) yang menggunakan sudut pandang
orang pertama tunggal atau jamak, ringkasan pidato atau ceramah itu harus ditulis
dengan sudut pandang orang ketiga.

Dalam sebuah ringkasan ditentukan pula panjangnya. Bila diminta membuat ringkasan
menjadi seperseratus dari karangan asli, maka haruslah membuat demikian. Untuk
memastikan apakah ringkasan yang dibuat sudah seperti yang diminta, silakan hitung jumlah
seluruh kata dalam karangan itu dan bagilah dengan seratus. Misalkan jika ingin meringkas
suatu buku yang tebalnya 250 halaman menjadi sepersepuluhnya, perhitungannya adalah
jumlah halaman x jumlah baris per halaman x jumlah kata per baris = 250 x 35 x 9 kata =
78.750 kata, sehingga panjang ringkasan yang harus dibuat adalah sebanyak = 78.750:10 =
7.875 kata.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

Sejatinya membaca kritis dapat dilakukan pada semua sumber bacaan, namun sumber
bacaan ilmiah lebih mengasah kemampuan berpikir kritis. Diantara bahan bacaan tsb. adalah ;
ensiklopedi, kamus, almanak, buku pegangan dan manual, biografi, sumber geografi, dan
bibliografi.

Adapun teknik dasar dalam membaca kritis adalah kemampuan mengingat dan
mengenali bahan bacaan, kemampuan menganalisis isi bacaan, menginterpretasi makna
tersirat, mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan, menilai isi bacaan.

Berbeda dengan teknik membaca kritis, teknik merangkum cukup ringan yakni :

1. Membaca bahan bacaan asli sebagai pijakan berpikir


2. Mencatat gagasan utama untuk mempermudah dalam menentukan kerangka bacaan
3. Mengadakan pengolahan ulang

3.2 Saran

Dalam mengasah kemampuan membaca kritis dan merangkum, diperlukan kebiasaan


dan latihan berulang. Membaca kritis sebaiknya diiringi dengan diskusi untuk memperkaya
sudut pandang dalam pola pembacaan dan penarikan kesimpulan.
Daftar Pustaka

Akhadiah, dkk. 1993. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.

Djuharie, O dan Setiawan, Suherli. 2001. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung: Yrama
Widya.

Harianto, GP. 2000. Teknik Penulisan Literatur. Bandung: Penerbit Agiamedia.

Nurhadi. 2008. Membaca Cepat dan Efektif. Malang: Sinar Baru Algesindo.

Rahim, Farida. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta:Bumi Aksara.

Subrata, Gatot. 2009. Kajian Ilmu Perpustakaan: Literatur Primer, Sekunder Dan Tersier.
Malang:Universitas Negeri Malang.

Widyamartaya, Al dan Sudiati, Veronica. 1997. Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah. Jakarta:
Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai