MEMBACA KRITIS
SEMESTER GENAP
ANGGOTA:
Daniel Matin A. G. V. (NIM. 155070500111027)
Joshua Alexandro Milano Luluporo (NIM. 165070501111007)
Indira Hatmanti Puspitasari (NIM. 165070501111029)
Sonia Maskurotin Ratna Intani (NIM. 165070507111003)
Iftitah Syam Maharani (NIM. 165070507111005)
PENDAHULUAN
Membaca kritis sangat relevan dengan kehidupan kita sebagai mahasiswa yang
dituntut untuk menambah wawasan dan mengambangkan ilmu sehingga akan sangat
bermanfaat karena kita akan dapat memanfaatkan hasil pembacaan kita yang cermat dan
matang. Berdasarkan hal itulah membaca kritis merupakan kegiatan belajar yang penting dan
wajib dikuasai oleh mahasiswa.
Pada dasarnya, saat seseorang membaca kritis (critical reading) dia melakukan
kegiatan membaca dengan bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis,
dan bukan ingin mencari kesalahan penulis. Membaca kritis adalah kemampuan memahami
makna tersirat sebuah bacaan. Untuk itu, diperlukan kemampuan berfikir dan bersikap kritis.
Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis.
Selain itu, dikemukakan pula bahwa membaca kritis merupakan suatu strategi
membaca yang bertujuan untuk mendalami isi bacaan berdasarkan penilaian yang rasional
lewat keterlibatan yang lebih mendalam dengan pikiran penulis yang merupakan analisis yang
dapat diandalkan. Dengan membaca kritis, pembaca dapat pula mencamkan lebih dalam apa
yang dibacanya dan dia pun akan mempunyai kepercayaan diri yang lebih mantap daripada
kalau dia membaca tanpa usaha berpikir secara kritis. Oleh karena itu, membaca kritis harus
menjadi ciri semua kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan sebaik-baiknya.
Apa saja jenis bacaan yang dapat digunakan untuk membaca kritis?
Apa yang dimaksud dengan membaca kritis?
Bagaimana teknik untuk merangkum dan menyimpulkan bahan bacaan?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa saja jenis bacaan yang dapat digunakan untuk membaca
kritis
Untuk mengetahui teknik membaca kritis
Untuk mengetahui teknik merangkum dan menyimpulkan bahan bacaan
1.4 Manfaat
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang teknik – teknik
penulisan referensi, kutipan dan daftar pustaka untuk suatu bahan bacaan yang baik dan benar.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Membaca
Kegiatan membaca ini memiliki tujuan seperti mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi, memahami makna bacaan. Selain itu, pembelajaran membaca harus memiliki
tujuan yang jelas. Tujuan yang dimaksud meliputi:
Ada beberapa jenis bahan bacaan yang dapat digunakan untuk mencari suatu
informasi, seperti: (Subrata, 2009)
a. Ensiklopedi
Ensiklopedi merupakan suatu karya ilmiah yang berisikan informasi yang
sangat luas, dalam berbagai bidang pengetahuan dan biasanya disusun secara
alphabetis subyek atau nama. Istilah “sangat luas” yang dimaksud disini bukan berarti
semuanya. Istilah tersebut hanya menggambarkan sesuatu yang sangat luar biasa
seperti istilah yang digunakan Diderot bahwa sebuah ensiklopedi memiliki nilai yang
bersifat misterius. Setiap ensiklopedi yang diterbitkan, biasanya menguraikan banyak
artikel secara detai, seringkali pula disertai daftar bacaan pada setiap bagian atau sub-
bagiannya. Bisa berupa uraian singkat ataupun uraian yang panjang dan disertai
dengan informasi tentang berbagai data seperti tanggal lahir dan kematian para
ilmuan, lokasi geografis dan peristiwa-peristiwa bersejarah. Cakupan inilah yang
menyebabkan ensiklopedi sangat ideal untuk dikatakan sebagai bahan rujukan. Dan
ensiklopedi yang besar seringkali menjadi tumpuan untuk memberikan informasi
kepada para pencari informasi. Selain itu, bahan pustaka yang tertulis pada bagian
bawah artikel membantu pembaca untuk dapat menemukan informasi tambahan yang
diperlukan untuk memperkaya wawasan keilmuan ataupun untuk memperoleh
penjelasan dari artikel yang ada dalam sebuah ensiklopedi. Artikel dalam ensiklopedi
merupakan sebuah rangkuman dari konsep yang sangat panjang bukan hanya sekedar
sebuah potongan atau bagian dari konsep tersebut.
Saat ini berbagai ensiklopedi disusun dengan bebagai tujuan pula. Tetapi
intinya adalah untuk mengumpulkan dan mengorganisir pengetahuan yang tersebar di
berbagai belahan dunia, atau untuk memenuhi kebutuhan informasi para pembaca.
Hampir semua bidang pengetahuan dan informasi dikupas, dirinci dan dijelaskan
melalui berbagai artikel yang disusun secara detail dan didukung oleh fakta-fakta yang
akurat. Berdasarkan cakupannya ensiklopedi bisa dibedakan menjadi:
• Ensiklopedi umum, yang tidak mambatasi cakupannya pada subyek tertentu.
Contoh:
- Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: Ichtisar, 1983
- Encyclopedia Americana. New York: Grolier, 1986. 30 jilid.
• Ensiklopedi khusus, yang membatasi cakupannya pada bidang atau subyek
tertentu. Contoh:
- Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993. 5 jilid;
- Ensiklopedi Ijmak: Persepakatan Ulama dalam Hukum Islam. Jakarta:
Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1986;
b. Kamus
Kamus merupakan suatu kumpulan daftar kata dasar suatu bahasa yang
disusun menurut abjad. Kamus yang baik disertai dengan keterangan mengenai
bentuk, tanda baca, fungsi, asal-usul atau sejarah kata,arti, sinonim, antonim, sintaksis
dan ungkapan tiap kata. Ada kamus yang memuat semua keterangan tersebut secara
lengkap, dan ada kamus yang hanya memuat beberapa bagian saja. Istilah lain dari
kamus adalah; daftar kata/istilah, takarir, glosari, leksikon, dan mu’jam.
Menurut isinya, kamus dibedakan menjadi:
• Kamus umum
Contoh:
- Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990;
- Abi al-Fadhal Jamaluddin Muhammad bin Mukrim ibn Mandhur al-Afriqiy
al-Mishriy. Lisan al-Arab. Beirut: Dar al-Fikr, 1997. 15 jilid.
• Kamus khusus
Contoh:
- DR. Abdush-Shobur Marzuq. Al-Mu’jam al-A’lam wal-maudhu’at fi
alQur’an al-Karim. Beirut: Dar al-Syuruq. 1995. 3 jilid
- Samih ‘Athifuzzain. Mu’jam al-Amtsal fi al-Qur’an al-Karim. Kairo: Dar
al-Kutub al-Mishriy. 2000.
• Kamus subjek
Contoh:
- Ahmad Abthoni IKM. Kamus Lengkap Teknik (Inggris – Indonesia).
Surabaya: Gitamedia, 1998. Kamus Lengkap Dunia Komputer. Yoygakarta:
Andi, 2002
• Kamus dwibahasa
Contoh:
- Ahmad Warson Munawwir. Al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia.
Yogyakarta: Pondok Pesantren Al-Munawwir. 1984.
- John M. Echols dan Hassan Shadily. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta:
Gramedia, 1990
- M. Mansoeor. English – Arabic Dictionary of Political, Diplomatic and
Conference Terms. New York: McGraw-Hill. 1961.
• Kamus aneka bahasa atau kamus poligot, yaitu kamus yang istilah-istilahnya
dijelaskan dengan berbagai bahasa.
Contoh:
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata
atau bahasa tulis. Tujuan membaca mencakup: 1) kesenangan; 2) menyempurnakan
membaca nyaring; 3) menggunakan strategi tertentu; 4) memperbaharui pengetahuannya
tentang suatu topik; 5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
diketahuinya; 6)memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tulisan; 7) menginformasikan
atau menolak prediksi; 8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi
yang diperoleh dari suatuteks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang
struktur teks;dan 9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Akhadiah dkk., 1993).
Membaca kritis adalah: (1) Membaca kritis (critical reading) adalah aktifitas
membaca yang ditempuh secara bijak, mendalam, evaluatif, serta analisis dan bukan
sekedar mencari-cari kesalahan isi atau pilihan kata yang terdapat dalam objek kajian.
Membaca kritis meliputi penggalian lebih mendalam, upaya untuk menemukan bukan hanya
mengenai keseluruahan kebenaran mengenai apa yang ditulis, tetapi juga menemukan alasan-
alasan mengapa sang penulis mengatakan apa yang dilakukannya. Apabila seorang pembaca
menemukan bukan hanya apa yang dikatakan, tetapi juga mengapa hal itu dikatakan maka dia
sudah melakukan membaca kritis yang merujuk pada keterpahaman. (2) Membaca kritis
sebagaimana membaca intensif merupakan modal utama bagi mahasisiwa untuk mencapai
kesuksesan studi (Nurhadi, 2008).
Membaca kritis pada dasarnya merupakan langkah lebih lanjut dari berpikir dan
bersikap kritis. Adapun kemampuan berpikir dan bersikap kritis meliputi(Nurhadi, 2008) :
Rangkuman dapat diartikan sebagai suatu hasil merangkum atau meringkas suatu
bahan bacaan (tulisan) atau pembicaraan menjadi suatu uraian yang lebih singkat dengan
perbandingan secara proporsional antara bagian yang dirangkum dengan rangkumannya
(Djuharnidan Suherli, 2001). Rangkuman dapat pula diartikan sebagai hasil merangkai
atau menyatukan pokok-pokokpembicaraan atau tulisan yang terpencar dalam bentuk
pokok-pokoknya saja. Rangkuman sering disebut juga ringkasan, yaitu bentuk ringkas dari
suatu uraian atau pembicaraan Pada tulisan jenis rangkuman, urutan isi bagian demi
bagian, dan sudut pandang (pendapat) pengarang tetap diperhatikan dan
dipertahankan.Beberapa bentuk rangkuman di antaranya dapat berupa abstrak, sinopsis, dan
simpulan.
Dalam sebuah karya ilmiah (skripsi, laporan akhir, tesis, maupun disertasi), sebuah
proses meringkas biasa disebut juga dengan abstrak (Widyamartana dan Sudiati, 1997).
Abstrak atau ringkasan dimaksudkan sebagai memberikan uraian yang sesingkat-singkatnya
tentang segala pokok yang dibahas. Rangkuman dalam sebuah karya ilmiah hendaknya
meliputi dasar masalah, asumsi dasar, hipotesa, metodologi, data, sumber-sumber pengolahan,
kesimpulan, dan saran-saran.
Rangkuman dalam bentuk sinopsis biasa dilakukan pada buku seperti karya fiksi atau
nonfiksi. Bentuk sinopsis merupakansalah satu bentuk ringkas suatu karya yang kiranya dapat
memberikan dorongan kepada orang lain untuk membaca secara utuh (Djuharie dan Suherli,
2001).
Sementara bentuk rangkuman yang lain adalah simpulan. Simpulan adalah bentuk
ringkas yang mengungkapkan gagasan utama dari suatu uraian atau pembicaraan dengan
memberikan penekanan pada ide sentral serta penyelesaian dari permasalahan yang
diungkapkan (Djuharie dan Suherli, 2001). Simpulan didasarkan pada peletakan fakta yang
dinyatakan bersama.
Bagi orang yang sudah terbiasa membuat ringkasan, mungkin kaidah yang berlaku
dalam menyusun rangkuman telah tertanam dalam benaknya. Meski demikian, tentulah perlu
diberikan beberapa patokan sebagai pegangan dalam membuat rangkuman terutama bagi
mereka yang baru mulai atau belum pernah membuat rangkuman. Berikut ini beberapa
pegangan yang dipergunakan untuk membuat rangkuman yang baik dan teratur (Harianto,
2000) :
Dalam sebuah ringkasan ditentukan pula panjangnya. Bila diminta membuat ringkasan
menjadi seperseratus dari karangan asli, maka haruslah membuat demikian. Untuk
memastikan apakah ringkasan yang dibuat sudah seperti yang diminta, silakan hitung jumlah
seluruh kata dalam karangan itu dan bagilah dengan seratus. Misalkan jika ingin meringkas
suatu buku yang tebalnya 250 halaman menjadi sepersepuluhnya, perhitungannya adalah
jumlah halaman x jumlah baris per halaman x jumlah kata per baris = 250 x 35 x 9 kata =
78.750 kata, sehingga panjang ringkasan yang harus dibuat adalah sebanyak = 78.750:10 =
7.875 kata.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Sejatinya membaca kritis dapat dilakukan pada semua sumber bacaan, namun sumber
bacaan ilmiah lebih mengasah kemampuan berpikir kritis. Diantara bahan bacaan tsb. adalah ;
ensiklopedi, kamus, almanak, buku pegangan dan manual, biografi, sumber geografi, dan
bibliografi.
Adapun teknik dasar dalam membaca kritis adalah kemampuan mengingat dan
mengenali bahan bacaan, kemampuan menganalisis isi bacaan, menginterpretasi makna
tersirat, mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan, menilai isi bacaan.
Berbeda dengan teknik membaca kritis, teknik merangkum cukup ringan yakni :
3.2 Saran
Akhadiah, dkk. 1993. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Djuharie, O dan Setiawan, Suherli. 2001. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung: Yrama
Widya.
Nurhadi. 2008. Membaca Cepat dan Efektif. Malang: Sinar Baru Algesindo.
Subrata, Gatot. 2009. Kajian Ilmu Perpustakaan: Literatur Primer, Sekunder Dan Tersier.
Malang:Universitas Negeri Malang.
Widyamartaya, Al dan Sudiati, Veronica. 1997. Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah. Jakarta:
Grasindo.