Laporan Praktikum Biokimia 1 Blok 1.5 2018
Laporan Praktikum Biokimia 1 Blok 1.5 2018
Oleh :
Kelompok 1
Asisten
Dwi Liliyani
NIM. G1A016021
Oleh :
Kelompok 1
Asisten
Dwi Liliyani
NIM. G1A016021
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................3
A. Judul praktikum................................................................................3
B. Tanggal praktikum............................................................................3
C. Tujuan Praktikum.............................................................................3
BAB V KESIMPULAN..............................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................14
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
“Pemeriksaan Kadar Kalsium dan Fosfat Anorganik Pada Serum Darah Manusia”
B. Tanggal Praktikum
C. Tujuan Praktikum
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KALSIUM
1. Definisi Kalsium
Calcium (Ca) unsur logam alkali, ringan dan bewarna putih perak,
nomor atom 20, berat atom 40,078. Kalsium merupakan unsur yang
penting karena kadar yang konstan penting untuk fungsi jantung, saraf,
dan otot yang normal. Berperan dalam koagulasi darah (faktor IV
pembekuan darah) dan pada banyak proses enzimatik. (Dorland,2015).
2. Struktur Kalsium
4
permeabilitas Ca2+ sebagai respon terhadap suatu potensial aksi, memicu
mekanisme kontraksi (Sherwood, 2016).
c. Penggabungan stimulus sekresi. Masuknya Ca2+ ke dalam sel sekretorik
yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas terhadap Ca2+ sebagai
respon terhadap rangsangan yang sesuai, memicu pelepasan produk
sekretorik melalui proses eksositosis (Sherwood, 2016).
d. Penggabungan eksistesi-sekresi pada sel β. Masuknya Ca2+ dari CES
sebagai respon terhadap depolarisasi membrane menyebabkan sekresi
insulin (Sherwood, 2016).
e. Pemeliharaan taut erat antar sel-sel. Kalsium membentuk bagian dari
semen intrasel yang menyatukan sel-sel tertentu secara erat. (Sherwood,
2016).
f. Pembekuan darah. Kalsium berfungsi sebagai co-factor dalam beberapa
tahap pada jenjang reaksi yang menyebabkan pembekuan darah
(Sherwood, 2016).
g. Ca2+ intrasel berfungsi sebagai caraka kedua di banyak sel dan berperan
dalam mutilitas dan gerakan silia. Pada akhirnya, Ca2+ di tulang dan gigi
merupakan unsur esensial bagi integritas struktual dan fungsional
(Sherwood, 2016).
4. Regulasi Hormonal
a. Hormon Paratiroid
5
b. Hormon Kalsitriol
Kalsitriol merupakan hormon yang bertugas meningkatkan kadar kalsium dan
fosfat dalam plasma. Kalsitriol memiliki tiga organ target, yaitu usus, tulang, dan
ginjal. Kalsitriol pada usus berfungsi untuk meningkatkan absorbsi kalsium dan
fosfat. Kalsitriol meningkatkan absorbsi kalsium oleh usus sekitar 35% (350
gram/hari). Sementara kalsitriol pada tulang berfungsi untuk meningkatkan
aktivitas osteoklas (Martini et al., 2012).
c. Hormon Kalsitonin
Hormon thyroid yang memiliki hubungan dalam keseimbangan / homeostasis
kalsium adalah kalsitonin. Kalsitonin adalah suatu peptide yang terdiri dari 32
asam amino bekerja menghambat osteoklas sehingga resorpsi tulang tidak terjadi.
Hormone ini dihasilkan oleh sel C parafolikular kelenjar tiroid dan disekresi
akibat adanya perubahan kadar kalsium plasma. Kalsitonin baru akan dilepaskan
bila terjadi hiperkalsemi dan sekresi akan berhenti bila kadar kalsium menurun
atau hipokalsemi. Pemberian kalsitonin secara intravena akan menyebabkan
penurunan secara cepat kalsium plasma dan fosfat plasma melalui pengaruh
kalsitonin pada tulang dengan mengahambat osteoklas. Osteoklas dibawah
pengaruh kalsitonin akan mengalami perubahan morfologi. Dalam beberapa menit
osteoklas akan menghentikan aktivitasnya kemudian mengerut dan menarik batas
dari permukaan tulang (Sudoyo, 2009).
Reseptor kalsitonin selain terdapat pada sel osteoklas juga terdapat di
seltubulus proksimal ginjal sehingga kalsitonin memiliki peran pada ginjal. Pada
ginjal kalsitonin akan meningkatkan ekskresi fosfat melalui hambatan absorpsi
fosfat, mempunyai efek natriuresis ringan sehingga ekskresi kalsium oleh ginjal
dapat meningkat namun hal ini tidak memberikan efek pada kalsium plasma
(Sudoyo, 2009).
Seperti pada PTH, regulator pertama pelepasan kalsitonin adalah konsentrasi
Ca2+ bebas dalam plasma, tetapi berbeda efeknya dalam pelepasan PTH,
peningkatan Ca2+ pada darah merangsang sekresi kalsitonin dan penurunan Ca2+.
Karena kalsitonin menurunkan kadar Ca2+ dalam darah, maka sistem ini
membentuk kontrol umpan balik negatif sederhana keduanya atau konsentrasi
Ca2+ plasma, sistem yang berlawanan dengan sistem PTH (Sherwood, 2014).
6
B. Fosfat
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Sampel darah
vena 3 cc
Vacutainer (non
EDTA)
Sentrifuge 4000
rpm 10 menit
Spektrofotometer
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil
a. Identitas Probandus
Umur : 18 tahun
c. Interpretasi hasil
B.Pembahasan
Berdasarkan pemeriksaan kadar kalsium darah terhadap probandus
diketahui bahwa kadar kalsium darah dikategorikan naik, yaitu sebesar 16
mg/dl. Pengukuran tersebut dilakukan dengan alat spektrofotometer melalui
metode CPC Photometric. Diperkirakan bahwa probandus memiliki kadar
kalsium yang tinggi karena kadar kalsium darah probandus kurang dari nilai
normal. Nilai normal adalah 8,1 – 10,4 mg/dl untuk pasien dewasa.
Maka dari itu, probandus perlu melakukan usaha penurunan kadar kalsium
dalam tubuhnya.
Namun, hasil ini tidak sepenuhnya akurat. Hal tersebut dikarenakan
adanya kekurangan praktikan dalam melakukan pemeriksaan. Kekurangan
9
tersebut dapat berupa kesalahan dalam pengambilan sampel darah, sentrifugasi,
pencampuran dengan reagen, ataupun dalam masa inkubasi.
C. Aplikasi Klinis
1. Hiperfosfatemia
2. Hiperparatiroidisme
10
3. Hiperkalsemia intoksikasi vitamin D
4. Hiperkalsemia
5. Osteoporosis
11
menopause adalah masa peralihan dari siklus haid normal ke penghentian haid
akibat menurunnya fungsi ovarium. Menopause adalah penghentian haid
secara permanen). Selama waktu ini, wanita mulai kehilangan 1% atau lebih
densitas tulangnya per tahun. Kepadatan tulang wanita lanjut usia biasanya
hanya 50% sampai 80% dari kepadatan puncak mereka pada usia 35 tahun,
sementara tulang pria lanjut usia mempertahankan 80% sampai 90% dari
kepadatan masa muda mereka. (Sherwood, 2017)
12
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya
cadang ginjal, pada keadaan mana basal LFG masih normal atau malah
meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan
fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea
dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum
merasakan keluhan(asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea
dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan
pada pasien seperti, nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang, dan
penurunan berat badan. Smapai pada LFG dibawah 30% pasien
memperlihatkan gejala dan tanda urenia yang nyata seperti, anemia,
peningkatan pruritus, mual, muntah, dan lain sebagainya. Pasien juga mudah
terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, maupun
infeksi saluran serna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti
hipo atau hiperfolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium
dan kalium. Pada LFG dibawah 15% pasien sudah memerlukan terapi
pengganti ginjal(renal replacement therapy) antara lain dialysis atau
transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium
gagal ginjal. (Mulya, 2014).
7. Osteomalasia
13
4) 25-Hidroksivitamin D kurang dari 15 ng/ml (pada 100 % kasus)
14
BAB V
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Aru. WS., Bambang. S., Idrus. A., Marcellus. SK., Siti. S. 2015. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid I. Internal publishing.
Mulya, F., Bahar, H. 2014. Hubungan Asupan Suplemen Kalsium Pada Ibu Hamil
Dengan Penunjang Bayi Saat Lahir di Wilayah Cengkarang, Jakarta Barat,
Nutrire Diatia, 6 (2), 81-98
Sudoyo, W. 2009. Aru ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta :
Interna Publishing.
16