BAMBU PETUNG
SANG RAKSASA HIJAU
UNIT PELABUHAN
TARAHAN Dr. drg Yayun Siti Rochmah SpBM
EF Press Digimedia
Jl. Watulawang Timur II No.9
Gajahmungkur Semarang
BAMBU PETUNG
SANG RAKSASA HIJAU
UNIT PELABUHAN TARAHAN
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan Visi PT Bukit Asam Tbk yaitu menjadi perusahaan energi kelas dunia
yang peduli lingkungan, PT Bukit Asam Unit Peltar berusaha terus memberikan
nilai tambah maksimal terutama terhadap lingkungan operasional perusahaan.
Kepedulian lingkungan PTBA juga diwujudkan dalam tata nilai perusahaan, yakni :
visioner, integritas, inovatif, professional, sadar biaya dan sadar lingkungan.
Salah satu indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan PT. Bukit Asam Tbk,
Unit Pelabuhan Tarahan adalah dengan tercapainya penghargaan PROPER yang
diperoleh, dimana PROPER merupakan penghargaan dibidang pengelolaan
lingkungan yang diselenggarakan untuk perusahaan yang ada di Indonesia.
PT. Bukit Asam Unit Pelabuhan Tarahan selalu berupaya untuk terus lebih baik
dalam melakukan pengelolaan lingkungan. Hal tersebut juga tidak lepas dari
kebijakan manajemen PTBA dimana Sistem Manajemen Lingkungan dalam Sistem
Manajemen Bukit Asam (SMBA) sudah terintegrasi.
untuk membagi ilmu dan pengalaman terhadap masyarakat umum melalui buku ini.
Atas ridho Allah SWT, akhirnya buku “Bambu Petung, Raksasa Hijau Unit Pelabuhan
Tarahan” telah terbit. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi lingkungan
dan masyarakat.
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan...........................................................................................................1
I.1. Latar Belakang.........................................................................................1
I.2. Reklamasi..................................................................................................2
I.2.1. Tujuan Reklamasi........................................................................3
I.2.2. Manfaat Reklamasi.....................................................................4
I.2.3. Dampak Reklamasi.....................................................................5
I.2.3. Metode Reklamasi......................................................................6
I.2.4. Reklamasi Pt Bukit Asam Tbk Unit Peltar
(Pembangunan Fase 5)............................................................8
II. Program Lingkungan PT Bukit Asam Tbk
Unit Pelabuhan Tarahan................................................................................11
III. Bambu, Solusi Program Penghijauan Unit Pelabuhan Tarahan.......13
III.1 Bambu, Titik Cerah Program Penghijauan Peltar......................13
IV. Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan...................19
IV.1. Karakteristik Fisika..............................................................................19
IV.2. Habitat.....................................................................................................21
IV.3. Manfaat...................................................................................................21
IV.4. Perbanyakan Bambu...........................................................................23
I
PENDAHULUAN
T
anah gersang kekeringan saat musim kemarau, merupakan hal yang
lazim terjadi di PT Bukit Asam Tbk Unit Pelabuhan Tarahan. Diapit
antara bukit dan laut tak membuat perusahaan ini kaya akan air
bersih. Air dari sumber mata air di atas bukit mengering saat musim kemarau.
Air laut pun membutuhkan treatment yang mahal agar bisa digunakan
untuk operasional. Pompa air sebanyak 5 buah juga tak memenuhi jumlah
kebutuhan air bersih yang dibutuhkan. Solusi paling akhir yang dapat
dilakukan agar operasional perusahaan berjalan dengan lancar yaitu dengan
pembelian air bersih. Namun solusi ini hanya jangka pendek. Pembelian
air bersih menyebabkan pengeluaran perusahaan membengkak. Ratusan
juta dikeluarkan perusahaan untuk membayar air tsb. Sangat jauh dari nilai
pembayaran pajak suplai air dari pompa. Hal ini membuat perusahaan berfikir
keras atas solusi dari permasalahan tersebut.
I.2. Reklamasi
S
ecara umum, ketika publik umum mendengar kata reklamasi yang
berkaitan dengan perusahaan pertambangan, maka yang terbesit
di dalam pikiran adalah penutupan lahan tambang digali dengan
landfill. Namun bukan itu yang terjadi di Unit Pelabuhan Tarahan, melainkan
pengembangan area operasional pelabuhan.
A. Dampak Positif
a) Terciptanya lahan baru bagi suatu kota atau negara untuk
keperluan pemekaran kota, tata daerah pantai, pengembangan
wisata, dan lainnya.
b) Dari sisi ekonomi, reklamasi akan membantu peningkatan
kualitas dan dan nilai ekonomi bagi masyarakat di sekitar pesisir
pantai, menambah lapangan pekerjaan, dan menambah lahan
produktif.
c) Sedangkan dari sisi lingkungan, reklamasi dapat mencegah
terjadinya erosi berkelanjutan dan membantu meningkatkan
habitat perairan.
B. Dampak Negatif
a) Terjadinya perubahan hidro-oseanografi
b) Berpotensi mengakibatkan sedimentasi
c) Peningkatan kekeruhan air
d) Terjadinya pencemaran air laut
e) Potensi banjir dan genangan di area pesisir pantai
f) Kerusakan habitat dan ekosistem laut
g) Akses masyarakat ke pantai menjadi terbatas
h) Potensi terjadinya pencemaran udara
2. Sistem Timbunan
4. Sistem Drainase
Reklamasi sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan
relatif rendah dari wilayah sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya
harus lebih tinggi dari elevasi muka air laut. Wilayah ini bisa beru-
pa daerah rawa pasang-surut ataupun daerah rawa yang tidak terjadi
pasang-surut. Dengan membuatkan sistem drainase yang baik serta
pintu-pintu air, wilayah pesisir ini dapat dimanfaatkan menjadi area
permukiman dan pertanian.
(Wardani, 2013)
Pembangunan fase 5 selesai dilakukan pada Juni 2015, yang berarti sejak tahun
tersebut, unit unit tersebut sudah mulai beroperasi. Namun bukan berarti
peningkatan kapasitas produksi tak menyebabkan masalah. Masalah demi
masalah mulai bermunculan satu persatu, termasuk pada aspek lingkungan.
Menuntut perusahaan untuk berinovasi tak hanya untuk meningkatkan target
produksi tp juga untuk kelestarian alam.
II
PROGRAM LINGKUNGAN PT BUKIT
ASAM TBK UNIT PELABUHAN TARAHAN
P
rogram Lingkungan Unit Pelabuhan Tarahan dikoordinir oleh Satuan Kerja
K3LPLS. Dimana satuan kerja tersebut dipimpin oleh seorang manajer
dengan 3 asisten manajer sebagai berikut:
nya menjadi keras dan sulit unit dilakukan penanaman. Tak hanya itu, timbunan
batuan ini ternyata tak hanya terdapat pada lahan pembangunan fase 5, namun
juga hampir diseluruh area pelabuhan, yang memberikan permasalahan tersendiri
dalam pelaksanaan program penghijauan.
D
alam usaha mewujudkan Unit Peltar yang asri dan memperbaiki kondisi
lingkungan, PT Bukit Asam Tbk Unit Pelabuhan Tarahan terus melakukann
percobaan untuk mencari bibit tanaman yang dapat hidup di kondisi tanah
yang sulit. Apabila ditemukan bibit tanaman yang cocok, diharapkan tak hanya asri,
namun aspek lingkungan lainnya juga dapat menjadi lebih baik. Terutama ketika
kondisi sedang kemarau panjang.
Banyak bibit tanaman yang telah dicoba untuk ditanam, seperti ceri, sawit, akasia,
dll. Namun kebanyakan akar nya tidak mampu bertahan pada kondisi tanah batuan
yang keras. Hingga suatu saat percobaan dilakukan dengan penanaman bambu
secara massal pada program Gernas K3 yang dilaksanakan pada tahun 2015.
Pepatah ‘Kerja keras tidak akan mengkhianati hasil’ ternyata memang benar
ada. Usaha penghijauan Unit Pelabuhan Tarahan berhasil. Bambu mampu
tumbuh dan bertahan dengan kondisi tanah yang cukup sulit bagi tanaman-
tanaman lain. Dalam waktu 4 tahun, tanaman bambu tumbuh dengan rimbun
pada beberapa spot tertentu. Bahkan dipinggir laut dengan ketinggian 3-5
Mdpl sehingga pantas untuk diganjar penghargaan rekor MURI pada tahun
2018. Bambu pun juga berperan banyak dalam membantu Unit Pelabuhan
Tarahan dalam peraihan Predikat PROPER Hijau di Tahun 2018. Pencetus
sekaligus penggagas ide ini tak lain adalah Bapak Agus Kurniadi yang saat
itu menjabat sebagai SPV Lingkungan.
Berikut beberapa jenis bambu yang saat ini sudah ditanam dan berhasil
tumbuh dengan baik di PT Bukit Asam Tbk Unit Pelabuhan Tarahan:
Jenis Bibit
Bambu Membra
IV
BAMBU PETUNG, SANG RAKSASA
HIJAU PELABUHAN TARAHAN
B
ambu Petung, dengan nama latin Dendrocalamus Asper, adalah salah satu
jenis bambu yang memiliki ukuran lingkar batang yang besar dan termasuk
ke dalam suku rumput-rumputan. Bambu ini memiliki aneka nama lokal
seperti bambu petung, buluh petung (Mly.); bulu botung (Bat.); oloh otong (Gayo);
triêng bêtong (Aceh); léwuo guru (Nias); bambu batuêng (Mink.); pêring bêtung
(Lamp.); awi bitung (Sd.); pring pêtung, dêling pêtung, jajang bêtung (Jw.); pêréng
pêtong (Md.); tiing pêtung (Bl.); bulo patung, b. patong (Mak.); awo pêtung (Bug.); au
pêtung (Solor); bambu swanggi (Banda), betong (Manggarai, Flores, NTT) dan lain-
lain. Dalam bahasa Inggris ia disebut rough bamboo atau giant bamboo.
Gambar 19. Bambu Petung yang dasar menyempit, terkeluk balik (Widjaja,
Sumber: Wibowo Djatmiko, 2015 yang lokos atau bermiang pucat jarang-
luh cukup tebal 11-38mm dan panjang pelepah 20-25 cm, serta memiliki cabang
primer yang lebih besar dibandingkan dengan cabang lainnya. Adapun klasifikasi
taksonomis bambu petung adalah sebagai berikut:
IV.2. Habitat
IV.3. Manfaat
Bambu petung digunakan oleh banyak orang untuk bahan baku konstruksi dan
jembatan karena batangnya yang kokoh dan dapat tumbuh besar. Selain itu, bambu
petung dapat dimanfaatkan sebagai bahan furnitur antara lain : meja,kursi, tempat
tidur, meja makan lemari pakaian,dan lemari hias (Batubara,2002). Selain untuk tiang,
jenis bambu ini juga sering dibelah untuk dijadikan reng atap. Pemanfaatan batang
bambu petung yang paling cocok adalah untuk papan laminasi bambu. Selain untuk
bahan bangunan, rebung petung dapat dijadikan sayuran yang lezat. Batang bambu
petung bersifat keras dan baik untuk bahan bangunan karena seratnya besar-besar
dan ruasnya panjang. Batang bambu tersebut dapat dimanfaatkan untuk saluran air,
penampung air aren yang disadap, dinding rumah yang dianyam (gedek atau bilik)
dan berbagai jenis barang kerajinan (Isnan, 2008).
Gambar 23. Asbak yang terbuat Gambar 22. Gambar 22. Gelas
dari bambu petung dari bambu petung
Sumber: sumberplastik.co.id Sumber: dekorrumah.net
dari setek biasanya mempunyai persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan
terhadap penyakit dan sifat lainnya. Stek cabang dikenal dengan stek kayu, karena
umumnya tanaman yang dikembangbiakkan dengan stek cabang adalah tanaman
berkayu.
Media tumbuh stek yang memiliki banyak nutrisi dan kapasitas pegang air yang
tinggi serta kaya akan N, P2O5, K2O, CaO, SiO2, akan mendorong pertumbuhan
bambu dengan baik, dan batang terlihat tumbuh dengan baik walaupun pada
tanah asam (pH 4,5) (Uchimura, 1980). Media tumbuh yang baik bagi pertumbuhan
tanaman harus memiliki sifat fisik baik, antara lain mempunyai kemampuan
mengikat air yang tinggi, drainase dan aerasi yang baik, serta sifat kimiawi yang
baik pula. Selain itu,media tumbuh tersebut mampu menghasilkan tanaman yang
berkualitas, memiliki bobot yang cukup ringan, cukup tersedia, mudah diperoleh
dan tidak menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan (Berlian dan Rahayu, 1995).
Menurut Marsono dan Paulus Sigit (2002), kompos yang baik adalah kompos yang
sudah mengalami pelapukan yang cukup dengan dengan dicirikan warna sudah
berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan
punya suhu ruang. Feses sapi dipilih karena selain tersedia dalam jumlah yang
banyak di Indonesia, tapi juga karena mengandung nitrogen dan photasium.
Unsur P juga merupakan salah satu unsur hara makro primer sehingga diperlukan
tanaman dalam jumlah banyak untuk tumbuh dan berproduksi. Tanaman mengambil
unsur P dari dalam tanah dalam bentuk ion H2PO4-. Konsentrasi unsur P dalam
tanaman berkisar antara 0,1-0,5% lebih rendah daripada unsur N dan K.
Keberadaan unsur P berfungsi sebagai penyimpan dan transfer energi untuk seluruh
Dalam proses pertumbuhan tanaman, unsur K merupakan salah satu unsur hara
makro primer yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak juga, selain unsur N
dan P. Unsur K diserap tanaman dari dalam tanah dalam bentuk ion K+. Kandungan
unsur K pada jaringan tanaman sekitar 0,5 - 6% dari berat kering.
Tanaman yang kekurangan unsur hara Kalium akan menunjukkan gejala yang mirip
dengan kekurangan unsur N, yaitu:
Sesuai dengan ciri-ciri yang telah dibaca pada sub bab sebelumnya, bambu
petung memiliki karakteristik yang besar bahkan cenderung raksasa dibandingkan
jenis bambu lainnya. Buluhnya dapat tumbuh sepanjang 20 meter dengan ujung
melengkung dan akarnya pun kokoh sehingga dapat menembus batuan yang keras.
Diameter buluhnya besar dan ketebalannya mencapai 3,6 cm. Hal inilah yang
membuatnya cocok untuk ditanam dikondisi ekstrim. Mungkin memang tidak terlalu
ekstrim jika dibandingkan dengan padang pasir atau kutub, tetapi kondisi tanah di
PTBA Unit Peltar cukup membuat kesulitan dalam mencari tanaman yang sesuai.
Tanaman ini mampu hidup dipinggir pantai sehingga dapat ditanam di pelabuhan.
Banyak penelitian yang sudah dilakukan terhadap bambu petung karena merupaka
primadona di pasar produksi terutama sebagai bahan baku baik untuk kerajinan
tangan maupun infrastruktur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh K
Widnyaya diketahui bahwa bambu betung memiliki daya serap emisi CO2 sebesar
12 ton/ha/tahun, maka dapat dihitung penyerapan emisi karbon bambu petung di
area peltar adalah sebagai berikut:
TAHUN
Jenis Pohon
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Bambu Petung (Dendrocalamus Asper)
Sumber: 116
data 397
perusahaan 90 48 233 15
Jumlah Per Tahun 116 513 603 651 884 899
Serapan karbon (12 ton/ha/tahun) 1392 6156 7236 7812 10608 10788
Tak hanya serapan karbon, bambu petung juga dapat menyerap air hingga 90% dari
total air hujan (Widjaja, 2014). Sehingga dapat disimpulkan, bahwa bambu petung
dapat membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah dalam jumlah banyak.
Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah air yang dapat dipasok air pompa
pertahunnya sebagai berikut:
Dari data tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa penanaman bambu turut
menyumbang dan berperan penting dalam penambahan jumlah supply air pompa
yang digunakan untuk operasional Unit Pelabuhan Tarahan. Namun sayangnya,
belum ada penelitian atau kajian lebih lanjut yang dilakukan oleh PT Bukit Asam
Tbk Unit Pelabuhan Tarahan untuk mengetahui secara spesifik berapa jumlah air
hujan yang dapat diserap tanaman bambu petung.
Upaya demi upaya terus dilakukan PT Bukit Asam Tbk Unit Pelabuhan Tarahan demi
masa depan yang lebih baik. Sesuai dengan Visi kami, “Perusahaan Energi Kelas
Dunia Yang Peduli Lingkungan”, kami tak pernah berhenti dalam berinovasi. Tak
hanya untuk kami, namun untuk Negeri. Kinerja perusahaan holding pertambangan
BUMN, merupakan cermin dari negeri itu sendiri dalam menjalankan usaha.
Sehingga upaya dalam menjaga kestabilan dan keseimbangan lingkungan hidup
haruslah menjadi contoh bagi perusahaan pertambangan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/infokespro/570aee625793732c057ee1b1/ribut-
ribut-reklamasi-teluk-jakarta-hanya-nembak-ahok-abaikan-keppres-52-
1995-sebagai-sumber-masalah?page=all. Diakses pada 14 September 2019
pukul 13.28
https://www.hitvberita.com/peristiwa/revitalisasi-pemukiman-padat-di-jakarta/.
Diakses pada 14 September 2019 pukul 13.42
http://parepos.fajar.co.id/2019/01/destinasi-wisata-baru-ada-pulau-buatan-di-
sidrap/. Diakses pada 14 September 2019 pukul 13.53
Wardani, Khusnul Setia. 2013. Makalah Workshop Pengembangan dan Pemeliharaan
Pelabuhan Perikanan: Pengendalian Konstruksi Reklamasi. https://www.
researchgate.net/publication/303765934_Pengendalian_Konstruksi_
Reklamasi. Diakses pada 14 September 2019 pukul 15.15
http://reklamasi-pantura.com/sistem-dan-sumber-material-reklamasi/. Diakses
pada 14 September 2019 pukul 16.10
Widjaja, E.A. 2001. Identikit jenis-jenis bambu di Jawa. Bogor: Puslitbang Biologi
LIPI
Brink, M. 2008. “Dendrocalamus asper.” in D. Louppe. A.A. Oteng-Amoako, & M. Brink
(Eds.) Plant Resources of Tropical Africa. Wageningen:PROTA Foundation.
Otjo dan At madja, 2006. Bambu, Tanaman Tradisional Yang Terlupakan.https://
anekaplanta.wordpress.com/2007/12/21/bambu-tanaman-tradisional-yang-
terlupakan/. Diakses pada 17 September 2019 pukul 20.54
Widjaja, E.A., Mien, A.R., Bambang,S., Dodi,N. 1994. Strategi Penelitian Bambu
Indonesia. Bogor: Yayasan Bambu Lingkungan Lestari.
Batubara, R. 2002. Pemanfaatan Bambu di Indonesia. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Sutiyono dkk. 1992. Budidaya Bambu. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peningkatan Produktivitas Hutan
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Panduan Kehutanan Indonesia:
Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Jakarta: Penebar Swadaya
Isnan, W. 2008. Hutan bambu rakyat. http://wahyudiisnan.blogspot.com . Diakses
18 September 2019 pukul 13.11.