Anda di halaman 1dari 43

Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | i

BAMBU PETUNG
SANG RAKSASA HIJAU
UNIT PELABUHAN
TARAHAN Dr. drg Yayun Siti Rochmah SpBM

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KELAINAN BIBIR


NON SINDROMIK
PADA SUKU SASAK LOMBOK

Penulis : Rafika Puspitasari


Editor : Ivan Sagara

Dr.drg Yayun Siti Rochmah SpBM


Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial
FKG Unissula

Disampaikan pada acara Orasi Ilmiah Rapat Senat Terbuka


FKG Unissula , 10 Juli 2018

EF Press Digimedia
Jl. Watulawang Timur II No.9
Gajahmungkur Semarang

Orasi Ilmiah Rapat Senat Terbuka, FKG Unissula |i

Menuju PELTAR EMAS


ii | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

BAMBU PETUNG
SANG RAKSASA HIJAU
UNIT PELABUHAN TARAHAN

Penulis : Rafika Puspitasari


Editor : Ivan Sagara

EFEKTIVITAS PELVIC ROCKING EXERCISE


978-602-0962-68-9
PADA IBU BERSALIN KALA I TERHADAP KEMAJUAN PERSALINAN DAN LAMA
ISBN: ..............................................
PERSALINAN

Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia


Oleh Penerbit EF Press Digimedia, 2019
Penyusun:
Cetakan Pertama : Januari 2019
Rr. Catur Leny Wulandari,S.SiT.,M.Keb
perupa sampul :
Sri Wahyuni, S.S.T., M.Keb
Yoyon Yonathan
Semarang:
XX + 42 Hal
ix + 144 hlm; Ukuran:16 x 23 cm
17.5 x 25 cm
ISBN ………………………….
Cetakan Pertama, Maret 2019
Penerbit:
Hak Cipta 2019, pada penulis
EF Press Digimedia
Jl. Watulawang Timur II No.9
Gajahmungkur Semarang
email: efpressdigimedia@gmail.com /WA. 081228786456

All Right Reserved

Isi diluar tanggung jawab percetakan

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penulis

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | iii

KATA PENGANTAR

Sesuai dengan Visi PT Bukit Asam Tbk yaitu menjadi perusahaan energi kelas dunia
yang peduli lingkungan, PT Bukit Asam Unit Peltar berusaha terus memberikan
nilai tambah maksimal terutama terhadap lingkungan operasional perusahaan.
Kepedulian lingkungan PTBA juga diwujudkan dalam tata nilai perusahaan, yakni :
visioner, integritas, inovatif, professional, sadar biaya dan sadar lingkungan.

Salah satu indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan PT. Bukit Asam Tbk,
Unit Pelabuhan Tarahan adalah dengan tercapainya penghargaan PROPER yang
diperoleh, dimana PROPER merupakan penghargaan dibidang pengelolaan
lingkungan yang diselenggarakan untuk perusahaan yang ada di Indonesia.

PT. Bukit Asam Unit Pelabuhan Tarahan selalu berupaya untuk terus lebih baik
dalam melakukan pengelolaan lingkungan. Hal tersebut juga tidak lepas dari
kebijakan manajemen PTBA dimana Sistem Manajemen Lingkungan dalam Sistem
Manajemen Bukit Asam (SMBA) sudah terintegrasi.

Sehubungan dengan aspek Keanekaragaman Hayati yang merupakan salah satu


aspek tuntutan dari Kementrian Lingkungan Hidup terhadap perusahaan, maka
PTBA Unit Peltar berupaya untuk terus berinovasi di bidang tersebut dan bermaksud

Menuju PELTAR EMAS


iv | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

untuk membagi ilmu dan pengalaman terhadap masyarakat umum melalui buku ini.

Atas ridho Allah SWT, akhirnya buku “Bambu Petung, Raksasa Hijau Unit Pelabuhan
Tarahan” telah terbit. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi lingkungan
dan masyarakat.

Demikian kata pengantar ini disusun. Wassalamualaikum wr wb

GM Unit Pelabuhan Tarahan

Hadis Surya Palapa

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | v

DAFTAR ISI

I. Pendahuluan...........................................................................................................1
I.1. Latar Belakang.........................................................................................1
I.2. Reklamasi..................................................................................................2
I.2.1. Tujuan Reklamasi........................................................................3
I.2.2. Manfaat Reklamasi.....................................................................4
I.2.3. Dampak Reklamasi.....................................................................5
I.2.3. Metode Reklamasi......................................................................6
I.2.4. Reklamasi Pt Bukit Asam Tbk Unit Peltar
(Pembangunan Fase 5)............................................................8
II. Program Lingkungan PT Bukit Asam Tbk
Unit Pelabuhan Tarahan................................................................................11
III. Bambu, Solusi Program Penghijauan Unit Pelabuhan Tarahan.......13
III.1 Bambu, Titik Cerah Program Penghijauan Peltar......................13
IV. Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan...................19
IV.1. Karakteristik Fisika..............................................................................19
IV.2. Habitat.....................................................................................................21
IV.3. Manfaat...................................................................................................21
IV.4. Perbanyakan Bambu...........................................................................23

Menuju PELTAR EMAS


vi | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

IV.4.1. Unsur N (Nitrogen).................................................................25


IV.4.2. Unsur P (Phospor)...................................................................25
IV.4.3. Unsur K (Kalium).....................................................................26
IV.5. Penanaman Bambu Petung Di Pt Bukit Asam Tbk Unit
Pelabuhan Tarahan..............................................................................28
IV.6. Dampak Positif Bagi Lingkungan...................................................29
IV.7. Harapan Besar Ptba Unit Peltar......................................................31
Daftar Pustaka...............................................................................................................33

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | vii

Menuju PELTAR EMAS


viii | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 1

I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

T
anah gersang kekeringan saat musim kemarau, merupakan hal yang
lazim terjadi di PT Bukit Asam Tbk Unit Pelabuhan Tarahan. Diapit
antara bukit dan laut tak membuat perusahaan ini kaya akan air
bersih. Air dari sumber mata air di atas bukit mengering saat musim kemarau.
Air laut pun membutuhkan treatment yang mahal agar bisa digunakan
untuk operasional. Pompa air sebanyak 5 buah juga tak memenuhi jumlah
kebutuhan air bersih yang dibutuhkan. Solusi paling akhir yang dapat
dilakukan agar operasional perusahaan berjalan dengan lancar yaitu dengan
pembelian air bersih. Namun solusi ini hanya jangka pendek. Pembelian
air bersih menyebabkan pengeluaran perusahaan membengkak. Ratusan
juta dikeluarkan perusahaan untuk membayar air tsb. Sangat jauh dari nilai
pembayaran pajak suplai air dari pompa. Hal ini membuat perusahaan berfikir
keras atas solusi dari permasalahan tersebut.

Program penghijauan pun mulai digerakkan. Sedikit demi sedikit perusahaan


berusaha memperbaiki kondisi lingkungan operasional perusahaan. Tanah
yang tandus dan kering diduga menjadi penyebab atas minimnya jumlah air
Menuju PELTAR EMAS
2 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

tanah. Tanaman dibutuhkan sebagai pengikat air ke dalam tanah. Namun,


tak selesai sampai disana, ada berbagai penghambat lainnya dalam realisasi
program ini.

I.2. Reklamasi

Gambar 1. Reklamasi Pantai Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara


Sumber: tribunnews.com

S
ecara umum, ketika publik umum mendengar kata reklamasi yang
berkaitan dengan perusahaan pertambangan, maka yang terbesit
di dalam pikiran adalah penutupan lahan tambang digali dengan
landfill. Namun bukan itu yang terjadi di Unit Pelabuhan Tarahan, melainkan
pengembangan area operasional pelabuhan.

Sebenarnya, apa itu reklamasi?  Pengertian Reklamasi  adalah suatu proses


pembuatan daratan baru dari dasar laut atau sungai yang dilakukan
manusia  untuk menambah luas daratan (Maxmanroe.com). Secara etimologi
pengertian reklamasi berasal dari Bahasa Inggris, yaitu reclaim  dan
reclamation  yang artinya memperbarui. Di Indonesia sendiri saat ini ada
beberapa wilayah yang mengalami reklamasi, salah satunya adalah reklamasi
pantai di Jakarta Utara. Menurut Wisnu Suharto dalam bukunya yang berjudul
Reklamasi Pantai dalam Perspektif Tata Air menyebutkan bahwa suatu upaya
pemanfaatan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih
kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Dengan

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 3

kata lain reklamasi adalah mengubah wilayah perairan pantai menjadi


daratan dengan mengubah permukaan tanah yang rendah dan tergenangan
air menjadi lebih tinggi. Menurut UU No. 27 tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, definisi reklamasi adalah kegiatan yang
dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan yang
ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan,
pengeringan lahan atau drainase.

I.2.1. TUJUAN REKLAMASI

Mengacu pada pengertian reklamasi di atas, tujuan reklamasi adalah untuk


mengubah wilayah daratan rendah yang berair atau belum termanfaatkan
menjadi wilayah yang bermanfaat untuk kegiatan ekonomi dan tujuan
strategis lainnya.

Umumnya wilayah reklamasi dimanfaatkan untuk pemukiman, kegiatan


bisnis, industri, pelabuhan udara, pertanian, jalur transportasi alternatif, dan
lain-lain.
Tujuan reklamasi menurut ahli, yaitu Max Wagiu (2011):
1. Agar tanah yang hilang akibat ombak laut dikembalikan seperti semula

Gambar 2. Proses Hilangnya Tanah Akibat Ombak Laut (Abrasi)


yang terjadi di Muara Gembong, Bekasi (Sumber: republika.co.id)

Menuju PELTAR EMAS


4 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

2. Agar terbentuk lapisan tanah baru di kawasan garis pantai di mana


nantinya akan difungsikan untuk bangunan sebagai benteng perlind-
ungan garis pantai

Gambar 3. Peta Rencana Reklamasi Pantai Utara Jakarta


Sumber: kompasiana.com

I.2.2. MANFAAT REKLAMASI

Dikutip dari Maxmanroe.com, berikut adalah manfaat dari kegaitan reklamasi


pantai, itu:
1. Bagi kota atau negara yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi,
reklamasi merupakan salah satu solusi atas keterbatasan lahan untuk
pemukiman baru.

Gambar 4. Pemukiman Padat Penduduk di Jakarta (Sumber: HiTVberita.com)

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 5

2. Memberdayakan kawasan berair yang rusak menjadi wilayah yang


bermanfaat untuk berbagai keperluan, misalnya pemukiman, pertanian,
industri, objek wisata, dan lain-lain.

Gambar 5. Reklamasi sebagai salah satu upaya


revitalisasi Danau Tempe, Sulawesi (Sumber: parepos.fajar.co.id)

3. Mencegah erosi berkelanjutan di wilayah reklamasi dengan membangun


konstruksi pengaman yang dapat memecah ombak laut.
4. Mencegah terjadinya banjir di sekitar wilayah pemukiman yang
ketinggiannya di bawah permukaan air laut.
5. Memperbaiki pesisir pantai menjadi area yang lebih baik dan
bermanfaat bagi masyarakat umum.
6. Membantu memperbaiki tata kota dimana area reklamasi bisa menjadi
tempat rekreasi yang menarik.

I.2.3. DAMPAK REKLAMASI

Berdasarkan situs maxmanroe.com, berikut dampak yang dihasilkan dari


kegiatan reklamasi

Menuju PELTAR EMAS


6 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

A. Dampak Positif
a) Terciptanya lahan baru bagi suatu kota atau negara untuk
keperluan pemekaran kota, tata daerah pantai, pengembangan
wisata, dan lainnya.
b) Dari sisi ekonomi, reklamasi akan membantu peningkatan
kualitas dan dan nilai ekonomi bagi masyarakat di sekitar pesisir
pantai, menambah lapangan pekerjaan, dan menambah lahan
produktif.
c) Sedangkan dari sisi lingkungan, reklamasi dapat mencegah
terjadinya erosi berkelanjutan dan membantu meningkatkan
habitat perairan.
B. Dampak Negatif
a) Terjadinya perubahan hidro-oseanografi
b) Berpotensi mengakibatkan sedimentasi
c) Peningkatan kekeruhan air
d) Terjadinya pencemaran air laut
e) Potensi banjir dan genangan di area pesisir pantai
f) Kerusakan habitat dan ekosistem laut
g) Akses masyarakat ke pantai menjadi terbatas
h) Potensi terjadinya pencemaran udara

I.2.3. METODE REKLAMASI

Pada pelaksanaannya, reklamasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:


1. Sistem Polder

Gambar 6. Reklamasi dengan Sistem Polder

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 7

Reklamasi sistem Polder yaitu reklamasi yang dilakukan dengan


cara pengeringan perairan yang akan direklamasi. Untuk melakukan
pengeringan ini perlu dibuat tanggul yang mengelilingi lahan yang
akan direklamasi yang wajib bersifat kedap air. Lahan reklamasi yang
dibangun dengan metode ini biasanya berada di bawah permukaan air
laut, dengan demikian sistem drainase dan pengeringan harus dilaku-
kan secara terus menerus. Keuntungan dari metode ini yaitu material
timbunan yang dibutuhkan relatif sedikit. Kelemahannya adalah selalu
terancam genangan air baik berasal dari laut maupun dari hujan lokal.
Dengan demikian, untuk menjaga agar lahan tetap kering diperlukan
biaya perawatan dan operasional yang cukup tinggi. Metode ini juga
tidak cocok digunakan di area dengan curah hujan tinggi.
(Wardani, 2013)

2. Sistem Timbunan

Gambar 7. Reklamasi dengan Sistem Timbunan

Reklamasi sistem timbunan yaitu reklamasi dengan menimbun perai-


ran pantai sampai muka lahan berada di atas muka air laut (HWL). Ada-
pun keuntungan sistem ini yaitu lahan hasil reklamasi selalu berada di
atas permukaan air laut, dengan demikian fasilitas yang dibangun di
atas lahan reklamasi ini aman dari ancaman air laut ataupun air yang
berlebihan.
( Wardani, 2013)

Menuju PELTAR EMAS


8 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

3. Sistem Kombinasi Polder dan Timbunan

Gambar 8. Reklamasi dengan Sistem Kombinasi Polder-Timbunan

Reklamasi sistem polder-timbunan yaitu merupakan metode reklamasi


yang menggabungkan antara sistem timbunan dan podler. Sistem ini
diharapkan dapat memberikan solusi yang lebih murah untuk kasus-
kasus tertentu.
(Wardani, 2013)

4. Sistem Drainase
Reklamasi sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan
relatif rendah dari wilayah sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya
harus lebih tinggi dari elevasi muka air laut. Wilayah ini bisa beru-
pa daerah rawa pasang-surut ataupun daerah rawa yang tidak terjadi
pasang-surut. Dengan membuatkan sistem drainase yang baik serta
pintu-pintu air, wilayah pesisir ini dapat dimanfaatkan menjadi area
permukiman dan pertanian.
(Wardani, 2013)

I.2.4. REKLAMASI PT BUKIT ASAM TBK UNIT PELTAR (PEMBANGUNAN FASE 5)


Demi mewujudkan target kapasitas produksi sebesar 25 juta ton/tahun , PT
Bukit Asam Tbk memperluas area operasional pelabuhan. Pengembangan
area operasional dilakukan seluas 8 ha. Adapun bagian-bagian yang
dibangun antara lain yaitu Dermaga jetty 3, Rotary Car Dumper (RCD)3 & 4
serta Stockpile 4.

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 9

Gambar 9. Stockpile 4 Unit Pelabuhan Tarahan.


Sumber: Data Perusahaan

Penambahan kapasitas sandar kapal juga ditingkatkan menjadi 210.000


DWH dengan mayoritas aktivitas pengisian batu bara untuk kapal ekspor.

Gambar 10. Dermaga Jetty 3


Sumber: Data Perusahaan

Menuju PELTAR EMAS


10 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

Gambar 11. RCD 4 (Kapasitas Bongkar 2 gerbong bersamaan)


Sumber: Data Perusahaan

Pembangunan fase 5 selesai dilakukan pada Juni 2015, yang berarti sejak tahun
tersebut, unit unit tersebut sudah mulai beroperasi. Namun bukan berarti
peningkatan kapasitas produksi tak menyebabkan masalah. Masalah demi
masalah mulai bermunculan satu persatu, termasuk pada aspek lingkungan.
Menuntut perusahaan untuk berinovasi tak hanya untuk meningkatkan target
produksi tp juga untuk kelestarian alam.

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 11

II
PROGRAM LINGKUNGAN PT BUKIT
ASAM TBK UNIT PELABUHAN TARAHAN

P
rogram Lingkungan Unit Pelabuhan Tarahan dikoordinir oleh Satuan Kerja
K3LPLS. Dimana satuan kerja tersebut dipimpin oleh seorang manajer
dengan 3 asisten manajer sebagai berikut:

1. Asisten Manajer K3L. Orang yang berwenang dalam mengkoordi-


nasikan pekerjaan pengawasan di bidang K3 dan Lingkungan
2. Asisten Manajer Pengelolaan Lingkungan. Orang yang berwenang da-
lam mengkoordinasikan terkait pekerjaan Pengelolaan Lingkungan
3. Asisten Manajer Security. Orang yang berwenang dalam mengkoordi-
nasikan pekerjaan terkait pengamanan di area operasional unit pela-
buhan tarahan.

Sedangkan untuk program kinerja lingkungan, berada di bawah wewenang Asisten


Manajer Pengelolaan Lingkungan.
Berdasarkan situs Reklamasi-Pantura.com, material yang digunakan dalam
sistem timbunan antara lain pasir laut dalam, hasil pengurugan dengan limbah
atau sampah yang telah dipadatkan, dan juga tanah.
Sedangkan pada pembangunan fase 5 Unit Pelabuhan Tarahan, tak hanya
pasir laut dan tanah yang digunakan, namun juga batuan yang menyebabkan tanah
Menuju PELTAR EMAS
12 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

nya menjadi keras dan sulit unit dilakukan penanaman. Tak hanya itu, timbunan
batuan ini ternyata tak hanya terdapat pada lahan pembangunan fase 5, namun
juga hampir diseluruh area pelabuhan, yang memberikan permasalahan tersendiri
dalam pelaksanaan program penghijauan.

Gambar 12. Pembangunan Fase 5 Unit Pelabuhan Tarahan


Sumber: Data Perusahaan

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 13

BAMBU, SOLUSI PROGRAM


II
PENGHIJAUAN UNIT PELABUAN
TARAHAN

D
alam usaha mewujudkan Unit Peltar yang asri dan memperbaiki kondisi
lingkungan, PT Bukit Asam Tbk Unit Pelabuhan Tarahan terus melakukann
percobaan untuk mencari bibit tanaman yang dapat hidup di kondisi tanah
yang sulit. Apabila ditemukan bibit tanaman yang cocok, diharapkan tak hanya asri,
namun aspek lingkungan lainnya juga dapat menjadi lebih baik. Terutama ketika
kondisi sedang kemarau panjang.

Banyak bibit tanaman yang telah dicoba untuk ditanam, seperti ceri, sawit, akasia,
dll. Namun kebanyakan akar nya tidak mampu bertahan pada kondisi tanah batuan
yang keras. Hingga suatu saat percobaan dilakukan dengan penanaman bambu
secara massal pada program Gernas K3 yang dilaksanakan pada tahun 2015.

III.1. Bambu, Titik Cerah Program Penghijauan Peltar

Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae


(rumput-rumputan). Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah
batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap dari mulai rebung, bambu
muda, dan bambu dewasa pada umur 3-4 tahun. Batang bambu berbentuk

Menuju PELTAR EMAS


14 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

silindris, berbuku-buku, beruas-ruas, berongga, berdinding keras, pada setiap


buku terdapat mata tunas atau cabang (Otjo dan Atmadja, 2006).

Pertumbuhan setiap tanaman tidak terlepas dari pengaruh kondisi


lingkungannya, antara lain jenis iklim dan jenis tanah. Lingkungan yang
sesuai dengan tanaman bambu adalah yang bersuhu sekitar 8,8-36C. Bambu
dapat tumbuh pada tanah yang bersifat masam (pH 3,5), tetapi umumnya
tumbuh dengan baik pada tanah yang pH-nya 5,0 sampai 6,5. Pada tanah
yang subur tanaman bambu akan tumbuh dengan baik karena hara mineral
yang dibutuhkan terpenuhi (Berlian dan Rahayu, 1995). Tempat tumbuh yang
disukai bambu adalah lahan yang terbuka dan mendapatkan sinar matahari
yang cukup. Bambu lebih toleran terhadap iklim. Bambu di Indonesia dapat
tumbuh pada iklim tipe A, B, C, D, dan E. Walaupun demikian, semakin basah
tipe iklimnya pertumbuhan bambu semakin baik, sebab bambu membutuhkan
banyak air. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan bambu adalah minimal
1.020 mm/tahun (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Jenis-jenis Bambu yang terdapat di Indonesia diperkirakan sekitar 159


spesies dari total 1.250 jenis bambu yang terdapat di dunia. Bahkan sekitar
88 jenis bambu yang ada di Indonesia merupakan tanaman endemik. Bambu
merupakan jenis rumput-rumputan yang dan beruas. Bambu merupakan
anggota famili Poaceae yang terdiri atas 70 genus. Bambu termasuk jenis
tanaman yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Beberapa jenis
bambu mampu tumbuh hingga sepanjang 60 cm dalam sehari. Indonesia
merupakan salah satu wilayah yang menjadi surga bagi jenis tanaman yang
disebut juga sebagai buluh, aur, dan eru ini. Diperkirakan terdapat sedikitnya
159 jenis bambu di Indonesia yang 88 diantaranya merupakan spesies
endemik Indonesia.

Berikut gambar peta penyebaran tanaman bambu di Indonesia:

Menuju PELTAR EMAS


Gambar 13 Penyebaran Rumpun Bambu di Indonesia
Sumber: Bamboeindonesia.wordpress.com

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 15
16 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

Gambar 14. Penanaman Bambu di Unit Peltar


Sumber: Data Perusahaan

Pepatah ‘Kerja keras tidak akan mengkhianati hasil’ ternyata memang benar
ada. Usaha penghijauan Unit Pelabuhan Tarahan berhasil. Bambu mampu
tumbuh dan bertahan dengan kondisi tanah yang cukup sulit bagi tanaman-
tanaman lain. Dalam waktu 4 tahun, tanaman bambu tumbuh dengan rimbun
pada beberapa spot tertentu. Bahkan dipinggir laut dengan ketinggian 3-5
Mdpl sehingga pantas untuk diganjar penghargaan rekor MURI pada tahun
2018. Bambu pun juga berperan banyak dalam membantu Unit Pelabuhan
Tarahan dalam peraihan Predikat PROPER Hijau di Tahun 2018. Pencetus
sekaligus penggagas ide ini tak lain adalah Bapak Agus Kurniadi yang saat
itu menjabat sebagai SPV Lingkungan.

Gambar 15. Rekor MURI Penanaman Bambu pada


2-5 Mdpl di Pinggir Pantai dengan Jenis Terbanyak
Sumber: Data Perusahaan

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 17

Berikut beberapa jenis bambu yang saat ini sudah ditanam dan berhasil
tumbuh dengan baik di PT Bukit Asam Tbk Unit Pelabuhan Tarahan:

Tabel 1 Jenis-jenis bambu yang dibudidayakan di Unit Pelabuhan Tarahan

Jenis Bibit

Bambu Pagar (Bambusa tuldoides ventricosa)

Bambu Haur Geulis (Bambusa vulgaris var pitata)

Bambu Petung (Dendrocalamus asper)

Bambu Afrika Latin (Oxytenanthera abyssinica)

Bambu Pagar Kuning (Bambusa multiplex alphonse karr)

Bambu Putih (Bambusa heterostachya widjaja glaucophylla)

Bambu China Gold (Bambusa eutuldoides viridi vittata )

Bambu Tekstil (Bambusa. Textillis gracilis )

Bambu Taiwan (Dendrocamus latiflorus)

Bambu Membra

Bambu Oldhamii (Bambusa oldhamii)

Bambu Ori/Duri (Bambusa blumeana)

Bambu budha (Bambusa wamin)

Bambu Gombong Surat (Gigantochloa pseudoarundinacea)

Bambu Hitam (Gigantochloa atroviolacea )

Bambu Ampel Kuning (Bambusa vulgaris)

Bambu Ampel Hijau (Bambusa vulgaris)

Bambu Mayan (Gigantochloa robusta)

Bambu Atter (Gegantochloa atter)

Bambu Tutul (Bambusa maculata)

Bambu budha (Bambusa Wamin)

Menuju PELTAR EMAS


18 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

Gambar 17. Bambu yang tumbuh di dekat Stockpile


Sumber: Data Perusahaan

Gambar 18. Bambu yang tumbuh di area kantor terpadu


Sumber: Data Perusahaan

Gambar 19. Bambu Petung yang Tumbuh di Magetan


Sumber: Wibowo Djatmiko, 2015

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 19

IV
BAMBU PETUNG, SANG RAKSASA
HIJAU PELABUHAN TARAHAN

B
ambu Petung, dengan nama latin Dendrocalamus Asper, adalah salah satu
jenis bambu yang memiliki ukuran lingkar batang yang besar dan termasuk
ke dalam suku rumput-rumputan. Bambu ini memiliki aneka nama lokal
seperti bambu petung, buluh petung (Mly.); bulu botung (Bat.); oloh otong (Gayo);
triêng bêtong (Aceh); léwuo guru (Nias); bambu batuêng (Mink.); pêring bêtung
(Lamp.); awi bitung (Sd.); pring pêtung, dêling pêtung, jajang bêtung (Jw.); pêréng
pêtong (Md.); tiing pêtung (Bl.); bulo patung, b. patong (Mak.); awo pêtung (Bug.); au
pêtung (Solor); bambu swanggi (Banda), betong (Manggarai, Flores, NTT) dan lain-
lain. Dalam bahasa Inggris ia disebut rough bamboo atau giant bamboo.

IV.1. Karakteristik Fisika

Bambu petung memiliki karakteristik fisika merumpun, rebungnya


hitam keunguan, tertutup oleh bulu-bulu (miang) seperti beledu
cokelat hingga kehitaman. Buluh berukuran besar, panjang ruas 40-
50  cm dan garis tengahnya 12-18(-20)  cm, secara keseluruhan buluh
mencapai tinggi 20 m dengan ujung yang melengkung; warnanya bervariasi dari
hijau, hijau tua, hijau keunguan, hijau keputihan, atau bertotol-totol putih karena
Menuju PELTAR EMAS
20 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

liken. Buku-bukunya dikelilingi oleh akar


udara (Widjaja, 2001). Tebal dinding buluhnya
antara 11 sampai 36 mm (Brink, 2008). Pelepah
buluh berukuran besar, lk. 50 × 25 cm (Brink,
2008). Tertutup oleh miang berwarna hitam
hingga cokelat tua; kupingnya membulat
dan terkadang mengeriting hingga dasar
daun pelepah buluh, tinggi 7  mm dengan
bulu kejur hingga 5 mm; ligula (lidah-lidah)
menggerigi tidak teratur, tinggi 7-10  mm
dengan bulu kejur pendek hingga 3  mm;
daun pelepah buluh menyegitiga dengan

Gambar 19. Bambu Petung yang dasar menyempit, terkeluk balik (Widjaja,

Tumbuh di Magetan 2001) Daun pada ranting dengan pelepah

Sumber: Wibowo Djatmiko, 2015 yang lokos atau bermiang pucat jarang-

jarang, tanpa kuping, ligula lk. 2 mm, helaian


berukuran 15-30(-45) × 1-2,5(-8,5)  cm, sisi
bawahnya agak berbulu; tangkai daun amat
pendek (Brink, 2008)

Perbungaan berupa malai pada ranting


tak berdaun, dengan kelompok-kelompok
spikelet pada masing masing bukunya.
Spikelet bentuk elipsoid, 6-9 × 4-5 mm,
sedikit memipih ke samping, berisi 1-2
gluma dan 4-5 floret (Brink, 2008)

Menurut Widjaja (1995), bambu petung


mempunyai tipe simpodial dengan rumpun Gambar 20. Bambu Petung Hijau
yang cukup rapat, tinggi buluh mencapai Sumber: Koleksi Bambu Ekowisata
20-30 meter, diameter pangkal 20-30 cm Boonpring Andeman
dengan panjang ruas 40-60 cm, dinding bu-

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 21

luh cukup tebal 11-38mm dan panjang pelepah 20-25 cm, serta memiliki cabang
primer yang lebih besar dibandingkan dengan cabang lainnya. Adapun klasifikasi
taksonomis bambu petung adalah sebagai berikut:

Rhegnum: Plantae (Tumbuhan)


Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (tumbuhan berkeping satu/monokotil)
Ordo: Poales
Famili: Poaceae atau Gramineae
Genus: Dendrocalamus
Spesies: Dendrocalamus asper

IV.2. Habitat

Bambu petung tumbuh subur di banyak tempat di pulau Jawa, Sumatera,Sulawesi


hingga kepulauan Nusa Tenggara. Bambu ini tumbuh paling baik didaerah lembab
dan basah, namun bisa juga tumbuh di daerah yang kering. Di daerah tropis, bambu
petung tumbuh pada ketinggian 0-1.500 mdpl dengan curah hujan sebesar 2.400
mm/tahun.

IV.3. Manfaat

Bambu petung digunakan oleh banyak orang untuk bahan baku konstruksi dan
jembatan karena batangnya yang kokoh dan dapat tumbuh besar. Selain itu, bambu
petung dapat dimanfaatkan sebagai bahan furnitur antara lain : meja,kursi, tempat
tidur, meja makan lemari pakaian,dan lemari hias (Batubara,2002). Selain untuk tiang,
jenis bambu ini juga sering dibelah untuk dijadikan reng atap. Pemanfaatan batang
bambu petung yang paling cocok adalah untuk papan laminasi bambu. Selain untuk
bahan bangunan, rebung petung dapat dijadikan sayuran yang lezat. Batang bambu
petung bersifat keras dan baik untuk bahan bangunan karena seratnya besar-besar
dan ruasnya panjang. Batang bambu tersebut dapat dimanfaatkan untuk saluran air,
penampung air aren yang disadap, dinding rumah yang dianyam (gedek atau bilik)
dan berbagai jenis barang kerajinan (Isnan, 2008).

Menuju PELTAR EMAS


22 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

Gambar 21. Jembatan Bambu di Solo


Sumber: www.ikons.id

Gambar 23. Asbak yang terbuat Gambar 22. Gambar 22. Gelas
dari bambu petung dari bambu petung
Sumber: sumberplastik.co.id Sumber: dekorrumah.net

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 23

IV.4. Perbanyakan Bambu

Pembibitan tanaman bambu dapat dilakukan dengan beberapa cara perbanyakan,


yaitu perbanyakan dengan biji, perbanyakan dengan stek, perbanyakan dengan
rhizom/rimpang, dan perbanyakan dengan kultur jaringan (Departemen kehutanan
dan Perkebunan, 1999). Perbanyakan bambu dengan cara stek cabang dilakukan
dengan menggunakan batang dan cabang bambu karena mempunyai buku-buku
yang berpotensi sebagai sumber tunas dan akar. Cara perbanyakan bambu dengan
cara stek cabang dapat dilakukan secara langsung dalam kantung plastik. Batang
bambu untuk setek batang dipilih yang berumur 2 tahun. Bagian yang digunakan
untuk setek batang adalah bagian bawah sampai tengah yang mempunyai tunas
atau mata tunas. Setelah itu batang dipotong 10 cm di atas buku dan 10 cm di
bawah buku sehingga panjang seluruhnya 20 cm, selanjutnya setek disemai
dengan cara ditancapkan pada gulu dan sampai mata tunas tertutup tanah. Bahan
tanaman untuk setek cabang dipilih yang berumur 3 tahun. Cabang dipotong mulai
pada pangkal cabang yang menempel pada buku cabang, kemudian ujung cabang
dipotong sehingga setek cabang diperoleh
dengan panjang 75 cm (3-4 ruas cabang)
kemudian setekditancapkan pada kantung
plastik yang telah disediakan (Sutiyono dkk,
1992).

Menurut Wudianto (2002), stek adalah


potongan organ vegetatif tanaman (akar,
batang, daun,dan tunas) sebagai bahan
tanaman dengan tujuan agar bagian-bagian
tersebut membentuk akar. Perbanyakan
dengan stek ini dapat juga untuk memperoleh
tanaman baru yang mempunyai sifat seperti
induknya. Stek dengan kekuatannya sendiri
Gambar 24. Pembibitan Bambu akan menumbuhkan akar dan daun sampai
dengan Stek di Unit Pelabuhan menjadi tanaman sempurna dalam waktu
Tarahan Sumber: Data Perusahaan yang relatif singkat. Tanaman yang dihasilkan

Menuju PELTAR EMAS


24 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

dari setek biasanya mempunyai persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan
terhadap penyakit dan sifat lainnya. Stek cabang dikenal dengan stek kayu, karena
umumnya tanaman yang dikembangbiakkan dengan stek cabang adalah tanaman
berkayu.

Media tumbuh stek yang memiliki banyak nutrisi dan kapasitas pegang air yang
tinggi serta kaya akan N, P2O5, K2O, CaO, SiO2, akan mendorong pertumbuhan
bambu dengan baik, dan batang terlihat tumbuh dengan baik walaupun pada
tanah asam (pH 4,5) (Uchimura, 1980). Media tumbuh yang baik bagi pertumbuhan
tanaman harus memiliki sifat fisik baik, antara lain mempunyai kemampuan
mengikat air yang tinggi, drainase dan aerasi yang baik, serta sifat kimiawi yang
baik pula. Selain itu,media tumbuh tersebut mampu menghasilkan tanaman yang
berkualitas, memiliki bobot yang cukup ringan, cukup tersedia, mudah diperoleh
dan tidak menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan (Berlian dan Rahayu, 1995).

Adapun media tanam yang


digunakan di pembibitan PT
Bukit Asam Tbk Unit Pelabuhan
Tarahan adalah tanah yang
sudah dicampur dengan sekam
dan pupuk kompos dengan
komposisi 1:1:1. Adapun
kandungan zat hara dari pupuk
kompos kotoran sapi antara
Gambar 25 Pupuk Kompos yang digunakan di lain; Nitrogen 0,40; Phospor
PTBA Peltar 0,20; Kalium 0,10 dan Air 85
Sumber: data perusahaan (Lingga, 1992). Sedangkan
menurut situs kabartani.com,
kandungan pupuk kompos
feses sapi adalah; Nitrogen 1,67%; P O 1,11%; K O 0,56% dan ; Kelembaban 80%.
2 5 2

Menurut Marsono dan Paulus Sigit (2002), kompos yang baik adalah kompos yang
sudah mengalami pelapukan yang cukup dengan dengan dicirikan warna sudah
berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 25

punya suhu ruang. Feses sapi dipilih karena selain tersedia dalam jumlah yang
banyak di Indonesia, tapi juga karena mengandung nitrogen dan photasium.

IV.4.1. Unsur N (Nitrogen)

Kebutuhan tanaman akan unsur nitrogen termasuk dalam kebutuhan terbesar


tanaman karena mencapai 1-5% dari berat tanaman. Unsur N diserap ke dalam
tanaman dalam bentuk ion amonium NH4+ atau ion nitrat NO3-. N berfungsi untuk
menyusun asam amino (protein), asam nukleat, nukleotida dan klorofil pada
tanaman. Sehingga dengan adanya unsur N, tanaman akan merasakan manfaat
sebagai berikut:

1. Membuat tanaman lebih cepat hijau


2. Mempercepat pertumbuhan tanaman
3. Menambah kandungan protein hasil panen.

Tanaman yang kekurangan unsur N akan mengalami gejala:

1. Seluruh tanaman berwarna pucat kekuningan (klorosis) akibat kekurangan


klorofil
2. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, jumlah anakan atau cabang sedikit.
3. Perkembangan buah menjadi tidak sempurna dan seringkali masak sebelum
waktunya
4. Pada tahap lanjutan, daun menjadi kering mulai dari daun pada bagian
bawah tanaman.
(Rina D, 2015)

IV.4.2. Unsur P (Phospor)

Unsur P juga merupakan salah satu unsur hara makro primer sehingga diperlukan
tanaman dalam jumlah banyak untuk tumbuh dan berproduksi. Tanaman mengambil
unsur P dari dalam tanah dalam bentuk ion H2PO4-. Konsentrasi unsur P dalam
tanaman berkisar antara 0,1-0,5% lebih rendah daripada unsur N dan K.

Keberadaan unsur P berfungsi sebagai penyimpan dan transfer energi untuk seluruh

Menuju PELTAR EMAS


26 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

aktivitas metabolisme tanaman, sehingga dengan adanya unsur P maka tanaman


akan merasakan manfaat sebagai berikut:

1. Memacu  pertumbuhan akar dan membentuk sistem perakaran yang baik


2. Menggiatkan pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh
tanaman
3. Memacu pembentukan bunga dan pematangan buah/biji, sehingga
mempercepat masa panen
4. Memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah
5. Menyusun dan menstabilkan dinding sel, sehingga menambah daya tahan
tanaman terhadap serangan hama penyakit.

Tanaman yang kekurangan unsur hara P akan menunjukkan gejala :

1. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil


2. Sistem perakaran kurang berkembang
3. Daun berwarna keunguan
4. Pembentukan bunga/ buah/ biji terhambat sehingga panen terlambat
5. Persentase bunga yang menjadi buah menurun karena penyerbukan tidak
sempurna.
(Rina D, 2015)

IV.4.3. Unsur K (Kalium)

Dalam proses pertumbuhan tanaman, unsur K merupakan salah satu unsur hara
makro primer yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak juga, selain unsur N
dan P.  Unsur K diserap tanaman dari dalam tanah dalam bentuk ion K+. Kandungan
unsur K pada jaringan tanaman sekitar 0,5 - 6% dari berat kering.

Manfaat unsur K bagi tanaman adalah :

1. Sebagai aktivator enzim.  Sekitar 80 jenis enzim yang aktivasinya memerlukan


unsur K.
2. Membantu penyerapan air dan unsur hara dari tanah oleh tanaman
3. Membantu transportasi hasil asimilasi dari daun ke jaringan tanaman

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 27

Tanaman yang kekurangan unsur hara Kalium akan menunjukkan gejala yang mirip
dengan kekurangan unsur N, yaitu:

1. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil

2. Seluruh tanaman berwarna pucat kekuningan (klorosis). Bedanya dengan


kekurangan unsur N, gejala kekurangan unsur K dimulai dari pinggir helai
daun sehingga terlihat seperti huruf V terbalik.

Ketika unsur tersebut memiliki perannya masing-masing dalam pertumbuhan


tanaman. Sehingga penting untuk mencukupinya dalam proses penanaman. Di era
sekarang ini, kandungan zat makro pada pupuk tersebut sudah banyak dimodifikasi
sehingga muncullah pupuk NPK. Tapi tahukah anda bahwa pupuk kimia tersebut
justru merusak tanah?. Hal ini disebabkan karena pada pupuk kompos, terdapat
bakteri alami yang nantinya akan menempel di akar tanaman dan membantu dalam
penyerapan unsur hara dan tetap menjaga kondisi tanah. Selain itu, pupuk organik
juga lebih ramah lingkungan.

Gambar 26 Bibit-bibit tanaman di fasilitas penanaman unit peltar


Sumber: Data Perusahaan

Menuju PELTAR EMAS


28 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

IV.5. Penanaman Bambu Petung di PT Bukit Asam Tbk Unit


Pelabuhan Tarahan

Sesuai dengan ciri-ciri yang telah dibaca pada sub bab sebelumnya, bambu
petung memiliki karakteristik yang besar bahkan cenderung raksasa dibandingkan
jenis bambu lainnya. Buluhnya dapat tumbuh sepanjang 20 meter dengan ujung
melengkung dan akarnya pun kokoh sehingga dapat menembus batuan yang keras.
Diameter buluhnya besar dan ketebalannya mencapai 3,6 cm. Hal inilah yang
membuatnya cocok untuk ditanam dikondisi ekstrim. Mungkin memang tidak terlalu
ekstrim jika dibandingkan dengan padang pasir atau kutub, tetapi kondisi tanah di
PTBA Unit Peltar cukup membuat kesulitan dalam mencari tanaman yang sesuai.
Tanaman ini mampu hidup dipinggir pantai sehingga dapat ditanam di pelabuhan.

Proses pembibitannya pun tidak rumit.


Walaupun dengan tingkat keberhasilan teknik
stek sebesar 60-70%, namun teknik ini masih
layak digunakan dalam perbanyakan bibit
bambu petung di Unit Pelabuhan Tarahan.

Hingga saat ini, tercatat sudah tertanam


sebanyak 899 bibit bambu petung di
seluruh area unit pelabuhan tarahan, kedua
terbanyak setelah bibit bambu haur kuning
sebanyak 1491 bibit. Kondisinya pun sudah
tumbuh dengan subur dan tinggi mulai dari
30 cm (untuk yang baru ditanam) hingga >
2 meter. Walaupun ukuran buluhnya belum
terlalu besar, namun ini sudah menunjukkan
bahwa bambu petung merupakan salah satu
bambu raksasa perkasa yang mampu hidup
dalam kondisi tanah keras dan tandus.
Gambar 28. Bibit Bambu Petung di

Pada masa tanam 2,5 tahun di tanah berbatu, PTBA Peltar

Bambu petung dapat tumbuh hingga Sumber: Data Perusahaan

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 29

mencapai 12 m. Sedangkan untuk ketebalan


buluhnya, yaitu 3-5 cm. Diameter dalam
sebesar 4 cm dan diameter luar 9 cm. Hal
ini memang lebih kecil jika dibandingkan
dengan rata-rata bambu petung yang tumbuh
di tanah subur.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan


oleh Widjaja (2004), diketahui bahwa
pertumbuhan tanaman bambu yaitu antara
30-90 cm dalam sehari, sedangkan untuk
pertumbuhan bambu petung yang ditanam
di area peltar, pertumbuhan bambu nyya jauh
di bawah hasial penelitian tersebut
Gambar 28. Bibit Bambu Petung di
PTBA Peltar
Sumber: Data Perusahaan

IV.6. Dampak Positif Bagi Lingkungan

Banyak penelitian yang sudah dilakukan terhadap bambu petung karena merupaka
primadona di pasar produksi terutama sebagai bahan baku baik untuk kerajinan
tangan maupun infrastruktur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh K
Widnyaya diketahui bahwa bambu betung memiliki daya serap emisi CO2 sebesar
12 ton/ha/tahun, maka dapat dihitung penyerapan emisi karbon bambu petung di
area peltar adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Serapan Emisi Karbon Tanaman Bambu Petung

TAHUN
Jenis Pohon
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Bambu Petung (Dendrocalamus Asper)
Sumber: 116
data 397
perusahaan 90 48 233 15
Jumlah Per Tahun 116 513 603 651 884 899
Serapan karbon (12 ton/ha/tahun) 1392 6156 7236 7812 10608 10788

Menuju PELTAR EMAS


30 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

Sumber: data perusahaan

Tak hanya serapan karbon, bambu petung juga dapat menyerap air hingga 90% dari
total air hujan (Widjaja, 2014). Sehingga dapat disimpulkan, bahwa bambu petung
dapat membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah dalam jumlah banyak.
Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah air yang dapat dipasok air pompa
pertahunnya sebagai berikut:

Tabel 3. Supply Air Pompa Tahunan

Bulan 2015 2016 2017 2018

Total 114819 119471,3 122448,2 152424,7

Sumber: Data Perusahaan

Dari data tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa penanaman bambu turut
menyumbang dan berperan penting dalam penambahan jumlah supply air pompa
yang digunakan untuk operasional Unit Pelabuhan Tarahan. Namun sayangnya,
belum ada penelitian atau kajian lebih lanjut yang dilakukan oleh PT Bukit Asam
Tbk Unit Pelabuhan Tarahan untuk mengetahui secara spesifik berapa jumlah air
hujan yang dapat diserap tanaman bambu petung.

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 31

Sumber: data perusahaan

IV.7. Harapan Besar PTBA Unit Peltar

Upaya demi upaya terus dilakukan PT Bukit Asam Tbk Unit Pelabuhan Tarahan demi
masa depan yang lebih baik. Sesuai dengan Visi kami, “Perusahaan Energi Kelas
Dunia Yang Peduli Lingkungan”, kami tak pernah berhenti dalam berinovasi. Tak
hanya untuk kami, namun untuk Negeri. Kinerja perusahaan holding pertambangan
BUMN, merupakan cermin dari negeri itu sendiri dalam menjalankan usaha.
Sehingga upaya dalam menjaga kestabilan dan keseimbangan lingkungan hidup
haruslah menjadi contoh bagi perusahaan pertambangan lainnya.

Menuju PELTAR EMAS


32 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 33

DAFTAR PUSTAKA

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-reklamasi.html. Diakses pada


14 September 2019 pukul 12.30
Suharto, Wisnu. 1996. Reklamasi Pantai Dalam Perspektif Tata Air. Semarang: Unika
Soegijapranata
Undang-Undang Republik Indonesia No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. https://bnpb.go.id/uploads/migration/
pubs/3.pdf. Diakses pada 14 September 2019 pukul 12.34
Wagiu, Max. 2011. Dampak Program Reklamasi Bagi Ekonomi Rumah Tangga
Nelayan di Kota Manado. Manado. Unsrat. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.
php/JPKT/article/view/8/456. Diakses pada 14 September 2019 pukul 12.44
https://www.tribunnews.com/metropolitan/2015/12/02/reklamasi-pantai-utara-
jakarta-sesuai-keputusan-presiden-soeharto. Diakses pada 14 September
2019 pukul 13.10
https://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/10/10/
mufnbi-abrasi-hampir-mengikis-tiga-desa-di-bekasi. Diakses pada 14
September 2019 pukul 13.14

Menuju PELTAR EMAS


34 | Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan

https://www.kompasiana.com/infokespro/570aee625793732c057ee1b1/ribut-
ribut-reklamasi-teluk-jakarta-hanya-nembak-ahok-abaikan-keppres-52-
1995-sebagai-sumber-masalah?page=all. Diakses pada 14 September 2019
pukul 13.28
https://www.hitvberita.com/peristiwa/revitalisasi-pemukiman-padat-di-jakarta/.
Diakses pada 14 September 2019 pukul 13.42
http://parepos.fajar.co.id/2019/01/destinasi-wisata-baru-ada-pulau-buatan-di-
sidrap/. Diakses pada 14 September 2019 pukul 13.53
Wardani, Khusnul Setia. 2013. Makalah Workshop Pengembangan dan Pemeliharaan
Pelabuhan Perikanan: Pengendalian Konstruksi Reklamasi. https://www.
researchgate.net/publication/303765934_Pengendalian_Konstruksi_
Reklamasi. Diakses pada 14 September 2019 pukul 15.15
http://reklamasi-pantura.com/sistem-dan-sumber-material-reklamasi/. Diakses
pada 14 September 2019 pukul 16.10
Widjaja, E.A. 2001. Identikit jenis-jenis bambu di Jawa. Bogor: Puslitbang Biologi
LIPI
Brink, M. 2008. “Dendrocalamus asper.” in D. Louppe. A.A. Oteng-Amoako, & M. Brink
(Eds.) Plant Resources of Tropical Africa. Wageningen:PROTA Foundation.
Otjo dan At madja, 2006. Bambu, Tanaman Tradisional Yang Terlupakan.https://
anekaplanta.wordpress.com/2007/12/21/bambu-tanaman-tradisional-yang-
terlupakan/. Diakses pada 17 September 2019 pukul 20.54
Widjaja, E.A., Mien, A.R., Bambang,S., Dodi,N. 1994. Strategi Penelitian Bambu
Indonesia. Bogor: Yayasan Bambu Lingkungan Lestari.
Batubara, R. 2002. Pemanfaatan Bambu di Indonesia. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Sutiyono dkk. 1992. Budidaya Bambu. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peningkatan Produktivitas Hutan
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Panduan Kehutanan Indonesia:
Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Jakarta: Penebar Swadaya
Isnan, W. 2008. Hutan bambu rakyat. http://wahyudiisnan.blogspot.com . Diakses
18 September 2019 pukul 13.11.

Menuju PELTAR EMAS


Bambu Petung, Sang Raksasa Hijau Pelabuhan Tarahan | 35

Wudianto, R. 2002. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta: PT Penebar


Swadaya.
https://www.boonpringsanankerto.com/p/koleksi-bambu-ekowisata-boonpring.
html. Diakses pada 19 September 2019 pukul 18.35
Berlian, N. danE. Rahayu. 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Jakarta: Penebar
Swadaya
Uchimura, E. 1980. Bamboo in the Asia-Pacific region. Bamboo Research in Asia.
Singapura: Proc.Of Workshop.
https://www.ikons.id/jembatan-bambu-di-solo-yang-mendunia/. Diakses pada 19
September 2019 pukul 18.48
https://bamboeindonesia.wordpress.com/budidaya/makalah-budidaya-bambu/
anonim/. Diakses pada 20 September 2019 pukul 18.35
https://sumberplastik.co.id/asbak-bambu-petung-unik-kerajinan-tangan-ukir-
ab02/. Diakses pada 20 September 2019 pukul 19.15
Lingga, Pinus. 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya
Sumarsono dan Paulus Sigit. 2002. Pupuk Akar Dan Jenis Aplikasi. Jakarta: Penebar
Swadaya
https://kabar tani.com/macam-macam-kandungan-pupuk-kandang-dan-
manfaatnya-bagi-tanaman.html. Diakses pada 20 September 2019 pukul
20.24
D, Rina. 2015. BPTP Kaltim: Manfaat Unsur N,P & K Bagi Tanaman.
http: //kaltim.litbang.per tanian.go.id/ind/index.php?option=com_
content&view=article&id=707&Itemid=59. Di akses pada 20 September
2019 pukul 20.37

Menuju PELTAR EMAS

Anda mungkin juga menyukai