PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut.
Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra
mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena
adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi,
menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran,
kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis atau reaksi
subyektif.
Rangsangan yang diberikan oleh suatu benda tidak selalu dapat menimbulkan
kesan. Rangsangan yang terlalu rendah tidak akan cukup untuk menimbulkan
kesan dan sebaliknya rangsangan yang terlalu tinggi juga akan memberikan
kesan yang berlebihan, sehingga mengganggu kesan konsumen. Adanya indera
yang cacat atau sakit tidak dapat melakukan proses penginderaan dengan baik
dan tidak dapat menghasilkan kesan yang wajar. Intensitas atau tingkatan
rangsangan terkecil yang mulai dapat menghasilkan respon disebut ambang
rangsangan.
Rangsangan penyebab timbulnya kesan dapat dikategorikan dalam beberapa
tingkatan, yang disebut ambang rangsangan (threshold). Dikenal beberapa
ambang rangsangan, yaitu ambang mutlak (absolute threshold), ambang
pengenalan (Recognition threshold), ambang pembedaan (difference
threshold) dan ambang batas (terminal threshold). Ambang mutlak adalah jumlah
benda rangsang terkecil yang sudah mulai menimbulkan kesan. Ambang
pengenalan sudah mulai dikenali jenis kesannya, ambang pembedaan
perbedaan terkecil yang sudah dikenali dan ambang batas adalah tingkat
rangsangan terbesar yang masih dapat dibedakan intensitas.
Untuk menetapkan nilai ambang dari suatu rangsangan teredapat beberapa
macam analisis diantaranya analisis rata-rata, analisis frekuensi dan analisis
distribusi normal. Cara-cara analisis ini pada umumnya berdasarkan pada uji
rangsangan tunggal, dimana tiap uji menggunakan sejumlah panelis semi
terlatih. Panelis dipilih dari mereka yang dapat mengenali atau mengetahui sifat
indrawi dari contoh atau produk yang diuji.
Dalam uji rangsangan tunggal pada setiap uji, tiap panelis diminta
menyatakan ada atau tidak ada sifat inderawi yang diujikan. Data responnya
berupa data binomial yang kemudian dapat dianalisis secara statistika. Karena
demikian sederhana, maka pada analisis ambang dapat disajikan sejumlah
contoh pada tiap pengujian. Namun untuk mencapai kondisi atau lingkungan uji
yang sesuai diperlukan penyiapan contoh dan penyajian yang cermat.
B. Tujuan
Menentukan ambang batas (absolute threshold) pada produk manis (sukrosa,
fruktosa, glukosa dan sakarin), asin (garam dapur), pahit (kopi), dan asam (jeruk
nipis dan sitrun).
C. Manfaat
Mahasiswa dapat terlatih dalam menentukan ambang batas (absolute
threshold) pada produk manis (sukrosa, fruktosa, glukosa dan sakarin), asin
(garam dapur), pahit (kopi), dan asam (jeruk nipis dan sitrun).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Alat :
a. Nampan
b. Gelas plastik
c. Blanko kuisioner
d. Pulpen
e. Air mineral
f. Sendok
2. Bahan :
a. Manis
1. Glukosa
2. Fruktosa
3. Sukrosa konsentrasi 0%; 0,05%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4%; 0,5%; 0,6%;
0,7%; 0,8%; 1%
4. Sakarin
b. Asam
1. Sitrun
2. Jeruk Nipis
c. Asin
1. Garam
d. Pahit
1. Kopi