I. PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Pengindraan
diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan
sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda
tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat
rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat
berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda
penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis
atau reaksi subyektif.
Rangsangan yang diberikan oleh suatu benda tidak selalu dapat menimbulkan kesan. Rangsangan
yang terlalu rendah tidak akan cukup untuk menimbulkan kesan dan sebaliknya rangsangan yang
terlalu tinggi juga akan memberikan kesan yang berlebihan, sehingga mengganggu kesan
konsumen. Adanya indera yang cacat atau sakit tidak dapat melakukan proses penginderaan
dengan baik dan tidak dapat menghasilkan kesan yang wajar. Intensitas atau tingkatan
rangsangan terkecil yang mulai dapat menghasilkan respon disebut ambang rangsangan.
Rangsangan penyebab timbulnya kesan dapat dikategorikan dalam beberapa tingkatan, yang
disebut ambang rangsangan (threshold). Dikenal beberapa ambang rangsangan, yaitu ambang
mutlak (absolute threshold), ambang pengenalan (Recognition threshold), ambang pembedaan
(difference threshold) dan ambang batas (terminal threshold). Ambang mutlak adalah jumlah
benda rangsang terkecil yang sudah mulai menimbulkan kesan. Ambang pengenalan sudah mulai
dikenali jenis kesannya, ambang pembedaan perbedaan terkecil yang sudah dikenali dan ambang
batas adalah tingkat rangsangan terbesar yang masih dapat dibedakan intensitas.
Untuk menetapkan nilai ambang dari suatu rangsangan teredapat bebeerapa macam analisis
diantaranya analisis rata-rata, analisis frekuensi dan analisis distribusi normal. Cara-cara analisis
ini pada umumnya berdasarkan pada uji rangsangan tunggal, dimana tiap uji menggunakan
sejumlah panelis semi terlatih. Panelis dipilih dari mereka yang dapat mengenali atau
mengetahui sifat indrawi dari contoh atau produk yang diuji.
Dalam uji rangsangan tunggal pada setiap uji, tiap panelis diminta menyatakan ada atau tidak ada
sifat inderawi yang diujikan. Data responnya berupa data binomial yang kemudian dapat
dianalisis secara statistika. Karena demikian sederhana, maka pada analisis ambang dapat
disajikan sejumlah contoh pada tiap pengujian. Namun untuk mencapai kondisi atau lingkungan
uji yang sesuai diperlukan penyiapan contoh dan penyajian yang cermat.
1. B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan ambang batas (absolute threshold) dan ambang
pengenalan (recognition threshold) produk (sukrosa, asam sitrat, NaCl, jamu).
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penilaian organoleptik adalah cara penilaian karakter mutu suatu bahan makananan dan
minuman menggunakan panca indera. Indera yang digunakan untuk menilai bergantung pada
karakter yang akan dinilai. Biasanya yang digunakan adalah indera pencicip di rongga mulut dan
pencium di rongga hidung.
Indera pencicip berfungsi untuk mrnilai cicip (taste) dari suatu makanan. Di permukaan rongga
mulut terdapat lapisan yang selalu bahsah yang terdapat sel-sel peka. Sel-sel peka ini mengumpul
membentuk susunan yang disebut putting pencicip.
Masing-masing putting pencicip biasanya hanya peka terhadao rasa tertentu, tetapi kadangkadang juga responsif terhadap beberapa rangsangan cicip. Putting pencicip manusia hanya dapat
membedakan empat cicip dasar yaitu manis, pahit, asam, dan asin. Diluar keempat cicip dasar itu
puting pencicip tidak terangsang atau responsive. Tetapi beberapa peneliti menganggap rasa
metalik dan rasa gurih juga hasil penginderaan putting pencicip (Rahardjo, 1998)
Putting pencicip peka terhadap zat kimia yang menghasilkan rangsangan. Kepekaan berturutturut adalah pahit, asam, asin dan manis. Kepekaan indera dipengaruhi banyak factor, misalnya
pencicipan paling peka pada pagi hari (pukul 9 10).
Hubungan yang terpenting dengan pengecap adalah kecenderungan indera rasa pengecap untuk
melayani sensasi utama tertentu yang terletak di daerah khusus. Rasa manis dan asin terutama
terletak pada ujung lidah, rasa asam pada dua pertiga bagian samping lidah, dan rasa pahit pada
bagian posterior lidah dan palatum molle.
Gambar 1. Penampang Lidah
Rasa Pahit
Rasa pahit biasanya juga berasal dari zat-zat non ionik. Contohnya ialah
alkohol,caffein,strychnine,brucine,quinin, beberapa glucasida linamarin dan beberapa ikatan
polynitro seperti asam piktrat. Rasa pahit pada umumnya tidak dikehendaki. Tetapi untuk
beberapa makanan atau minuman diperlukan sedikit rasa pahit, seperti bir,rokok,kopi dan teh.
Rasa Asam
Rasa asam sebenarnya hanya berasal dari ion hidrogen (H+). Zat-zat yang dapat berionisasi dan
melepaskan ion hidrogen yang hanya dapat menghasilkan rasa asam. Ion H+ selalu diimbangi
dengan adanya anion. Jika anion yang mengimbanginya OH maka terjadilah netral, karena ion
H+ itu segera membentuk HO dan diturunkan konsentrasinya menjadi tinggal 10. Agar
konsentrasi H+ tetap tinggi, kation tersebut harus diimbangi dengan anioon lain. Dalam hal ini
larutan disebut asam.
Bedasarkan jenis anionnya asam dapat digolongkan menjadi asam organik dan asam anorganik.
Asam organik ialah jika anionnya zat organik (asetat, sitrat) dan asam anorganik jika anionnya
anorganik (Cl , SO4, NO3).
Intensitas rasa masam suatu asam disebabkan olah kecepatan penetrasi asam ke sel. Meskipun
demikian tidak dapat mengkorelasikan penetrasi dengan keasaman (acidity). Umumnya stimulasi
rasa asam berhubungan dengan kenaikan solubilitas lipoid, dengan bertambahnya panjag rantai ,
dan dengan gugus-gugus fungional tertentu yang mengurangi solubilitas air. Masuknya gugusgugus polar ke asam-asan organik mengurangi daya penetrasinya dan rupanya juga
kemasamanya.Rasa asam jauh lebih rumit dalam cairan-cairan biologis yang komplek daripada
dalam larutan murni yang sederhana
Rasa Manis
Rasa manis biasanya berasal dari zat non ionik, seperti gula, aldehida, ikatan nitro, beberapa
khlorida alifatis (misalnya khloroform), sulfida, benzoik (saccharine). Zat zat ionik yang
mempunyai rasa manis sangat terbatas, misalnya pada garam timbel (Pb) dan garam berilium
(BeMeskipun zat-zat tersebut menimbulkan rasa manis, tidak semuanya digunakan sebagai
bahan pemanis makanan. Ada dua golongan bahan pemanis makanan (sweeteners), yaitu
golongan pemanis bergizi dan golongan pemanis tidak bergizi. Golongan pertama disebut
golongan gula sedangkan golongan kedua termasuk : antara lain sakharin dan cyclamat. Rasa
manis biasanya dinyatakan dengan gula (sukrosa), dengan nilai 100. Tingkat kemanisan zat-zat
lain diukur berdasarkan rasa manis gula pasir.
Rasa Asin
Biasanya rasa asin berasal dari zat-zat ionik yaitu anionik dan kationik. Beberapa zat yang
ternasuk anionik adalah Cl , F , CO2, SO4, sedangkan yang termasuk zat-zat kationik adalah
Na+, K+, Ca++, Mg++, dan NH4+. Rasa asin dibentuk oleh garam terionisasi yang kualitas rasanya
berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain karena garam juga membentuk sensasi
rasa lain selain rasa asin. Garam akan menimbulkan rasa ketika ion natrium (Na+) masuk melalui
kanal ion pada mikrovili bagian apikal (atas), selain masuk lewat kanal pada lateral (sisi) sel rasa.
Rasa asin yang biasa digunakan untuk makanan adalah yang berasal dari garam dapur, NaCl.
Makan garam terlalu banyak akan menimbulkan rasa pahit. Hal ini disebabkan oleh garam
magnesium (Mg) yang terdapat dalam garam dapur. Penggunaan garam untuk rasa asin pada
masakan biasanya antara 1-2%, sedangkan untuk pengawetan makanan antara 5-15% (Rahardjo,
1998).
AMBANG RANGSANGAN
Rangsangan penyebab timbulnya kesan dapat dikategorikan dalam beberapa tingkatan, yang
disebut ambang rangsangan (threshold). Dikenal beberapa ambang rangsangan, yaitu ambang
mutlak (absolute threshold), ambang pengenalan (Recognition threshold), ambang pembedaan
(difference threshold) dan ambang batas (terminal threshold.
Ambang Mutlak
Ambang mutlak yaitu jumlah benda perangsang terkecil yang dapat menghasilkan kesan atau
tanggapan. Misalnya konsentrasi yang terkecil dari larutan garam yang dapat dibedakan rasanya
dari cairan pelarutnya yaitu air murni.
Pengukuran ambang mutlak didasarkan pada konvensi bahwa setengah (50%) dari jumlah
panelis dapat mengenal atau dapat menyebutkan dengan tepat akan sifat sensoris yang dinilai.
Tabel. 1 Ambang mutlak untuk pencicipan
Rangsangan
Kesan
Ambang mutlak
Gula
Manis
Garam
Asin
HCl
Asam
Strichnin
Pahit
Ambang Pengenalan
Ambang pengenalan juga disebut recognition threshold. Ambang pengenalan dapat dikacaukan
dengan ambang mutlak. Jika pada ambang mutlak mengenai kesan yang mulai diperoleh atau
dirasakan maka pada ambang pengenalan meliputi pengenalan atau identifikasi jenis kesan.
Dalam hal ini jika kesan kesan itu berupa rasa asin, misalnya rasa asin itu betul-betul mulai dapat
diidentifikasi oleh pencicip. Pada ambang mutlak mungkin rasa asin itu belum diidentifikasi
dnegan tepat, baru dapat diketahui adanya rasa yang berbeda denganbahan pelarutnya.
Perbedaan ini menyangkut juga metode pengukurannya yang berbeda dengan ambang
pengenalan dan ambang mutlak. Pengukuran ambang pengenlan didasarkan pada 75% panelis
dapt mengenali rangsangan. Jadi ambang pengenalan dapat diidentifikasikan sebagai konsentrasi
atau jumlah perbandingan terendah yang dapat dikenali dengan betul.
Ambang Pembedaan
Ambang pembedaan juga disebut difference threshold,yang berbeda dengan ambang pengenalan
dan juga ambang mutlak. Ambang pembedaan merupakan perbedaan terkecil dari rangsangan
yang masih dapat dikenali. Besarnya ambang pembedaan tergantung dari jenis rangsangan, jenis
penginderaan dan besarnya rangsangan itu sendiri. Ambang pembedaan menyangkut dua
tingkat kesan rangsangan yang sama. Jika dua rangsangan tersebut terlalu kecil bedanya maka
akan menjadi tidak dapat dikenali perbedaannya. Sebaliknya jika dua tingkat rangsangan itu
terlalu besar akan dengan mudah dikenali.
Difference threshold dapat ditentukan dengan menggunakan standar lebih dari satu, biasanya
sekitar empat standar. Masing-masing standar akan dibandingkan dengan sampel-sampel pada
interval konsentrasi tertentu. Perbedaan konsentrasi yang dapat dideteksi dengan benar oleh 75%
panelis adalah perbedaan konsentrasi yang mencerminkan difference threshold (Kartika dkk
1988).
Ambang pembedaan berbeda besarnya tergantung dari beberapa faktor. Disamping tergantung
pada jenis rangsangan dan jenis penginderaan juga tergantung pada besarnya rangsangan itu
sendiri.
Ambang batas
Ambang batas juga disebut terminal threshold yang merupakan rangsangan terbesar yang jika
kenaikan tingkat rangsangan dapat menaikan intensitas kesan. Apabila pada ketiga ambang
tersebut diatas diterapkan batas terendah maka pada ambang batas diterapkan batas atas.
Kemampuan manusia memperoleh kesan dari adanya rangsangan tidak selamanya sebanding
dengan besarnya rangsangan yang diterima. Rangsangan yang terus menerus dinaikan pada suatu
saat tidak akan menghasilkan kenaikan intensitas kesan. Rangsangan terbesar jika kenaikan
tingkat rangsangan menaikkan intensitas kesan disebut ambang batas. Ambang batas juga bisa
ditentukan dngan menetapkan rangsangan terkecil yaitu jika kenaikan tingkat rangsangan tidak
lagi mempengaruhi btingkat intensitas kesan.
III. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
Alat
1. Beker glass
2. Pengaduk
3. Wadah (cup atau gelas kecil)
4. Nampan
5. Sedotan
6. Label, kartu evaluasi dan alat tulis
Bahan
1. Sukrosa
2. NaCl
3. Asam Sitrat
4. Jamu
1. Prosedur Kerja
Siapkan alat dan bahan
Buat larutan :
Bahan
Konsentrasi (%)
Sukrosa
0,05
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
NaCl
0,02
0,04
0,06
0,08
0,10
0,12
0,14
0,16
0,18
0,20
Asam Sitrat
0,010
0,012
0,014
0,016
0,018
0,020
0,022
0,024
0,026
0,028
Jamu
0,003
0,004
0,005
0,006
0,008
0,010
0,015 0,0020
0,030
Masing-masing sampel dimasukkan ke dalam gelas kecil atau wadah dengan kode yang sama
dengan sampel
Sajikan satu seri sampel pada nampan dan letakkan dia atas meja atau bilik cicip secara
berurutan
Uji sampel satu per satu dengan cara dicicipi,setiap pindah ke sampel berikutnya harus didahului
kumur dengan air putih
No
KODE
756
954
266
174
496
133
759
488
854
18
Konsentrasi
0,05
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
Panelis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Aatika SF
Amalia Hidayati
Gumintang RR
Riska Ari B
Arifa Nur I
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Defita Adriati
Susmina Prih W
Dwi Puspita S
Hikmah Yuliasari
Wiwit Widayati
Astried Hera
Zara Zetira N
Resty Khairunissa
Devi Nurmalitasari
Natya Laksmi P
M. Avianto
Berty Olivia
Yuda Prawira
Pramudhita BP
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
Harlin Citra
Dwi Retno HP
Nefolina
Oktarissa A
Feriani Aristantia
Qori Octaviana
Catur Mulya S
Melisa Yuviana U
Bhenedect YWP
Lutfi Dwi H
Setianto
Desi Arini
Siska Rose KD
Laksmi Putri A
35.
Noor Rohmah
12
23
23
35
33
35
JUMLAH (+)
X
Persentase
0%
ASAM SITRAT
No
KODE
791
334
139
117
963
448
957
451
585
Konsentrasi
0,010
0,012
0,014
0,016
0,018
0,020
0,022
0,024
0,026
Panelis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Aatika SF
Amalia Hidayati
Gumintang RR
Riska Ari B
Arifa Nur I
Defita Adriati
Susmina Prih W
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Dwi Puspita S
+
Hikmah Yuliasari
Wiwit Widayati
Astried Hera
Zara Zetira N
Resty Khairunissa
Devi Nurmalitasari
Natya Laksmi P
M. Avianto
Berty Olivia
Yuda Prawira
Pramudhita BP
Harlin Citra
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
Dwi Retno HP
+
Nefolina
Oktarissa A
Feriani Aristantia
Qori Octaviana
Catur Mulya S
Melisa Yuviana U
Bhenedect YWP
Lutfi Dwi H
Setianto
Desi Arini
Siska Rose KD
Laksmi Putri A
Noor Rohmah
JUMLAH (+)
X
28
18
35
32
35
35
80%
51,43%
100%
91,43%
100%
100%
35
33
33
Persentase
NaCl
No
KODE
116
218
464
191
132
812
573
786
258
Konsentrasi
0,02
0,04
0,06
0,08
0,10
0,12
0,14
0,16
0,18
Panelis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Aatika SF
Amalia Hidayati
Gumintang RR
Riska Ari B
Arifa Nur I
Defita Adriati
Susmina Prih W
Dwi Puspita S
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Hikmah Yuliasari
+
Wiwit Widayati
Astried Hera
Zara Zetira N
Resty Khairunissa
Devi Nurmalitasari
Natya Laksmi P
M. Avianto
Berty Olivia
Yuda Prawira
Pramudhita BP
Harlin Citra
Dwi Retno HP
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
Nefolina
+
20
35
35
35
35
32
34
34
33
Oktarissa A
Feriani Aristantia
Qori Octaviana
Catur Mulya S
Melisa Yuviana U
Bhenedect YWP
Lutfi Dwi H
Setianto
Desi Arini
Siska Rose KD
Laksmi Putri A
Noor Rohmah
JUMLAH (+)
X
Persentase
57,14%
100%
100%
100%
100%
94%
JAMU
No
KODE
723
395
174
453
276
732
323
866
583
Konsentrasi
0,003
0,004
0,005
0,006
0,008
0,010
0,015
0,020
Panelis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Aatika SF
Amalia Hidayati
Gumintang RR
Riska Ari B
Arifa Nur I
Defita Adriati
Susmina Prih W
Dwi Puspita S
Hikmah Yuliasari
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Wiwit Widayati
Astried Hera
Zara Zetira N
Resty Khairunissa
Devi Nurmalitasari
Natya Laksmi P
M. Avianto
Berty Olivia
Yuda Prawira
Pramudhita BP
Harlin Citra
Dwi Retno HP
Nefolina
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
Oktarissa A
Feriani Aristantia
Qori Octaviana
Catur Mulya S
Melisa Yuviana U
Bhenedect YWP
Lutfi Dwi H
Setianto
Desi Arini
Siska Rose KD
34.
35.
Laksmi Putri A
23
26
25
12
28
27
26
25
Noor Rohmah
JUMLAH (+)
X
Persentase
0%
80%
1. Sukrosa
2. NaCl
3. Asam Sitrat
4. Jamu
1. B. Pembahasan
Pada threshold test atau biasa kita sebut dengan uji ambang batas ini dilakukan dengan
menyiapkan 4 buah sample yang memiliki rasa yang berbeda beda yaitu rasa manis, asin, asam
dan pahit. Sample yang digunakan untuk mewakili keempat rasa tersebut adalah sukrosa, NaCl,
asam sitrat dan jamu. Uji ambang batas ini dilakukan dengan menggunakan panelis dari
mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan Unsoed yang mengikuti praktikum Evaluasi Sensori.
Uji ambang batas ini dilakukan dengan menyiapkan 10 macam konsentrasi yang berbeda beda
pada setiap sampel yang ditandai dengan kode pada masing-masing konsentrasi dengan tiga
angka yang berbeda oleh penyaji Selanjutnya panelis diminta untuk mencicipi keempat sampel
yang telah disiapkan oleh penyaji. Panelis mencicipi beberapa sampel tersebut satu persatu dan
setiap pindah ke sampel berikutnya harus didahului kumur dengan air putih untuk menetralkan
rasa.
Dari uji yang dilakukan pada keempat sampel tersebut,diperoleh nilai ambang mutlak,ambang
pengenalan,ambang pembedaan dan ambang batas yang berbeda-beda pada tiap sample.
Sukrosa
Nilai ambang mutlak ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh dari nilai persentil 0,50 atau 50%.
Pada sampel berupa larutan sukrosa disediakan 10 larutan dengan konsentrasi yang berbeda beda
yaitu 0,05 ; 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6 0,7 ; 0,8 dan 1 , Niai ambang mutlak pada sukrosa ini
tidak dapat ditunjukkan pada konsentrasi manapun dan ternyata nilai ambang pengenalanyapun
tidak ada dan langsung ditunjukkan oleh nilai ambang batas sebesar 100% pada konsentrasi 0,6.
Hal ini berarti pada konsentrasi tersebut, panelis sudah dapat mengenali kesan yang ditimbulkan
yaitu rasa manis pada sukrosa.
Asam Sitrat
Sampel berupa asam sitrat disiapkan dengan konsentrasi dari 0,010; 0,012 ; 0,014;
0,016 ; 0,018 ; 0,020 ; 0,022 ; 0,024 ; 0,026 dan 0,028. Seperti halnya pada sukrosa,nilai ambang
mutlak pada asam sitrat ini tidak dapat ditemukan, dan langsung ditunjukkan angka ambang
pengenalannya yaitu sekitar 80% pada konsentrasi 0,010. Nilai ambang batas sendiri ditunjukkan
pada konsentrasi 0,014 dengan nilai 100%, ini berarti dalam konsentrasi tersebut, panelis sudah
dapat mengenali kesan yang ditimbulkan yaitu rasa asam pada asam sitrat.
NaCl
Sampel NaCl digunakan untuk uji ambang batas ini dengan konsentrasi 0.02 ; 0,04 ; 0,06 ; 0,08 ;
0,10 ; 0,12 ; 0,14 ; 0,16 ; 0,18 ; dan 0,20. Berbeda dengan sampel sukrosa dan asam sitrat, pada
NaCl ini ditemukan nilai ambang mutlaknya yaitu sebesar 57,14% pada konsentrasi 0,04. Namun
ternyata nilai ambang pengenalannya tidak dapat ditemukan dan langsung menunjukkan angka
ambang batasnya yaitu pada konsentrasi 0,04. Hal ini berarti pada konsentrasi tersebut, panelis
sudah dapat mengenali kesan yang ditimbulkan yaitu rasa asin pada NaCl.
Jamu
Jamu yang merupakan indikator rasa pahit, juga digunakan dalam uji ambang batas ini dengan
menyiapkan beberapa sampel dengan konsentrasi 0 ; 0.003 ; 0.004 ; 0,005, 0,006 ; 0,008 ; 0,010 ;
0,015 ; 0,020 dan 0,030. Nilai ambang mutlak kembali tidak ditemukan pada sampel jamu ini
dan langsung menunjukkan nilai ambang pengenalan sebesar 74,29% pada larutan dengan
konsentrasi 0,004. Berbeda dengan ketiga larutan diatas yang terdapat nilai ambang batasnya,
ternyata nilai ambang batas yang ditunjukkan dengan adanya persentase reaksi positif (+) sebesar
100% tidak ditemukan pada sampel jamu ini. Sehingga panelis belum dapat mengenali kesan
yang ditimbulkan pada jamu yaitu rasa pahit.
Dari uraian tersebut, ternyata pada uji ambang batas yang dilakukan ini dihasilkan data yang
kurang valid dan cenderung error. Hal ini dapat ditunjukkan dengan tidak adanya nilai ambang
mutlak dan ambang batas pada beberapa sampel tersebut. Kesalahan ini terjadi dikarenakan oleh
beberapa hal yaitu : selisih konsentrasi sampel yang agak jauh, tingkat sensitivitas dari panelis
itu sendiri, kondisi fisik panelis, juga dikarenakan ada panelis yang lupa berkumur ketika akan
berganti mencicipi sampel berikutnya, hal ini berpengaruh karena kondisi lidah tidak netral.
1. IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar data praktikum mengenai uji ambang batas ini dapat diperoleh beberapa kesimpulan
yaitu didapat beberapa ambang batas dari sejumlah sampel. Ambang batas pada sukrosa
ditunjukkan pada konsentrasi 0,6; pada asam sitrat ambang batasnya pada konsentrasi 0,014,
NaCl ambang batasnya di konsentrasi 0,04 sedangkan untuk jamu sendiri ambang batasnya
belum ditemukan. Hal ini menunjukkan bahwa panelis belum dapat mengenali kesan yang
ditimbulkan pada jamu. Sedangkan untuk ambang pengenalan sendiri, sukrosa dan NaCl ambang
pengenalannya tidak dapat ditunjukkan dan langsung ditunjukkan oleh nilai ambang batasnya.
Asam sitrat memiliki ambang pengenalan pada konsentrasi 0,010 dan jamu ambang
pengenalannya terdapat pada konsentrasi 0,004.
B. Saran
Didalam melakukan uji ambang batas ini, panelis sebaiknya memperhatikan hal-hal dan langkahlangkah yang harus dilakukan pada pengujian ini, seperti berkumur ketika akan berganti
mencicipi sampel berikutnya. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh valid dan tidak error.
1. VI. DAFTAR PUSTAKA
http://ftpunisri.blogspot.com/2008/07/uji-sensoris.html. Diakses Minggu, 31 Mei 2009
Kartika B., P.Hastuti dan W.Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU
Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.
1990. Petunjuk Evaluasi Produk Industri Hasil Pertanian. PAU Pangan dan Gizi UGM,
Yogyakarta
Soekarto, Soewarno T. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.