Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sinus adalah rongga udara yang terdapat di area wajah yang


terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga
kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung.
Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis, yaitu Sinus Frontal yang terletak
di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis Sinus Maxillary
yang terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung , Sinus
Ethmoid terletak diantara mata tepat di belakang tulang hidung Sinus
Sphenoid. terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang mata

Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu


halus yang disebut dengan cilia. Fungsi dari cilia ini adalah untuk
mendorong lendir yang di produksi didalam sinus menuju ke saluran
pernafasan. Gerakan cilia mendorong lendir ini berguna untuk
membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organisme yang
mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus ini membengkak maka cairan
lendir yang ada tidak dapat bergerak keluar & terperangkap di dalam
rongga sinus . Ketika lapisan rongga sinus ini membengkak maka cairan
lendir yang ada tidak dapat bergerak keluar & terperangkap di dalam
rongga sinus. Jadi sinusitis terjadi karena peradangan didaerah lapisan
rongga sinus yang menyebabkan lendir terperangkap di rongga sinus &
menjadi tempat tumbuhnya bakteri,keadaan ini lah yang disebut sinusitis.

Penyebab Sinusitis Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh.


Zaman, etiologi sinusitis sangat kompleks, hanya 25% disebabkan oleh
infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan

1 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada
mukosa sinus. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat
sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca pencemaran
alam sekitar. Pasien sinusitis biasanya datang ke dokter dengan keluahan
sakit kepala (cephalgia) pada daerah sinus , dan bernafas menggunakan
mulut.

Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh


dunia, hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Salah satunya pada
RSUD Bhakti Dharma Husada sering terjadi kasusnya maka dari itu kami
tertarik untuk mengangkatnya sebagai judul laporan studi kasus. Semoga
laporan studi kasus kami bisa berguna.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah teknik pemeriksaan secara radiografi Waters pada
kasus sinusitis di RSUD Bhakti Dharma Husada ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui dan mempelajari teknik radiografi yang digunakan pada
kasus sinusitis
1.3.2 Dapat mengetahui dan melakukan teknik pemeriksaan
radiografi waters

1.4 Manfaat
1.4.1. Bagi Institusi Akademik
Menambah daftar kepustakaan dan sebagai bahan studi bagi
mahasiswa dan tenaga pendidik tentang teknik radiografi waters
yang digunakan pada pemeriksaan sinusitis
1.4.2. Bagi Institusi Rumah Sakit
masukan dan pertimbangan bagi perbaikan protap rumah
sakit dan juga tim kesehatan khususnya untuk para radiografer

2 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
mengenai teknik radiografi waters dalam pemeriksaan sinusitis di
instalasi Radiologi RSUD Bhakti Dharma Husada
1.4.3. Bagi Pembaca
Memberi masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmu
kesehatan, khusunya dalam bidang radiologi tentang teknik
radiografi Waters pada Kasus Sinusitis
1.4.4. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan penulis
tentang bagaimana teknik radiografi waters pada kasus sinusitis yang
benar

1.5. BATASAN
Pembatasan bahasan hanya pada teknik radiografi waters dengan
Kasus sinusitis

3 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
BAB II
DASAR TEORI

2.1 DEFINISI LOW BACK PAIN

Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu,
pegal yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah. Nyeri pinggang bawah
bukanlah diagnosis tapi hanya gejala akibat dari penyebab yang sangat
beragam.

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI

2.2.1 Anatomi

Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah


struktur yang lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra
atau ruas tulang belakang. Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang
terdapat bantalan tulang rawan Panjang rangkaian tulang belakang pada orang
dewasa dapat mencapai 57 – 67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24
buah diantaranya adalah tulang-tulang terpisah dari 19 ruas sisanya bergabung
membentuk 2 tulang. Kolumna vertebra terdiri dari 7 vertebra servikal atau ruas
tulang leher, 12 vertebra thorakal atau ruas tulang punggung, 5 vertebra lumbal
atau ruas tulang pinggang, 5 vertebra sacrum atau ruas tulang kelangkang, 4
vertebra koksigeus atau ruas tulang ekor.Anatomi yang akan diuraikan dalam
Laporan kasus ini merupakan anatomi yang berhubungan dengan pemeriksaan
Lumbosakral yang terdiri atas vertebra lumbal dan sakrum:

a.Lumbal

4 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar.
Badannya lebih besar dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk
seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak
kecil. Prosesus transversusunya panjang dan langsing. Apophyseal joint dari
lumbal lebih ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini dapat dilihat dengan
posisi oblik. Foramen intervertebralis dari lumbal berada ditengah dari sagital
plane.

Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen anterior yang
terdiri dari korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis yang
terdiri dari pedikel, lamina, prosesus transverses, prosesus spinosus dan
prosesus artikularis. Setiap dua korpus vertebra dipisahkan oleh discus
intervertebralis dan ditahan serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh
ligamentum.

Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit lebih


besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra servikalis.
Bagian bawah dari medulla spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis
satu, foramen vertebra lumbal lima hamya berisi kauda equina dan selaput –
selaput otak.

Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang kecuali pada vertebra


lumbal lima yang kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat
pada vertebrathorakalis.Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan
pinggir atas mengarah ke arah bawah dan ke arah dorsal. Prosesus ini dapat
diketahui kedudukannya dengan cara meraba atau palpasi.Prosesus artikularis
superior meripakan fasies artikularis yang sekung dan menghadap
posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung dan
menghadap ke anterolateralis.

b.Sakrum

5 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada
bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata
(atau tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis(panggul).
Dasar dari sacrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima
dan membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior dari basis sacrum
membentuk promontorium sakralis.

Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang


belakang) dan memang lanjutan daripadanya. Dinding kanalis sakralis
berlubang-lubang untuk dilalui saraf sacral. Prosesus spinosus yang rudimenter
dapat dilihat pada pandangan posterior dari sacrum. Permukaan anterior sacrum
adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan
tempat penggabungan kelima vertebra sakralis. Pada ujung gili-gili ini, disetiap
sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang
ini disebut foramina. Apex dari sacrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di
sisinya, sacrum bersendi dengan tulang ileum dan membentuk sendi sakro-iliaka
kanan dan kiri.

2.2.2 Fisiologi

Kolumna vertebralis merupakan bagian dari rangka batang badan.


Berfungsi untuk menyalurkan berat kepala, ekstrimitas atas dan batang badan
pada tulang panggul. Juga berfungsi untuk melindungi medula spinalis serta
selaput otaknya yang mempunyai tempat di kanalis vertebralis. Fungsi ketiga
dari kolumna vertebralis adalah untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta
menjadi tempat lekat dari otot-otot.

Vertebra lumbosakaral merupakan bagian dari tulang belakang/kolumna


vertebralis yaitu susunan tulang-tulang kecil yang dinamakan ruas tulang
belakang. Tulang belakang gunanya adalah untuk menahan kepala dan alat-alat
tubuh yang lain, melindungi sumsum tulang belakang yaitu lanjutan dari
sumsum penyambung otak yang terdapat di dalam saluran tulang belakang dan
tempat tulang-tulang panggul bergantung.

6 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
2.3 PATOFISIOLOGI

Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu :

A. Acute low back pain

Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya


sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat
hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka
traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat
kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai
otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada
daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini
penatalaksanan awal nyeri pinggang acute terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.

B. Chronic low back pain

Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang
berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang
berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat
terjadikarenaosteoarthritis, rheumatoidarthritis,prosesregenerasi discus interver
tebralis dan tumor.

Disamping hal tersebut diatas terdapat juga klasifikasi patologi yang klasik yang
juga dapat dikaitkan LBP. Klasifikasi tersebut adalah :

1. Trauma
2. Infeksi

3. Neoplasma

4. Degenerasi

5. Kongenital

Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain:

a. Annulus fibrosus menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan


muncul retak pada berbagai sisi.

7 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
b. Nucleus pulposus kehilangan cairan

c. Tinggi diskus berkurang

d. Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan
dapat hadir tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.

Sedangkan pada corpus vertebra, terjadi perubahan patologis berupa


adanya lipping yang disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang
menghasilkan penarikan dari periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi
dekalsifikasi pada corpus yang dapat menjadi factor predisposisi
terjadinya crush fracture.

Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi memendek dan menebal


terutama pada daerah yang sangat mengalami perubahan. Pada selaput
meningeal, durameter dari spinal cord membentuk suatu selongsong
mengelilingi akar saraf dan ini menimbulkan inflamasi karena jarak diskus
membatasi canalis intervertebralis.

Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait dengan


perubahan pada osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan
articular dan bersama-sama dengan penebalan kapsular, dapat menyebabkan
penekanan pada akar saraf dan mengurangi lumen pada foramen
intervertebralis.

2.4 Teknik radiologi waters

Gambar (Posisi Anteroposterior Vertebra Lumbosakral)

a. Posisi pasien
8 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
- Pasien Berdiri ( Erect ) menghadap wall bucky
b. Posisi objek
- Ekstensikan leher, atur dagu dan hidung menghadap permukaan
bucky
- atur kepala sehingga OML akan membentuk sudut 37 derajat
terhadap bucky
- atur MSP tegak lurus terhadap pertengahan bucky
- Instruksikan pada pasien untuk membuka mulut dan tidak
mengubah posisi
- pastikan tidak ada rotasi

c. Central Ray
- Tegak lurus dengan bidang film
d. Central Point
- Center Point lurus menuju achantio
e. Film Focus Distance (FFD)
- FFD berjarak 100 cm.
f. Kaset
- Menggunakan 18 atau 24
g. Kolimasi
- Secukupnya pada daerah skull
- Daerah sinus tidak boleh terpotong
h. Kriteria gambar :
- Tampak bagian inferior sinus maxillary, inferior orbita rim, tampak
gambaran sinus frontalis , sinus ephenoid tampak apabila pasien
membuka mulut

9 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
BAB III
PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. METODOLOGI
3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di instalasi Radiologi RSUD BHAKTI
DHARMA HUSADA
3.1.2 Waktu Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada saat penulis melaksanakan
praktek kerja lapangan mulai tanggal 1 Desember 2014 sampai dengan
29 desember 2014.
3.1.3 Metode Pengumpulan Data
Penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data pada
penyusunan laporan kasus ini. Sebagai berikut :
a) Observasi
Penulis melakukan pengamatan tentang cara pemeriksaan
radiografi foto waters pada pasien sinusitis yang ada di RSUD
BHAKTI DHARMA HUSADA
b) Dokumentasi
Hasil Pengamatan yang telah dilakukan penulis kemudian di catat ,
hasil foto radiografi waters dan hasil bacaan pun di dokumentasikan
sebagai pertimbangan pembuatan laporan ini
c) Studi Pustaka
Penulis melakuakan kajian literatur yang berhubungan tentang foto
radiografi waters dan sinusitis . Kajian literatur sebagai sumber
sekunder sangat diperlukan dalam penyusunan laporan kasus ini.

10 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
3.1.4 Metode Analisis Data
Metode Analisis data yang digunakan penulis adalah mengadakan observasi

secara langsung pada pemeriksaan radiografi waters serta membuat catatan dan

membuat salinan data-data yang berhubungan dengan pembuatan serta hasil

pemeriksaan radiologis waters pada pasien sinusitis. Selanjutnya dari data yang sudah

terkumpul, dianilisis bagaimana pemeriksaan radigrafi waterss pada kasus sinusitis

yang dilaksanakan di instalasi Radiologi RSUD Bhakti Dharma Husada.

3.2 ILUSTRASI KASUS

3.2.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. XYZ
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : XX th
Alamat : XX
Tanggal Pemeriksaan :
Pemeriksaan : Ro Waters
Diagnosa : Cephalgia (mengarah pada sinusitis)
3.2.2 Riwayat Pasien
Keluhan pasien yang biasa dirasakan adalah sakit kepala pada daerah
sinus dan kesulitan bernafas
3.2.3 Prosedur Pemeriksaan Foto Waters
a. Persiapan Alat dan Bahan
-Pesawat Sinar X
-Kaset dan film (ukuran 18)
-Marker R dan L

11 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
-wall bucky

b. Persiapan Pasien
- Petugas radiologi mengambil formulir permintaan pemeriksaan,
kemudian memverifikasi formulir permintaan foto dan
menginput pemereiksaan pada komputer database rumah sakit
- Petugas radiologi mencatat di buku registrasi radiologi, no
registrasi, nama pasien, umur, ruangan pengirim dan x ray foto
yang diminta
- Petugas radiologi mempersiapkan prasarana pembuatan xray foto
waters
- Petugas radiologi memanggil pasien lalu menanyakan pasien
minimal nama, umur, alamat pasien supaya tidak terjadi
kesalahan lalu pasien dipersilahkan masuk
- Berikan Salam, Senyum, Sapa dan memperkenalkan diri serta
memberikan penjelasan tentang pemeriksaaan yang akan
dilakukan
- dipersilahkan untuk melepas benda benda pada daerah kepala
seperti kacamata , anting , ataupun gigipalsu agar hasil radiologi
tidah terdapat Artifact yang dapat menggangu diagnosis

c. Posisi Pasien
- Pasien Berdiri ( Erect )

d. Posisi Objek
- Ekstensikan leher, atur dagu dan hidung menghadap permukaan
bucky
- atur kepala sehingga OML akan membentuk sudut 37 derajat
terhadap bucky

12 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
- atur MSP tegak lurus terhadap pertengahan bucky
- Instruksikan pada pasien untuk membuka mulut dan tidak
mengubah posisi
- pastikan tidak ada rotasi

e. Arah Sinar
-Central Ray tegak lurus dengan bidang datar kaset

f. Pusat Sinar (Center Point)


-Center Point lurus menuju achantio

g. Kolimasi
- Secukupnya pada daerah skull
- Daerah sinus tidak boleh terpotong

h. Faktor Eksposi
-KV: 75
-mAs: 16
-FFD:90-100 cm

i. Exposure
-Dilakukan pada saat pasien dan objek tidak bergerak

j. Evaluasi Radiograf
-sinus frontalis kanan kiri normal
-sinus maksilaris kanan tampak perselubungan , kiri normal
-sinus ethmoidalis kanan kiri normal
-sinus sphenoidalis kanan kiri normal

13 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
-tak tampak penebalan mukolsa cavum nasi kanan kiri
-septum nasi ditengah

Kesimpulan:
- sinusitis maksilaris kanan

k. Hasil Radiograf

3.2.4. Pembahasan

14 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
Pemeriksaan foto waters pada kasus sinusitis seringkali dibuat berdiri
karena dengan berdiri air fluid level (batas cairan) pada sinus dapat terlihat
lebih jelas. Gambaran air fluid level ini sendiri dapat disebakan oleh cairan
pada sinus atau polip. Air fluid level ini sangat diperlukan oleh radiolog untuk
menentukan tingkat keparahan sinusitis serta menentukan tindakan
selanjutnya, sehingga sangat diperlukan dilakukan foto waters dalam keadaan
berdiri.

Tetapi posisi pasien untuk foto radiografi waters berdiri cenderung


kurang nyaman serta menimbulkan kemungkinan pasien bergerak saat
dilakukan eksposi. Oleh karen itu foto waters perlu dibuat lebih nyaman, Salah
satunya dengan cara menempelkan tangan pada wall bucky. Dengan
Melakukan hal tersebut akan meningkatkan kenyamanan serta mengurangi
adanya pergerakan pasien .

BAB IV

15 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

Teknik Radiografi radiologi waters sangat penting untuk memeriksa sinusitis,


karena dengan pemeriksaan ini daerah sinus paranasalis akan terlihat, dan memfoto
waters dalam posisi berdiri sangat penting karena pada posisi berdiri air level fluid
dapat terlihat, tetapi pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan yang kurang nyaman
karena pasien harus membuka mulutnya dan sedikit mendongak keatas, karena
ketidak nyamanan ini lah pasien cenderung merubah posisi dari posisi awal yang
sudah diatur oleh radiografer. Hal ini dapat mengurangi kualitas hasil gambaran.
Dengan menaruh kedua tangan pada wall bucky maka kenyamanan pasien akan
meningkat dan dapat mengurangi adanya perbahan posisi dari apa yang telah
radiografer atur.

4.2 Saran

Setelah mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan teknik pemeriksaan


radiografi waters diagnosa sinusitis serta membuat laporan ini, penulis menyampaikan
saran kepada:

a. Bagi Institusi Akademik

Studi kasus ini bisa menambah kepustakaan dan sebagai bahan studi
bagi mahasiswa dan bisa menambah wawasan tentang teknik radiografi waters
pada kasus sinusitis

b. Bagi Institusi Rumah Sakit

Bagi rumah sakit khusunya RSUD Bhakti Dharma Husada diharapkan


dapat memberikan pelayanan yang terbaik dan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan

c. Bagi Pembaca

memberi masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmu kesehatan,


khususnya dalam bidang radiologi tentang teknik radiografi waters pada kasus
sinusitis sehingga dapat memperluas pengetahuan bagi pembaca

16 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
d. Bagi Penulis

Bagi Penulis agar lebih meningkatkan teknik radiografi yang sesuai


prosetur serta memperhatikan kenyamanan pasien dalam melakukan
pemeriksaan dan lebih banyak lagi membaca referensi – referensi yang sesuai
dengan bidang tersebut untuk lebih memperdalam ilmu pengetahuan

17 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada
DAFTAR PUSTAKA

Slone.Ethel.2003.Anatomi dan fisiologi untuk pemula.jakarta:EGC

Herdman T.Heather.2010.Diagnosis Keperawatan.Jakarta:EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 1.


Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Bontrager, Kenntenth L. Textbook of radiographic


positioning.Glendale.Morsby.2000

Clark, K.C., (1974), Positioning Radiography. Volume 2. Churchill


Livingstone, London.

18 | I n s t a l a s i R a d i o l o g i - R S U D B h a k ti Dharma Husada

Anda mungkin juga menyukai