Anda di halaman 1dari 38

WRAP UP SKENARIO KEPUTIHAN

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG

Kelompok: A-4

Ketua : Helmi Fahmi Fauzi (1102017104)


Sekretaris : Hasna Salsabila (1102017103)
Anggota : Dhea Putri Ardita (1102016052)
Hana Nabila Felanita (1102016076)
Bimo Wicaksono (1102017051)
Fadlah Nisrina Selandiawati (1102017081)
Fatimah Nanda Qasih Haerina (1102017087)
Faujia M Gorotomole (1102017088)
Firyal Iftinanda (1102017095)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2019/2020
SKENARIO 1
KEPUTIHAN

Seorang pasien usia 36 tahun, G3P2AoH2 gravid 20 minggu datang dengan keluhan keputihan
banyak, warna kehijauan, berbau amis dan disertai gatal sejak awal kehamilannya. Pasien
memiliki siklus menstruasi normal dan riwayat pemakaian IUD selama 3 tahun yang dimulai
setelah kelahiran anak kedua. Suaminya seorang PNS dan menyangkal melakukan hubungan
sexual dengan wanita lain. Pada pemeriksaan genitalia eksterna didapatkan pada labium mayus
dan minus tampak eritema dan erosi. Dari inspekulo didapatkan discharge vagina homogen
warna kehijauan dan tampak melekat pada dinding vagina, dan portio erosi. Pasien disarankan
untuk melakukan pemeriksaan swab vagina dan pap smear untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Pasien sering merasa ragu saat akan menunaikan shalat karena masalah keputihannya.
KATA SULIT

1. IUD (Intra Uteri Device) : alat kontrasepsi non hormonal jangka panjang
2. KEPUTIHAN : Cairan yang keluar dari saluran genitalia wanita yang bersifat berlebihan yang bukan
darah
3. PAP SMEAR : Pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi kanker dari serviks
4. ERITEMA : Kondisi kulit yang ditandai dengan kemereahan/ruam
5. EROSI : Kerusakan kulit sampai scrotum spinosum (lapisan ke 4 dermis)
6. INSPEKULO : Cara pemeriksaan dengan spekulum yang di masukkan ke dalam vagina sehingga
dapat terlihat kondisi bagian dalam
7. DISCHARGE VAGINA : Keluarnya cairan/secret dari vagina selain darah

PERTANYAAN
1. Apa hubungan pemaikaian IUD dan keputihan
2. Mengapa pada pemeriksaan genetalia eksterna ditemukan labium majus dan minus eritema dan erosi?
3. Mengapa keputihan tampak warna hijau, berbau amis, dan gatal?
4. Mengapa Pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan SWAB Vagina dan PAP SMEAR?
5. Apa maksud dari G3P2A0H2?
6. Mengapa keputihan terjadi setelah kelahiran anak ke – 2?
7. Mengapa hubungan seks suaminya ditanya?
8. Apakah keputihan berpengaruh pada janin?
9. Bagaimana pandangan islam terhadap keputihan dalam pelaksanaan shalat?
10. Bagaimana ketika keputihan tidak diobati?
11. Bagaimana pandangan islam terhadap pemakaian IUD?
12. Adakah hubungan usia dengan keputihan?
Jawaban
1. Pemasangan IUD yang kurang steril, pemakaian IUD yang terlalu lama atau tidak sesuai prosedur
pemasangannya sehingga menyebabkan infeksi.
2. Eritema terjadi karena inflamasi akibat dari infeksi, karena infeksi ini menjadi gatal. Rasa gatal ini
membuat seseorang ingin menggaruk yang nantinya akan menyebabkan erosi.
3. Warna hijau : Infeksi oleh jamur, virus, bakteri, atau parasite.
Amis : hasil metabolit bakteri menghasilkan senyawa amin.
Gatal : terjadi karena adanya infeksi dan adanya mediator inflamasi (histamin) menyebabkan gatal.
4. Swab Vagina : unutk kultur sehingga diagnosis dapat di tegakan
PAP SMEAR : untuk screening serviks dan mengetahui adanya keganasan atau tidak.
5. G (Gestasi), P (Partus), A (Abortus), H (Hidup)
6. Pasien memakai setelah anak ke – 2. Kemungkinan pasien menggunakan IUD setelah kehamilan
pertama. IUD yang kurang steril, pemakaian IUD yang terlalu lama atau tidak sesuai prosedur
pemasangannya dapat menyebabkan keputihan tersebut.
7. - Karena pada saat koitus dapat menularkan infeksi jamur atau bakteri yang dapat menyebabkan
keputihan patologis dan banyak
- Untuk membantu menegakkan diagnosis dan mengetahui penyebabnya, apakah ini penyakit
menular seksual atau tidak.
8. Tidak berpengaruh, karena jamur dilapisi oleh plasenta.
9. Shalat tetap dilaksanakan tapi harus dibersihkan. Tidak perlu mandi wajib tapi wajib ketika orgasme.
Jika terlalu banyak dan dinilai karena alasan sakit, dimaafkan dan tidak perlu di bersihkan.
10. Akan jadi keganasan, peradangan, kanker serviks, mengganggu kahamilan.
11. Tidak boleh : jika mematikan sperma dan tujuannya untuk membatasi keturunan.
Boleh : jika tujuannya untuk kesehatan.
12. - ada, semakin usia lanjut, epitel berubah menjadi selapis gepeng (fisiologis). Dengan bertambahnya
usia infeksi menjadi rentan dan termasuk faktor resiko.
HIPOTESIS
Keputihan adalah cairan yang keluar dari saluran genitalia wanita yang bersifat berlebihan yang bukan
darah. Keputihan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Keputihan secara patologis dapat
disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, virus atau parasit. Keputihan yang patologis dapat diketahui dari
anamnesis berupa warna, bau, rasa gatal, riwayat kehamilan, hubungan seksual dan penggunaan
kontrasepsi. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara inspekulo. Pemeriksaan ini dapat menilai
portio dan dinding vagina. Keputihan dalam pandangan islam, tetap melaksanakan shalat tapi harus
dibersihkan terlebih dahulu. Tidak perlu mandi wajib. Jika setelah melakuakan orgasme wajib mandi. Jika
terlalu banyak dan dinilai karena alasan sakit, dimaafkan dan tidak perlu di bersihkan.
SASARAN BELAJAR
LI 1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN GENITALIA FEMININA
LO 1.1 MENJELASKAN GENITALIA FEMININA SECARA MAKROSKOPIS
LO 1.2 MENJELASKAN GENITALIA FEMININA SECARA MIKROSKOPIS
LI 2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN
LO 2.1 MENJELASKAN DEFINISI FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN
LO 2.2 MENJELASKAN KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN
LO 2.3 MENJELASKAN EPIDEMIOLOGI FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN
LO 2.4 MENJELASKAN PATOGENESIS FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN
LO 2.5 MENJELASKAN MANIFESTASI KLINIS FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN
LO 2.6 MENJELASKAN DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING FLUOR
ALBUS/KEPUTIHAN
LO 2.7 MENJELASKAN TATALAKSANA FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN
LO 2.8 MENJELASKAN KOMPLIKASI FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN
LO 2.9 MENJELASKAN PENCEGAHAN FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN
LO 2.10 MENJELASKAN PROGNOSIS FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN
LI 3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR
LI 4 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN THAHARAH PADA KEPUTIHAN
LI 1MEMAHAMI DAN MENJELASKAN GENITALIA FEMININA
LO 1.1 MENJELASKAN GENITALIA FEMININA
SECARA MAKROSKOPIS

Bidang Hodge : untuk menentukan petunjuk turunnya


bagian bawah fetus.
- Hodge I : bidang yang sama dengan PAP
- Hodge II : sejajar H I setinggi pinggir bawah sim.pubis
- Hodge III : sejajar H I melalui spina ischiadica
- Hodge IV : sejajar H I setinggi ujung os.sacrum

1. GENETALIA EKSTERNA FEMININA


a. Mons Pubis
b. Labium majus pudenda
c. Labium minus pudenda
d. Clitoris
e. Urethra Feminina
f. Perineum

Memiliki 3 fungsi utama :

1. Jalan masuk sperma kedalam tubuh


2. Melindungi organ genitalia interna dari mikroorganisme
3. Seksual
Mons pubis (veneris)

Mons Pubis terdiri dari jaringan lemak yang


berada pada dinding depan abdomen diatas
simfisis pubis. Fungsi Mons veneris adalah
sebagai pelindung terhadap benturan-benturan
dari luar dan dapat menghindari infeksi dari luar.

Labium majus pudendi

Terdiri dari 2 buah lipatan kulit memanjang dari mons pubis kearah postero- inferior
dan menyatu dibagian posterior membentuk commisura posterior. Secara morfologis
struktur ini identik dengan skrotum pada laki-laki.

Labia Minor pudendi

 Suatu lipatan kulit. Kedorso caudal membentuk frenulum labiorum minorum.


Keventrocranial membentuk preputium clitoridis menutupi glands clitoridis dari
ventrocranial.
 Banyak PD, gld sebacea, jaringan lemak, tidak terdapat folikel rambut.

Clitoris

Clitoris merupakan suatu bangunan yang terdiri dari:


- Glans clitoris : ujung distal corpus clitoridis terdapat corpus cavernosum
glandis
- Corpus clitoris : kedua crura yang bersatu
- Crura clitoris

Urethra Feminina

 Panjangnya 3-4 cm, predisposisi ISK, berjalan dari leher kandung kemih menuju
ostium urethrae externum yang terletak diantara clitoris dengan vagina.
 Berjalan dari leher kandung kemih menuju ostium urethrae eksternum yang terletak
diantara clitoris dengan vagina.
 Disebelah kanan dan kiri lubang kemih terdapat dua lubang kecil dari saluran yang
buntu ( ductus skene atau ductus parauretralis).

Perineum

 Merupakan area bentuk belah ketupat, terbagi regio urogenitalis dan analis.
 Terletak dibawah diaphragma pelvis, dibatasi oleh ramus inferior os pubis dan
ramus inferior os ischii kanan dan kiri dan kedua lig.sacrotuberale.
1. GENETALIA INTERNA FEMININA

OVARIUM
 Terdiri dari cortex, dan medulla (berisikan pembuluh darah, limf dan saraf)
 Dilekatkan oleh mesovarium pada lig latum (berupa lipatan peritoneum sebelah
lateral kiri dan kanan uterus. Meluas sampai dinding panggul dan dasar panggul,
sehingga seolah-olah menggantung pada tubae)
 Difiksasi oleh
o Lig suspensorium ovarii (lig infundibulopelvicum) : lig ini menggantungkan
uterus pada dinding panggul antara sudut tuba.
o Pada yang ke ovarium terdapat lig ovarii propium
o Lig teres uteri (lig rotundum) : terdapat d bag atas lateral dari uterus, caudal
dari tuba, kedua lig ini melalui canalis inguinalis ke bag cranial labium majus.
Pada saat kehamilan mengalami hipertrofi dan dapat diraba dengan
pemeriksaan luar.
 Jumlah sepasang
 Terletak di dalam pelvis minor
 Berbentuk bulat memenjang, agak pipih (seperti buah almond dengan ukuran
3x1,5x1 cm)

TUBA UTERINA (SALPINX)


 Ampula, bangunan yang membesar
 Isthmus, bangunan yang menyempit
 Pars uterina tubae ialah bag yang melalui dinding uterus
 Ostium uterium ialah muara tuba di dalam uterus
 Jumlah sepasang kanan dan kiri
 Merupakan saluran muscular, panjang 10cm. Menjulur dari uterus kearah ovarium
dengan ujung distal terbuka ke dalam rongga peritoneum disebut ostium
abdominale
 Infundibulum, bangunan yang berbentuk seperti corong
UTERUS
 Organ muscular, berbentuk buah jambu (peer) agak pipih
 facies vesicalis, di dataran ventral menghadap ke VU
 fascies intestinalis, di dataran dorsal menghadap ke usus
 margo lateralis kanan dan kiri
 dinding uterus dari luar ke dalam terdiri dari perimetrium, myometrium, dan
endometrium.
 Uterus di bagi atas :
o Fundus uteri : bagian yang terletak di atas (proximal) osteum tuba uterina.
o Corpus uteri : bagian tengah uterus yang berbentuk bulat melebar. Batas antara
corpus uteri dan cervix uteri dibentuk oleh isthmus uteri, suatu penyempitan
di dalam uteri, terletak antara ostium uteri internum anatomicum dengan
ostium uteri histologicum. Distal dari istmus uteri terdapat ruangan melebar
disebut cervix uteri.
o Cervix uteri : bag yang paling sempit dan menonjol ke dalam rongga vagina.
Pada bagian ujung distal cervix ada bagunan yang menyempit disebut ostum
uteri externum. Rongga di dalam cervix uteri disebut canalis cervicis.

VAGINA
 Bentuk tabung muskular, muali servix sampai genitalia externa.
 Panjang antara 8-12 cm.
 Bagian distal cervix menonjol ke dalam rongga vagina disebut portio vaginalis
Cervicis uteri. Bagian cervix proximalnya disebut portio supravaginalis cervicis
uteri.
 Rongga vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis disebut fornix yang
dapat dibedakan fornix lateralis dextra dan sinistra, fornix anterior dan posterior.
 Tunika mukosa membentuk rugae yang transversal pada dinding vebtral dan dorsal
disebut columna rugarum.
 Fascia endopelvis memadat menjadi ligamentum fasialis yang berfungsi menunjang
servix dan vagina.
 Ligamentum-ligamentum yang ikut memfiksasi uterus diantaranya :
o Lig.Cardinale (Mackenrodt’s)/lig.cervicalis lateralis : melewati sebelah lateral
servix dan bagian atas vagina ke dinding pelvis.
o Lig.utero-sacrale/lig.recto uterina : melewati bagian belakang servix dan
fornix vagina ke fascia yang melapisi sendi sacro-iliaca. Mulai dari isthmus ke
jaringan pengikat disebelah lateral dari rectum setinggi vertebrata sacralis III,
mengandung otot polos.
o Lig,puboservicale : meluas ke anterior dari lig.cardinale ke pubis
(puboprostatica pada pria).
o Lig.pubovesicale : dari belakang symphisis pubis menuju collum vesica
urinaria.
 Fiksasi yang utama pada uterus ke vagina adalah : lig.cardinale & utero-sacrale.
 Fungsi : alat bersenggama, jalan lahir waktu partus, saluran keluar uterus yang
dapat mengalirkan darah pada waktu menstruasi dan sekret dari uterus.
 Pada virgo intacta introitus vaginae sebagian ditutupi oleh suatu selaput yang
disebut hymen. Menurut bentuknya dapat dibedakan :
o Hymen anularis (cincin)
o Hymen semilunaris (bulan sabit)
o Hymen cribriformis (berlubang-lubang sebagai saringan)
o Hymen fimbriatus ( dengan tepi sebagai jari-jari)
o Hymen imperforatus (tidak berlubang)

 Setelah diadakan coitus berulang-ulang hanya terdapat sisa-sisanya sebagai


tonjolan-tonjolan yang disebut carunculae hymenales yang hilang setelah
melahirkan.
 A.uterina pergi ke ventrocaudal setinggi isthmus uteri, membeok ke medial berjalan
di pangkal lig.latum, cranial lig.cardinale uteri membentuk cabang a.vaginalis ke
dinding vagina, pangkalnya kearah fundus kemudian bercabang-cabang menjadi :
o r. Ovaricus, melalui lig.ovarii proprium menuju ovarium.
o A.ligamenti teretis uteri, mengikuti lig.teres uteri.
o r.tubarius, mengikuti tuba uterina.
 Saraf-saraf otonom system urogenitale wanita :
 N.Pudendus, meninggalkan pelvis melalui foramen infrapiriformis, dorsal spina
ischiadica, masuk ke foramen ischiadicum minus sebagai n.clitoridis. Cabang yang
lain : n.hemorrhoidalis inferior untuk sphincter ani externus dan ke kulit pada regio
analis. N.perinealis berakhir sebagai n.labialis untuk labium majus, ia memberi ke
rr.cutanei ke kulit.
 Vasa lymphatica dan nodi lymphatici (lymphonodi)
o Bagian proximal mengikuti kembali r.vaginalis a.uternae ke Inn.Iliaci interni.
o Bagian medial mengikuti kembali r.vaginali a.vesicalis inferior ke Inn
sepanjang a.vesicalis inferior ke Inn.Iliaci interni.
o Bagian dari vagina distal, dinding vestibulum vagina, labium minora, labium
majora pergi ke Inn inguinale superficialis.

LO 1.2 MENJELASKAN GENITALIA FEMININA SECARA MIKROSKOPIS


Serviks
Cervix uterus merupakan bagian yang menghubungkan vagina dengan tuba uterina
melalui os external canalis cervicalis yang dilapisi oleh membran mucosa yang disebut
endocervix. Bagian ini mengandung mucus yang disekresikan oleh kelenjar tubular
yang dilapisi oleh epitel kolumner dan dipenuhi oleh sel silia.
Servik terutama terdiri dari jaringan ikat. Struktur ini dilapisi satu lapis epitel
kelenjar penghasil mukus dibagian dalam servik (canalis endoservicalis) dan epitel
skuamosa berlapis pada ektoservik.
Transisi epitel kelenjar dan skuamosa dikenal sebagai zona transformasi yang
penting oleh karena sering mengalami perubahan displastik yang dapat menjadi
keganasan.

VAGINA

Lapisan Vagina
Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, muskularis, dan adventitia. Mukosa ini
berada didalam lipatan (rugae) yang terdiri dari lapisan permukaan epitel skuamosa
berlapis tanpa lapisan tanduk (nonkeratinized) diatas lamina propria. Sel-sel epitel
mengandung glikogen Lamina propria terdiri dari jaringan ikat, dibawah lapisan epitel,
serabut elastis membentuk jaringan padat. Jaringan limfatik menyebar dan nodular
ditemukan sesekali, dan banyak limfosit, bersama dengan leukosit granular,
menginvasi epitel. Vagina tidak memiliki kelenjar, dan epitel dijaga agar tetap lembab
oleh sekresi dari leher rahim (servix). Muskularis terdiri dari kumpulan sel-sel otot
polos yang tersusun sirkuler di lapisan dalam dan longitudinal di lapisan luar.
Para adventitia adalah lapisan luar yang tipis yang tersusun dari jaringan ikat dengan
serat elastis. Berfungsi untuk mempertahankan vagina tetap di tempat.Epitel skuamosa
bertingkat nonkeratinized yang melapisi vagina terdalam adalah lapisan basal (stratum
germinativum), diikuti oleh lapisan (spinosus) menengah dan lapisan dangkal (stratum
korneum).

Labia
Labia mayor terdiri dari lipatan-lipatan kulit yang menutupi kumpulan jaringan
adiposa. Pada orang dewasa, permukaan luar ditutupi oleh rambut kasar dengan
kelenjar keringat dan sebasea. Labia majora adalah homolog dengan skrotum pada pria.
Labia minora terdiri dari inti yang sangat vaskular, jaringan ikat longgar tertutup oleh
epitel skuamosa berlapis yang sangat menjorok oleh papilla jaringan ikat. Kedua
permukaan labia minora tidak terdapat rambut, tetapi banyak terdapat kelenjar sebasea
besar.

Klitoris
Klitoris adalah suatu badan yang terbentuk dari dua corpora cavernosa yang tertutup
dalam lapisan jaringan ikat fibrosa dan dipisahkan oleh septum yang tidak lengkap.
Ujung bebas dari klitoris berakhir dalam tuberkulum, kecil membulat,serta kelenjar
clitoridis. Klitoris dibungkus oleh lapisan tipis epitel skuamosa berlapis nonkeratinized
, juga terkait dengan banyak ujung saraf khusus. Klitoris tidak memiliki korpus
spongiosum , oleh karena itu tidak dilalui oleh uretra.

Kelenjar vestibular/ kelenjar Bartholin


Vestibulum adalah celah antara labia minora yang di dalamnya merupakan bukaan
vagina dan uretra. dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis dan mengandung banyak
kelenjar vestibular kecil. Terdapat kelenjar lendir tubuloalveolar yang mengeluarkan
cairan, pelumas jelas berlendir. Kelenjar utama sesuai dengan kelenjar bulbourethral
dari laki-laki.
LI 2MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN
LO 2.1 MENJELASKAN DEFINISI FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN
Vaginal discharge (fluor albus/leukorea/duh tubuh vagina) atau sering disebut
keputihan merupakan salah satu masalah yang sering dikeluhkan mulai dari usia muda
sampai usia tua. Vaginal discharge bukan penyakit, namun merupakan suatu
manifestasi klinis dari suatu penyakit. Leukorea adalah sekret berwarna putih dan
kental dari vagina dan rongga uterus (dorland, 2010). Vagina yang normal selalu
berada dalam kondisi lembab dan permukaannya basah oleh cairan/lendir. Sekret
diproduksi oleh kelenjar pada leher rahim (serviks), dinding vagina dan kelenjar
bartholin dibibir kemaluan, menyatu dengan sel-sel dinding vagina yang lepas serta
bakteri normal didalam vagina, bersifat asam. Leukorea terbagi atas luekorea fisiologis
dan patologis. Leukorea fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menarke, saat
ovulasi, karena rangsangan seksual, saat kehamilan, mood/stress serta penggunaan
kontrasepsi hormonal. Sedangkan, leukorea patologis dapat terjadi diakibatkan oleh
infeksi pada alat reproduksi yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri.
LO 2.2 MENJELASKAN ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN
Leukorea terbagi atas luekorea fisiologis dan patologis. Leukorea fisiologis dapat
terjadi pada bayi baru lahir, saat menarke, saat ovulasi, karena rangsangan seksual, saat
kehamilan, mood/stress serta penggunaan kontrasepsi hormonal. Sedangkan, leukorea
patologis dapat terjadi diakibatkan oleh infeksi pada alat reproduksi yang dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri.
1. Fluor Albus Fisiologik
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio
vagina. Vaginal discharge yang fisiologis merupakan cairan/ secret tidak berwarna,
tidak gatal, dan tidak berbau yang keluar dari vagina. Sekret patologik biasanya
terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina.
 Normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio vagina.
 Gejala : cairan vagina jernih, tidak berwarna, tidak gatal, dan jumlah cairan
biasanya sedikit.
 Etiologi : timbul dalam keadaan ovulasi, saat menjelang atau setelah menstruasi
akibat rangsangan seksual, saat wanita hamil dan dalam keadaan stress.
 Biasanya ditemukan pada : waktu sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar –
kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer, waktu disekitar menarche karena mulai
terdapat pengaruh estrogen.

Fluor albus fisiologik ditemukan pada :


 Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, disini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
 Menjelang atau setelah haid.
 Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini berkaitan dengan kesiapan
vagina untuk menerima penetrasi pada senggama.
 Ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
 Kehamilan
 Stres, kelelahan
 Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
 Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan
penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.

2. Fluor Albus Patologik


Vaginal discharge yang patologis merupakan cairan/secret yang keluar dari vagina
dengan jumlah, baud an konsistensi yang bervariasi berdasarkan penyebabnya. Selain
itu, dapat disertai oleh rasa gatal, rasa terbakar disekitar kemaluan serta rasa nyeri baik
saat berkemih maupun bersenggama. Cairan/secret ini mengandung banyak leukosit.
Leukorea patologis dapat disebabkan oleh infeksi (bakteri, jamur, dan parasite).
 Gejala : cairan dari vagina keruh dan kental, warna tergantung dari kuman yang
menginfeksi, berbau busuk, terasa gatal, dan jumlah cairan banyak.
 Etiologi : infeksi daerah genital dapat juga disebabkan oleh sakit yang lama, kurang
gizi dan anemia, kuman penyebabnya dapat berupa jamur (Candida Albicans),
bakteri (kuman E.Coli, Staphylococcus), protozoa (Trichomonas Vaginalis).
 Sekret patalogiknya biasanya terdapat pada dinding vlateral dan anterior vagina.
 Penyebab lain, selain karenan infeksi. Bisa juga terjadi karena iritasi (sabun cuci
dan pelembut pakaian, cairan antiseptic untuk mandi, permbersih vagina, celana
yang ketat atau tidak menyerap keringat). Karena Tumor atau jaringan abnormal
lain, radiasi

Infeksi
a. Bakteri :
 Treponema Pallidum (Spirochaeta pallida)
Bakteri ini merupakan penyebab penyakit sifilis. Pada perkembangan penyakit
dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di vulva dan vagina yang disebut kondiloma
lata. Bakteri berbentuk spiral P: 6 – 15 μ, L: 0,25 μ, lilitan: 9 – 24 dan tampak
bergerak aktif (gerak maju & mundur, Berotasi undulasi sisi ke sisi) pada
pemeriksaan mikroskopis lapangan gelap.
Mati pada kekeringan, panas, antiseptik ringan, hidup beberapa lama di luar tubuh.
Penularan dapat secara kontak langsung yaitu melalui coital à STD dan dapat juga
melalui non-coital (jarum suntik) à sulit terjadi.
 Gonococcus
Penyebab Gonococcus adalah coccus gram negative “Neisseria gonorrhoeae”
ditemukan oleh Neisser in 1879. N. gonorrhoeae adalah diplokok berbentuk biji
kopi, bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokkus
gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro, bersifat tahan asam. Bakteri
gonokokkus tidak tahan terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi
transmisi seksual. Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya
memerlukan 2-10% CO2 dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini
membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui transferin,
laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan
suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37°C dan pH 7.2-8.5 untuk
pertumbuhan yang optimal.
Pada sediaan langsung dengan gram bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung
dengan pewarnaan gram bersifat gram negative, terlihat diluar dan dalam leukosit,
kuman ini tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, dan
tidak tahan zat desinfektan
Secara morfologik gonokok terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai
pili dan bersifat virulen, serta 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat
nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menyebabkan reaksi
radang. Organisme ini menyerang membran mukosa, khususnya epitel kolumnar
yang terdapat pada uretra, servik uteri, rectum, dan konjungtiva.Gambaran tersebut
dapat terlihat pada pemeriksaan Pap Smear, tetapi biasanya bakteri ini diketahui
pada pemeriksaan sedian apus dengan pewarnaan Gram. Cara penularan penyakit
ini adalah dengan senggama.
 Chlamidia trachomatis
Bakteri ini sering menyebabkan penyakit mata yang dikenal dengan penyakit
traukoma. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada cairan vagina yang berwarna
kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.
Dan terlihat melalui mikroskop setelah diwarnai dengan pewarnaan Giemsa.
Bakteri ini membentuk suatu badan inklusi yang berada dalam sitoplasma sel-sel
vagina.
Pada pemeriksaan Pap Smear sukar ditemukan adanya perubahan sel akibat infeksi
clamidia ini karena siklus hidupnya tidak mudah dilacak.
 Gardanerrella vaginalis
Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang
dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme normal dalam vagina karena
seringnya ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan
membentuk bentukan khas dan disebut clue cell. Pertumbuhan yang optimal pada
pH 5.0-6.5.
Gardanerrella menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang
menimbulkan bau amis seperti ikan.
b. Jamur
 Candida albicans
Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih susu seperti susu pecah
atau seperti keju, dan sering disertai gatal, vagina tampak kemerahan akibat proses
peradangan. Dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu
(pseudohifa).
Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang subur bagi pertumbuhan
jamur ini adalah kehamilan, diabetes mellitus, pemakai pil kontrasepsi. Pasangan
penderita juga biasanya akan menderita penyakit jamur ini. Keadaan yang saling
menularkan antara pasangan suami-istri disebut sebagai phenomena ping-pong.

c. Parasit
 Trichomonas vaginalis
Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan dapat bergerak berputar-
putar dengan cepat. Gerakan ini dapat dipantau dengan mikroskop.
Cara penularan penyakit ini dengan senggama. Walaupun jarang dapat juga
ditularkan melalui perlengkapan mandi, seperti handuk atau bibir kloset.

d. Virus
 Virus Herpes simpleks
Virus herpes yang paling sering > 95% adalah virus herpes simpleks tipe 2 yang
merupakan penyakit yang ditularakan melalui senggama. Namun 15-35% dapat
juga disebabkan virus herpes simpleks tipe 1.Pada awal infeksi tampak kelainan
kulit seperti melepuh seperti terkena air panas yang kemudian pecah dan
meimbulkan luka seperti borok. Pasien merasa kesakitan.
 Human Papilloma Virus
Papovavirus merupakan virus kecil ( diameter 45-55 nm ) yang mempunyai genom
beruntai ganda yang sirkuler diliputi oleh kapsid (kapsid ini berperan pada tempat
infeksi pada sel) yang tidak berpembungkus menunjukkan bentuk simetri
ikosahedral. Berkembang biak pada inti sel.
Human Papilloma Virus merupakan penyebab dari kondiloma akuminata.
Kondiloma ditandai dengan tumbuhnya kutil-kutil yang kadang sangat banyak dan
dapat bersatu membentuk jengger ayam berukuran besar.
Cairan di vagina sering berbau tanpa rasa gatal. Penyakit ini ditularkan melalui
senggama dengan gambaran klinis menjadi lebih buruk bila disertai gangguan
sistem imun tubuh seperti pada kehamilan, pemakain steroid yang lama seperti pada
pasien dengan gagal ginjal atau setelah transplantasi ginjal, serta penderita HIV
AIDS.

Penyebab Lain
1. Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
2. Tidak diketahui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

LO 2.3 MENJELASKAN EPIDEMIOLOGI FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN


Menurut studi Badan Kesehatan Dunia (WHO), salah satu masalah tersering pada
reproduksi wanita adalah vaginal discharge. Sekitar 75% wanita di dunia pasti pernah
mengalami keputihan setidaknya satu kali sumur hidup dan sebanyak 45% wanita
mengalami keputihan dua kali/lebih.

Di Indonesia, data kejadian keputihan sangat terbatas karena hanya sedikit wanita
yang memeriksakan masalah tersebut karena beberapa diantaranya mendiagnosis dan
mengobati sendiri keluhannya. Menurut Depkes (2010), terdapat 75% wanita
mengalami keputihan minimal satu kali selama hidupnya dan setengan diantaranya
mengalami sebanyak dua kali atau lebih. Studi menunjukan bahwa candida albicans
merupakan penyebab tersering pada wanita usia muda. Penyebab lainnya antara lain
Bacterial vaginosis dan Trichomonas vaginalis. Hal ini dapat terjadi karena banyak
wanita yang kurang menyadari pentingnya menjaga kebersihan daerah vagina serta
tidak tahu cara membersihkan daerah vagina secara tepat. Selain itu, dapat juga
dipengaruhi oleh cuaca lembab yang memudahkan terjadinya infeksi jamur.

LO 2.4 MENJELASKAN PATOGENESIS FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN


Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa
dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita
sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun
mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang
keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus
serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan
pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara
Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina
dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida
yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina,
produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang
menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp.
terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi
akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang
mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas,
penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak
terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang
tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat
kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi
oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan
media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada
lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan
gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi
kandidiasis vaginalis.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone
menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi
pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Pada Gonore, secara morfologik gonokok terdiri atas 4 tipe yaotu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili sehingga bersifat virulen dan tipe 3 dan 4 yang tidak memiliki pili
sehingga bersifat nonvirulent. Pili ini akan melekat pada mukosa epitel dan akan
menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah
dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur)
yakni pada vagina wanita sebelum pubertas. Pada masa pra pubertas, epitel vagina
dalam keadaan belum berkembang (sangat tipis) sehingga mudah terjadi vaginitis
gonoroe. Sedangkan, pada masa reproduktif, lapisan selaput lendir vagina menjadi
matang dan tebal dengan banyak glikogen dan basil doderlein. Basil doderlein akan
memecahkan glikogen sehingga menghasilkan suasana asam yang tidak
menguntungkan kuman gonokok. Kemudian, kuman ini akan mengalami pertumbuhan
lagi pada masa menopause karena selaput lender vagina menjadi atrofi, kadar glikogen
menurun dan basil doderlein juga berkurang sehingga menguntungkan untuk kuman
gonokok.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh
bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri
patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan
hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri
patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan
jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga
terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma
hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan
produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan
pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada flour
albus pada vaginosis bacterial.
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis,
anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan
keadaan umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering
menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat

LO 2.5 MENJELASKAN MANIFESTASI KLINIS FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN


1. Fluor Albus Fisiologik
Secara umum, induvidu tidak memiliki keluhan hanya merasa tidak nyaman dengan keluhan
cairan/secret tidak berwarna/jernih, tidak berbau, tidak gatal dan tidak ada nyeri saat berkemih
maupun senggama.
Tabel Hubungan Siklus Haid dengan Leukorea Fisiologis
Cycle Type of Discharge Causes
1–7 Menstrual bleeding begins Lining of uterus sheds
and ends (your period) because pregnancy didn’t
occur.
8 - 13 Small amounts of creamy Pre-ovulation, estrogen
discharge (usually white) hormone rises.
14 – 16 Increased amounts of cloud Ovulation occurs
to clear, discharge may have
stringy consistency
17 - 28 Small amounts of thicker Post-ovulation
discharge or none at all
2. Fluor Albus Patologik
A. Radang pada Vagina
 Vaginosis Bakterial
Induvidu dengan Vaginosis bacterial akan mengeluh adanya vaginal discharge/duh tubuh
vagina yang ringan/sedang berwarna abu-abu dan berbau amis (fishy). Bau dirasakan lebih
menusuk setelah senggama dan mengakibatkan darah menstruasi berbau abnormal. Iritasi
daerah vagina atau sekitar vagina membuat rasa gatal dan terbakar yang relative ringan.
Nyeri abdomen, nyeri saat berhubungan atau saat berkemih jarang terjadi. Sekitar 50%
penderita vaginosis bacterial bersifat asimtomatik.

Pada pemeriksaan sangat khas, adanya duh tubuh vagina bertambah, warna abu-abu
homogen, viskositas rendah/normal, bau amis, jarang berbusa. Duh tubuh melekat pada
dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis, pH secret vagina berkisar 4,5 – 5,5. Pada
pemeriksaan kolposkopi, tidak terlihat dilatasi pembuluh darah dan tidak ditemukan
penambahan densitas pembuluh darah pada dinding vagina.

 Kandidiasis
Keluhan yang menonjol adalah rasa gatal, terbakar/panas sering kali disertai dengan iritasi
vagina, dysuria (nyeri saat berkemih) atau keduanya. Cairan vagina yang keluar berwarna
putih seperti susu yang bergumpal – gumpal (“cottage cheese-like”), tidak berbau dan pH
secret vagina <4,5. Pada pemeriksaan dalam, seringkali memperlihatkan eritema dinding
vulva dan vagina, kadang – kadang dengan plak yang menempel. Sedangkan pada laki –
laki, biasa mengeluh rasa gatal dan kemerahan pada penis.

 Trikomoniasis
Trikominiasis pada wanita, yang diserang terutama dinding vagina. Dapat bersifat akut dan
kronik.
Pada kasus akut, terlihat secret vagina seropurulen berwarna kekuning – kuningan, kuning-
hijau, berbau tidak enak (malodorous), berbusa, rasa gatal dan dapat disertai dysuria.
Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Kadang terbentuk abses kecil pada
dinding vagina dan serviks, yang tampak sebagai granulasi berwarna merah yang dikenal
sebagai strawberry appearance dan disertai dyspareunia, pendarahan pascakoitus dan
pendarahn intermenstrual. Bila secret, banyak yang keluar dapat timbul iritasi pada lipat
paha atau sekita genetalia eksterna. Pada kasus kronik, gejala lebih ringan dan biasanya
sekret vagina tidak berbusa.

B. Radang Pada Serviks Uteri


 Klamidiasis
Infeksi klamidia tidak menimbulkan keluhan pada 30% - 50% kasus dan dapat menetap
selama beberapa tahun. Penderita mengeluh keluar cairan purulent dari vagina, bercak
darah atau pendarahan pascasenggama. Pada pemeriksaan serviks, tampak erosi, rapuh
dan terdapat cairan mukopurulen berwarna kuning-hijau.
Bila tidak segera ditangani, klamidia dapat menyebabkan penyakit radang panggul yaitu
terjadinya nyeri kronis akibat infeksi pada uterus dan saluran tuba. Radang panggul dapat
menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik.
 Gonorea
Sebagian besar wanita dengan gonorea memiliki gejala yang asimtomatik. Jika memiliki
gejala, biasanya gejalanya ringan dan tidak spesifik. Gejalanya antara lain dysuria, kadang
– kadang polyuria, kadang timbul rasa nyeri pada punggung bawah. Pada pemeriksaan
dalam didapatkan labia mayora dapat bengkak, merah, dan nyeri tekan. Kadang kelenjar
bertholini ikut meradang dan terasa nyeri saat berjalan/duduk. Pada urethra, didapatkan
orifisium urethra eksterna tampak merah, edema dan ada sekret mukopurulen. Sedangkan,
pada pemeriksaan serviks, tampak merah dengan erosi dan sekret purulent.

LO 2.6 MENJELASKAN DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING FLUOR


ALBUS/KEPUTIHAN
ANAMNESIS
 Onset: untuk mengetahui sejak kapan gejala seperti ini dialami dan apakah ini
merupakan gejala berulang atau pertama kalinya
 Warna dan konsistensi: hal ini sangat penting ditanyakan sebab warna secret dan
konsistensi dapat menjadi petunjuk patogen penyebab timbulnya gejala. Namun
untuk memastikannya harus dilakukan pemeriksaan secret vagina
 Gejala lain: keputihan patologis biasanya selain ditandai bau amis, ada juga
sejumlah gejala lain yang menyertai seperti rasa gatal pada daerah trigonum
genitalia. Gejala lain yang perlu ditanyakan adalah ada tidaknya rasa panas pada
saat miksi dan nyeri abdomen. Hal ini untuk memastikan apakah penyebaran
penyakit telah mencapai organ urinarius atau visceral. Selain itu juga perlu
ditanyakan apakah pada secret vaagina terdapat nanah ataupun darah
 Siklus haid: pada umumnya secret vagina mengalami peningkatan pada saat ovulasi
dan akhir masa menstruasi sehingga penting ditanyakan pasien apakah saat ini dia
sedang haid atau tidak, dan apakah siklus haidnya teratur
 Aktivitas seksual: pertanyaan yang menyangkut hal ini cukup sensitive namun
harus ditanyakan karena banyak penyakit kelamin menular seksual melalui
aktivitas seksual yang tidak sehat
 Perilaku menjaga kebersihan organ genitalia: sangat penting menanyakan perilaku
higienitas pasien sebab salah sati faktor yang dapat memicu meningkatnya penyakit
kelamin adalah ketidaktepatan saat membersihkan organ genitalia
 Riwayat penyakit sebelumnya dan penggunaan obat antibiotic
 Metode kontrasepsi yang dipakai. Pada penggunaan kontrasepsi hormonal
dapatmeningkatkan sekresi kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan
adanya infeksi jamur. Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi
padaserviks yang meragsang sekresi kelenjar serviks menjadi meningkat
 Perilaku : Pasien yang tinggal di asrama atau bersama dengan teman-
temannyakemungkinan tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya
leukorea cukup besar. Contoh kebiasaan yang kurang baik adalah tukar menukar
peralatan mandi atau handuk.
PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan secara umum :
untuk mendeteksi adanya kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, infeksi
saluran kemih dan infeksi lain.
 Pemeriksaan khusus :
o pemeriksaan genitalia : inspeksi dan palpasi genitalia eksterna
o pemeriksaan spekulum : untuk melihat vagina dan serviks
o Pada pemeriksaan speculum harus diperhatikan sifat cairannya seperti
kekentalan, warn, bau serta kemungkinan adanya benda asing, ulkus dan
neoplasma (kelompok khusus). Pemeriksaan dalam dilakukan setelah
pengambilan sediaan untuk pemeriksaan laboratorium
o pemeriksaan pelvis bimanual : untuk menilai cairan dinding vagina
 Pada infeksi karena gonokokkus, kelainan yang dapat ditemui adalah orifisium
uretraeksternum merah, edema dan sekret yang mukopurulen, labio mayora dapat
bengkak, merah,dan nyeri tekan. Kadang-kadang kelenjar Bartolini ikut meradang
dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan melalui spekulum
terlihat serviks merah dengan erosidan sekret mukopurulen.Pada trikomonas
vaginalis dinding vagina tampak merah dan sembab. Kadangterbentuk abses kecil
pada dinding vagina dan serviks yang tampak sebagai granulasi berwarna merah
dan dikenal sebagai strawberry appearance. Bila sekret banyak dikeluarkandapat
menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia eksterna.
 Infeksi Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan vagina yang
berwarnahiperemis, sekret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai
lapisan tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang
disertai lendir bercampur darah yang keluar dari ostium uteri internum.Pada
kandidiasis vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva dan vagina,
padadinding vagina sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih, yang
jika diangkatmeninggalkan bekas yang agak berdarah.Pada kanker serviks awal
akan terlihat bercak berwarna merah dengan permukaanyang tidak licin. Gambaran
ini dapat berkembang menjadi granuler, berbenjol-benjol danulseratif disertai
adanya jaringan nekrotik. Disamping itu tampak sekret yang kental berwarnacoklat
dan berbau busuk. Pada kanker serviks lanjut, serviks menjadi nekrosis, berbenjol-
benjol, ulseratif dan permukaannya bergranuler, memberikan gambaran seperti
bunga kol.Adanya benda asing dapat dilihat dengan adanya benda yang mengiritasi
seperti IUD,tampon vagina, pesarium, kondom yang tertinggal dan sebagainya

PEMERIKSAANLABORATORIUM
Dibuat sediaan basah NaCl 0,9% fisiologis untuk trikomoniasis, KOH 10% untuk
kandidias, pengecatan gram untuk bakteri penyebab gonore. Pemeriksaan tambahan
dilakukan bila ada kecurigaan keganasan. Kultur dilakukan pada keadaan klinis ke arah
gonore tetapi hasil pemeriksaan gram negatif. Pemeriksaan serologis dilakukan bila
kecurigaan ke arah klamidia.
 Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
o Penentuan pH
Penentuan pH dengan indikator pH (3,0 ± 4,5)
o Penilaian sediaan basah
 Penilaian diambil untuk pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10%, dan
pemeriksaan sediaan basah dengan garam fisiologis. Trikomonasvaginalis akan
terlihat jelas dengan garam fisiologis sebagai parasit berbentuk lonjongdengan
flagelanya dan gerakannya yang cepat. Sedangkan Candida albicans dapatdilihat
jelas dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) atau hifa semu.
 Vaginitis non-spesifik yang disebabkan Gardnerella vaginalis pada sediaan dapat
ditemukan beberapa kelompok basil, lekosit yang tidak seberapa banyak, dan
banyak sel-sel epitel yang sebagian besar permukaannya berbintik-bintik. Sel-sel
ini disebut clear cell yang merupakan ciri khas infeksi Gardnerella vaginalis.
 Pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis terlihat pergerakan
trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari PMN dan mempunyai flagel,
leukosit (+) dan clue cell dapat (+) pada Trichomoniasis
 Pada Candidiasis, pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan
pewarnaan gram ditemukan blastopora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan
kadang kadang hifa asli bersepta
Pewarnaan gram
 Neisseria gonorrhea memberikan gambaran adanya gonokokkus (diplokokus gram
negative) intra dan ekstraseluler. Gardnerella vaginalis memberikan gambaran
batang-batang berukuran kecil gram negatif yang tidak dapat dihitung jumlahnya
dan banyak sel epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil.
Kultur
 Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi
seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam penafsiran
 Pemeriksaan serologis.
 Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi herpes genitalis dan human
papiloma virus (HPV) dengan pemeriksaan ELISA.
 Chlamydiasis juga menggunakan pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen
melalui ELISA. Dengan pengecatan Giemsa akan ditemukan badan elementer dan
badan retikulat
 Tes Pap Smear. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan
padaserviks
 Kanker serviks (keputihan warna putih purulent yang berbau dan tidak gatal)
Normal Vaginosis Vaginitis Vulvovaginitis
Bakteri
Trichomonas Candida albicans
vaginalis

Gejala Tidak ada Sekret, bau Sekret, bau Sekret, gatal dan
primer busuk, busuk, mungkin seperti terbakar
mungkin gatal gatal pada kulit vulva

Sekret Sedikit, putih, Meningkat, Meningkat, Meningkat, putih,


vagina flokulan tipis, homogen, kuning, hijau, keju lembut
putih, abu-abu, berbusa, seperti dadih
adheren adheren; petekia
servikal sering
ada

pH < 4,5 > 4,5 > 4,5 ≤ 4,5

Bau Tidak ada Sering, seperti Dapat ada, Tidak ada


bau ikan seperti bau ikan

Mikroskopis Sel epitel Clue cells Trikomonas Preparat KOH


dengan dengan basil motil; banyak memperlihatkan
lactobacillus adheren; tidak PMN tangkai ragi dan
ada PMN pseudohifa

Pengobatan Tidak ada Metronidazole Metronidazole Antifungi azol


topikal

LO 2.7 MENJELASKAN TATALAKSANA FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN


1. Fluor Albus Fisiologis
Secara umum, vaginal discharge yang keluar secara fisiologis tidak diperlukan terapi. Namun,
diperlukan edukasi bahwa cairan/sekret tersebut akan keluar secara fisiologis dari tubuh karena
pengaruh hormonal seperti yang telah dijabarkan diatas. Apabila cairan/sekret tersebut menjadi
bertambah banyak, berbau, gatal bahkan menimbulkan nyeri baik saat berkemih maupun
bersenggama, lakukan konsultasi ke dokter segera agar dapat mengetahui penyebab dan dapat
di berikan terapi yang adekuat.
2. Fluor Albus Patologis
TERAPI FARMAKOLOGI
Antiseptik :
 Povidone Iodin
Sediaan ini berbentuk larutan 10% povidon iodin dan ada yang diperlengkapi
dengan alat douche-nya sebagai aplikator larutan ini. Selain sebagai antiinfeksi
yang disebabkan jamur Kandida, Trikomonas, bakteri atau infeksi campuran, juga
sebagai pembersih.
Tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan menyusui. Bila terjadi iritasi atau
sensitif pemakaian harus dihentikan.

Antibiotik
 Clotrimazole
Memiliki aktivitas antijamur dan antibakteri. Untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis
yang disebabkan oleh Candida albicans.
Efek samping : pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar,eritema, edema ,gatal
dan urtikaria
Sediaan dan posologi : Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1%
dioleskan 2 kali sehari . Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100 mg digunakan
sekali sehari pada malam hari selama 7 hari atau tablet vagina; 500 mg, dosis
tunggal.
 Tinidazole
Tinidazole adalah obat antiparasit yang digunakan untuk membrantas infeksi
Protozoa, Amuba.
Efek samping : obat ini sama seperti Metronidazole tetapi dengan kelebihan tidak
perlu minum dengan waktu yang panjang sehingga mengurangi efek sampingnya.
Tinidazole sebagai preparat vaginal digunakan untuk infeksi Trichomonas. Biasa
dikombinasi dengan Nystatin sebagai anti jamurnya. Bentuk sediaan yang ada
adalah vaginal tablet.
 Metronidazole
Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12 jam x 2 atau 250
mg 3xsehari selama 5-7 hari) untuk infeksi Trichomonas vaginalis.
Diberikan 500 mg 2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara mitraseksual.
Untuk infeksi Gardnerella vaginalis
Efek samping : mual kadang kadang muntah, rasa seperti logam dan intoleransi
terhadap alkohol.
Kontra indikasi : pada trimester pertama kehamilan
 Nimorazole
Nimorazole merupakan antibiotika golongan Azol yang terbaru. Selain dalam
sediaan tunggal dalam bentuk tablet oral (diminum) juga ada kombinasinya
(Chloramphenicol dan Nystatin) dalam bentuk vaginal tablet.
 Penisilin
1. Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya
makanan dalam saluran cerna
2. Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak
terhambat makanan dalam absorbsinya.
Efek samping : Reaksi alergi , nefropati, syok anafilaksis, efek toksik penisilin
terhadap susunan saraf menimbulkan gejala epilepsi karena pemberian IV dosis
besar
Sediaan dan posologi :
Ampisilin :
- Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul 125mg, 250mg, 500mg
- Dalam suntikan 0,1 ; 0,25 ; 0,5 dan 1 gram pervial
Amoksisilin :
Dalam bentuk kapsul atau tablet ukuran 125, 250, 500 gram dan
sirup125mg/5mL dosis diberikan 3 kali 250-500 mg sehari
Anti jamur
 Nystatin
Nystatin adalah obat antijamur polien untuk jamur dan ragi yang sensitif terhadap
obat ini termasuk Candida sp. Di dalam darah sangat berbahaya bagi tubuh, tetapi
dengan sifatnya yang tidak bisa melewati membran kulit sangat baik untuk
digunakan sebagai obat pemakaian luar saja. Tetapi dalam penggunaannya harus
hati-hati jangan digunakan pada luka terbuka.

Anti Virus
 Asiklovir
Bekerja menghambat enzim DNA polimerase virus. Sediaan dalam bentuk oral,
injeksi dan krim untuk mengobati herpes dilabia.
Efek samping :
Oral : pusing, mual, diare,sakit kepala
Topikal : Kulit kering dan rasa terbakar dikulit.
Kontraindikasi : tidak boleh digunakan pada ibu hamil
BERIKUT INI ADALAH PENGOBATAN DARI PENYEBAB PALING
SERING :
1. Candida albicans
Topikal
Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari
Sistemik
Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
Nimorazol 2 gram dosis tunggal
Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan

2. Chlamidia trachomatis
Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari

3. Gardnerella vaginalis
Metronidazole 2 x 500 mg
Metronidazole 2 gram dosis tunggal
Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

4. Neisseria gonorhoeae
Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
Amoksisiklin 3 gr im
Ampisiillin 3,5 gram im atau
Ditambah :
Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Tiamfenikol 3,5 gram oral
Kanamisin 2 gram im
Ofloksasin 400 mg/oral

5. Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase


Seftriaxon 250 mg im atau
Spektinomisin 2 mg im atau
Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah
Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

6. Virus herpeks simpleks


Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder

TERAPI NONFARMAKOLOGI
1. Perubahan Tingkah Laku
Keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang di
lingkungan yang hangat dan basah maka untuk membantu penyembuhan menjaga
kebersihan alat kelamin dan sebaiknya menggunakan pakaian dalam yang terbuat
dari katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat (Jones,2005).
Keputihan bisa ditularkan melalui hubungan seksual dari pasangan yang terinfeksi
oleh karena itu sebaiknya pasangan harus mendapat pengobatan juga.
2. Personal Hygiene
Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin sangat
membantu penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering, seperti penggunaan
tisu basah atau produk panty liner harus betul-betul steril.Bahkan, kemasannya pun
harus diperhatikan. Jangan sampai menyimpan sembarangan, misalnya tanpa
kemasan ditaruh dalam tas bercampur dengan barang lainnya. Karena bila dalam
keadaan terbuka, bisa saja panty liner atau tisu basah tersebut sudah
terkontaminasi.Memperhatikan kebersihan setelah buang air besar atau
kecil.Setelah bersih, mengeringkan dengan tisu kering atau handuk khusus.Alat
kelamin jangan dibiarkan dalam keadaan lembab.
3. Pengobatan Psikologis
Pendekatan psikologik penting dalam pengobatan keputihan.Tidak jarang
keputihan yang mengganggu, pada wanita kadang kala pemeriksaan di
laboratorium gagal menunjukkan infeksi, semua pemgujian telah dilakukan tetapi
hasilnya negatif namun masalah atau keluhan tetap ada. Keputihan tersebut tidak
disebabakan oleh infeksi melainkan karena gangguan fsikologi seperti kecemasan,
depresi, hubungan yangburuk, atau beberapa masalah psikologi yang lain yang
menyebabkan emosional. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan konsultasi
dengan ahli psikologi.Selain itu perlu dukungan keluarga agar tidak terjadi depresi.
LO 2.8 MENJELASKAN KOMPLIKASI FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN
Pada kasus – kasus yang tidak diberikan terapi adekuat, infeksi tersebut dapat
menyebar ke traktus reproduksi bagian atas dan menyebabkan penyakit lain yang lebih
serius.
Pada Vaginosis Bakterial, komplikasi yang dapat terjadi antara lain meningkatkan
resiko terjadinya persalinan prematur pada kehamilan, ketuban pecah dini, infeksi
cairan dan resiko terkena transmisi dari HIV. Sedangkan, pada Gonore komplikasi
yang dapat terjadi antara lain sekuele permanen pada wanita yaitu terjadinya infertilitas
akibat PID (Pelvic Inflammatory Disease). Sedangkan pada klamidiasis, dapat
menyebabkan komplikasi PID, nyeri panggul kronis, infertilitas faktor tuba dan resiko
kehamilan ektopik. Sedangkan pada Trikomoniasis, komplikasi yang dapat terjadi
antara lain komplikasi dalam kehamilan yakni persalinan prematur, ketuban pecah dini
dan bayi berat lahir rendah.
LO 2.9 MENJELASKAN PENCEGAHAN FLUOR ALBUS/KEPUTIHAN
Menjaga kesehatan reproduksi untuk pencegahan keputihan pada wanita diawali
dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menjaga kebersihan organ kewanitaan, yaitu :
1. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin dan anus dengan seksama.
Membersihkan dilakukan dari depan kebelakang (dari daerah kemaluan ke arah
anus) secara satu arah. Hal ini dilakukan untuk mencegah kotoran dari anus masuk
kedalam vagina.
2. Membasuh secara teratur bagian bibir vagina secara hati-hati menggunakan air
bersih dan sabun yang lembut setiap habis BAK , BAB, dan ketika mandi. Yang
terpenting adalah membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar bibir
vagina.
3. Gunakan sabun lembut tanpa pewangi saat mandi untuk menjaga keasaman vagina.
Normalnya vagina berbau asam dan kecut dengan pH keasaman sekitar 4-4,5.
Terlalu sering membasuh vagina dengan cairan kimia dan menggunakan deodoran
disekitar vagina akan merusak keseimbangan organisme dan cairan vagina
sehingga memungkinkan terjadinya infeksi pada vagina (vaginitis).
4. Mengeringkan alat kelamin dengan tisu atau handuk agar tidak lembab setiap kali
setelah mandi atau buang air. Usahakan agar daerah kemaluan dan selangkangan
selalu kering, lebih lebih bila tergolong gemuk karena suasana lembab sangat
disukai oleh jamur. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.
5. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina kering
sepanjang hari. Bedak memiliki partikel partikel halus yang mudah terselip disana
sini yang akhirnya mengundang jamur dan bakteri bersarang.
6. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari setelah mandi, terutama bagi
wanita aktif dan mudah berkeringat. Gunakan celana dalam yang kering dan bila
celana dalam keadaan basah segera mengganti celana dalam yang bersih dan belum
dipakai.
7. Tidak memakai celana dalam yang terlalu ketat , karena celana dalam yang terlalu
ketat menyebabkan permukaan vagina menjadi lebih mudah berkeringat. Gunakan
celana dalam yang bahannya menyerap keringat seperti katun. Celana dalam dari
satin atau bahan sintetik lain membuat suasana disekitar vagina panas dan lembab.
8. Pakaian luar juga harus diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan karena pori
porinya sangat rapat, pilihlah seperti rok atau celana bahan non jeans agar sirkulasi
udara disekitar organ intim bergerak leluasa.
9. Ketika sedang haid dianjurkan sering mengganti pembalut terutama pada hari hari
pertama haid. Pembalut perlu diganti 4-5 kali dalam sehari untuk menghindari
pertumbuhan bakteri pada pembalut yang digunakan dan mencegah masuknya
bakteri kedalam vagina. Pembalut yang baik yaitu pembalut yang berdaya serap
baik dan tidak berparfum.
10. Gunakan panty liner disaat perlu dan jangan terlalu lama. Misalnya saat berpergian
keluar rumah dan lepaskan sekembalinya dirumah.
11. Dianjurkan untuk mencukur rambut kemaluan karena rambut kemaluan dapat
ditumbuhi sejenis jamur atau kutu.
12. Hindari pemakaian barang barang yang dapat memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi. Dianjurkan tidak duduk diatas kloset di wc umum
atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
13. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat yang cukup ,
hindari rokok, dan alkohol serta hindari stress yang berkepanjangan.
LO 2.10 MENJELASKAN PROGNOSIS LEUKOREA
Prognosis flour albus baik akan memberikan respon terhadap pengobatan dalam
beberapa hari, dan infeksinya dapat disembuhkan walaupun dapat timbul kembali pada
20-30% wanita walaupun tidak menunjukkan gejala. Dilaporkan terjadi perbaikan
spontan pada lebih dari 1/3 kasus. Dengan pengobatan yang tepat dapat memberi angka
kesembuhan yang tinggi (84-96%). Dengan perawatan kesehatan akan menentukan
pengobatan yang lebih efektif
LI 3MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR
PAP SMEAR

Pemeriksaan Pap Smear untuk pertama kali harus dilakukan segera setelah wanita tersebut
mulai melakukan hubungan seksual dan harus diulangi setelah 1 tahun, karena sel-sel
abnormal dapat terluput dari sekali pemeriksaan. Jika tidak didapati kelainan pada salah satu
hasil pemeriksaan Pap Smear, pemeriksaan dapat dilakukan secara teratur dengan interval 2
tahun sekurang-kurangnya sampai wanita hamil.

Pengertian Pap Smear

Pap Test (Pap Smear) adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio dan endoservik uteri untuk
penentuan adanya perubahan pra ganas maupun ganas di porsio atau servik uteri (Tim
PKTP,RSUD Dr. Soetomo/ FK UNAIR, 2000). Sedangkan menurut Hariyono Winarto dalam
seminarnya pada tanggal 05-10-2008 tentang Pap Smear Sebagai Upaya Menghindari Kanker
Leher Rahim Bagi Wanita Usia Reproduksi, pengertian Pap Test (Pap Smear) adalah suatu
pemeriksaan dengan cara mengusap leher rahim ( scrapping ) untuk mendapatkan sel-sel leher
rahim kemudian diperiksa sel-selnya, agar dapat ditahui terjadinya perubahan atau tidak.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pap Smear adalah pemeriksaan usapan pada
leher rahim untuk mengetahui adanya perubahan sel-sel yang abnormal yang diperiksa
dibawah mikroskop.

Tujuan Pap Smear


Menemukan sel abnormal atau sel yang dapat berkembang menjadi kanker termasuk infeksi
HPV . (Ramli, dkk: 2000). Untuk mendeteksi adanya pra-kanker, ini sangat penting ditemukan
sebelum seseorang menderita kanker. Mendeteksi kelainan – kelainan yang terjadi pada sel-
sel leher rahim. Mendeteksi adanya kelainan praganas atau keganasan servik uteri.
Syarat Pengambilan Pap Smear

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan Pap Smear adalah sebagai
berikut :

a. Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum menstruasi
berikutnya.
b.Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan dan
penyakit yang pernah diderita
c. Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan
pemeriksaan.
d.Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam 24 jam
sebelumnya.
e. Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam sebelum
pemeriksaan.
f. Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan, karena ada
beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel. (Republika. C, 2007).

Klasifikasi Pap Smear

Negative: tidak ditemukan sel ganas.


Klasifikasi menurut Papanicolau adalah sebagai berikut :

Kelas I : Hanya ditemukan sel-sel normal.


Kelas II : Ditemukan beberapa sel atipik, akan tetapi tidak ada bukti keganasan.
Kelas III : Gambaran sitologi mengesankan ,tetapi tidak konklusif keganasan.
Kelas IV : Gambaran sitologi yang mencurigakan keganasan.
Kelas V : Gambaran sitologi yang menunjukkan keganasan.

Interpretasi hasil pap test menurut Papanicolaou:


1) Kelas I : Identik dengan normal smear pemeriksaan ulang 1 tahun lagi.
2) Kelas II : Menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, kadang disertai:
(a) Kuman atau virus tertentu.
(b) Sel dengan kariotik ringan.
Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai dengan kausalnya
Bila ada erosi atau radang bernanah, pemeriksaan ulang 1 bulan setelah
pengobatan.

3) Kelas III : Ditemukannya sel diaknostik sedang dengan keradangan berat. Periksa ulang 1
bulan sesudah
pengobatan

4) Kelas IV : Ditemukannya sel-sel yang mencurigakan ganas dalam hal demikian dapat
ditempuh 3 jalan, yaitu:
(a) Dilakukan biopsi.
(b) Dilakukan pap test ulang segera, dengan skreping lebih dalam diambil 3 sediaan
(c) Rujuk untuk biopsi konfirmasi.

5) Kelas V : Ditemukannya sel-sel ganas. Dalam hal ini seperti ditempuh 3 jalan seperti pada
hasil kelas IV untuk
konfirmasi.

Alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan pap test yaitu :


1) Formulir konsultasi sitologi.
2) Spatula ayre yang dimodifikasi dan cytobrush.
3) Kaca benda yang pada satu sisinya telah diberikan tanda/label.
4) Spekulum cocor bebek (gravels) kering.
5) Tabung berisikan larutan fiksasi alcohol 95 %. (Arif Mansjoer, 2000).

Cara pengambilan sediaan :


1) Sebelum memulai prosedur, pastikan bahwa label wadah specimen diisi, pastikan bahwa
preparat diberi label yang menulis tanggal dan nama serta nomor identitas wanita.
2) Gunakan sarung tangan.
3) Insersi spekulum dengan ukuran tepat, visualisasi serviks, fiksasi speculum untuk
memperoleh pajanan yang diperoleh. Pastikan secara cermat membuang setiap materi yang
menghalangi visualisasi serviks/ mengganggu studi sitologi.
4) Salah satu dari 4 metode pengumpulan spesimen berikut untuk apusan pap dapat digunakan
:
a. Tempatkan bagian panjang ujung spatula kayu yang ujungnya sedikit runcing/ pengerik
plastic mengenai dan masuk ke dalam mulut eksterna serviks dan tekan. Ambil specimen
b. kanalis servikalis dengan memutar spatula satu lingkaran penuh
c. Ujung kapas aplikator berujung kapas dilembabkan dengan normal saline, insersi
aplikator tersebut ke dalam saluran serviks 2 cm dan putar 3600.
d. Insersi alat gosok sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran serviks dan putar 90-1800.
e. Gunakan kombinasi metode untuk metode memasukkan spatula.
5) Sebarkan sel-sel pada preparat yang sudah diberi label. Apabila sel-sel dikumpulkan pada
spatula kayu, tempatkan satu sisi diatas dekat label diatas setengah bagian atas preparat dan
usap 1 kali sampai ke ujung preparat. Kemudian balikkan spatula dan tempatkan sisi datar
lain dekat label pada setengah bagian bawah preparat dan usap satu kali sampai ujung
preparat.
6) Segera semprot preparat dengan bahan fiksasi/ masukkan bahan tersebut didalam tabung
berisi larutan fiksasi.(Helen Varney, 2007).
7) Bila fasilitas pewarnaan jauh dari tempat praktek sederhana, dapat dimasukkan dalam
amplop/pembungkus yang dapat menjamin kaca sediaan tidak pecah. Dengan pengambilan
sediaan yang baik, fiksasi dan pewarnaan sediaan baik serta pengamatan mikroskopik yang
cermat, merupakan langkah yang memadai dalam menegakkan diagnosis. (Ramli,dkk,
2000).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Pap Smear


Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan Pap Smear yaitu perubahan sel – sel
abnormal pada mulut rahim yang akhirnya dapat terjadi kanker serviks antara lain :

Konseling pra pap smear yang tepat:


1) Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum menstruasi
berikutnya.
2) Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan dan
penyakit yang pernah diderita
3) Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan
pemeriksaan.
4) Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam 24
jam sebelumnya.
5) Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam sebelum
pemeriksaan.
6) Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan, karena ada
beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel. (Republika. C, 2007).

Cara pengambilan kesediaan

Pengambilan kesediaan yang tak adekuat (62 %), bisa terjadi kegagalan skrining (15 %),
interpretasi (23 %), dan angka positif palsu (3-15 %). Untuk ketepatan diagnostik perlu
diperhatikan komponen dosenviks dan ektoserviks yang diambil dengan gabungan cytobrush
dan spatula.

LI 4 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN THAHARAH PADA KEPUTIHAN


Keputihan ini umum dialami oleh wanita. Dalam kitab shahih Bukhari disebutkan, suatu ketika
ada beberapa sahabat perempuan datang bertanya kepada Aisyah radhiallahu ‘anha tentang
batasan berakhirnya haidh. Beliau menjawab :
‫ص اةَ ت ََريْنَا َحتَّى ت َ ْع َج ْلنَا َلا‬
َّ َ‫ضا َاء ْالق‬
َ ‫ْالبَ ْي‬
“Jangan kalian tergesa-gesa (menetapkan akhir haidh) hingga kalian melihat cairan putih”
Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya fathul bari menjelaskan bahwa cairan putih
sebagaimana di sebut hadits di atas menjadi salah satu tanda akhir masa haidh.
Selain jenis keputihan di atas, ada pula keputihan yang terjadi dalam keadaan tidak normal,
yang umumnya dipicu kuman penyakit dan menyebabkan infeksi. Akibatnya, timbul gejala-
gejala yang sangat mengganggu, seperti berubahnya warna cairan menjadi kekuningan hingga
kehijauan, jumlah berlebih, kental, lengket, berbau tidak sedap, terasa sangat gatal atau panas.
Dalam khazanah Islam, keputihan jenis ini biasa disebut dengan cairan putih kekuningan
(sufrah ‫ )صفرة‬atau cairan putih kekeruhan (kudrah ‫)كدرة‬. Terkait dengan kedua hal ini, di kitab
shahih Bukhari disebutkan bahwa Sahabat bernama Ummu ‘Athiyyah radhiallahu ‘anha
berkata:

‫ش ْيئًا َوالص ْف َر اة َ ْال ُكد َْر اة َ نَعُدا َ ا‬


‫ل ُكنَّا‬ َ
“Kami tidak menganggap al-kudrah (cairan keruh) dan as-sufrah (cairan kekuningan) sama
dengan haidh”
Berdasarkan kedua hadis tersebut dapat disimpulkan :
1. Hukum orang yang mengalami keputihan tidak sama dengan hukum orang yang
mengalami menstruasi. Orang yang sedang keputihan tetap mempunyai kewajiban
melaksanakan shalat dan puasa, serta tidak wajib mandi.
2. Cairan keputihan tersebut hukumnya najis, sama dengan hukumnya air kencing. Oleh
karenanya, apabila ingin melaksanakan shalat, sebelum mengambil wudhu, harus istinjak
(cebok), dan membersihkan badan atau pakaian yang terkena cairan keputihan terlebih
dahulu.
Sedangkan apabila cairan keputihan keluar terus-menerus, maka orang yang mengalaminya
dihukumi dharurah/terpaksa, artinya orang tersebut tetap wajib melaksanakan shalat walaupun
salah satu syarat sahnya shalat tidak terpenuhi, yakni sucinya badan dan pakaian dari najis.
Menurut ulama Syafi’iyah, ketentuan tersebut bisa dilaksanakan dengan syarat diawali dengan
proses membersihkan, istinjak, wudhu dan kemudian shalat dilakukan secara simultan setelah
waktu shalat masuk.(mui.or.id)
Para ulama mengatakan bahwakeputihan itu pada hakikatnya adalah darah penyakit. Di dalam
bab darah wanita, keputihan termasuk ke dalam kelompok darah istihadhah.
Darahistihadhah adalah satu jenis darah dari tiga jenis darah wanita. Darah yang lain adalah
darah haidh dan darah nifas.
Berbeda dengan haidh dan nifas, darah istihadhahtidak mewajibkan mandi janabah, tetapi
hanya mewajibkan wudhu'. Namun di sisi lain, darah istihadhah itu sendiri adalah benda najis,
sehingga selain wajib berwudhu' juga wajib untuk dibersihkan sebagaimana layaknya air
kencing.
Kalau darah keputihan itu ke luar dan membasahi pakaian, berarti pakaian itu menjadi najis.
Tidak sah hukumnya bila dipakai untuk shalat. Perlu diganti dengan pakaian lain yang suci.
Untuk menghindari gonta ganti pakaian, biasanya para wanita menggunakan pembalut wanita.
Sehingga begitu akan shalat, cukup diganti atau dibuka pembalutnya saja.
DAFTAR PUSTAKA

Sutanto, Karina. 2016. Referat Vaginal Discharge. Universitas Pelita Harapan: Jakarta
Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta
Sofwan, Achmad. Sistem Reproduksi. 2011. FK YARSI: Jakarta
Textbook Histology. Saunders, 2004
5. Jarvis G.J. The management of gynaecological infections in Obstetric and Gynaecology A
Critical Approach to the Clinical Problems. 1994. Oxford University Press : Oxford
Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis vaginalis pada akseptor
KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Surabaya.
Mansjoer, Arif dll. Kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid 1. Media aesculapius: Jakarta
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan dan Kandungan Dan Keluarga Berencana
untuk pendidikan Bidan. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai