Anda di halaman 1dari 62

Commented [Nicksan1]: Overall masih banyak pemakaian

I. PEMBAHASAN termin yang tidak konsisten, ada yang menyebutkan


gugatan/tuntutan dan lain sebagainya. Jadi rancu nanti mereka. Lu
 PRA PEMBERKASAN harus bisa membatasinya mungkin dengan kamus dulu didepannya
atau gimana.

Menurut gw sebelum bahas hal-hal yang dibawah ada beberapa


TIPS DAN TRIK RISET hal yang masih harus dibedakan untuk pemula:
1. Beda Pidana dan Perdata
Buat kalian yang mau mengembangkan kasus posisi (selanjutnya disebut Kaspos) 2. Pihak-pihak yang ada di pidana dan perdata
Minimal ini
tentu kalian harus sudah membaca kasus yang ada. Untuk bisa mencari suatu jawaban atau
Terus terkait Hukum pidana dan perdata secara umum yang kira-
data-data yang dibutuhkan dalam mengembangkan kaspos, kalian harus mengetahui issue apa kira baka dipake dalam mootcourt itu kalian gak bahas ?
yang ingin di bahas sehingga kalian dapat mencari referensi buku-buku yang dapat membantu Pidana contoh:
Concuruss
kalian mengembangkan ide terhadap kaspos ataupun mencari jurnal-jurnal melalui media Perdata contoh:
internet. Wanprestasi vs PMH

Mengembangkan kaspos bermanfaat untuk melengkapi kasus posisi guna membuat Dan tolong cantumkan sumber kl emang ambil dari buku, jangan
sampe di bilang tidak berdasar, termasuk doktrin” yang kita ambil.
pertanyaan-pertanyaan hukum dan mempermudah kalian untuk mengumpulkan fakta-fakta (CATATAN KAKI)
hukum yang akan disusun dalam berkas gugatan, jawaban dan sebagainya hingga akhirnya Commented [Nicksan2]: Jelaskan apa itu kasus posisi
kalian dapat mengarahkan sendiri kemana arah pemecahan kaspos yang ada. Misalnya : Commented [Nicksan3]: Inggris kan ? cetak miring.
kalian ingin membuat pihak Penggugat menang dengan catatan Tergugat ridak terlihat kalah Isu ini biasanya dapat berupa:
- Pertentangan antara Undang-undang satu dengan Undang-
total (Penggugat menang cantik), maka kunci utamnya terletak kepada pengembangan Undang lainnya.
- Pertentangan antara undan-undang dengan asas-asas hukum
kaspos. Kunci utama untuk riset adalah :MAU MEMBACA !! Jika kalian skip membaca umum.
semua referensi yang kalian punya, maka kaspos kalian akan terlihat biasa dan sulit untuk - Pertentangan antara undang-undang dengan penerapannya di
lapangan.
melanjutkan ke pemberkasan.
Commented [Nicksan4]: typo
Commented [Nicksan5]: Ada beberapa hal penting yang lupa:
Trik : 1. Mencari putusan pengadilan yang kasusnya serupa ?
 Untuk kalian yang mau mencari jurnal di google, kalian bisa menambahkan tanda petik di 2. Fakta yang terdapat dalam Kasus posisi di sesuaikan dengan
dasar gugatan/dakwaan ?
antara judul atau keyword pencarian kalian. Dengan demikian, anda akan mendapat hasil
Masih kurang komperhensif, karena bab tips and trick riset se akan-
pencarian yang lebih spesifik. Contoh : “Hukum perdata.pdf” atau “Hukum lingkungan”. akan membahas tentang cara pembuatan kasus posisi. Mustinya
dibagi kedalam 2 tahapan:
1. cara riset
PERTANYAAN HUKUM 2. membuat kasus posisi

Setelah mengembangkan kasus kalian dapat membuat permasalahan hukum yang


akan kalian selesaikan. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat muncul setelah pengembangan
kasus :
i) Siapa para pihak di dalam kasus ?
ii) Apa hukum yang telah dilanggar? Commented [Nicksan6]:
iii) Apa dasar gugatan yang akan digunakan dalam kasus ini? IV) Bagaimana pihak Penasihat Hukum TERDAKWA/TERGUGAT
dapat melakukan pembelaan ?

3 hal tersebut yang secara dasar akan kalian temukan untuk dapat membuat berkas dan Rada rancu juga ini, bukankah tahapannya:
menyelesaikan masalah. 1. Riset seluruh elemen-elemen hukum yang ada di dalam kasus
posisi.
2. menjawab pertanyaan hukum.
3. baru melengkapi kasus posisi dengan fakta-fakta yang
menyesuaikan dari hasil jawaban pertanyaan hukum
?

Cth: kasus korupsi-> riset elemen hukum dalam kasus posisi terkait
korupsi yang dilakukan pihak-pihak -> tentukan siapa pihak-
pihaknya, dasar tuntutan, gugatan -> lengkapi fakta sesuai dengan
dasar tuntutan, gugatan supaya nanti dalam pembuatan dakwaan
tidak ada fakta yang kurang

1|Komunitas Mahasiswa Peradilan Semu Nasional


PENULUSURAN HUKUM

Setelah mengidentifikasi masalah dari kasus tentu kalian harus menjawabnya.Sebagai


mahasiswa hukum dan calon pengemban hukum kita harus membiasakan menjawab
pertanyaan hukum dengan dasar hukum bukan hanya dengan pendapat kita sendiri. Dengan
demikian, segala hal yang akan kalian gunakan untuk menjawab permasalahan memiliki
dasar yang benar. Dalam melakukan penulusuran hukum, kalian harus membaca
semuaundang-undang yang terkait dari awal sampai akhir, karena dengan demikian kalian
dapat mengerti maksud dari peraturan tersebut dan apa saja yang diatur dalam undang-
undang tersebut. Jika kalian membaca Undang-undang dengan teliti, maka kalian akan lebih
mudah dalam menentukan peraturan apa dan pasal berapa yang paling tepat untuk digunakan.
Jadi, jangan menggunakan teknik membaca cepat atau Skimming dalam membaca peraturan.

Trik :
 jika kalian tidak mengerti pasal yang sedang kaiian baca maka kalian dapat melihat
penjelasan yang selalu ada di lembar akhir undang-undang;
 Kalian juga bisa mencari Peraturan versi lama dan peraturan terkait dengan melihat
bagian “mengingat” di halaman pertama Undang-undang. Commented [Nicksan7]: Baca seluruh peraturan yang ada
dibagian konsideran “Mengingat” untuk ditelusuri.

 PEMBERKASAN Commented [Nicksan8]:

BERKAS PENUNTUT UMUM


Berdasarkan pasal 1 ayat 6 (b) KUHAP yang dimaksud Penuntut Umum adalah
Commented [Nicksan9]: Dakwaan mana cung ? langsung ajah
jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan tuntutan ?
melaksanakan penetapan hakim.Jadi seorang jaksa yang dalam hal melakukan penuntutan
akan meyampaikan dakwaan atau tuduhan dalam proses pengadilan terhadap orang yang Ini Ambigu dah pembagian babnya ?
1. Tuntutan
diduga telah melanggar hukum. Dan penetapan hakim baru bisa dilaksanakan oleh seorang 2. Pemaparan identitsa
jaksa apabila sudah berkekuatan hukum tetap (inkrah). 3. Kronologi kasus
4. Pemaparan dakwaan.
.
.
.
.
1. Tuntutan .
7. Kesimpulan
Secara singkat tuntutan adalah permohonan jaksa (penuntut umum) kepada Maksud pembagian bab seperti diatas tuh BERKAS PU terdiri dari
pengadilan (majelis hakim) atas hasil persidangan.Jadi tuntutan baru muncul apabila tuntutan, pemaparan identitas, kronologi kasus, dakawaan ??

pelaku tindak pidana sudah disidangkan di pengadilan dan pemeriksaan dinyatakan Mending dibagi per berkas deh, Berkas PENUTUT UMUM terbagi
selesai oleh hakim. atas : (biar lebih jelas pembagian yang kalian lakukan sangat
ambigu)
Dalam tuntutan apabila penuntut umum berpendapat pelaku tindak pidana 1. Dakwaan
Dakwaaan teorinya gimana alternative dll, terdiri dari kronologi
terbukti bersalah melakukan tindak pidana, maka penuntut umum akan meminta kasus dll……
pengadilan menjatuhkan pidana kepada pelaku tindak pidana tersebut. Dalam tuntutan 2. Tuntutan
Isinya ada dakwaann + keterangan saksi(fakta persidangan)+
akan disebutkan berapa lama pidananya, lamanya pidana ini bisa sama dengan analisis fakta+analisis yuridis (coba liat tuntutan kita yang di UNDIP)
maksimal ancaman pidana, lebih rendah atau dalam hal tertentu melebihi maksimal
ancaman pidana.

2|Komunitas Mahasiswa Peradilan Semu Nasional


2. Pemaparan Identitas Terdakwa
Jika seorang jaksa membuat surat dakwaan tentu ada identitas pihak yang
menjadi terdakwa. Identitas terdakwa merupakan unsur penting karena apabila hakim
menilai identitas terdakwa tidak jelas atau tidak sesuai dengan terdakwa yang
dihadirkan dalam persidangan maka hakim dapat membatalkan surat dakwaan yang
diajukan oleh jaksa.
Maka dari itu ada ketentuan yang mengatur bagaimana seharusnya isi identitas
terdakwa dalam surat dakwaan seperti halnya dibawah ini.
Berdasarkan pasal 143 ayat 2 (a) KUHAP identitas terdakwa harus memuat:
a. Nama lengkap
b. Tempat lahir
c. Umur atau tanggal lahir
d. Jenis kelamin
e. Kebangsaan
f. Tempat tinggal
g. Agama dan pekerjaan tersangka
Tujuan diaturnya isi dari identitas terdakwa sendiri adalah agar orang yang
didakwa dan diperiksa didepan sidang adalah terdakwa yang sebenarnya bukan orang
lain. Commented [Nicksan10]: Ini didakwaan doang emang ? di
tuntutan juga harus ada

3. Kronologi kasus
Didalam tahap ini seorang jaksa akan menguraikan bagaimana urutan
peristiwa terjadinya suatu perbuatan pidana.Dalam pemaparan kronologi kasus yang
terjadi pasti memuat locus delicti dantempus delicti kejadian perkara. Yang dimaksud
locus delicti adalah tempat kejadian perkara.Locus delicti perlu diketahui untuk:

1. Menentukan apakah hukum pidana Indonesia berlaku terhadap perbuatan pidana


tersebut atau tidak.

2. Menentukan kejaksaan dan pengadilan mana yang harus mengurus perkaranya


(kompetisi relative).

3. Sebagai salah satu syarat mutlak sahnya surat dakwaan.

Yang dimaksud tempus delicti adalah waktu kejadian perkar.tempus delicti perlu
diketahui untuk:

1. untuk keperluan kadaluarsa dan hak penuntutan Commented [Nicksan11]: Dalam pidana terutama korupsi
selain tempus dan locus, fakta-fakta yang lain juga harus detail.
Seperti:
2. untuk mengetahui apakah pada saat itu sudah berlaku hukum pidana atau belum - Kl ada kendaraan sebutkan plat nomronya
- Kl ada sms sebutkan nomor hp pengirim dan penerima
- Kl ada email sebutkan alamat email nya
3. apakah si pelaku sudah mampu bertanggung jawab atau belum - Dll coba liat dakwaan undip
Penulisan waktu pun harus sampai jam (kl memang bisa) cth. PK.
18.31

3|Komunitas Mahasiswa Peradilan Semu Nasional


4. Pemaparan pasal yang didakwakan
Yang dimaksud dengan pemaparan pasal yang didakwakan adalah pasal-pasal
yang digunakan oleh jaksa dan berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh
terdakwa yang disampaikan dalam surat dakwaan. Dalam penyusunan secara umum
pasal-pasal yang dipergunakan dalam dakwaan akan disusun berdasarkan urutan
tindak pidana yang diancamannya tertinggi hingga yang ancamannya terendah Commented [Nicksan12]: ANCAMAN PIDANANNYA tertinggi
sampai terendah.
Contoh penyusunannya adalah:
Pembunuhan (pasal 338 KUHPidana)
Pemerkosaan (pasal 285 KUHPidana)
Pencurian (pasal 362 KUHPidana)
dakwaan sendiri ada banyak sekali jenisnya yaitu:
a. Dakwaan tunggal
Hanya memuat satu tindak pidana yang didakwakan
b. Dakwaan alternative
Terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis, lapisan yang satu
merupakan alternative dan bersifat mengecualikan dakwaan pada lapis lainnya.
Antara lapisan dakwaan menggunakan kata “atau”
c. Dakwaan subsidair
Terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis, lapisan yang satu
berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya.
d. Dakwaan kumulatif
Didakwakan beberapa tindak pidana dan semuanya harus dibuktikan satu demi
satu.
e. Dakwaan kombinasi .
Bentuk ini dikombinasikan atau digabungkan antara dakwaan kumlatif dengan
alternative atau subsidiary.

5. Petitum
Petitum berisikan tuntutan jaksa yang dimintakan kepada hakim didalam suatu
persidangan.Isi dari petitum tentunya agar hakim menjatuhkan hukuman kepada
terdakwa sesuai tuntutan.Namun adakalanya petitum yang diajukan oleh jaksa
dikabulkan hanya sebagian oleh hakim. Sehingga penting untuk diingat bahwa hakim
tidak boleh mengabulkan petitum melebihi dari apa yang dimintakan. Commented [Nicksan13]: Kasih jenis-jenis atau contoh-
contoh petitum.Petitum ada primair dan subsidair, trus jelasin lg
primair biasa isinya apa, subsidair apa.
6. Pembuktian
Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman
tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan kesalahan yang
didakwakan kepada terdakwa. Di dalam hukum acara pidana pembuktian merupakan
titik sentral di dalam pemeriksaan perkara di pengadilan. Hal ini karena melalui
tahapan pembuktian inilah terjadi suatu proses, cara, perbuatan membuktikan untuk

4|Komunitas Mahasiswa Peradilan Semu Nasional


menunjukkan benar atau salahnya si terdakwa terhadap suatu perkara pidana di dalam
sidang pengadilan Commented [Nicksan14]: Bisa-bisanya pembuktian ada di
bagian BERKAS PENUNTUT UMUM.

7. Barang bukti dan alat bukti


Barang bukti adalah benda sitaan yang oleh penyidik telah diserahkan kepada
penuntut umum untuk diajukan ke muka persidangan dalam usaha pembuktian tindak
pidana yang dilakukan oleh terdakwa. Apabila dalam proses persidangan terdapat
barang bukti, maka barang bukti juga harus disebutkan/dituliskan dalam surat tuntutan Commented [Nicksan15]: Cari definisinya barang bukti.

digunakan untuk menguatkan pembuktian. Barang bukti yang dimaksud harus ada
hubungannya dengan tindak pidana yang dilakukan terdakwa.
Berdasarkan pasal 184 ayat 1 KUHAP alat bukti yang sah ialah:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa Commented [Nicksan16]: Jelaskan yang termasuk dalam alat-
alat bukti tersebut apa.

Saksi=orang yang melihat langsung


8. Saksi dan Ahli Ahli=orang yang berdasarkan keahliannya …
Berdasarkan pasal 14 ayat 24 KUHAP yang dimaksud, Saksi adalah orang Surat= bukti tertulis dll
Petunjuk= persusian
yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,penuntutan, dan
peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri,ia lihat sendiri dan ia
Commented [Nicksan17]: Kenapa ini gak masuk ke sub-bab
alami sendiri. yang atas ?
Contoh:

a. Amir adalah seorang pedagang bakso dijalan ciumbuleuit, ketika sedang berjualan
amir melihat sebuah mobil Honda jazz dengan plat nomor B 1945 BS melaju
dengan kencang dari arah punclut menuju gandok yang berujung pada insiden
tabrakan didepan jalan utama UNPAR antara mobil Honda jazz tersebut salah
satu mahasiswa ekonomi UNPAR.
b. Safrudin adalah mahasiswa ekonomi UNPAR yang tengah menempuh pendidikan
semester 5. Safrudin mendegar bahwa salah satu mahasiwa ekonomi UNPAR ada
yang tertabrak mobil Honda jazz dan kejadian tersebut diketahuinya dari
temannya Anton yang juga mendegar berita tersebut dari beberapa temannya
sesama Mahasiswa Ekonomi.

Apabila dilihat dari 2 contoh perbandingan diatas, yang dikategorikan sebagai


seorang saksi adalah Amir si pedagang bakso dikarenakan dia melihat, mendengar,ia
alami secara langsung peristiwa tabrakan antara mobil Honda jazz tersebut dengan
salah satu mahasiswa ekonomi UNPAR. Sedangkan Safrudin dan Anton tidak dapat
dikatergorikan sebagai saksi dikarenakan mereka hanya mendegar cerita dari orang
lain tanpa menyaksikan kejandian secara langsung.

5|Komunitas Mahasiswa Peradilan Semu Nasional


Sedangkan yang dimaksud dengan ahli adalah seseorang yang memiliki keahlian
khusus dalam bidang terentu tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang
suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.

Contohnya: Ahli dalam bidang kirimonogi


Ahli dalam bidang Psikologi Commented [Nicksan18]: Bagaimana kedudukan SAKSI AHLI,
BPKP, PPATK ?

9. Kesimpulan
Merupakan ringkasan dari berkas-berkas yang dibuat oleh penuntut umum berisikan fakta-
fakta yang diyakini oleh jaksa penuntut umum telah terbukti setelah proses pemeriksaan dan
pembuktian dilaksanakan dalam persidangan Commented [Nicksan19]: KYKnya isinya gak Cuma ini deh,
masih kurang mendetail cuy, liat kesimpulan UNDIP.

BERKAS PENASIHAT HUKUM (PENGGUGAT)


Berkas Penasihat Hukum Penggugat berguna untuk beracara dalam peradilan.
Penasihat Hukum yang akan mewakili Penggugat untuk hadir di persidangan dengan surat
kuasa khusus dari penggugat sendiri. Penggugat merupakan pihak yang merasa dirinya
dirugikan atas tindakan dari tergugat sehingga ia ingin menuntut hak nya dengan proses
peradilan di pengadilan.

1. Gugatan Commented [Nicksan20]: Pembagian sub-bab masih kurang


jelas, sama kyk comment untuk BAB diatas ya berlaku disini.
Gugatan (Jurisdctio Contentiosa) adalah tuntutan hak yang mengandung sengketa
yang diajukan ke pengadilan untuk mendapat putusan. (diktat cepot) Commented [Nicksan21]: Ini maksudnya apa ? kalau mau
kasih catatan tambahan bisa di catatan kaki lu bilang liat diktat
Gugatan memiliki bebeapa bentuk : bapak …. Halaman ….. kl emang mau nunjuk buku tertentu. Liat
1. Gugatan Biasa : catatan kaki PAK BAYU HPI. Atau diktat tenaker BU IDA.

2. Gugatan Class Action / perwakilan kelompok


3. Gugatan organisasi / legal standing (Standing NGO’s)
4. Gugatan warga Negara
5. Gugatan partai politik
6. Gugatan sengketa informasi public Commented [Nicksan22]: Ini maksudnya legal standing ?
gugatan bentuknya emang kyk gini ? Isitilahnya kurang tepat

Dalam mengajukan gugatan terdapat 2 jenis dasar gugatan Commented [Nicksan23]: 2 jenis dasar gugatan yaitu
wanprestasi dan PMH

Menurut Yahya Harahap, gugatan wanprestasi dan PMH terdapat perbedaan prinsip
yaitu:

1. Gugatan wanprestasi (ingkar janji)


Ditinjau dari sumber hukumnya, wanprestasi menurut Pasal 1243 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”) timbul dari perjanjian (agreement).Oleh
karena itu, wanprestasi tidak mungkin timbul tanpa adanya perjanjian yang dibuat
terlebih dahulu diantara para pihak. Hak menuntut ganti kerugian karena
wanprestasi timbul dari Pasal 1243 KUH Perdata, yang pada prinsipnya

6|Komunitas Mahasiswa Peradilan Semu Nasional


membutuhkan penyataan lalai dengan surat peringatan (somasi). KUH Perdata
juga telah mengatur tentang jangka waktu perhitungan ganti kerugian yang dapat
dituntut, serta jenis dan jumlah ganti kerugian yang dapat dituntut dalam
wanprestasi.

2. Gugatan PMH
Menurut Pasal 1365 KUH Perdata, PMH timbul karena perbuatan seseorang yang
mengakibatkan kerugian pada orang lain. Hak menuntut ganti kerugian karena
PMH tidak perlu somasi.Kapan saja terjadi PMH, pihak yang dirugikan langsung
mendapat hak untuk menuntut ganti rugi tersebut.KUH Perdata tidak mengatur
bagaimana bentuk dan rincian ganti rugi.Dengan demikian, bisa digugat ganti
kerugian yang nyata-nyata diderita dan dapat diperhitungkan (material) dan
kerugian yang tidak dapat dinilai dengan uang (immaterial).

Agar Penggugat dapat menuntut ganti kerugian berdasarkan PMH, maka harus
dipenuhi unsur-unsur yaitu:

1. Harus ada perbuatan, yang dimaksud perbuatan ini baik yang bersifat positif
maupun bersifat negatif, artinya setiap tingkah laku berbuat atau tidak berbuat;
2. Perbuatan tersebut harus melawan hukum.Istilah Melawan Hukum telah diartikan
secara luas, yaitu tidak hanya melanggar peraturan perundang-undangan tetapi
juga dapat berupa:
1. Melanggar hak orang lain.
2. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku.
3. Bertentangan dengan kesusilaan.
4. Bertentangan dengan kepentingan umum. Commented [Nicksan24]: Jelaskan maksud beserta
contohnya.
3. Adanya kesalahan;
Commented [Nicksan25]: Jenis kesalahan, ada objektif dan
4. Ada kerugian, baik materil maupun immaterial; subjektif beserta teori”nya.
5. Adanya hubungan sebab-akibat antara perbuatan ,melawan hukum tersebut Commented [Nicksan26]: Bedanya apa ?
dengan kerugian. Commented [Nicksan27]: Teori” kausalitas

Pada dasarnya Pasal 118 dan Pasal 120 HIR, tidak menetapkan syarat formulasi atau
isi gugatan.Akan tetapi, sesuai dengan perkembangan praktik, ada kecenderungan
yang menuntut formulasi gugatan yang jelas “fundamentum petendi” (posita) dan
petitum sesuai dengan system daagvarding. Adapun syarat-syarat atau ketentuan pada
suart gugatan antara lain sebagai berikut:
Pada umumnya syarat formal yang harus dipenuhi dalam gugatan adalah:

1. Ditujukan (Dialamatkan) kepada PN Sesuai dengan Kompetensi Relatif


Surat gugatan, secara formil harus ditujukan dan dialamatkan kepada PN sesuai
dengan kompetensi relatif. Harus tegas dan jelas tertulis PN yang dituju sesuai
dengan patokan kompetensi relatif yang diatur dalam Pasal 118 HIR. Apabila
surat gugatan salah alamat atau tidak sesuai dengan kompetensi relatif :

7|Komunitas Mahasiswa Peradilan Semu Nasional


- Mengakibatkan gugatan mengandung cacat formil, karena gugatan
disampaikan dan dialamtkan kepada PN yang berada di luar wilayah hukum
yang berwenang untuk memeriksa dan mengadilinya;
- Dengan demikian, gugatan dinyatakan tidak dapat diterima (niet
onvankelijkeverklaard) atas alasan hakim tidak berwenang mengadili.

2. Diberi Tanggal
Ketentuan undang-undang tidak menyebut surat gugatan harus mencantumkan
tanggal. Begitu juga halnya jika surat gugatan dikaitkan dengan pengertian akta
sebagai alat bukti, Pasal 1868 maupun Pasal 1874 KUH Perdata, tidak
menyebutka pencantuman tanggal di dalamnya. Karena itu, jika bertitik tolak dari
ketentuan pasal 118 ayat (1) HIR dihubungkan dengan pengertian akta sebagai
alat bukti, pada dasarnya tidak mewajibkan pencantuman tanggal sebagai syarat
formil.

3. Ditandatangani Penggugat atau Penguasa


Mengenai tanda tangan dengan tegas disebut sebagai syarat formil surat gugatan.
Pasal 118 ayat (1) HIR menyatakan :
- Gugatan perdata harus dimasukkan ke PN sesuai dengan kompetensi relatif,
dan;
- Dibuat dalam bentuk surat permohonan (surat permintaan) yang ditanda
tangani oleh penggugat atau oleh wakilnya (kuasanya).

4. Identitas Para Pihak


Penyebutan identitas dalam surat gugatan, merupakan syarat formil keabsahan
gugatan. Surat gugatan yang tidak menyebut identitas para pihak, apalagi tidak
menyebut identitas tergugat, menyebabkan gugatan tidak sah dan dianggap tidak
ada.Tentang penyebutan identitas dalam gugatan, sangat sederhana sekali. Tidak
seperti yang disyaratkan dalam surat dakwaan dalam perkara pidana yang diatur
dalam Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP (meliputi nama lengkap, agama, tempat
lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama
dan pekerjaan tersangka).

Tidak seluas itu syarat identitas yang harus disebut dalam surat gugatan. Bertitik
tolak dari ketentuan Pasal 118 ayat (1) HIR, identitas yang harus dicantumkan
cukup memadai sebagai dasar untuk :

- Menyampaikan panggilan, atau


- Menyampaikan pemberitahuan.

Dengan demikian, oleh karena tujuan pencantuman agar dapat disampaikan


panggilan atau pemberitahuan, identitas wajib disebut, cukup meliputi :

8|Komunitas Mahasiswa Peradilan Semu Nasional


- Nama Lengkap : Nama terang dan lengkap, termasuk gelar atau alias (jika ada),
maksud mencantumkan gelar atau alias, untuk membedakan orang tersebut
dengan orang lain yang kebetulan namanya sama pada lingkungan tempat tinggal.
- Alamat atau Tempat Tinggal

5. Posita (Fundamentum petendi)


Mengacu pada Rv Pasal 8 Nomor 3 menyebutkan pula posita dan petitum sebagai
pokok yang harus dipenuhi dalam surat gugatan. Posita merupakan dalil-dalil
konkret tentnag adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta alasan-
alasan daripada tuntutan.Uraian tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa
harus dijelaskan secara runtut dan sistematis sebab hal tersebut merupakan
penjelas duduknya perkara sehingga adanya hak dan hubungan hukum yang
menjadi dasar yuridis daripada tuntutan. Secara garis besar dalam posita harus
memuat antara lain:
- Objek perkara yaitu mengenai hal apa gugatan yang akan diajukan.
- Fakta-fakta hukum yaitu hal-hal yang menimbulkan sengketa.
- Kualifikasi perbuatan tergugat yaitu suatu perumusan mengenai perbuatan
materiil maupun moral dari tergugat yang dapat berupa perbuatan melawan
hukum.
- Uraian kerugian yang diderita oleh penggugat.

6. Petitum
Petitum adalah apa yang diminta atau diharapkan oleh penggugat agar dipustukan
oleh hakim dalam persidangan. Petitum ini harus dirumuskan secara jelas, singkat
dan padat sebab tuntutan yang tidak jelas maksudnya atau tidak sempurna dapat
mengakibatkan tidak diterima atau ditolaknya tuntutan tersebut oleh hakim.Dalam
praktik peradilan petitum dibagi kedalam tiga bagian, yaitu:
- Tuntutan pokok atau tuntutan primer : merupakan tuntutan sebenarnya atau
apa yang diminta oleh penggugat sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
posita.
- Tuntutan tambahan: merupakan tuntutan pelengkap daripada tuntuntan pokok.
- Tuntutan subsidier atau pengganti: merupakan tuntutan yang diajukan
penggugat untuk mengantisipasi kemungkinan tuntutan pokok dan tuntutan
tambahan tidak diterima oleh hakim.

2. Sita Jaminan Commented [Nicksan28]: Ini bagian dari gugatan kenapa gak
taro diatas ? terus kenapa cuman sita jaminan aja ? provisi ? serta-
merta ?
Sita Jaminan Adalah sita terhadap barang-barang milik tergugat yang
disengketakan status kepemilikannya, atau dalam sengketa hutang piutang atau
tuntutan ganti rugi agar dapat menjamin pelaksanaan putusan hakim.Sita jaminan
(Conservatoir Beslaag) ini diatur dalam pasal 227 HIR. Langkah – langkah yang
dilakukan Majelis Hakim terhadap permohonan sita jaminan setelah adanya
penunjukan majelis hakim oleh Ketua Pengadilan adalah sebagai berikut :

9|Komunitas Mahasiswa Peradilan Semu Nasional


- Ketua Majelis membuat penetapan tentang permohonan sita jaminan dan hari
persidangan perkara tersebut, dengan empat macam kemungkinan :
(1) Mengabulkan permohonan sita sekaligus menetapkan hari sidang;
(2) Menolak permohonan sita jaminan dan menetapkan hari sidang;
(3) Mengabulkan permohonan sita jaminan dan menangguhkan hari sidang;
(4) permohonan sita jaminan .Menetapkan hari sidang perkara tersebut dan
menangguhkan

Macam-macam Sita Jaminan :

1. Sita Revindikasi (Revindicatoir Beslag)


Revindicatoir berasal dari perkataan revindiceer yang artinya
mendapatkan.Perkataan Revindicatoir Beslag mengandung pengertian penyitaan
untuk mendapatkan hak kembali. Maksudnya penyitaan ini adalah agar barang
yang digugat itu jangan sampai dihilangkan selama proses berlangsung. Dari pasal
226 ayat (1) HIR dan pasal 260 ayat (1) R.Bg dapat diketahui bahwa sita
revindikasi mempunyai kekhususan terutama terletak pada obyek barang tersita
dan kedudukan penggugat atau barang yaitu :

 hanya terbatas barang bergerak yang ada di tangan orang lain (tergugat)
 barang itu berada di tangan orang lain tanpa hak
 permintaan sita diajukan oleh pemilik agar dikembalikan kepadanya.

Syarat atau alasan pokok sita revindikasi adalah adanya obyek sengketa
barang bergerak, terdapat pemohon pemilik barang, permohonan diajukan
kepada Ketua Pengadilan dan Barang dikuasai tergugat tanpa hak.

2. Sita Jaminan (Conversatoir Beslag)


Perkataan conservatoir beslag adalah berasal dari perkataan conserveren yang
berarti menyimpan.Makna conversatoir beslag ialah untuk menyimpan hak-hak
seorang untuk menjaga agar penggugat tidak dirugikan oleh perbuatan tergugat.
Syarat-syarat utama sita jaminan adalah :

 Harus ada sangka yang beralasan, bahwa tergugat sebelum putusan dijatuhkan
atau dilaksanakan akan menggelapkan atau menghilangkan barang-barangnya.
 Barang yang disita itu berupa kepunyaan yang terkena sita, artinya bukan
milik penggugat.
 Permohonan diajukan kepada Ketua Pengadilan yang memeriksa perkara
tersebut.
 Dapat dilakukan atau diletakkan baik tehadap barang bergerak atau yang tidak
bergerak.

Dalam praktek permohonan akan sita jaminan lazimnya dilakukan dalam surat
gugat, dan dalam petitum dimohonkan pernyataan sah dan berharga, atau dengan

10 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
kata lain permohonan sita jaminan tersebut diajukan sebelum dijatuhkan putusan.
Sedangkan ciri-ciri sita jaminan adalah sebagai berikut :

 Sita jaminan diletakkan atas harta yang disengketakan status kepemilikannya atau
terhadap harta kekayaan tergugat dalam sengketa utang piutang atau juga dalam
sengekta dan tututan ganti rugi.
 Obyek sita bisa barang bergerak atau tidak bergerak, bisa berwujud atau tidak
berwujud.
 Pembatasan sita jaminan bisa hanya barang-barang tertentu atau seluruh harta
kekayaan tergugat.
 Tujuan penyitaan untuk menjamin gugatan agar tidak hampa (illusoir)

3. Sita Harta Bersama (Marital Beslag)

Selain sita revindikasi dan sita jaminan terdapat pula bentuk khusus yang
diterapkan terhadap harta bersama suami-istri, apabila terjadi sengketa perceraian
atau pembagian harta bersama. Tujuan utamanya adalah membekukan harta
bersama suami istri melalui penyitaan, agar tidak berpindah kepada pihak ketiga
selama proses perkara perceraian atau pembagian harta bersama berlangsung.
Karakteristik penerapan yang melekat pada sita harta bersama meliputi seluruh
harta bersama yang dikuasai oleh para pihak, bukan hanya yang ada di tangan
tergugat saja tetapi juga yang ada pada penggugat atau pihak ketiga.

4. Sita Eksekusi (Executorial Beslag)

Sita eksekusi adalah sita yang berhubungan dengan masalah pelaksanaan suatu
putusan karena pihak tergugat tidak mau melaksanakan putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap tersebut secara sukarela meskipun Pengadilan telah
memperingatkan agar putusan tersebut dilaksanakan secara sukarela sebagaimana
mestinya. Sita eksekusi ini biasa dilakukan terhadap putusan yang mengharuskan
penggugat membayar sejumlah uang, sedangkan tentang tata cara dan syarat-
syarat sita eksekusi ini diatur dalam pasal 197 HIR atau pasal208 R.Bg.

3. REPLIK
Apabila dikehendaki jawaban yang diajukan secara tertulis oleh tergugat itu dijawab
kembali secara tertulis pula oleh pihak penggugat, yaitu dengan mengajukan
replik.1Pada umumnya substansi replik adalah berupa tambahan dalil yang
mengukuhkan dalil dalam gugatan dan juga sangkalan terhadap dalil-dalil yang
disampaikan oleh tergugat dalam jawaban.Dalam menyusun replik, penyusun berkas
harus pertama-tama memilah dalil dalam gugatan yang dapat semakin dikuatkan dan
dalil-dalil yang diajukan tergugat dalam jawaban yang hendak disangkal.Secara lebih

1
Retnowulan Sutantyo, Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, (Bandung:
CV. Mandar Maju, 2009), Hlm. 38

11 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
lanjut, dalil maupun sangkalan yang hendak disampaikan disusun dalam bentuk
paragraph dalam replik dengan mengkorelasikannya dengan sumber-sumber hukum
yang relevan. Commented [Nicksan29]: KESIMPULAN gk ada ?

BERKAS PENASIHAT HUKUM (TERGUGAT)


Tergugat adalah orang (pihak) yang ditarik ke muka pengadilan karena dirasa telah
melanggar hak penggugat. Adapun beberapa berkas yang diajukan oleh Tergugat dalam
proses pemeriksaan di muka persidangan adalah sebagai berikut:

1. JAWABAN
Jawaban adalah tangkisan yang diajukan Tergugat terhadap Gugatan yang diajukan
oleh Penggugat.
a. Jawaban dalam Eksepsi
Jawaban dalam eksepsi ialah suatu tangkisan bahwa syarat-syarat prosessuil
gugatan tidak benar atau eksepsi berdasarkan ketentuan materiil (eksepsi dilatoir
dan eksepsi paremptoir), sehingga gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima
(niet ontvankelijk verklaard).
Eksepsi dapat menyangkut acara yang dalam Hukum Acara Perdata disebut
eksepsi prosesuil.Selain itu, terdapat pula eksepsi yang berdasar hukum materiil.
Yang termasuk eksepsi prosesuil antara lain adalah:
 Eksepsi yang menyangkut Kekuasaan Absolut
Eksepsi kewenangan absolut adalah bantahan Tergugat mengenai
Penggugat dinilai salah mendaftarkan gugatannya di pengadilan yang tidak
berwenang mengadili perkara yang bersangkutan. Ini berkaitan dengan
pembagian lingkungan peradilan dan peradilan khusus.Misalnya dalam
kasus mengenai sengketa pembagian warisan orang yang beragama Islam
yang diajukan ke pengadilan negeri (peradilan umum), dimana seharusnya
yang bersangkutan mengajukannya ke lingkungan peradilan agama.
 Eksepsi yang menyangkut Kekuasaan Relatif
Eksepsi kewenangan relatif adalah bantahan Tergugat yang menyatakan
Penggugat salah mendaftarkan gugatannya di pengadilan yang tidak
berwenang mengadili perkara yang bersangkutan. Tetapi yang berwenang
adalah pengadilan lain dalam lingkungan pengadilan yang sama, misalnya
Tergugat dalam hal ini berdomisli di Jakarta Selatan, namun gugatan
diajukan di Pengadilan Jakarta Pusat, yang seharusnya gugatan tersebut
diajukan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
 Exceptie Ne Bis Idem: Eksepsi bahwa persoalan yang sama telah pernah
diputus dan bahwa putusannya telah memperoleh kekuatan hukum tetap
 Exceptie Van Litispendentie: Eksepsi bahwa persoalan yang sama sedang
pula diperiksa oleh pengadilan negeri yang lain atau masih dalam taraf
banding atau kasasi

12 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
 Disqualification Exceptie: Eksepsi bahwa yang bersangkutan (penggugat)
tidak mempunyai kapasitas hukum untuk menggugat
 Exceptie Plurium Litis Consortium: Eksepsi bahwa Tergugat kurang
lengkap (eksepsi kurang pihak)
 Exceptie Error in Persona: Eksepsi bahwa gugatan salah pihak
 Error in Objecto: Eksepsi yang ingin menyatakan kesalahan gugatan atas
objek yang dipermasalahkan (dipersengketakan)2.
 Exceptie Van Connexteit : Adalah eksepsi yang menyatakan bahwa
perkara itu ada hubungannya dengan perkara yang masih ditangani oleh
pengadilan/Instansi lain dan belum ada putusan.
 Exceptie Van Beraad : Adalah Eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan
belum waktunya diajukan.

Adapun, eksepsi yang berdasar hukum materiil ada 2 macam, yakni3:

 Eksepsi Dilatoir
Eksepsi dilatoir adalah eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan
penggugat belum dapat dikabulkan, misalnya oleh karena penggugat telah
memberikan penundaan pembayaran.
 Eksepsi Peremptoir
Eksepsi peremptoir adalah eksepsi yang menghalangi dikabulkannya
gugatan, misalnya oleh karena gugatan telah diajukan lampau waktu,
dengan lain perkataan telah kadaluwarsa, atau bahwa utang yang menjadi
dasar gugatan telah dihapuskan.

Selain itu, eksepsi yang menyangkut hukum materiil dapat juga berupa:
 Exceptie Obscuri Libelli : Adalah eksepsi yang menyatakan bahwa
gugatan Penggugat kabur ( Psl 125 ayat (1) HIR/Ps 149 ayat (1) RBG)
 Exeptie Non–Adimpleti Contractus : Adalah eksepsi yang menyatakan
saya tidak memenuhi prestasi saya, karena pihak lawan juga wanpresetasi.
Keadaan ini dapat terjadi dalam hal persetujuan imbal balik.

b. Jawaban dalam Pokok Perkara


Jawaban tergugat mengenai pokok perkara hendaknya dibuat dengan jelas,
singkat dan berisi, langsung menjawab pokok persoalan dengan mengemukakan
alasan-alasan yang berdasar. Adapun, yang menjadi muatan dari jawaban pada
pokok perkara adalah tangkisan dan pengakuan mengenai dalil-dalil dalam surat
gugatan. Dalam menyusun jawaban dalam pokok perkara, pertama-tama tentunya
harus mencerna dalil-dalil dalam gugatan terlebih dahulu.Memilah dalil-dalin

2
Tanpa Penulis, Tentang Error in Persona dan Error in Objecto,
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl220/tentang-error-in-persona-dan-error-in-objecto, diakses
pada 20 November 2016 pukul 21:50 WIB
3
Retnowulan Sutantyo, Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, (Bandung:
CV. Mandar Maju, 2009), Hlm. 39

13 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
mana saja yang hendak di bantah atau diberikan pengakuan.Selanjutnya,
dilakukan legal audit (penelusuran hukum) dalam rangka mencari sumber hukum
sebagai basis dan atau dasar dari argumentasi sebagai tangkisan.Pada akhirnya,
sumber hukum sebagai hasil dari penelusuran dapat dikorelasikan dengan
argumentasi yang hendak disampaikan untuk disusun dalam bentuk paragraf.

2. DUPLIK
Duplik merupakan salah satu berkas dalam rangkaian jawab-menjawab pada
pemeriksaan pengadilan perdata yang disusun dan diajukan oleh Tergugat.Duplik
adalah jawaban tergugat terhadap suatu replik yang diajukan oleh penggugat.Duplik
ini diajukan oleh tergugat untuk meneguhkan jawabannya yang pada lazimnya berisi
suatu penolakan terhadap suatu gugatan pihak penggugat.
Sama dengan cara menyusun jawaban, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
dengan mempelajari dalil-dalil yang disampaikan penggugat dalam replik.
Selanjutnya, dilakukan legal audit (penelusuran hukum) dalam rangka mencari
sumber hukum sebagai basis dan atau dasar dari argumentasi sebagai bantahan
terhadap replik .Pada akhirnya, sumber hukum sebagai hasil dari penelusuran dapat
dikorelasikan dengan argumentasi yang hendak disampaikan untuk disusun dalam
bentuk paragraf.

3. PEMBUKTIAN
Tahap pembuktian dalam acara perdata dilakukan dengan mengajukan alat bukti
untuk mendukung dan atau menyatakan kebenaran dalil-dalil yang dinyatakan oleh
Tergugat.
Kita ketahui bersama bahwa alat bukti perdata terdiri dari:
a. Bukti Surat
Pasal 137 H.I.R berbunyi: “Kedua belah pihak boleh timbal-balik menuntut
melihat surat keterangan lawannya yang untuk maksud itu diserahkan kepada
hakim.”4
Dalam hukum acara perdata dikenal 3 (tiga) macam surat.
Pertama, Surat biasa, yaitu surat yang dibuat tidak dengan maksud untuk
dijadikan alat bukti. Seandainya surat biasa dijadikan bukti maka hanya suatu
kebetulan saja. Yang termasuk surat biasa, surat-surat yang berhubungan dengan
korespondensi, dan lain-lain.

4
Ibid., hlm. 63

14 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Kedua, Akta otentik, yaitu akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang
berwenang. Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna
sepanjang tidak dapat dibuktikan lain akta otentik harus dianggap bena. Akta
otentik misalnya Kutipan Akta Nikah, Akta Kelahiran, Akta Cerai, dan lain-lain.

Ketiga, Akta di bawah tangan, yaitu akta yang tidak dibuat oleh atau di hadapan
pejabat yang berwenang. Kekuatan pembuktian akta di bawah tangan mempunyai
kekuatan pembuktian yang sempurna apabila isi dan tanda tangan diakui oleh para
pihak, apabila isi dan tanda tangan yang ada tidak diakui maka pihak yang
mengajukan bukti harus menambah dengan bukti lain misalnya saksi.

Alat bukti surat yang berupa surat elektronik pengajuannya harus dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

b. Alat Bukti Saksi

Saksi adalah orang yang melihat, mendengar, mengetahui, dan mengalami sendiri
suatu peristiwa.Saksi biasanya dengan sengaja diminta sebagai saksi untuk
menyaksikan suatu peristiwa dan ada pula saksi yang kebetulan dan tidak sengaja
menyaksikan suatu peristiwa.

Dalam KUH Perdata pembuktian menggunakan saksi diatur dalam Pasal 1895-
1912, dalam uraian mengenai saksi dalam Pasal tersebut, ada beberapa kriteria
atau syarat agar orang dapat dikatakan sebagai saksi. Kriteria/syarat tersebut dapat
diklasifikasikan kedalam dua macam syarat saksi, yaitu syarat formil dan syarat
materiil.

Syarat Formil

1. Orang yang kan dimintai keteranganya sebagai saksi harus cakap (sudah
dewasa menurut UU, tidak gila, tidak dalam pengampuan, atau dengan kata lain
dapat mempertanggungjawabkan perbuatanya);

15 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
2. Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah maupun semenda dengan salah satu
pihak, kecauali UU menentukan lain. termasuk juga hubungan perkawinan
walaupun sudah bercerai;
3. Tidak ada hubungan kerja dengan menerima upah, kecuali UU menentukan lain;
4. Mengkahadap ke persidangan;
5. Diperiksa satu per satu;
6. Mengucapkan Sumpah;

Syarat Materiil

1. Menerangkan apa yang telah dilihat, didengar dan dialami sendiri;


2. Diketahu sebab-sebab mengapa saksi mengetahui suatu peristwa yang akan
diperiksa;
3. Bukan merupakan pendapat atau kesimpulan dari saksi sendiri;
4. Saling bersesuaian satu sama lain;
5. Tidak bertentangan dengan akal sehat.

Syarat-syarat alat bukti saksi adalah sebagai berikut:


 Orang yang Cakap
Orang yang cakap adalah orang yang tidak dilarang menjadi saksi menurut Pasal
145 HIR, Pasal 172 RBG dan Pasal 1909 KUH Perdata antara lain, pertama
keluarga sedarah dan semenda dari salah satu pihak menurut garis lurus, kedua
suami atau istri dari salah satu pihak meskipun sudah bercerai (Vide Putusan MA
No.140 K/Sip/1974. Akan tetapi mereka dalam perkara tertentu dapat menjadi
saksi dalam perkara sebagaimana diatur dalam Pasal 145 ayat (2) HIR dan Pasal
1910 ayat (2) KUH Perdata. Ketiga anak-anak yang belum cukup berumur 15
(lima belas) tahun (Vide Pasal 145 ke-3 HIR dan Pasal 1912 KUH Perdata),
keempat orang gila meskipun terkadang terang ingatannya (Vide Pasal 1912 KUH
Perdata), kelima orang yang selama proses perkara sidang berlangsung
dimasukkan dalam tahanan atas perintah hakim (Vide Pasal 1912 KUH Perdata).
 Keterangan Disampaikan di Sidang Pengadilan
Alat bukti saksi disampaikan dan diberikan di depan sidang pengadilan,
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 144 HIR, Pasal 171 RBG dan Pasal 1905

16 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
KUH Perdata. Menurut ketentuan tersebut keterangan yang sah sebagai alat bukti
adalah keterangan yang disampaikan di depan persidangan.
 Diperiksa Satu Persatu
Syarat ini diatur dalam Pasal 144 ayat (1) HIR dan Pasal 171 ayat (1) RBG.
Menurut ketentuan ini, terdapat beberapa prinsip yang harus dipenuhi agar
keterangan saksi yang diberikan sah sebagai alat bukti. Hal ini dilakukan dengan
cara, pertama menghadirkan saksi dalam persidangan satu per satu, kedua
memeriksa identitas saksi (Vide Pasal 144 ayat (2) HIR), ketiga menanyakan
hubungan saksi dengan para pihak yang berperkara.
 Mengucapkan Sumpah
Syarat formil yang dianggap sangat penting ialah mengucapkan sumpah di depan
persidangan, yang berisi pernyataan bahwa akan menerangkan apa yang
sebenarnya atau voir dire, yakni berkata benar. Pengucapan sumpah oleh saksi
dalam persidangan, diatur dalam Pasal 147 HIR, Pasal 175 RBG, dan Pasal 1911
KUH Perdata, yang merupakan kewajiban saksi untuk bersumpah/berjanji
menurut agamanya untuk menerangkan yang sebenarnya, dan diberikan sebelum
memberikan keterangan yang disebut dengan ”Sistim Promisoris”.
 Keterangan Saksi Tidak Sah Sebagai Alat Bukti
Menurut Pasal 169 HIR dan Pasal 1905 KUH Perdata, keterangan seorang saksi
saja tidak dapat dipercaya, sehingga minimal dua orang saksi (unus testis nullus
testis) harus dipenuhi atau ditambah alat bukti lain.
 Keterangan Berdasarkan Alasan dan Sumber Pengetahuan
Keterangan berdasarkan alasan dan sumber pengetahuan diatur dalam Pasal 171
ayat (1) HIR dan Pasal 1907 ayat (1) KUH Perdata. Menurut ketentuan ini
keterangan yang diberikan saksi harus memiliki landasan pengetahuan dan alasan
serta saksi juga harus melihat, mendengar dan mengalami sendiri.
 Saling Persesuaian
Saling persesuaian diatur dalam Pasal 170 HIR dan Pasal 1908 KUH Perdata.
Dalam ketentuan ini ditegaskan bahwa, keterangan saksi yang bernilai sebagai alat
bukti, hanya terbatas pada keterangan yang saling bersesuain atau mutual
confirmity antara yang satu dengan yang lain. Artinya antara keterangan saksi
yang satu dengan yang lain atau antara keterangan saksi dengan alat bukti yang

17 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
lain, terdapat kecocokan, sehingga mampu memberi dan membentuk suatu
kesimpulan yang utuh tentang persitiwa atau fakta yang disengketakan.
c. Alat Bukti Persangkaan
Persangkaan diatur dalam Pasal 1915 KUH Perdata, Pasal 173 HIR dan Pasal 310
RBG.Menurut Pasal 1915 KUH Perdata, persangkaan adalah kesimpulan yang
oleh UU atau oleh hakim ditarik dari satu persitiwa yang diketahu umum ke arah
suatu peristiwa yang tidak diketahui umum.
Dalam Kamus Hukum Engelbrecht, persangkaan (vermoedem) adalah
“kesimpulan yang ditarik oleh UU atau oleh hakim dari suatu hal atau tindakan
yang diketahui, kepada hal atau tindakan lainnya yang belum diketahui”. Artinya
bertitik tolak dari fakta-fakta yang diketahui, ditarik kesimpulan ke arah suatu
fakta yang konkret kepastiannya yang sebelumnya fakta itu belum diketahui atau
ditemukannya fakta lain.
Persangkaan terbagi dua:
a. Persangkaan UU, yaitu persangkaan berdasarkan suatu ketentuan khusus
UU berkenaan atau berhubungan dengan perbuatan tertentu atau peristiwa tertentu
(Vide Pasal 1916 KUH Perdata);
b. Persangkaan hakim (presumtion of fact), yaitu persangkaan berdasarkan
kenyataan atau fakta yang bersumber dari fakta yang terbukti dalam persidangan
sebagai pangkal titik tolak menyusun persangkaan, yang dilakukan oleh hakim
karena UU memberikan kewenangan dan kebebasan menyusunnya (Vide Pasal
173 HIR dan Pasal 310 RBG).
d. Alat Bukti Pengakuan
Pengakuan (bekentenis, confession) adalah alat bukti yang berupa pernyataan atau
keterangan yang dikemukakan salah satu pihak kepada pihak lain dalam proses
pemeriksaan, yang dilakukan di muka hakim atau dalam sidang pengadilan.
Pengakuan tersebut berisi keterangan bahwa apa yang didalilkan pihak lawan
benar sebagian atau seluruhnya (Vide Pasal 1923 KUH Perdata dan Pasal 174
HIR).
Secara umum, para pihak dapat mengakui segala hal yang berkenaan dengan
pokok perkara yang disengketakan. Tergugat dapat mengakui semua dalil gugatan
yang dikemukakan penggugat atau sebaliknya penggugat dapat mengakui segala
hal dalil bantahan yang diajukan tergugat. Pengakuan tersebut dapat berupa,

18 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
pertama pengakuan yang berkenaan dengan hak, kedua pengakuan mengenai
fakta atau peristiwa hukum.
Menurut Pasal 1925 KUH Perdata yang berwenang memberi pengakuan adalah
sebagai berikut:
a. dilakukan oleh penggugat atau tergugat sendiri (Vide Pasal 174 HIR);
b. kuasa hukum penggugat atau tergugat.
Berdasarkan pendekatan analog dengan ketentuan Pasal 1972 KUH Perdata,
bentuk pengakuan dapat berupa tertulis dan lisan di depan persidangan dengan
cara tegas (expressis verbis), diam-diam dengan tidak mengajukan bantahan atau
sangkalan dan mengajukan bantahan tanpa alasan dan dasar hukum.
e. Alat Bukti Sumpah
Sumpah sebagai alat bukti diatur dalam Pasal 155 s/d 158, Pasal 177 HIR dan
Pasal 1929 s/d 1945 KUH Perdata. Sumpah secara konsepsional adalah suatu
keterangan atau pernyataan yang dikuatkan atas nama Tuhan. Tujuan dari sumpah
adalah agar orang yang bersumpah dalam memberi keterangan atau pernyataan itu
menyampaikan yang benar dari yang sebenarnya, dan takut atas murka Tuhan,
apabila dia berbohong.
Dalam sumpah dapat juga dilakukan: pertama Sumpah Pemutus (Decisoir Eed),
yaitu sumpah yang oleh pihak satu (penggugat atau tergugat) diperintahkan
kepada pihak yang lain untuk menggantungkan pemutusan perkara atas
pengucapan atau pengangkatan sumpah (Vide Pasal 1930 ayat KUH Perdata).
Kedua Sumpah Tambahan (Aanvullende Eed) yang ditegaskan Pasal 1940 KUH
Perdata, bahwa ”hakim karena jabatannya, dapat memerintahkan salah satu pihak
yang berperkara mengangkat sumpah, supaya dengan sumpah itu dapat diputuskan
perkara itu dan dapat ditentukan jumlah uang yang akan dikabulkan”. Ketiga
Sumpah Penaksir (Aestimatoire Eed), yaitu sumpah yang secara khusus diterapkan
untuk menentukan berapah jumlah nilai ganti rugi atau harga barang yang digugat
oleh penggugat. Tujuan dari sumpah ini untuk menetapkan berapa jumlah ganti
rugi atau harga yang akan dikabulkan. Penerapan sumpah ini baru dapat dilakukan
apabila sama sekali tidak ada bukti dari kedua belah pihak yang dapat
membuktikan jumlah yang sebenarnya (Vide Pasal 155 ayat (1) HIR dan Pasal
1940 KUH Perdata).
Agar sumpah sebagai alat bukti sah, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

19 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
a. ikrar diucapkan dengan lisan;
b. diucapkan di muka hakim dalam persidangan (Vide Pasal 1929, 1944
KUH Perdata dan Pasal 158 ayat (1) HIR) atau dapat dilakukan dirumah
kalau yang bersangkutan berhalangan atau rumah ibadah;
c. dilaksanakan dihadapan pihak lawan atau dihadiri pihak lawan.

Disamping alat-alat bukti di atas pendapat ahli dapat digunakan sebagai keterangan untuk
memperjelas pemahaman mengenai fakta-fakta dalam pemeriksaan persidangan.
Pemeriksaan ahli diatur dalam Pasal 154 HIR maupun Pasal 215 s/d 229 Rv. Ahli adalah
orang yang memiliki pengetahuan khusus di bidang tertentu, yang menurut Raymond Emson
”Specialized are as of Knowledge”, ”ahli merupakan orang yang dapat memberi keterangan
dan penjelasan serta membantu menemukan fakta melebihi kemampuan pengetahuan umum
orang biasa”.
Cara pengangkatan ahli diatur dalam Pasal 154 ayat (1) HIR dan Pasal 215-216 Rv. Menurut
ketentuan ini, pengangkatan ahli dapat dilakukan sendiri oleh hakim secara “Ex Officio”
karena jabatannnya, dan atas permintaan salah satu pihak.
Alasan adanya pengangkatan ahli, pertama didasarkan karena keahliannya di bidang perkara
yang disengketakan, kedua masih terdapat hal-hal yang belum jelas, ketiga berdasarkan
laporan atau keterangan ahli mampu memberi opini atau pendapat mengenai kasus yang
diperkarakan sesuai dengan spesialisasi yang dimilikinya.
Bentuk dan penyampaian pendapat ahli dapat berupa (Vide Pasal 154 HIR):

a. berupa laporan tertulis dan lisan;


b. laporan disampaikan dalam persidangan;
c. laporan dikuatkan dengan sumpah.

Semua alat bukti dan keterangan dalam bentuk-bentuk di atas yang diajukan oleh Tergugat
tersebut harus disusun oleh Tergugat dalam bentuk daftar dan diberi kode alat bukti.

4. KESIMPULAN
Di dalam kasus perdata, setelah adanya surat gugatan, eksepsi, replik dan duplik di
persidangan terahir menjelang putusan dijatuhkan, masing-masing pihak baik tergugat
ataupun penggugat harus membuat surat kesimpulan dalam kasus perdata tersebut yang
berisi tentang kesimpulan dari proses persidangan yang dijalankan. Substansi kesimpulan
pada umumnya berupa penegasan kembali mengenai dalil-dalil dan sangkalan yang

20 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
dianggap terbukti oleh masing-masing pihak berdasarkan proses pembuktian yang telah
dilaksanakan. Sehingga, sebelum menyusun kesimpulan, para pihak harus terlebih dahulu
memeriksa dalil-dalil yang disampaikan dalam gugatan, jawaban, replik, dan duplik
sebelum menilai kesesuaiannya dengan fakta yang terungkap dalam proses pembuktian.

CATATAN: Bahasan mengenai penyusunan berkas pihak tergugat dalam persidangan


perdata yang disampaikan dalam buku panduan ini berfungsi sebagai panduan. Secara
lebih lanjut, pengguna buku panduan ini diwajibkan untuk merujuk buku-buku dan
sumber referensi lainnya yang membahas Hukum Acara Perdata dalam penyusunan
berkas tergugat. Buku-buku dan sumber referensi yang menjadi anjuran, antara lain:
 Diktat Hukum Acara Perdata (Diktat “Cepot”) yang disusun oleh Bapak Asep
Iwan Irawan untuk keperluan bahan ajar Hukum Acara Perdata
 Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek oleh Ny. Retnowulan Sutantio,
S.H. dan Iskandar Oeripkartawinata
 Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan
Putusan Pengadilan oleh M. Yahya Harahap S.H.

BERKAS HAKIM
Berkas hakim selalu ditemukan baik dalam pengadilan pidana maupun perdata.Berkas
hakim secara umum memuat pertimbangan hakim dan putusan atas suatu peristiwa hukum.
Dalam sub-bab ini akan diuraikan jenis-jenis berkas yang disusun oleh hakim dalam upaya
memutus hukumnya suatu perkara, konten masing-masing berkas tersebut dan cara menyusun
masing-masing berkas.

A. BERKAS HAKIM PERDATA


1. Putusan Sela
Hakim dapat mengambil atau menjatuhkan putusan yang bukan putusan akhir,
yang dijatuhkan sebelum dan/atau pada saat proses pemeriksaan berlangsung.
Putusan sela memutus perihal yang bukan merupakan pokok sengketa.
Jenis putusan sela berdasarkan sifatnya adalah putusan sela preparatoir,
interlocutoir, dan insidentil.

Putusan Preparatoir memuat keputusan hakim mengenai persiapan jalannya


pemeriksaan. Substansi putusan ini mengatur segala sesuatu yang perlu

21 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
dipersiapkan sebelum dilaksanakan proses pemeriksaan. Putusan ini dibacakan
pada sidang pertama sebelum semua proses pemeriksaan dilaksankan.
contoh: putusan untuk menetapkan jangka waktu penyelesaian sengketa

Putusan Interlocutoir memuat keputusan hakim untuk memerintahkan


dilaksanakannya suatu tindakan tertentu saat proses pemeriksaan tengah
berlangsung.Putusan ini dibacakan sebelum dilangsungkannya siding pembuktian.
contoh: putusan yang memuat perintah untuk mendengarkan keterangan ahli,
melakukan pemeriksaan setempat, melaksanakan pengangkatan sumpah,
memanggil saksi tertentu, dan memeriksa pembukuan perusahaan.

Putusan Insidentil adalah putusan sela yang berkaitan langsung dengan gugatan
insidentil pihak ketiga yang mengintervensi pemeriksaan perkara atau berkaitan
dengan penyitaan.Muatan putusan sela ini adalah keputusan hakim untuk
mengabulkan atau menolak gugatan pihak ketiga yang ingin bergabung sebagai
pihak dalam perkara.Selain itu, ada juga putusan insidentil yang muatannya
mengabulkan atau menolak permohonan sita yang dimintakan pihak yang
bersengketa.
Putusan ini dibacakan sewaktu-waktu selama proses pemeriksaan pada sidang
berlangsung.
contoh: putusan untuk mengabulkan gugatan intervensi pihak yang hendak
bergabung dengan penggugat, putusan untuk mengabulkan permohonan sita dari
salah satu pihak

Putusan Provisi adalah putusan yang bersifat sementara yang berisi tindakan
sementara menunggu sampai putusan akhir atau mengenai pokok perkara
dijatuhkan.Putusan ini menjawab tuntutan provisionil, yaitu permintaan salah satu
pihak agar sementara diadakan tindakan pendahuluan guna kepentingan salah satu
pihak, sebelum putusan akhir dijatuhkan.
Putusan ini dibacakan sewaktu-waktu sebelum dan atau selama proses
pemeriksaan pada sidang berlangsung berdasarkan permohonan pihak dalam
sengketa.

22 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
contoh: putusan yang berisi perintah agar salah satu pihak menghentikan
sementara pembangunan di atas tanah objek sengketa5.

Langah-langkah menyusun putusan sela:


a) Mengusulkan dan telah memperoleh kesepakatan tim untuk menyusun suatu
putusan sela
b) Mengetahui poin sengketa dalam pengembangan kasus posisi yang menjadi dasar
disusunnya suatu putusan sela
c) Mencari kerangka putusan sela yang hendak disusun
d) Melengkapi informasi waktu, tempat, identitas para pihak dala sengketa dan
formalitas lainnya dengan berkoordinasi dengan penyusun berkas prosedural
e) Berkoordinasi terutama dengan penyusun berkas penggugat dan tergugat
mengenai muatan berkas penggugat dan/atau tergugat yang menjadi latar belakang
disusunnya putusan sela. (jika ada)
f) Memeriksa argumentasi yang dimuat dalam berkas penggugat dan/atau tergugat
yang melatarbelakangi disusunnya putusan sela untuk dapat mengetahui perihal
yang menjadi bahan pertimbangan. (jika ada)
g) Menyusun suatu kronologi perkara berdasarkan selisih argumen yang dimuat di
berkas penggugat/tergugat: surat gugatan, jawaban, replik, duplik, dan kesimpulan
para pihak pada kolom “Tentang Duduknya Perkara”
h) Mencari dasar hukum guna memberikan pertimbangan terhadap argumentasi
dalam berkas penggugat dan/atau tergugat sesuai latarbelakang disusunnya
putusan sela
i) Mengaplikasikan dasar hukum yang relevan dengan menyusun suatu argumentasi
mengenai perihal yang hendak diputus dalam putusan sela Pada putusan sela yang
dilatarbelakangi adanya berkas penggugat dan/atau tergugat, argumentasi disusun
dalam kesesuaian dengan argumentasi dalam berkas penggugat dan/atau tergugat
yang melatarbelakangi disusunnya putusan sela. Argumentasi tersebut dimuat
sebagai suatu pertimbangan. Susunan pertimbangan ditempatkan pada kolom
“Tentang Pertimbangan Hukumnya” pada kerangka putusan sela

5
Catatan penyusun: Menjadi penting untuk meninjau lebih lanjut uraian mengenai ber sela dan putusan akhir
dalam referensi-referensi: 1. Diktat Bahan Ajar Hukum Acara Perdata oleh Bapak Asep Iwan Irawan yang dapat
diperoleh dari Koperasi Fakultas Hukum Unpar; 2. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar
Grafika, 2007

23 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
j) Dalam hal putusan sela tidak dilatarbelakangi suatu berkas penggugat dan/atau
tergugat maka tahap pada poin e) dan f) tidak perlu dilaksanakan
k) Mencantumkan dasar hukum yang digunakan dalam memberikan pertimbangan
l) Menyusun diktum putusan sela sesuai pertimbangan hukum yang telah disusun.
m) Mengisi tanggal disusunnya putusan sela dan tanggal dibacakannya putusan sela
pada sidang terbuka.
n) Mengisi kolom nama dan tandatangan hakim (semu) yang bertindak sebagai
penyusun putusan sela dalam perkara.

2. Penetapan

Pengertian penetapan dalam konteks penyusunan berkas peradilan semu


berbeda dengan pengertian penetapan berdasarkan hukum acara perdata.Penetapan
dalam hukum acara perdata adalah keputusan pengadilan atas perkara
permohonan, misalnya penetapan dalam perkara dispensasi nikah, izin nikah, wali
adhal, poligami, perwalian, itsbat nikah, dan sebagainya.
Dalam kegiatan peradilan semu, hampir selalu perkara perdata fiktif yang
disimulasikan mengandung sengketa, bukan perkara permohonan.
Penetapan dalam penyusunan berkas peradilan semu berarti penetapan internal
administratif pengadilan dalam menunjuk dan menempatkan petugas hukum yang
akan melaksanakan kegiatan ajudikasi dalam proses persidangan antara lain
majelis hakim dan juru sita.
Penetapan disusun oleh Hakim Ketua Pengadilan Negeri yang menjadi
forum dimana gugatan di ajukan.

Langkah-langkah menyusun penetapan dalam pemberkasan guna kebutuhan


peradilan semu:
1. Cari format penetapan yang akan disusun
2. Isi kelengkapan format sesuai kebutuhan informasi berkoordinasi dengan
penyusun berkas prosedural.
3. Mengisi tanggal dikeluarkannya penetapan
4. Mengisi tanda tangan dan nama jelas hakim ketua pengadilan (semu) yang
menerbitkan penetapan.

24 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Susunan isi penetapan:6

1. Kepala Penetapan
2. Identitas para pihak
3. Batang tubuh penetapan
4. Amar penetapan: “Menetapkan”
5. Tanggal diterbitkannya penetapan
6. Tanda tangan dan nama jelas hakim ketua pengadilan

3. Putusan Akhir
Putusan akhir adalah putusan yang mengakhiri pemeriksaan di persidangan,
baik telah melalui semua tahapan pemeriksaan maupun yang tidak/belum
menempuh semua tahapan pemeriksaan.

Putusan yang dijatuhkan sebelum tahap akhir dari tahap-tahap pemeriksaan, tetapi
telah mengakhiri pemeriksaan yaitu :

a. putusan gugur

b. putusan verstek yang tidak diajukan verzet

c. putusan tidak menerima (NO)

d. putusan yang menyatakan pengadilan tidak berwenang memeriksa (putusan


berdasarkan eksepsi absolut tergugat).

Dalam pemberkasan peradilan semu, putusan yang demikian tidak pernah


disusun karena akan mengakhiri pemeriksaan perkara, sementara tujuan peradilan
semu adalah mensimulasikan keseluruhan proses berperkara di muka pengadilan.

Guna kepentingan peradilan semu, putusan akhir yang disusun oleh penyusun
berkas hakim adalah putusan yang mengakhiri pemeriksaan di persidangan setelah
menempuh semua tahapan pemeriksaan.

Putusan akhir dalam peradilan semu perkara perdata hanya bersifat


kondemnatoir dan konstitutif.Bersifat konstitutif berarti menciptakan suatu

6
Lihat Lampiran: Format Penetapan

25 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
keadaan hukum baru, sementara bersifat kondemnatoir berarti membebankan
pihak yang dikalahkan dengan suatu sanksi.

Diktum atau amar pada putusan akhir dapat memuat tiga jenis putusan
hakim.Putusan tersebut dapat berisi mengabulkan seluruh, mengabulkan sebagian,
atau menolak seluruhgugatan penggugat.Secara lebih lanjut selain mengenai pokok
perkara, hakim juga dapat menetapkan mengenai status hubungan hukum
kebendaan maupun perorangan. Secara lebih lanjut hakim juga akan memutus
pihak yang dikalahkan untuk membayar biaya perkara dan atau untuk melakukan
tindakan-tindakan tertentu sebagai akibat hukum dari pendapat hukum dalam
pertimbangan.

Diktum atau amar pada penetapan hanya memuat penetapan hakim mengenai
diterima atau ditolaknya permohonan yang diajukan, menetapkan status hubungan
hukum kebendaan atau perorangan dan kewajiban pemohon untuk membayar biaya
penetapan7.

Langkah-langkah menyusun putusan akhir:

a) Mengetahui seluruh poin sengketa dalam pengembangan kasus posisi yang


menjadi dasar disusunnya suatu putusan
b) Mencari kerangka putusan yang hendak disusun
c) Melengkapi informasi waktu, tempat, identitas para pihak dala sengketa dan
formalitas lainnya dengan berkoordinasi dengan penyusun berkas prosedural
d) Berkoordinasi terutama dengan penyusun berkas penggugat dan tergugat
mengenai muatan berkas penggugat dan/atau tergugat yang menjadi latar
belakang disusunnya putusan. Yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah
mengetahui selisih argumen apa saja yang hendak diangkat oleh penggugat
dan tergugat dalam berkas mereka (gugatan, eksepsi, jawaban, replik, duplik)
e) Menyusun suatu kronologi perkara berdasarkan selisih argumen yang dimuat
di surat gugatan, jawaban, replik, duplik, dan kesimpulan para pihak pada
kolom “Tentang Duduknya Perkara”

7
Supranote 1.

26 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
f) Memeriksa argumentasi dan lampiran alat bukti yang dimuat dalam berkas
penggugat dan/atau tergugat yang melatarbelakangi disusunnya putusan untuk
dapat mengetahui perihal yang menjadi bahan pertimbangan.
g) Mencari dasar hukum guna memberikan pertimbangan terhadap argumentasi
dalam berkas penggugat dan/atau tergugat sesuai latarbelakang disusunnya
putusan.
h) Mengemukakan prespektif hakim mengenai fakta-fakta dan hubungan hukum
yang dianggap terbukti sebagai dasar mempertibangkan argumentasi
hukumnya.
i) Mengaplikasikan dasar hukum yang relevan dengan menyusun suatu
argumentasi mengenai perihal yang hendak diputus dalam kesesuaian dengan
argumentasi dalam berkas penggugat dan/atau tergugat yang melatarbelakangi
disusunnya putusan.
j) Argumentasi dalam poin i) dan j) dimuat sebagai suatu pertimbangan. Susunan
pertimbangan ditempatkan pada kolom “Tentang Pertimbangan Hukumnya”
pada kerangka putusan
k) Mencantumkan dasar hukum yang digunakan dalam memberikan
pertimbangan
l) Menyusun diktum putusan sesuai pertimbangan hukum yang telah disusun.
m) Mengisi kolom nama dan tandatangan hakim (semu) yang bertindak sebagai
penyusun putusan sela dalam perkara.
n) Mengisi tanggal disusunnya putusan dan tanggal dibacakannya putusan di
sidang terbuka.
o) Mengisi perhitungan biaya perkara.

4. Susunan Isi Putusan (untuk Putusan Sela dan Putusan Akhir)


Susunan isi putusan8:
1. Kepala Putusan: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”
2. Identitas pihak-pihak yang berperkara
3. Pertimbangan terhadap kronologis perkara: Tentang Duduknya Perkara
4. Pertimbangan terhadap argumentasi hukum: Tentang Pertimbangan
Hukumnya

8
Lihat Lampiran: Format Putusan

27 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
5. Dasar Hukum yang digunakan
6. Diktum/ amar putusan : “Mengadili”
7. Tanda tangan dan nama jelas para majelis hakim
8. Tanggal disusunnya putusan
9. Tanggal dibacakannya putusan di siding terbuka.

B. BERKAS HAKIM PIDANA

Berkas hakim dalam hukum acara pidana pada pokoknya adalah memutus dari apa
yang diajukan oleh pihak Penuntut Umum dan Penasihat Hukum yang disampaikan
dalam bentuk dakwaan, eksepsi requisitoir, dan pledooi, serta fakta-fakta materiil yang
terungkap dalam pemeriksaan persidangan. Dalam pemeriksaan acara pidana, hakim
bersifat aktif mencari kebenaran materiil sehingga hakim berkewangan memerintahkan
dilakukannya penyidikan sampai olehnya dianggap terdapat fakta materiil yang cukup.
Berikut adalah putusan-putusan yang ada dalam hukum acara pidana:

1. Putusan Sela

Sama dengan halnya acara perdata, dalam acara pidana sebelum


putusan akhir hakim memutus terlebih dahulu putusan sela. Putusan sela
dalam hukum acara pidana sama juga dengan halnya dalam hukum acara
perdata, yaitu memutus hal-hal yang sifatnya formil (non-materiil). Artinya, isi
dari putusan sela adalah putusan yang belum menyinggung mengenai pokok
perkara yang terdapat dalam suatu dakwaan. Dalam peradilan acara pidana,
berkaitan dengan suatu peristiwa apabila terdakwa atau penasihat hukum
mengajukan suatu keberatan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili
perkaranya, dakwaan tidak dapat diterima dan/atau surat dakwaan
harus dibatalkan. Apabila salah satu sajadari keberatan itu dikabulkan oleh
majelis hakim, maka pemeriksaan perkara tidak dilanjutkan, yang artinya
pokok perkara tidak akan dipertimbangkan sama sekali.Dalam hukum acara
pidana perihal mengenai putusan sela ini dapat disimpulkan dari Pasal 156
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Adapun, apabila dalam acara perdata, putusan sela memiliki berbagai


jenis berdasarkan sifatnya dan waktu diputusnya pun berbeda-beda seperti

28 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
yang telah diuraikan sebelumnya, dalam acara pidana putusan sela diputus
hakim setelah eksepsi dan tanggapan (bila ada tanggapan) diajukan.

Mengenai langkah-langkah dalam menyusun putusan sela sudah


dipaparkan sebelumnya di bagian berkas hakim perdata.Perbedaannya hanya
terletak di para pihaknya, yaitu penuntut umum dan penasihat hukum, bukan
penggugat dan tergugat. Adapun, kelengkapan yang harus dipenuhi yang harus
dipenuhi oleh putusan hakim dalam peradilan acara pidana sebagai akibat
keberlakuan pasal 197 KUHAP, antara lain:

a) Kepala Putusan: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

b) Mencantumkan Identitas Terdakwa.

Menurut ketentuan pasal ini, putusan harus mencantumkan identitas terdakwa yang

mencakup nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, tempat

tinggal, agama, dan pekerjaan terdakwa. Identitas yang dicantumkan dalam putusan

adalah identitas yang terdapat dalam berita acara sidang, jika terdapat perbedaan

identitas.

c) Dakwaan Sebagai Dasar Penjatuhan Putusan Hakim.

d) Memuat Dasar Pertimbangan yang Lengkap.

Putusan harus memuat pertimbangan mengenai fakta atau keadaan, baik yang

meringankan, maupun yang memberatkan terdakwa serta pembuktian berdasarkan

sidang pengadilan. Hal ini sangat penting diuraikan, karena landasan yang

dipergunakan sebagai dasar titik tolak untuk menentukan berat ringannya hukuman

pidana yang akan ditimpakan kepada terdakwa, tidak terlepas dari fakta dan keadaan

yang memberatkan atau meringankan. Meskipun dikatakan pertimbangan yang

disusun secara ringkas, bukan berarti putusan itu benar-benar ringkas tanpa

argumentasi dan kesimpulan yang jelas, terperinci, dan utuh.Penguraian fakta, dan

keadaan serta alat pembuktian, bukan semata-mata berupa uraian deskriptif, tetapi

29 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
disamping di uraikan secara deskriptif, semuanya dipertimbangkan secara

argumentatif sebelum sampai kepada kesimpulan pendapat.

e) Memuat tuntutan pidana dari penuntut umum.

Biasanya kesimpulan tuntutan pidana atau rekuisitor penuntut umum ditempatkan

antara uraian identitas terdakwa dengan surat dakwaan. Sistematika yang sudah

bakuselama ini, kesimpulan tuntutan pidana penuntut umum untuk dijatuhkan

pengadilan terhadap terdakwa, mendahului uraian dakwaan, tetapi itu hanya

kesimpulan saja. Sedang mengenai dasar-dasar hukum alasan kesimpulan tuntutan

pidana tersebut diuraikan serangkaian dengan pertimbangan fakta dan keadaan beserta

alat pembuktian.

f) Memuat Peraturan Perundang-undangan yang Menjadi Dasar Pemidanaan.

Menurut ketentuan ini, putusan pemidanaan memuat pasal peraturan perundang-

undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau pasal peraturan perundang-undangan

yang menjadi dasar hukum putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang

meringankan terdakwa.Sehubungan dengan ketentuan dasar pemidanaan ini, ada dua

hal yang sebaiknya diperhatikan dalam putusan pidana.

1) Mengenai penyebutan pasal dan peraturan perundang-undangan yang

menjadi dasar putusan. Sebaiknya ada penyebutan yang tegas pada pasal hukum

acara pidana yang diatur dalam KUHAP maupun penguraian jelas tentang pasal

hukum materiil yang dilanggar.

2) Mengenai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan hukuman. Ini

menyangkut pertimbangan putusan tentang penjatuhan hukuman atau sentencing

(straftoemeting), dalam istilah Indonesia disebut pemidanaan.

g) Hari dan Tanggal Diadakannya Musyawarah Majelis

30 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Ketentuan ini bagi pengadilan negeri merupakan hal yang baru.Pada masa yang lalu

putusan pengadilan negeri tidak pernah membuat hari dan tanggal musyawarah

Majelis Hakim.[30] Putusan hanya langsung menyebut tanggal dan hari putusan

diucapkan. Lain halnya pada tingkat banding dan kasasi.Putusan kedua instansi

peradilan ini selalu mencantumkan tanggal dan hari musyawarah, disamping tanggal

dan hari pengucapan (pengumuman) putusan. Akan tetapi, sesuai dengan ketentuan

yang disebut pada Pasal 197 huruf g KUHAP, putusan pengadilan negeri harus juga

memuat tanggal hari musyawarah dan tanggal hari pengucapan pengumuman putusan.

h) Pernyataan Kesalahan Terdakwa

Pernyataan kesalahan terdakwa, berupa penegasan telah terpenuhi semua unsur dalam

rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasi dan pemidanaan atau hukuman

yang dijatuhkan.Biasanya pernyataan yang disebut pada huruf h ini dicantumkan

dalam amar putusan.

i) Pembebanan Biaya Perkara dan Penentuan Barang Bukti

Ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai biaya perkara dan barang bukti,

yakni sebagai berikut:

1) Biaya perkara dalam perkara pidana diatur dalam Pasal 222 KUHAP, yang

menggariskan ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan, yakni:

(a) Dibebankan kepada terdakwa, dengan prinsip bahwa siapa yang dijatuhi putusan

pemidanaan dengan sendirinya dibebani membayar biaya perkara;

(b) Dengan syarat tertentu terdakwa yang dipidana dapat dibebaskan dari biaya perkara

sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 222 ayat (2) KUHAP, tetapi undang-undang

sendiri tidak menjelaskan syarat tertentu yang disebut pada ayat (2) tersebut;

31 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
(c) Dalam putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum, biaya perkara

dibebankan kepada negara, karena tidak layak jika seorang yang tidak dijatuhi pidana

dibebankan biaya perkara.

2) Meskipun undang-undang sendiri tidak menjelaskan besarnya biaya perkara yang

dibebankan kepada terpidan, ini hal tersebut berpedoman kepada Surat Ketua

Mahkamah Agung tanggal 19 Oktober 198 Nomor: KMA/155/X/1981 dan angka 27

Lampiran Keputusan Menteri Kehakiman Nomor: M.M. 14-PW.07: 03 Tahun 1983

tentang Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP, yaitu (a) maksimum biaya perkara

yang dapat dibebankan kepada terpidana Rp 10.000,00 dan paling rendah Rp

5.000,00; (b) dari biaya yang Rp 10.000,00 tersebut, Pengadilan Negeri dapat

membebankan Rp 7.500,00 dan Pengadilan Tinggi Rp 2.500,00.

3) Setiap putusan pengadilan baik pemidanaan maupun pembebasan atau pelepasan dari

segala tuntutan hukum, harus menegaskan status barang bukti, kecuali dalam perkara

yang bersangkutan tidak ada barang bukti. Pengembalian barang bukti, bukan sebagai

penentuan hak pemilikan atas barang bukti tersebut secara perdata.

j) Penjelasan Tentang Surat Palsu

Jika terdapat surat autentik yang dianggap palsu, putusan pengadilan perlu

menerangkan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana letaknya

kepalsuan dari suatu surat/akta autentik. Tata cara yang berlaku terhadap surat palsu

tersebut diatur dalam Pasal 201 KUHAP.

k) Perintah Penahanan, Tetap dalam Tahanan atau Pembebasan

Setiap putusan yang dijatuhkan pengadilan harus secara tegas memuat diktum atau

amar yang berisi perintah yang ditentukan dalam huruf k tersebut. Jika menurut

penilaian hakim terdakwa yang sebelumnya tidak ditahan, tetapi setelah putusan

perlu ditahan maka pada saat putusan dijatuhkan pengadilan dengan tegas

32 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
mencantumkan perintah penahanan dalam amar putusan.Demikian juga seandainya

pengadilan berpendapat terdakwa yang tidak ditahan, tidak perlu ditahan. Penegasan

seperti ini sangat berfaedah dalam menegakkan kepastian hukum.Apalagi dengan

adanya ancaman yang ditentukan dalam Pasal 197 ayat (2), yang mengakibatkan

putusan batal demi hukum apabila pengadilan lalai mencantumkan status terdakwa

dalam amar putusan.Penuntut Umum tidak bersedia mengeluarkan terdakwa dari

tahanan sekalipun putusan pengadilan berupa putusan bebas atau lepas dari segala

tuntutan hukum.Penolakan pembebasan itu didasarkan penuntut umum atas alasan,

putusan tidak memuat amar yang memerintahkan pembebasan terdakwa dari tahanan.

Sebaliknya, pengadilan dengan sendirinya mencakup perintah pembebasan dari

tahanan.

l) Hari dan Tanggal Putusan, Nama Penuntut Umum, Hakim yang memutus, dan

Panitera

Secara sistematik, huruf l merupakan penutup putusan, yang ditempatkan menyusul

sesudah amar putusan. Aspek ini dimaksudkan agar setiap orang mengetahui kapan

waktunya putusan diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum serta nama

penuntut umum, hakim yang memutus, dan nama panitera guna transparansi

pemeriksaan serta susunan pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap

perkara itu.

Secara lebih lanjut, menjadi penting untuk dijelaskan beberapa kekhususan


dalam peradilan acara pidana khusus yakni Pengadilan Tindak Pidana Korupsi,
putusan hakim harus memuat pertimbangan mengenai jangka waktu pelimpahan
perkara dari Jaksa Penuntut Umum kepada KPK yang berdasarkan pasal 8 ayat (3)
Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi yang
menyatakan bahwa dalam hal Komisi Pemberantasan Korupsi mengambil alih
penyidikan atau penuntutan, kepolisian atau kejaksaan wajib menyerahkan tersangka
dan seluruh berkas perkara beserta alat bukti dan dokumen lain yang diperlukan

33 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja, terhitung sejak tanggal
diterimanya permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi.

2. Putusan Akhir
Sama seperti dalam hukum acara perdata, putusan akhir dalam hukum
acara pidana juga merupakan putusan yang menentukan pihak mana yang menang
dalam persidangan (penuntut umum atau penasihat hukum), dan memuat apa saja
yang dikabulkan oleh majelis hakim berdasarkan petitum pihak yang menang
dalam persidangan.

Dalam putusan akhir, yang dipertimbangkan hanyalah fakta dan


keterangan yang terungkap dalam proses pemeriksaan di muka persidangan, baik
yang diajukan para pihak dalam berkas-berkasnya, maupun yang digali sendiri
oleh hakim. Artinya, dalam hal pembuktian pokok perkara majelis hakim hanya
diperbolehkan mempertimbangkan dan memutus dari alat-alat bukti yang
dimunculkan dalam persidangan yaitu alat bukti keterangan saksi, ahli, surat,
petunjuk, dan keterangan terdakwa (Pasal 184 ayat (1) KUHAP). Kendati hakim
memilliki kewenangan untuk aktif mencari kebenaran materiil, perintah dan usaha
mencari kebenaran materiil tersebut harus dilaksanakan dalam proses pemeriksaan
di persidangan karena kebenaran materiil yang boleh dipertimbangkan adalah
hanya sebatas pada apa yang terungkap dalam persidangan. Majelis hakim
dituntut untuk melakukan penemuan hukum dari apa yang telah dipaparkan oleh
penuntut umum dan penasihat hukum. Majelis memang tidak diperbolehkan untuk
mempertimbangkan dan memutus apa yang diluar dalil-dalil para pihak, namun
majelis hakim boleh memakai dasar hukum baru yang sebelumnya tidak dipakai
oleh para pihak, untuk menjadi pertimbangan hakim yang mana pastinya akan
mempengaruhi putusan akhirnya. Adapun, dalam memutus perkara, Majelis
Hakim tidak boleh memutus melebihi apa yang dimintakan oleh para pihak.

Ada 3 macam putusan akhir dalam hukum acara pidana, yaitu:

a. Putusan Bebas(Vrijspraak)
Dalam hal ini berarti terdakwa dinyatakan bebas dari tuntutan hukum
yang diajukan oleh penuntut umum.Berdasarkan Pasal 191 ayat (1)

34 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
KUHAP putusan bebas terjadi bila majelis hakim berpendapat bahwa dari
hasil pemeriksaan di persidangan, kesalahan terdakwa atas perbuatan
yang didakwakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan karena tidak
terbukti adanya unsur perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
terdakwa.
b. Putusan Lepas (Onslag van Recht Vervolging)
Dalam hal ini berdasarkan Pasal 191 ayat (2) KUHAP, apabila
perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, namun perbuatan
tersebut, dalam pandangan majelis hakim bukan merupakan suatu tindak
pidana.

c. Putusan Pemidanaan
Dalam hal ini, berarti majelis hakim berpendapat bahwa terdakwa
telah secara sah dan meyakinkan telah terbukti melakukan tindak pidana
yang didakwakan kepadanya.Oleh karena itu terdakwa dijatuhi hukuman
pidana sesuai dengan ancamanpidana yang didakwakan kepada terdakwa,
berupa pidana badan maupun denda.

Mengenai langkah-langkah menyusun putusan akhir juga secara


umum telah dipaparkan dalam bagian “Berkas Hakim Perdata”, hanya
saja pihak-pihaknya bukan penggugat dan tergugat, melainkan poenuntut
umum dan penasihat hukum. Selanjutnya, perlu diperhatikan pula syarat
kelengkapan isi putusan dalam acara pidana sebagaimana diatur oleh
pasal 197 KUHAP dan telah diuraikan sebelumnya dalam sub bagian
Putusan Sela.

BERKAS PROSEDURAL

Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang dimaksud dengan


Prosedural adalah sesuai dengan prosedur. Namun apabila dikaitkan dengan moot court,
yang dimaksud dengan berkas prosedural adalah berkas-berkas pendukung yang hadir
sebelum perkara disidangkan hingga perkara selesai disidangkan sesuai dengan ketetapan
yang telah ditentukan.

35 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
1. Berkas Pra Persidangan
Berkas-berkas yang diperlukan agar suatu perkara masuk kedalam tahap
persidangan:

Pidana:
a. Tanda terima surat pelimpahan perkara acara pemeriksaan biasa
b. Berkas penunjukkan majelis hakim
c. Surat penunjukan panitera pengganti
d. Surat penetapan hari sidang
e. Penetapan hakim ketua tentang perintah penahanan
f. Surat dari majelis hakim tentang permohonan perpanjangan masa penahanan
terdakwa
g. Penetapan permohonan perpanjangan penahanan terdakwa

Perdata:
a. Berkas kwitansi
b. Berkas risalah pemanggilan
c. Berkas surat kuasa
d. Berkas penetapan hakim mediator
e. Penetapan juru sita
f. Laporan hasil mediasi
g. Penetapan hari sidang
h. Penetapan majelis hakim

2. Berkas Persidangan
Berkas-berkas yang hadir ketika suatu perkara telah masuk kedalam tahap
persidangan. Berkas-berkas ini digunakan masing-masing pihak untuk mendukung
proses pemeriksaan perkara.

Pidana:
a. Surat Dakwaan
b. Tanggapan
c. Surat Tuntutan
d. Izin Beracara
e. Surat kuasa
f. Nota Keberatan
g. Nota Pembelaan
h. Putusan Sela
i. Putusan Akhir

Perdata :
a. Surat Gugatan
b. Laporan Hasil Mediasi

36 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
c. Surat Jawaban
d. Replik
e. Duplik
f. Pembuktian
g. kesimpulan
h. Putusan Sela
i. Putusan Akhir

3. Berkas Pasca Persidangan


Berkas-berkas yang hadir ketika suatu perkara telah berujung pada keluarnya
putusan oleh majelis hakim dan memberikan kesempatan kepada para pihak untuk
melakukan atau tidak upaya hukum.

Pidana:
a. Akta pikr-pikir
b. Nota banding
c. Berkas menerima putusan

Perdata:
a. Surat permohonan memikir
b. Akta menerima putusan
c. Akta tidak mengajukan banding
d. Surat pemberitahuan memeriksa perkara

 Simulasi Peradilan Semu


Peradilan semu atau moot court merupakan wadah atau sarana bagi mahasiswa untuk
dapat belajar serta berpraktek secara langsung bagaimana beracara di pengadilan.Dalam hal
ini, mahasiswa dapat mempelajari serta mempraktekan hukum formil dan terwujud dalam
bentuk simulasi peradilan semu.

Sesuai dengan namanya, kegiatan peradilan semu merupakan suatu kegiatan yang
mencoba untuk menerapkan secara nyata, sungguh-sungguh, dan sesuai dengan runtutan
prosedur beracara pada peradilan tertentu berdasarkan peraturan yang berlaku.Idealitas
merupakan tujuan utama dari peradilan semu. Sehingga, pada saat mempraktekkannya tidak
hanya bersandar pada apa yang tertulis dalam suatu peraturan perundang-undangan atau pada
praktek saja, tetapi juga memperhatikan aspek idealitas untuk mempertimbangkan mana yang
paling ideal atau pantas untuk diterapkan pada suatu persidangan.

Dimulai dari pembuatan berkas, persiapan skrip sidang serta mempraktekan alur
persidangan secara langsung merupakan hal-hal yang terdapat dalam peradilan semu.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan simulasi peradilan semu,
antara lain :

37 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
- Persiapan naskah sidang;

- Pertanyaan terhadap saksi dan ahli;

- Perdebatan.

1. Persiapan Naskah Sidang


Persiapan skrip sidang dilakukan untuk menyusun apa saja materi yang akan
dibawakan dalam proses simulasi peradilan semu. Skrip sidang disusun berdasarkan
berkas-berkas yang telah dibuat pada tahap pembuatan berkas, baik untuk perkara
pidana maupun perkara perdata. Skrip sidang berisi materi-materi yang harus diangkat
dalam suatu persidangan, serta apa saja yang akan dibahas dalam suatu persidangan.
Dalam tahap ini, para mahasiswa dilatih untuk memilah mana saja materi-materi
pokok yang harus diangkat untuk menjadi nyawa dalam suatu simulasi peradilan
semu. Mahasiswa dituntut untuk dapat merumuskan hal – hal penting yang akan di
simulasikan.

a. Pertanyaan Terhadap Saksi dan Ahli


Dalam berjalannya suatu pengadilan, tentulah diharapkan terwujudnya
suatu keputusan yang seadi-adilnya.Manusia dan masyarakat, seprimitif apa
pun dia, pada hakikatnya memiliki rasa keadilan, di mana rasa keadilan
tersebut akan terasa jika ada putusan hakim yang menghukum orang yang
tidak bersalah, atau membebaskan orang yang bersalah, ataupun
memenangkan orang yang tidak berhak dalam suatu persengketaan. Agar tidak
sampai diputuskan secara keliru seperti itu, dalam suatu proses peradilan
diperlukan pembuktian- pembuktian. Dalam pembuktian-pembuktian tersebut,
salah satunya adalah didapat melalui keterangan-keterangan saksi dan
ahli.Saksi maupun ahli ini didatangkan atas permintaan penuntut umun mau
pun penasihat hukum.Sebelum memberikan kesaksian maupun penjelasan,
saksi/ahli harus lah diangkat janji nya terlebih dahulu.

Keterangan Saksi ialah keterangan seseorang yang dialami secara


langsung, didengar, dan dilihat sendiri oleh saksi, keterangan tersebut harus
juga menyebutkan tentang sebab-musabab yang diketahuinya itu.Perkiraan,
rekaan, atau sebagai kesimpulan pikiran dari seorang saksi sendiri tidak dapat
dinilai sebagai suatu kesaksian.Sedangkan keterangan ahli adalah keterangan
yang diberikan oleh seorang ahli yang mempunyai pengetahuan khusus
(keahlian/ expertise) yang dapat mendukung benar/ tidaknya telah teradi
peristiwa.

Mereka yang tidak dapat didengar keterangannya sebagai saksi


menurut Pasal 145 HIR adalah :

 keluarga sedarah dan semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah dari
salah satu pihak yang beperkara,
38 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
 suami atau istri salah satu pihak, sekalipun telah bercerai,
 anak-anak di bawah umur 15 tahun,
 dan orang yang sakit ingatannya menurut keterangan dokter.

Bilamana saksi seorang yang cacat, seperti bisu atau tuli, sehingga
tidak dapat memberikan keterangan secara lisan, dapat memberikan
keterangan secara tertulis atau dengan bantuan seorang yang dapat
menolongnya, dengan ketentuan bahwa mereka harus mengucapkan sumpah
terlebih dahulu.

Membuat pertanyaan terhadap saksi maupun ahli sebenarnya susah-


susah gampang.Dalam hal ini memang pemahaman terhadap kasus posis
sudah seharusnya dipahami dengan sangat mendalam dan matang.Bagaimana
peristiwa-peristiwa yang terjadi yang berkaitan dengan saksi yang ingin
diikutkan ke dalam persidangan maupun tidak. Berikut langkah-langkah
membuat pertnyaan terhadap saksi maupun ahli:

 Pahami kaspos secara mendalam dan matang,


 Pastikan anda telah mengetahui betul konsep yang ingin digali,
 Cobalah buat pertanyaan-partanyaan sebanyak mungkin, yang sekiranya
membantu untuk mendapatkan informasi,
 Pilah-pilah pertanyaan yang telah dibuat, ambil pertanyaan yang memang
jelas jawabannya sangat vital dan dibutuhkan dalam persidangan tersebut,
 Susun pertanyaan-pertanyaan yang telah dipilah dan rumuskan dalam
bahasa yang sopan.

b. Perdebatan
Dalam bersimulasi, kita harus lah memilah-milah berkas mana yang
akan kita gunakan dan bacakan dalam simulasi persidangan. Dalam hal ini kita
membahas tentang bagian perdebatan.Perdebatan ini sendiri adalah susuatu
yang masih diperbincangkan dan diperdebatkan kepastiannya. Dalam poin ini
lah sebenarnya yang membuat kedua belah pihak terlihat sama kuat, sehingga
tidak tumpang tindih.

Contoh perdebatan dalam kasus hukum perdata adalah pewarisan


perbuatan melawan hukum.Ada dua pendapat yang dikemukakan mengenai
hal tersebut. Pertama mengatakan bahwa PMH tidak dapat diwariskan, karena
yang dapat diwariskan itu adalah harta benda atau utang piutang, yang
turunannya berupa wanprestasi, bukan PMH. Pendapat kedua mengatakan
bahwa PMH dapatlah diwariskan.

Lalu, bagaimana keputusan hakim saat menghadapi hal semacam itu?


Biasanya hakim akan melihat dahulu ada atau tidaknya yurisprudens perkara
yang mirip, setelah itu mencari doktrin-doktrin untuk memperkuat. Kemudian

39 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
juga hakim dapat memiliki keyakinan dia sendiri dan dengan diperkuat alat-
alat bukti yang ada.

Asas-asas Dalam Peraturan Perundang-Undangan


1. Asas lex superior derogat legi inferior yang artinya peraturan yang lebih tinggi
mengesampingkan yang rendah.

Sekarang ini hirarki peraturan perundang-undangan di Indonesia menurut ketentuan UU


No.12 Tahun 2011 adalah ; ” Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri
atas: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

1) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

2) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

3) Peraturan Pemerintah;

4) Peraturan Presiden;

5) Peraturan Daerah Provinsi; dan

6) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

2. Lex specialis derogat legi generali adalah asas penafsiran hukum yang menyatakan
bahwa hukum yang bersifat khusus (lex specialis) mengesampingkan hukum yang
bersifat umum (lex generalis).

3. Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori yaitu pada peraturan yang sederajat, peraturan
yang paling baru melumpuhkan peraturan yang lama.

2. Pidana
Menurut Prof. Satochid Kartanegara, S.H., hukum pidana merupakan
sejumlah peraturan yang merupakan bagian dari hukum positif yang mengandung
larangan – larangan serta keharusan – keharusan yang ditentukan oleh negara.
Larangan dan keharusan tersebut disertai dengan ancaman pidana, sehingga apabila
dilanggar maka timbulah hak negara untuk melakukan penuntutan, penjatuhan
pidana dan pelaksanaan pidana tersebut. Didalam Hukum Pidana, terdapat karakter
atau sifat khas yang dimilikinya, antara lain :

1. Hukum Pidana bersifat Publik


Artinya, semua konsekuensi publik akan melekat pada hukum pidana.
Konsekuensi publik mengandung makna :
a. Bahwa dalam Hukum Pidana, persetujuan / penerimaan / permohonan
dari korban tindak pidana tidak dapat menghapus pidana atau
pertanggung jawaban pidana. Pertanggung jawaban akan melekat pada

40 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
orang yang melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan didalam
peraturan perundang – undangan.
b. Dituntut atau tidaknya suatu perkara pidana tidak digantungkan pada
ada atau tidaknya inisiatif korban.
c. Hak dan kewajiban korban dalam proses acara pidana sepenuhnya
diambil alih oleh negara dan dijalankan oleh aparat negara. Sehingga
apabila seseorang menjadi korban tindak pidana, negara harus
mengambil alih serta kepentingan korban diwakili oleh negara.

2. Hukum Pidana bersifat Subsidair


Artinya, Hukum Pidana harus selalu dilihat dalam konteks atau asas
subsidiaritas. Dalam hal ini, sebelum menggunakan hukum pidana, kita
harus memilih alternatif – alternatif lain yang memiliki resiko yang lebih
kecil. Hukum Pidana harus dilihat sebagai ultimum remedium atau upaya
terakhir, dikarenakan Hukum Pidana memiliki resiko yang besar.

Dalam kaitannya dengan simulasi, hukum yang digunakan terkait dengan


Hukum Pidana adalah Hukum Acara Pidana. Menurut D. Simons, Hukum Pidana
Formal merupakan hukum yang mengatur negara melalui alat – alat
kelengkapannya untuk bertindak dan menghukum pelanggar hukum. Selain itu,
menurut J.De Bosch Kemper, Hukum Acara Pidana merupakan keseluruhan asas
– asas dan ketentuan perundang – undangan yang mengatur negara untuk
bertindak bilamana terjadi pelanggaran pidana. Terdapat beberapa asas yang
terdapat dalam Hukum Acara Pidana, antara lain :

1. Asas Legalitas

Asas ini mengatur mengenai semua perbuatan dan sanksi harus memiliki
dasar hukumnya.Dasar hukum diperoleh dalam KUHP.

2. Asas Persumption of Innocence (Praduga tak bersalah)

Menghendaki agar setiap tersangka yang ditangkap, ditahan dan diadili


wajib diperlakukan tidak bersalah sebelum putusan yang memiliki
kekuatan hukum tetap.

3. Asas Persidangan Terbuka

Dalam setiap persidangan, hakim dapat menyatakan dengan tegas bahwa


persidangan terbuka untuk umum agar memungkinkan bagi masyarakat
untuk memantau jalannya persidangan.

4. Asas Equality Before The Law

Menghendaki setiap orang diperlakukan sama didepan hukum.

41 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
5. Asas Hakim Pasif

Hakim hanya menunggu perkara yang diajukan oleh jaksa.

6. Asas Pemeriksaan Langsung

Menghendaki agar setiap jalannya persidangan; pemeriksaan terhadap


terdakwa, saksi, dan barang bukti dilakukan secara langsung.

7. Asas Ganti Rugi dan Bantuan Hukum

Untuk setiap tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, apabila
tindakan tersebut merupakan tindakan yang tidak sah atau melawan hukum
dan menimbulkan kerugian, maka negara berkewajiban untuk memberikan
ganti rugi.

8. Asas Formalitas

Setiap upaya paksa yang dilakukan oleh aparat penegak hukum wajib
disertai dengan surat-surat yang sah.

9. Asas Oportunitas

Jaksa tidak dapat mengesampingkan perkara.

10. Asas Peradilan Bebas

Peradilan dilakukan tanpa intervensi dari pihak manapun, sehingga


peradilan bebas dari segala tekanan baik fisik maupun psikis.

Hukum Acara Pidana memiliki beberapa fungsi untuk mengatur :

1. Proses penyelidikan dan penyidikan;


Penyelidikan merupakan serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan. Penyelidikan dilakukan oleh pejabat Polisi
Negara RI yang diberi wewenang untuk melakukan penyidikan (berdasarkan Pasal 1
butir 4 jo. Pasal 4 KUHAP), maka sesuai dengan rumusan tersebut, setiap pejabat
polisi negara dari pangkat terendah hingga yang tertinggi merupakan penyelidik.
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan
bukti agara dengan bukti tersebut dapat membuat terang suatu tindak pidana dan guna
menemukan tersangkanya (berdasarkan Pasal 1 butir 2 KUHAP). Yang dimaksud
dengan bukti adalah alat bukti yang sah (Pasal 184 KUHAP), serta benda sitaan /
barang bukti (Pasal 129 jo. Pasal 181 KUHAP). Penyidik merupakan pejabat Polisi
Negara (POLRI) atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu yang diberi
wewenang khusus untuk melakukan penyidikan (Pasal 1 butir 1 KUHAP), namun
yang berwenang menjadi penyidik hanya terbatas pada pejabat POLRI yang diangkat

42 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
atau ditunjuk oleh KAPOLRI untuk menjadi penyidik. Beberapa tindakan yang dapat
dilakukan oleh penyidik antara lain:
a. Penangkapan, larangan untuk meninggalkan tempat, penggeledahan dan
penyitaan.
b. Pemeriksaan dan penyitaan surat.
c. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
d. Membawa dan menghadapkan seseorang kepada penyidik.
2. Alat bukti yang diperlukan;
Dalam Pasal 183 KUHAP, dinyatakan bahwa harus terdapat 2 syarat dalam
menjatuhkan pidana, yaitu:
a. Adanya dua alat bukti yang sah;
b. Adanya keyakinan hakim yang diperoleh dari dua alat bukti tersebut.
Alat bukti yang sah berdasarkan Pasal 184 KUHAP adalah :
a. Keterangan saksi;
Menurut Pasal 1 butir 26 KUHAP, saksi adalah orang yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yang ia dengar sendiri, lihat sendiri dan alami sendiri. Berdasarkan
asas Unus Testis Nullus Testis, keterangan saksi yang hanya terdiri dari satu orang
saksi saja tidak dapat dijadikan sebagai patokan dalam menentukan salah tidaknya
seorang terdakwa. Keterangan saksi dapat dipandang sebagai keterangan yang sah
apabila :
 Diucapkan dibawah sumpah atau janji (sebelum atau sesudah keterangan
diberikan).
 Yang dikemukakan adalah apa yang saksi lihat sendiri, dengar sendiri dan
alami sendiri.
 Disampaikan dimuka sidang pengadilan dan dilakukan di bawah sumpah.
b. Keterangan Ahli;
Keterangan ahli merupakan keterangan yang diberikan oleh seorang yang
berkeahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pdanan guna kepentingan pemeriksaan.Seorang saksi ahli harus
mengemukakan pendapatnya berdasarkan pengetahuan / keahlian khusus yang
dimilikinya guna membuat terang suatu perkara pidana.
c. Surat;
Alat bukti surat adalah surat yang dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan
dengan sumpah seperti :
 Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat
umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat
keterangan tentang peristiwa atau keadaan yang didengar, dilihat, dan yang
dialaminya sendiri, disertai engan alasan yang jelas dan tegas tentang
keterangan itu.
 Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang – undangan atau
surat yang dibuat oleh pejabat atas dasar kewenangannya untuk
membuktikan sesuatu hal atau keadaan.

43 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
d. Petunjuk;
Alat bukti petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena
persesuaiannya baik antar yang satu dengan yang lain maupun dengan tindak
pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa
pelakunya. Berdasarkan Pasal 88 ayat 2 KUHAP, petunjuk hanya diperoleh dari :
 Keterangan Saksi;
 Surat;
 Keterangan Terdakwa.
e. Keterangan Terdakwa
Keterangan Terdakwa adalah apa yang dinyatakan terdakwa tentang perbuatan
yang ia lakukan atau yang ia ketaui sendiri atau yang ia alami sendiri. Keterangan
terdakwa hanya sah apabila :
 Keterangan dinyatakan di sidang pengadilan
 Keterangannya berisikan tentang perbuatan yang dilakukan, tentang apa
yang diketahui sendiri dan tentang apa yang dialaminya sendiri.
3. Penuntutan perkara;
Jaksa sebagai Penuntut Umum, memiliki tugas dan wewenang antara lain :
a. Menerima dan memeriksa BAP;
b. Mengadakan Prapenuntutan;
c. Memberikan perpanjangan penahanan;
d. Membuat surat dakwaan;
e. Melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri;
f. Memanggil terdakwa dan saksi;
g. Membuat surat tuntutan;
h. Menutup perkara demi hukum;
i. Melaksanakan Penetapan hakim;
j. Melakukan serangkaian tindakan lain, seperti melakukan penelitian identitas
tersangka, meneliti barang bukti dan lainnya;
k. Menghentikan penuntutan.
4. Pemeriksaan persidangan dan penjatuhan putusan hakim;
a. Putusan dalam acara pemeriksaan biasa :
 Dalam hal pengadilan berpendapat bahwa kesalahan terdakwa tidak
terbukti, maka terdakwa diputus bebas.
 Dalam hal pengadilan berpendapat bahwa perbuatan terdakwa terbukti,
tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana, maka
terdakwa akan diputus “lepas dari segala tuntutan hukum”.
 Dalam hal terdakwa diputus bebas atau lepas dari segala tuntutan
hukum, hakim ketua memerintahkan agar terdakwa dibebaskan
seketika itu juga; kecuali terdapat alasan lain yang sah bahwa terdakwa
masih perlu ditahan.
 Dalam hal majelis hakim berpendapat bahwa terdakwa terbukti secara
sah dan meyakinkan, pengadilan akan menjatuhkan putusan pidana.

44 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
 Jika terdakwa semula tidak ditahan, hakim ketua akan memerintahkan
terdakwa agar ditahan.
 Jika terdakwa sudah ditahan, hakim menetapkan bahwa terdakwa tetap
berada dalam tahanan.
b. Putusan terhadap barang bukti :
 Terhadap barang bukti, dalam hal putusan pengadilan menyatakan
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum; barang bukti akan
diserahkan kepada pihak yang dinilai paling berhak menerima, kecuali
menurut undang – undang barang bukti harus dirampas untuk
kepentingan negara, atau dimusnahkan atau dirusak untuk tidak
digunakan lagi.

5. Upaya hukum;
Upaya paksa adalah tindakan yang dapat diambil oleh aparat penegak hukum (Polisi,
Jaksa, Hakim) yang ditetapkan oleh undang – undang guna kepentingan pemeriksaan
pada setiap tingkat pemeriksaan. Terdapat beberapa jenis upaya paksa dalam Hukum
Acara Pidana, antara lain :
a. Penangkapan;
Penangkapan adalah tindakan penyidik berupa pengekangan untuk sementara
waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna
kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan (Pasal 1 butir 20
KUHAP).Perintah penangkapan dilakukan terhadap seseorang yang diduga
keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup
(Pasal 17 KUHAP).
b. Penahanan;
Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh
penyidik atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum
atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur
dalam undang – undang. Tujuan dilakukannya penahanan adalah :
 Guna memperlancar pemeriksaan;
 Agar tersangka tidak melarikan diri;
 Agar tersangka tidak merusak barang bukti atau menghilangkan barang
bukti;
 Agar tersangka tidak mengulangi perbuatannya.
c. Penggeledahan;
Dalam KUHAP, penggeledahan terbagi menjadi 2 macam :
 Penggeledahan Rumah
Penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki
rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan
tindakan pemeriksaan dana tau penyitaan dana tau penangkapan
menurut undang – undang yang berlaku.
 Penggeledahan Badan

45 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Penggeledahan badan adalah tindakan penyidik untuk mengadakan
pemeriksaan badan dan pakaian tersangka untuk mencari benda yang
diduga keras ada pada badannya serta dibawanya untuk disita.
d. Penyitaan
Penyitaan adalah tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau
menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau benda tidak
bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian.Benda
yang disita dinamakan barang bukti atau benda sitaan yang berguna untuk
kepentingan pembuktian.
e. Pemeriksaan Surat
Penyidik berhak membuka, memeriksa dan menyita “surat lain”, yaitu surat
yang tidak langsung berhubungan dengan tindak pidana tetapi surat tersebut
dicurigai ada hubungannya dengan kejahatan yang diterima melalui kantor pos
atau perusahaan pengangkutan.
6. Pelaksanaan putusan / eksekusi.

a. Alur
Bagian persidangan dalam perkara biasa dilakukan dalam rentang
waktu 10 minggu atau 2 ½ bulan. Berikut alur persidangan dalam Hukum
Acara Pidana :

Pembukaan Sidang Eksepsi Putusan Sela

Pemeriksaan Saksi dan


Putusan Hakim
Barnag Bukti

Duplik Pemeriksaan Terdakwa

Replik Pledoi Requisitor

b. Peran
Dalam Persidangan Pidana, terdapat beberapa peran yang terlibat
didalam suatu persidangan, antara lain :

1. Terdakwa
Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa, dan diadili di
sidang pengadilan (Pasal 1 butir 15 KUHAP).

46 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
2. Penuntut Umum / Jaksa
Penuntut Umum adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang –
undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 1
butir 6 KUHAP).
Jaksa adalah seseorang yang diberi wewenang oleh undang – undang ini
untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 b KUHAP).
3. Penasehat Hukum Terdakwa
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 18 tahun 200 tentang
Advokat, syarat untuk menjadi penasehat hukum terdakwa adalah telah
lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat dan magang sekurang-
kurangnya 2 tahun secara terus menerus pada kantor Advokat.
4. Hakim
Menurut Peraturan Bersama Mahkamah Agung Republik Indonesiadan
Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor: 01/PB/MA/IX/20121
01/PB/P.KY/09/2012 Tentang Seleksi Pengangkatan Hakim Ketua Mahkamah
Agung Republik Indonesia dan Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia,
terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi untuk menjadi Hakim, antara
lain :
a. Mengikuti proses seleksi pengangkatan hakim
Seleksi pengangkatan hakim adalah rangkaian proses mulai dari Pendidikan
Calon Hakim Terpadu, sampai pada penentuan akhir untuk diangkat menjadi
hakim.
b. Mengikuti Pendidikan Calon Hakim Terpadu
Pendidikan Calon Hakim Terpadu adalah program pendidikan bagi calon
hakim yang telah dinyatakan lulus dalam ujian prajabatan yang dilaksanakan
secara terpadu dan berkesinambungan antara program diklat dan program
magang dengan tata cara sesuai dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung
Nomor 169/KMA/SK/X/2010.
c. Magang
Magang adalah model pembelajaran melalui praktek di pengadilan yang
bersifat wajib.
d. Mengikuti pendidikan dan ujiantentang kode etik dan pedoman perilaku hakim
yang dilakukan oleh Mahkamah Agungdan Komisi Yudisial.
5. Saksi
6. Ahli
7. Panitera
8. Petugas Persidangan
9. Whistle blower
Whistle Blower adalah pihak yang mengetahui dan melaporkan tindak pidana
tertentu dan bukan merupakan bagian dari pelaku kejahatan yang dilaporkannya.
10. Saksi Mahkota

47 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Saksi mahkota adalah saksi yang berasal atau diambil dari salah seorang tersangka
atau Terdakwa lainnya yang bersama-sama melakukan perbuatan pidana.Adapun
mahkota yang diberikan kepada Saksi yang berstatus Terdakwa tersebut adalah
dalam bentuk ditiadakan penuntutan terhadap perkaranya atau diberikannya suatu
tuntutan yang sangat ringan apabila perkaranya dilimpahkan ke Pengadilan atau
dimaafkan atas kesalahan yang pernah dilakukan. Menurut Prof. DR. Loebby
Loqman, S.H., M.H., dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Saksi mahkota
adalah kesaksian sesama Terdakwa, yang biasanya terjadi dalam peristiwa
penyertaan.

3. Perdata
Secara umum hukum perdata diartikan sebagai seluruh kaidah hukum
baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang berfungsi untuk mengatur
hubungan satu subjek hukum dengan subjek hukum lainnya baik dalam
hubungan keluarga maupun hubungan bermasayrakat.Menurut ilmu hukum
subjek hukum tidak hanya orang tetapi juga mencakup badan hukum.

Kaidah hukum perdata dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :


 Kaidah tertulis
Kaidah tertulis merupakan kaidah hukum perdata yang terkandung di
dalam suatu peraturan yurisprudensi, traktat, ataupun perundangan-
undangan lainnya.
 Kaidah tidak tertulis
Kaidah tidak tertulis merupakan kaidah hukum perdata yang berasal,
tumbuh, dan berkembang di dalam masyrakat melalui kebiasaan atau adat
di dalam masyarakat tersebut.

Subjek hukum perdata meliputi :


 Manusia (Natuurlijk Persoon)
Setiap manusia mempunyai kewenangan hukum dan hak-hak subjektif
yang sama di mata hukum.
 Badan hukum (Rechtpersoon)
Badan hukum terdiri dari sekumpulan orang yang mempunyai persamaan
dan tujuan tertentu.Misalnya : hak dan kewajiban.
 Pemerintah
Pemerintah juga dapat menjadi subjek hukum perdata disaat pemerintah
melakukan tindakan hukum privat. Kedudukan nya dalam hukum perdata
disamakan dengan badan hukum lain.

Jadi akan bisa diadakannya suatu persidangan jika terjadi suatu sengketa antar
individu, apakah itu manusia maupun badan hukum

48 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Unsur-unsur hukum perdata, meliputi :
 Kaidah hukum
 Mengatur hubungan antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum
yang lain.
 Hukum perdata meliputi beberapa bidang hukum, yaitu hukum orang,
hukum benda, hukum waris, hukum perikatan, hukum pembuktian dan
kadaluarsa, serta hukum keluarga.
Hukum perdata materiil di Indonesia
Setiap penduduk di Indonesia tunduk terhadap hukum yan berlaku di
wilayahnya, seperti hukum Islam, hukum adat dan hukum perdata barat.Hal
ini menunjukkan bahwa hukum perdata yang berlaku di Indonesia bermacam-
macam (pluralisme).

Sumber hukum perdata, meliputi :


 Sumber tertulis, merupakan aturan hukum perdata yang tertulis di dalam
yurisprudensi, traktat ataupun peraturan perundang-undangan lainya.
Sumber hukum perdata tertulis, meliputi UU no 5 tahun 1960 tentang
undang-undang agraria, KUH dagang, KUHP perdata, AB atau ketentuan
umum pemerintahan Hindia Belanda dan UU No 1 tahun 1974,
Yurisprdensi. Dari berbagai sumber hukum itu lah dapat dijadikan dasar
hukum untuk hakim membuat putusan, penggugat membuat gugatan, dan
tergugat membuat belaan/jawaban.
 Sumber hukum tidak tertulis,merupakan aturan hukum perdata yang
berasaldari adat atau kebiasaan masyarakat sehingga tidak tertulis di dalam
undang-undang.
Sumber-sumber itu lah yang nanti nya dapat kita gunakan dalam mootcourt
secara tepat.

a. Alur

- Surat gugatan didaftarkan ke pengadilan.


- Ketua pengadilan negeri melakukan penetapan untuk menunjuk majelis
hakim.
- Penetapan hari sidang oleh Majelis.
- Pemanggilan para pihak oleh Juru Sita.
- Menghadirkan para pihak untuk melakukan mediasi.
- Mediasi upaya perdamaian.
- Jika mediasi gagal, persidangan dilanjutkan dengan diserahkannya berkas
ke Majelis.
- Persidangan dibuka dengan membakan surat gugatan.
- Jawaban : balasan yang dibuat oleh tergugat atas gugatan penggugat.

49 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
- Replik : balasan yang dibuat oleh penggugat atas jawaban tergugat.
- Duplik : balasan yang dibuat oleh tergugat atas replik penggungat.
- Putusan Sela.
- Penetapan Sita Jaminan (apabila ada permohonan sita jaminan yang
diajukan penggugat).Sita jaminan adalah sita yang dimintakan penggugat
atas dasar sangka yang beralasan barang (bergerak/tidak bergerak) milik
penggugat atau tergugat akan dialihkan oleh terugat.
- Pembuktian.
Memperlihatkan alat bukti yang ada.Seperti :
1. Surat.
2. Saksi.
3. Persangkaan.
4. Pengakuan.
5. Sumpah.
- Kesimpulan.
- Putusan Akhir.
* Mediasi adalah upaya damai untuk menyelesaikan sengketa.
Dalam mediasi, terdapat dua jenis mediasi yang ditinjau berdasarkan tempat
pelaksanaannya yaitu mediasi di pengadilan dan mediasi di luar pengadilan.Kedua jenis
mediasi ini tercantum dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008. Dalam
melaksanakan mediasi di pengadilan, ada dua tahap yang harus dijalani, yaitu yang
pertama adalah mediasi awal litigasi, yakni mediasi yang dilaksanakan sebelum pokok
sengketa diperiksa dan yang kedua adalah mediasi yang dilakukan dalam pokok
pemeriksaan, yang kemudian terbagi lagi menjadi dua yaitu selama dalam pemeriksaan
tingkat pertama dan selama dalam tingkat banding dan kasasi. Sedangkan mediasi di luar
pengadilan merupakan mediasi yang dilaksanakan di luar pengadilan, kemudian
perdamaian terjadi dimohonkan ke pengadilan untuk dikuatkan dalam akta perdamaian.
Kelalaian hakim untuk melaksanakan mediasi berdasarkan ketentuan Pasal 130 HIR dan
Pasal 154 HIR mengakibatkan putusan pengadilan batal demi hukum.(Pasal 2 ayat 3
Perma Mediasi).

b. Peran
Dalam Persidangan Perdata, ada persidangan bersifat gugatan dan
permohonan. Dalam persidangan yang bersifat gugatan, terdapat beberapa
peran yang terlibat didalam suatu persidangan, antara lain :

1. Tergugat
Tergugat adalah orang yang ditarik ke muka Pengadilan karena dirasa
telah melanggar hak Penggugat dalam melakukan perbuatan melawan
hukum ataupun wanprestasi.Jika dalam suatu Gugatan terdapat banyak
pihak yang digugat, maka pihak-pihak tersebut disebut; Tergugat I,
Tergugat II, Tergugat III dan seterusnya.
2. Turut Tergugat

50 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Turut Tergugat adalah orang yang hanya tunduk pada isi putusan hakim di
pengadilan karena Turut Tergugat ini tidak melakukan sesuatu
(perbuatan).
3. Penggugat
Penggugat adalah seorang yang “merasa” bahwa haknya dilanggar dan
menarik orang yang “dirasa” melanggar haknya itu sebagai tergugat dalam
suatu perkara ke depan hakim.
4. Penasihat Hukum
Penasihat Hukum adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan
oleh atau berdasarkan undang-undang untuk memberi bantuan hukum
kepada seorang penggugat atau tergugat.
5. Hakim
Hakim adalah pejabat yang memimpin persidangan dan berwenang untuk
memutuskan suatu perkara dalam persidangan. (pasif)
6. Saksi
Saksi adalah orang yang mengetahui terjadinya suatu peristiwa baik
melihat, mendengar atau mengalaminya sendiri secara langsung.
7. Saksi Ahli
Saksi ahli adalah orang yang pendapatnya berdasarkan pendidikan,
pelatihan, sertifikasi, keterampilan atau pengalaman, diterima oleh hakim
sebagai ahli.
8. Panitera
Panitera adalah pejabat pengadilan yang salah satu tugasnya adalah
membantu hakim dalam membuat berita acara pemeriksaan dalam proses
persidangan.
9. Petugas Persidangan
Petugas Persidangan adalah orang yang mengawasi jalannya suatu
persidangan.
10. Juru Sumpah
Juru Sumpah adalah orang yang membantu hakim dalam mengangkat
sumpah saksi atau ahli.

51 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
II. PENUTUP
Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang sangat bermanfaat
dan dapat membantu anggota-anggota baru Komunitas Mahasiswa Peradilan semu Nasional
(KMPSN) dalam mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan Peradilan Semu/Moot court,
yaitu :

1. Perlunya pemahaman dari anggota-anggota baru tentang system peradilan yang ada di
Indonesia

2. Demi meningkatkan pengetahuan anggota-anggota baru, penulis menyarankan agar


anggota-anggota baru membaca referensi buku terkait dengan peradilan semu

3. Karna peran anggota-anggota baru berpengaruh terhadap kemajuan dari KMPSN sendiri,
maka diharapkan saran dan kritik terhadap penulisan buku ini demi kesempurnaan pengerjaan
buku di kemudian hari.

52 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Lampiran :
Lampiran: Penetapan

PENETAPAN

Nomor …/Pdt.P/(Tahun)/PN..

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri …….. yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu pada
tingkat pertama dalam persidangan majelis hakim telah menjatuhkan Penetapan (jenis
penetapan) yang diajukan

oleh : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. …………………………..., umur …….., agama ……., pekerjaan ………, tempat


kediaman di ………………………..., sebagai Pemohon I;

dst apabila ada Pemohon lainnya.

Pengadilan Negeri tersebut di atas ;-----------------------------------------------------

Telah mempelajari berkas perkara tersebut ;------------------------------------------

Telah mendengar keterangan para Pemohon ;-----------------------------------------

Telah memeriksa alat-alat bukti yang diajukan oleh para Pemohon ;-------------

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Menimbang, bahwa para Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal ….. yang
terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri …….. tanggal ……… dengan register perkara
Nomor …/Pdt.P/(tahun)/PN…. telah mengajukan hal-hal sebagai berikut: -----

1. Bahwa dst…. (salin uraian berkas permohonan)

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Para Pemohon, mohon kepada

53 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Ketua Pengadilan Negeri berkenan untuk menetapkan sebagai berikut :---------------------------

1. Menerima dan mengabulkan permohonan (jenis permohonan) yang kami ajukan.------------

2. Menyatakan sah (perihal yang dimohonkan) --------------------------------------------------------

3. Membebankan biaya pengadilan kepada para pemohon.;------------------------------------------

Atau jika di kemudian harinya berkehendak lain mohon putusan yang seadil-adilnya;----------

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan untuk pemeriksaan perkara
ini, para Pemohon hadir sendiri di persidangan;

Menimbang, bahwa Ketua Majelis telah membei nasehat kepada Para Pemohon mengenai

tentang segala hak dan kewajiban (terkait perihal yang dimohonkan) tersebut;-------------------

Menimbang, bahwa setelah surat permohonan para Pemohon dibacakan di persidangan, para
Pemohon menyatakan tetap dengan dalil-dalil permohonannya ; -----------------------------------

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya tersebut, para Pemohon


telah mengajukan alat-alat bukti tertulis berupa : -----------------------------------------------------

(Salin daftar alat bukti yang diajukan)

Menimbang, bahwa para Pemohon telah pula menghadirkan 2 (dua) orang saksi di muka
persidangan yang mengaku bernama ……………………..…... dan ……………………..…...,
di bawah sumpahnya menurut Agama ….. telah menyampaikan keterangan-keterangan yang
pada pokoknya sebagai berkut : --------------------------------------------------------------------------

Keterangan Saksi 1 (…………………………...)

Keterangan Saksi 2 (…………………………...) :

Menimbang, bahwa terhadap keterangan 2 (dua) orang saksi tersebut di atas, para Pemohon
menyatakan (keberatan atau tidak keberatan) ;

Menimbang, bahwa selanjutnya para Pemohon menyatakan bahwa (alasan keberatan terhadap
keterangan saksi jika ada)

54 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Menimbang, bahwa selanjutnya para Pemohon menyatakan bahwa sudah tidak akan
mengajukan apapun lagi dan telah menyampaikan kesimpulan yang pada pokoknya mohon
penetapan ;---------------------------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian penetapan ini maka segala sesuatu yang
termuat dalam berita acara persidangan perkara ini merupakan bagian yang turut pula
dipertimbangkan dalam penetapan ini ;------------------------------------------------------------------

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan para Pemohonadalah sebagaimana telah
diuraikan di atas ;-------------------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa (uraikan pertimbangan hukum terhadap uraian permohonan, alat bukti,
dan keterangan saksi)

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, permohonan para


Pemohon (dapat atau tidak dapat) dilakukan; ----------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa perkara ini, perkara volunter maka biaya perkara dibebankan kepada para
Pemohon yang besarnya sebagaimana tercantum dalam amar penetapan ini; ---------------------

Mengingat segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan


dengan perkara ini; -----------------------------------------------------------------------------------------

MENETAPKAN

1. Mengabulkan dan atau menolak permohonan para Pemohon; ------------------------------------

2. Menyatakan sah (perihal yang dimohonkan)

3. Membebankan biaya perkara ini kepada para Pemohon sejumlah …..;----------------------

Demikian penetapan ini dijatuhkan dalam permusyawaratan majelis Hakim pada hari Rabu
tanggal ……. , penetapan tersebut dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum oleh kami
(Nama Hakim Ketua) yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat sebagai
Hakim Ketua, (Nama Hakim Anggota 1) dan (Nama Hakim Anggota 2), masing-masing
sebagai Hakim Anggota serta (Nama Panitera Pengganti) sebagai Panitera Pengganti dengan
dihadiri oleh para Pemohon; --------------------------

55 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
HAKIM KETUA

ttd

(Nama Jelas)

HAKIM ANGGOTA HAKIM ANGGOTA

ttd ttd

(Nama Jelas) (Nama Jelas)

PANITERA PENGGANTI

ttd

(Nama Jelas)

Perincian Biaya Perkara :

1. Administrasi Rp…

2. PNBP Pendaftaran Rp. …

3. Panggilan Rp. ….;

4. Materai Rp. …..

5. Redaksi Rp. …;

Jumlah Rp. ……; (nominal)

Untuk salinan yang sama bunyinya

Diberikan atas permintaan Pemohon

Oleh

Panitera Pengadilan Negeri

(Nama Jelas)

56 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Lampiran: Putusan

PUTUSAN
Nomor :…/ Pdt.G / tahun) / PN…..
“DEMI KEADILANBERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
Pengadilan Negeri….. yang mengadili perkara perdata pada Peradilan tingkat pertama
telah menjatuhkan putusan sebagai berkut dalam perkara antara : ———————
Nama, umur…, pekerjaan ………, Agama ….., tempat tinggal……yang selanjutnya disebut
sebagai : —————————————————————————————————
—————————PENGGUGAT ————————-
Melawan:

Nama, umur…, pekerjaan …….., Agama …….., tempat tinggal …………yang selanjutnya
disebut sebagai : ——————————————————————————————
——————–TERGUGAT ——————
Pengadilan Negeri tersebut; ——————————————————–———————
Setelah membaca berkas perkara dalam perkara ini dan surat-surat yang bersangkutan ; ——
Setelah mendengar keterangan saksi – saksi di bawah sumpah di persidangan ; —————
Setelah melihat dan memperhatikan surat-surat bukti yang dimajukan dipersidangan ; ———
TENTANG DUDUK PERKARANYA :
Menimbang bahwa pihak Penggugat telah mengajukan gugatannya secara tertulis tanggal
……….dan telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri ……… pada tanggal
………. di bawah register Nomor Nomor :…/ Pdt.G / (tahun) / PN………yang maksudnya
adalah sebagai berikut : ——————–————————————————
1) Bahwa (uraikan gugatan Penggugat)
2) Dst…
Berdasarkan alasan tersebut di atas Penggugat memohon kepada Majelis HakimPengadilan
Negeri …….. untuk memeriksa perkara ini serta menjatuhkan putusan yang amarnya
berbunyi sebagai berikut : ——————————————————————————
1 (Uraikan Petitum Gugatan)
Atau, apabila Pengadilan Negeri ……..berpendapat lain maka Penggugat memohon putusan
yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). ——————————————————————
Menimbang bahwa Penggugat untuk membuktikan gugatannya mengajukan surat-
surat sebagai berikut : ————————————————————————————
1 (Uraiakan daftar alat bukti surat dari Penggugat)
Menimbang bahwa surat tersebut sesuai dengan aslinya dan telah direkati meterai yang cukup
sehingga dapat diterima sebagai alat bukti untuk dipertimbangkan lebih lanjut; —————
Menimbang bahwa selain bukti surat, Penggugat juga mengajukan saksi-saksi sebagai
berikut : ———————————————————————–——————————
1. Nama Saksi Penggugat, dengan dibawah sumpah yang pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut : ——————————————————————————————

57 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
(Uraikan keterangan saksi)
Menimbang bahwa Tergugat untuk membuktikan sangkalannya mengajukan surat-
surat
sebagaiberikut : ——————————————————————————————
1. (Uraiakan daftar alat bukti surat dari Tergugat)
Menimbang bahwa untuk membuktikan sangkalannya, Tergugat mengajukan saksi
sebagai berikut : ——————————————————–————————————
1. Nama Saksi Tergugat, dengan dibawah sumpah yang pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut : ——————————————–————————————————
(Uraikan keterangan saksi)
Menimbang bahwa untuk lengkapnya uraian putusan ini maka ditunjuk pada segala hal-hal
yang telah dicatat secara lengkap dalam Berita Acara perkara ini dan merupakan bagian yang
tak perpisahkan dengan putusan ini; ——————————————————————
TENTANG HUKUMNYA :
Menimbang bahwa maksud dan tujuan gugatan penggugat adalah seperti tersebut di
atas; ———————————————————————————————————
(Uraikan pendapat hukum mengenai sengketa, alat bukti, dan keterangan saksi)
Mengingat (sebutkan pasal dari perUndang-Undangan terkait) dan ketentuan-Ketentuan lain
yang bersangkutan; —————————————————————————————
MENGADILI :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat (seluruhnya atau sebagian) atau Menolak gugatan


dst; ————————————————————————————————
2. Menyatakanstatus hubungan hukum tertentu; ————————————————
3. Memerintahkan perihal tertentu; —————————————————————
4. Menghukum (pihak yang dikalahkan) untuk membayar biaya perkara sebesar ……..;

Demikian penetapan ini dijatuhkan dalam permusyawaratan majelis Hakim pada hari
Rabu tanggal ……. , penetapan tersebut dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum
oleh kami (Nama Hakim Ketua) yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Agama Jakarta
Pusat sebagai Hakim Ketua, (Nama Hakim Anggota 1) dan (Nama Hakim Anggota 2),
masing-masing sebagai Hakim Anggota serta (Nama Panitera Pengganti) sebagai Panitera
Pengganti dengan dihadiri oleh para Pemohon; ---------------------------------------------------

HAKIM KETUA

ttd

(Nama Jelas)

HAKIM ANGGOTA HAKIM ANGGOTA

ttd ttd

(Nama Jelas) (Nama Jelas)

58 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
PANITERA PENGGANTI

ttd

(Nama Jelas)

Perincian Biaya Perkara :

1. Administrasi Rp…

2. PNBP Pendaftaran Rp. …

3. Panggilan Rp. ….;

4. Materai Rp. …..

5. Redaksi Rp. …;

Jumlah Rp. ……; (nominal)

Untuk salinan yang sama bunyinya

Diberikan atas permintaan Pemohon

Oleh

Panitera Pengadilan Negeri

(Nama Jelas)

59 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Referensi Buku
- Diktat Cepot (Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan)

- Sutantio, Retnowulan. 2009. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek.
Bandung: Mandar Maju
- Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2007

- P.N.H. SImanjuntak, S.H. 1999. Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia: Djambatan

- Lilik Mulyadi, S.H. Hukum Acara Perdata Menurut Teori dan Praktik Peradilan
Indonesia: 1999

- H. Riduan Syahrani, S.H. Buku Materi Hukum Acara Perdata: PT Citra Aditya Bakti,
2000

- M. Nur Rasaid, S.H. Hukum Acara Perdata: Sinar Grafika, 1999

- Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. Hukum Acara Perdata Indonesia Edisi keenam:
Liberty Yogyakarta 2002

- R. Soeroso, S.H. Praktek Hukum Acara Perdata – Tata Cara dan Proses Persidangan:
Sinar Grafika, 1999

60 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Ucapan Terima Kasih
Dengan rasa syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak-pihak yang mendukung,
membimbing tim penulis menyelesaikan buku ini. Dengan ini kami antarkan buku ini
kepada para pembacanya dan setiap orang yang memerlukannya, dengan penuh
harapan, semoga buku ini akan memperoleh tempat yang hangat di hati para
pembacanya dan dapat pula menjadi sumbangsih bagi perkembangan Mootcourt
Fakultas Hukum Universitas Katolik parahyangan di Bandung.
Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih kepada Penerbit yang bersedia
menerbitkan naskah buku ini.

Bandung, September 2016

61 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Daftar Kepustakaan
- Sutantio, Retnowulan. 2009. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek.
Bandung: Mandar Maju

- Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2007

- http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl220/tentang-error-in-persona-dan-error-
in-objecto

- http://po-box2000.blogspot.co.id/2011/04/surat-tuntutan-hukum-acara-pidana.html
- https://lawmetha.wordpress.com/2011/06/03/pembuktian-dalam-hukum-acara-pidana

62 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l

Anda mungkin juga menyukai