Buku KMPSN Isi + Comment
Buku KMPSN Isi + Comment
Mengembangkan kaspos bermanfaat untuk melengkapi kasus posisi guna membuat Dan tolong cantumkan sumber kl emang ambil dari buku, jangan
sampe di bilang tidak berdasar, termasuk doktrin” yang kita ambil.
pertanyaan-pertanyaan hukum dan mempermudah kalian untuk mengumpulkan fakta-fakta (CATATAN KAKI)
hukum yang akan disusun dalam berkas gugatan, jawaban dan sebagainya hingga akhirnya Commented [Nicksan2]: Jelaskan apa itu kasus posisi
kalian dapat mengarahkan sendiri kemana arah pemecahan kaspos yang ada. Misalnya : Commented [Nicksan3]: Inggris kan ? cetak miring.
kalian ingin membuat pihak Penggugat menang dengan catatan Tergugat ridak terlihat kalah Isu ini biasanya dapat berupa:
- Pertentangan antara Undang-undang satu dengan Undang-
total (Penggugat menang cantik), maka kunci utamnya terletak kepada pengembangan Undang lainnya.
- Pertentangan antara undan-undang dengan asas-asas hukum
kaspos. Kunci utama untuk riset adalah :MAU MEMBACA !! Jika kalian skip membaca umum.
semua referensi yang kalian punya, maka kaspos kalian akan terlihat biasa dan sulit untuk - Pertentangan antara undang-undang dengan penerapannya di
lapangan.
melanjutkan ke pemberkasan.
Commented [Nicksan4]: typo
Commented [Nicksan5]: Ada beberapa hal penting yang lupa:
Trik : 1. Mencari putusan pengadilan yang kasusnya serupa ?
Untuk kalian yang mau mencari jurnal di google, kalian bisa menambahkan tanda petik di 2. Fakta yang terdapat dalam Kasus posisi di sesuaikan dengan
dasar gugatan/dakwaan ?
antara judul atau keyword pencarian kalian. Dengan demikian, anda akan mendapat hasil
Masih kurang komperhensif, karena bab tips and trick riset se akan-
pencarian yang lebih spesifik. Contoh : “Hukum perdata.pdf” atau “Hukum lingkungan”. akan membahas tentang cara pembuatan kasus posisi. Mustinya
dibagi kedalam 2 tahapan:
1. cara riset
PERTANYAAN HUKUM 2. membuat kasus posisi
3 hal tersebut yang secara dasar akan kalian temukan untuk dapat membuat berkas dan Rada rancu juga ini, bukankah tahapannya:
menyelesaikan masalah. 1. Riset seluruh elemen-elemen hukum yang ada di dalam kasus
posisi.
2. menjawab pertanyaan hukum.
3. baru melengkapi kasus posisi dengan fakta-fakta yang
menyesuaikan dari hasil jawaban pertanyaan hukum
?
Cth: kasus korupsi-> riset elemen hukum dalam kasus posisi terkait
korupsi yang dilakukan pihak-pihak -> tentukan siapa pihak-
pihaknya, dasar tuntutan, gugatan -> lengkapi fakta sesuai dengan
dasar tuntutan, gugatan supaya nanti dalam pembuatan dakwaan
tidak ada fakta yang kurang
Trik :
jika kalian tidak mengerti pasal yang sedang kaiian baca maka kalian dapat melihat
penjelasan yang selalu ada di lembar akhir undang-undang;
Kalian juga bisa mencari Peraturan versi lama dan peraturan terkait dengan melihat
bagian “mengingat” di halaman pertama Undang-undang. Commented [Nicksan7]: Baca seluruh peraturan yang ada
dibagian konsideran “Mengingat” untuk ditelusuri.
pelaku tindak pidana sudah disidangkan di pengadilan dan pemeriksaan dinyatakan Mending dibagi per berkas deh, Berkas PENUTUT UMUM terbagi
selesai oleh hakim. atas : (biar lebih jelas pembagian yang kalian lakukan sangat
ambigu)
Dalam tuntutan apabila penuntut umum berpendapat pelaku tindak pidana 1. Dakwaan
Dakwaaan teorinya gimana alternative dll, terdiri dari kronologi
terbukti bersalah melakukan tindak pidana, maka penuntut umum akan meminta kasus dll……
pengadilan menjatuhkan pidana kepada pelaku tindak pidana tersebut. Dalam tuntutan 2. Tuntutan
Isinya ada dakwaann + keterangan saksi(fakta persidangan)+
akan disebutkan berapa lama pidananya, lamanya pidana ini bisa sama dengan analisis fakta+analisis yuridis (coba liat tuntutan kita yang di UNDIP)
maksimal ancaman pidana, lebih rendah atau dalam hal tertentu melebihi maksimal
ancaman pidana.
3. Kronologi kasus
Didalam tahap ini seorang jaksa akan menguraikan bagaimana urutan
peristiwa terjadinya suatu perbuatan pidana.Dalam pemaparan kronologi kasus yang
terjadi pasti memuat locus delicti dantempus delicti kejadian perkara. Yang dimaksud
locus delicti adalah tempat kejadian perkara.Locus delicti perlu diketahui untuk:
Yang dimaksud tempus delicti adalah waktu kejadian perkar.tempus delicti perlu
diketahui untuk:
1. untuk keperluan kadaluarsa dan hak penuntutan Commented [Nicksan11]: Dalam pidana terutama korupsi
selain tempus dan locus, fakta-fakta yang lain juga harus detail.
Seperti:
2. untuk mengetahui apakah pada saat itu sudah berlaku hukum pidana atau belum - Kl ada kendaraan sebutkan plat nomronya
- Kl ada sms sebutkan nomor hp pengirim dan penerima
- Kl ada email sebutkan alamat email nya
3. apakah si pelaku sudah mampu bertanggung jawab atau belum - Dll coba liat dakwaan undip
Penulisan waktu pun harus sampai jam (kl memang bisa) cth. PK.
18.31
5. Petitum
Petitum berisikan tuntutan jaksa yang dimintakan kepada hakim didalam suatu
persidangan.Isi dari petitum tentunya agar hakim menjatuhkan hukuman kepada
terdakwa sesuai tuntutan.Namun adakalanya petitum yang diajukan oleh jaksa
dikabulkan hanya sebagian oleh hakim. Sehingga penting untuk diingat bahwa hakim
tidak boleh mengabulkan petitum melebihi dari apa yang dimintakan. Commented [Nicksan13]: Kasih jenis-jenis atau contoh-
contoh petitum.Petitum ada primair dan subsidair, trus jelasin lg
primair biasa isinya apa, subsidair apa.
6. Pembuktian
Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman
tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan kesalahan yang
didakwakan kepada terdakwa. Di dalam hukum acara pidana pembuktian merupakan
titik sentral di dalam pemeriksaan perkara di pengadilan. Hal ini karena melalui
tahapan pembuktian inilah terjadi suatu proses, cara, perbuatan membuktikan untuk
digunakan untuk menguatkan pembuktian. Barang bukti yang dimaksud harus ada
hubungannya dengan tindak pidana yang dilakukan terdakwa.
Berdasarkan pasal 184 ayat 1 KUHAP alat bukti yang sah ialah:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa Commented [Nicksan16]: Jelaskan yang termasuk dalam alat-
alat bukti tersebut apa.
a. Amir adalah seorang pedagang bakso dijalan ciumbuleuit, ketika sedang berjualan
amir melihat sebuah mobil Honda jazz dengan plat nomor B 1945 BS melaju
dengan kencang dari arah punclut menuju gandok yang berujung pada insiden
tabrakan didepan jalan utama UNPAR antara mobil Honda jazz tersebut salah
satu mahasiswa ekonomi UNPAR.
b. Safrudin adalah mahasiswa ekonomi UNPAR yang tengah menempuh pendidikan
semester 5. Safrudin mendegar bahwa salah satu mahasiwa ekonomi UNPAR ada
yang tertabrak mobil Honda jazz dan kejadian tersebut diketahuinya dari
temannya Anton yang juga mendegar berita tersebut dari beberapa temannya
sesama Mahasiswa Ekonomi.
9. Kesimpulan
Merupakan ringkasan dari berkas-berkas yang dibuat oleh penuntut umum berisikan fakta-
fakta yang diyakini oleh jaksa penuntut umum telah terbukti setelah proses pemeriksaan dan
pembuktian dilaksanakan dalam persidangan Commented [Nicksan19]: KYKnya isinya gak Cuma ini deh,
masih kurang mendetail cuy, liat kesimpulan UNDIP.
Dalam mengajukan gugatan terdapat 2 jenis dasar gugatan Commented [Nicksan23]: 2 jenis dasar gugatan yaitu
wanprestasi dan PMH
Menurut Yahya Harahap, gugatan wanprestasi dan PMH terdapat perbedaan prinsip
yaitu:
2. Gugatan PMH
Menurut Pasal 1365 KUH Perdata, PMH timbul karena perbuatan seseorang yang
mengakibatkan kerugian pada orang lain. Hak menuntut ganti kerugian karena
PMH tidak perlu somasi.Kapan saja terjadi PMH, pihak yang dirugikan langsung
mendapat hak untuk menuntut ganti rugi tersebut.KUH Perdata tidak mengatur
bagaimana bentuk dan rincian ganti rugi.Dengan demikian, bisa digugat ganti
kerugian yang nyata-nyata diderita dan dapat diperhitungkan (material) dan
kerugian yang tidak dapat dinilai dengan uang (immaterial).
Agar Penggugat dapat menuntut ganti kerugian berdasarkan PMH, maka harus
dipenuhi unsur-unsur yaitu:
1. Harus ada perbuatan, yang dimaksud perbuatan ini baik yang bersifat positif
maupun bersifat negatif, artinya setiap tingkah laku berbuat atau tidak berbuat;
2. Perbuatan tersebut harus melawan hukum.Istilah Melawan Hukum telah diartikan
secara luas, yaitu tidak hanya melanggar peraturan perundang-undangan tetapi
juga dapat berupa:
1. Melanggar hak orang lain.
2. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku.
3. Bertentangan dengan kesusilaan.
4. Bertentangan dengan kepentingan umum. Commented [Nicksan24]: Jelaskan maksud beserta
contohnya.
3. Adanya kesalahan;
Commented [Nicksan25]: Jenis kesalahan, ada objektif dan
4. Ada kerugian, baik materil maupun immaterial; subjektif beserta teori”nya.
5. Adanya hubungan sebab-akibat antara perbuatan ,melawan hukum tersebut Commented [Nicksan26]: Bedanya apa ?
dengan kerugian. Commented [Nicksan27]: Teori” kausalitas
Pada dasarnya Pasal 118 dan Pasal 120 HIR, tidak menetapkan syarat formulasi atau
isi gugatan.Akan tetapi, sesuai dengan perkembangan praktik, ada kecenderungan
yang menuntut formulasi gugatan yang jelas “fundamentum petendi” (posita) dan
petitum sesuai dengan system daagvarding. Adapun syarat-syarat atau ketentuan pada
suart gugatan antara lain sebagai berikut:
Pada umumnya syarat formal yang harus dipenuhi dalam gugatan adalah:
2. Diberi Tanggal
Ketentuan undang-undang tidak menyebut surat gugatan harus mencantumkan
tanggal. Begitu juga halnya jika surat gugatan dikaitkan dengan pengertian akta
sebagai alat bukti, Pasal 1868 maupun Pasal 1874 KUH Perdata, tidak
menyebutka pencantuman tanggal di dalamnya. Karena itu, jika bertitik tolak dari
ketentuan pasal 118 ayat (1) HIR dihubungkan dengan pengertian akta sebagai
alat bukti, pada dasarnya tidak mewajibkan pencantuman tanggal sebagai syarat
formil.
Tidak seluas itu syarat identitas yang harus disebut dalam surat gugatan. Bertitik
tolak dari ketentuan Pasal 118 ayat (1) HIR, identitas yang harus dicantumkan
cukup memadai sebagai dasar untuk :
6. Petitum
Petitum adalah apa yang diminta atau diharapkan oleh penggugat agar dipustukan
oleh hakim dalam persidangan. Petitum ini harus dirumuskan secara jelas, singkat
dan padat sebab tuntutan yang tidak jelas maksudnya atau tidak sempurna dapat
mengakibatkan tidak diterima atau ditolaknya tuntutan tersebut oleh hakim.Dalam
praktik peradilan petitum dibagi kedalam tiga bagian, yaitu:
- Tuntutan pokok atau tuntutan primer : merupakan tuntutan sebenarnya atau
apa yang diminta oleh penggugat sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
posita.
- Tuntutan tambahan: merupakan tuntutan pelengkap daripada tuntuntan pokok.
- Tuntutan subsidier atau pengganti: merupakan tuntutan yang diajukan
penggugat untuk mengantisipasi kemungkinan tuntutan pokok dan tuntutan
tambahan tidak diterima oleh hakim.
2. Sita Jaminan Commented [Nicksan28]: Ini bagian dari gugatan kenapa gak
taro diatas ? terus kenapa cuman sita jaminan aja ? provisi ? serta-
merta ?
Sita Jaminan Adalah sita terhadap barang-barang milik tergugat yang
disengketakan status kepemilikannya, atau dalam sengketa hutang piutang atau
tuntutan ganti rugi agar dapat menjamin pelaksanaan putusan hakim.Sita jaminan
(Conservatoir Beslaag) ini diatur dalam pasal 227 HIR. Langkah – langkah yang
dilakukan Majelis Hakim terhadap permohonan sita jaminan setelah adanya
penunjukan majelis hakim oleh Ketua Pengadilan adalah sebagai berikut :
hanya terbatas barang bergerak yang ada di tangan orang lain (tergugat)
barang itu berada di tangan orang lain tanpa hak
permintaan sita diajukan oleh pemilik agar dikembalikan kepadanya.
Syarat atau alasan pokok sita revindikasi adalah adanya obyek sengketa
barang bergerak, terdapat pemohon pemilik barang, permohonan diajukan
kepada Ketua Pengadilan dan Barang dikuasai tergugat tanpa hak.
Harus ada sangka yang beralasan, bahwa tergugat sebelum putusan dijatuhkan
atau dilaksanakan akan menggelapkan atau menghilangkan barang-barangnya.
Barang yang disita itu berupa kepunyaan yang terkena sita, artinya bukan
milik penggugat.
Permohonan diajukan kepada Ketua Pengadilan yang memeriksa perkara
tersebut.
Dapat dilakukan atau diletakkan baik tehadap barang bergerak atau yang tidak
bergerak.
Dalam praktek permohonan akan sita jaminan lazimnya dilakukan dalam surat
gugat, dan dalam petitum dimohonkan pernyataan sah dan berharga, atau dengan
10 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
kata lain permohonan sita jaminan tersebut diajukan sebelum dijatuhkan putusan.
Sedangkan ciri-ciri sita jaminan adalah sebagai berikut :
Sita jaminan diletakkan atas harta yang disengketakan status kepemilikannya atau
terhadap harta kekayaan tergugat dalam sengketa utang piutang atau juga dalam
sengekta dan tututan ganti rugi.
Obyek sita bisa barang bergerak atau tidak bergerak, bisa berwujud atau tidak
berwujud.
Pembatasan sita jaminan bisa hanya barang-barang tertentu atau seluruh harta
kekayaan tergugat.
Tujuan penyitaan untuk menjamin gugatan agar tidak hampa (illusoir)
Selain sita revindikasi dan sita jaminan terdapat pula bentuk khusus yang
diterapkan terhadap harta bersama suami-istri, apabila terjadi sengketa perceraian
atau pembagian harta bersama. Tujuan utamanya adalah membekukan harta
bersama suami istri melalui penyitaan, agar tidak berpindah kepada pihak ketiga
selama proses perkara perceraian atau pembagian harta bersama berlangsung.
Karakteristik penerapan yang melekat pada sita harta bersama meliputi seluruh
harta bersama yang dikuasai oleh para pihak, bukan hanya yang ada di tangan
tergugat saja tetapi juga yang ada pada penggugat atau pihak ketiga.
Sita eksekusi adalah sita yang berhubungan dengan masalah pelaksanaan suatu
putusan karena pihak tergugat tidak mau melaksanakan putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap tersebut secara sukarela meskipun Pengadilan telah
memperingatkan agar putusan tersebut dilaksanakan secara sukarela sebagaimana
mestinya. Sita eksekusi ini biasa dilakukan terhadap putusan yang mengharuskan
penggugat membayar sejumlah uang, sedangkan tentang tata cara dan syarat-
syarat sita eksekusi ini diatur dalam pasal 197 HIR atau pasal208 R.Bg.
3. REPLIK
Apabila dikehendaki jawaban yang diajukan secara tertulis oleh tergugat itu dijawab
kembali secara tertulis pula oleh pihak penggugat, yaitu dengan mengajukan
replik.1Pada umumnya substansi replik adalah berupa tambahan dalil yang
mengukuhkan dalil dalam gugatan dan juga sangkalan terhadap dalil-dalil yang
disampaikan oleh tergugat dalam jawaban.Dalam menyusun replik, penyusun berkas
harus pertama-tama memilah dalil dalam gugatan yang dapat semakin dikuatkan dan
dalil-dalil yang diajukan tergugat dalam jawaban yang hendak disangkal.Secara lebih
1
Retnowulan Sutantyo, Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, (Bandung:
CV. Mandar Maju, 2009), Hlm. 38
11 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
lanjut, dalil maupun sangkalan yang hendak disampaikan disusun dalam bentuk
paragraph dalam replik dengan mengkorelasikannya dengan sumber-sumber hukum
yang relevan. Commented [Nicksan29]: KESIMPULAN gk ada ?
1. JAWABAN
Jawaban adalah tangkisan yang diajukan Tergugat terhadap Gugatan yang diajukan
oleh Penggugat.
a. Jawaban dalam Eksepsi
Jawaban dalam eksepsi ialah suatu tangkisan bahwa syarat-syarat prosessuil
gugatan tidak benar atau eksepsi berdasarkan ketentuan materiil (eksepsi dilatoir
dan eksepsi paremptoir), sehingga gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima
(niet ontvankelijk verklaard).
Eksepsi dapat menyangkut acara yang dalam Hukum Acara Perdata disebut
eksepsi prosesuil.Selain itu, terdapat pula eksepsi yang berdasar hukum materiil.
Yang termasuk eksepsi prosesuil antara lain adalah:
Eksepsi yang menyangkut Kekuasaan Absolut
Eksepsi kewenangan absolut adalah bantahan Tergugat mengenai
Penggugat dinilai salah mendaftarkan gugatannya di pengadilan yang tidak
berwenang mengadili perkara yang bersangkutan. Ini berkaitan dengan
pembagian lingkungan peradilan dan peradilan khusus.Misalnya dalam
kasus mengenai sengketa pembagian warisan orang yang beragama Islam
yang diajukan ke pengadilan negeri (peradilan umum), dimana seharusnya
yang bersangkutan mengajukannya ke lingkungan peradilan agama.
Eksepsi yang menyangkut Kekuasaan Relatif
Eksepsi kewenangan relatif adalah bantahan Tergugat yang menyatakan
Penggugat salah mendaftarkan gugatannya di pengadilan yang tidak
berwenang mengadili perkara yang bersangkutan. Tetapi yang berwenang
adalah pengadilan lain dalam lingkungan pengadilan yang sama, misalnya
Tergugat dalam hal ini berdomisli di Jakarta Selatan, namun gugatan
diajukan di Pengadilan Jakarta Pusat, yang seharusnya gugatan tersebut
diajukan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Exceptie Ne Bis Idem: Eksepsi bahwa persoalan yang sama telah pernah
diputus dan bahwa putusannya telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Exceptie Van Litispendentie: Eksepsi bahwa persoalan yang sama sedang
pula diperiksa oleh pengadilan negeri yang lain atau masih dalam taraf
banding atau kasasi
12 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Disqualification Exceptie: Eksepsi bahwa yang bersangkutan (penggugat)
tidak mempunyai kapasitas hukum untuk menggugat
Exceptie Plurium Litis Consortium: Eksepsi bahwa Tergugat kurang
lengkap (eksepsi kurang pihak)
Exceptie Error in Persona: Eksepsi bahwa gugatan salah pihak
Error in Objecto: Eksepsi yang ingin menyatakan kesalahan gugatan atas
objek yang dipermasalahkan (dipersengketakan)2.
Exceptie Van Connexteit : Adalah eksepsi yang menyatakan bahwa
perkara itu ada hubungannya dengan perkara yang masih ditangani oleh
pengadilan/Instansi lain dan belum ada putusan.
Exceptie Van Beraad : Adalah Eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan
belum waktunya diajukan.
Eksepsi Dilatoir
Eksepsi dilatoir adalah eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan
penggugat belum dapat dikabulkan, misalnya oleh karena penggugat telah
memberikan penundaan pembayaran.
Eksepsi Peremptoir
Eksepsi peremptoir adalah eksepsi yang menghalangi dikabulkannya
gugatan, misalnya oleh karena gugatan telah diajukan lampau waktu,
dengan lain perkataan telah kadaluwarsa, atau bahwa utang yang menjadi
dasar gugatan telah dihapuskan.
Selain itu, eksepsi yang menyangkut hukum materiil dapat juga berupa:
Exceptie Obscuri Libelli : Adalah eksepsi yang menyatakan bahwa
gugatan Penggugat kabur ( Psl 125 ayat (1) HIR/Ps 149 ayat (1) RBG)
Exeptie Non–Adimpleti Contractus : Adalah eksepsi yang menyatakan
saya tidak memenuhi prestasi saya, karena pihak lawan juga wanpresetasi.
Keadaan ini dapat terjadi dalam hal persetujuan imbal balik.
2
Tanpa Penulis, Tentang Error in Persona dan Error in Objecto,
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl220/tentang-error-in-persona-dan-error-in-objecto, diakses
pada 20 November 2016 pukul 21:50 WIB
3
Retnowulan Sutantyo, Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, (Bandung:
CV. Mandar Maju, 2009), Hlm. 39
13 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
mana saja yang hendak di bantah atau diberikan pengakuan.Selanjutnya,
dilakukan legal audit (penelusuran hukum) dalam rangka mencari sumber hukum
sebagai basis dan atau dasar dari argumentasi sebagai tangkisan.Pada akhirnya,
sumber hukum sebagai hasil dari penelusuran dapat dikorelasikan dengan
argumentasi yang hendak disampaikan untuk disusun dalam bentuk paragraf.
2. DUPLIK
Duplik merupakan salah satu berkas dalam rangkaian jawab-menjawab pada
pemeriksaan pengadilan perdata yang disusun dan diajukan oleh Tergugat.Duplik
adalah jawaban tergugat terhadap suatu replik yang diajukan oleh penggugat.Duplik
ini diajukan oleh tergugat untuk meneguhkan jawabannya yang pada lazimnya berisi
suatu penolakan terhadap suatu gugatan pihak penggugat.
Sama dengan cara menyusun jawaban, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
dengan mempelajari dalil-dalil yang disampaikan penggugat dalam replik.
Selanjutnya, dilakukan legal audit (penelusuran hukum) dalam rangka mencari
sumber hukum sebagai basis dan atau dasar dari argumentasi sebagai bantahan
terhadap replik .Pada akhirnya, sumber hukum sebagai hasil dari penelusuran dapat
dikorelasikan dengan argumentasi yang hendak disampaikan untuk disusun dalam
bentuk paragraf.
3. PEMBUKTIAN
Tahap pembuktian dalam acara perdata dilakukan dengan mengajukan alat bukti
untuk mendukung dan atau menyatakan kebenaran dalil-dalil yang dinyatakan oleh
Tergugat.
Kita ketahui bersama bahwa alat bukti perdata terdiri dari:
a. Bukti Surat
Pasal 137 H.I.R berbunyi: “Kedua belah pihak boleh timbal-balik menuntut
melihat surat keterangan lawannya yang untuk maksud itu diserahkan kepada
hakim.”4
Dalam hukum acara perdata dikenal 3 (tiga) macam surat.
Pertama, Surat biasa, yaitu surat yang dibuat tidak dengan maksud untuk
dijadikan alat bukti. Seandainya surat biasa dijadikan bukti maka hanya suatu
kebetulan saja. Yang termasuk surat biasa, surat-surat yang berhubungan dengan
korespondensi, dan lain-lain.
4
Ibid., hlm. 63
14 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Kedua, Akta otentik, yaitu akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang
berwenang. Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna
sepanjang tidak dapat dibuktikan lain akta otentik harus dianggap bena. Akta
otentik misalnya Kutipan Akta Nikah, Akta Kelahiran, Akta Cerai, dan lain-lain.
Ketiga, Akta di bawah tangan, yaitu akta yang tidak dibuat oleh atau di hadapan
pejabat yang berwenang. Kekuatan pembuktian akta di bawah tangan mempunyai
kekuatan pembuktian yang sempurna apabila isi dan tanda tangan diakui oleh para
pihak, apabila isi dan tanda tangan yang ada tidak diakui maka pihak yang
mengajukan bukti harus menambah dengan bukti lain misalnya saksi.
Alat bukti surat yang berupa surat elektronik pengajuannya harus dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Saksi adalah orang yang melihat, mendengar, mengetahui, dan mengalami sendiri
suatu peristiwa.Saksi biasanya dengan sengaja diminta sebagai saksi untuk
menyaksikan suatu peristiwa dan ada pula saksi yang kebetulan dan tidak sengaja
menyaksikan suatu peristiwa.
Dalam KUH Perdata pembuktian menggunakan saksi diatur dalam Pasal 1895-
1912, dalam uraian mengenai saksi dalam Pasal tersebut, ada beberapa kriteria
atau syarat agar orang dapat dikatakan sebagai saksi. Kriteria/syarat tersebut dapat
diklasifikasikan kedalam dua macam syarat saksi, yaitu syarat formil dan syarat
materiil.
Syarat Formil
1. Orang yang kan dimintai keteranganya sebagai saksi harus cakap (sudah
dewasa menurut UU, tidak gila, tidak dalam pengampuan, atau dengan kata lain
dapat mempertanggungjawabkan perbuatanya);
15 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
2. Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah maupun semenda dengan salah satu
pihak, kecauali UU menentukan lain. termasuk juga hubungan perkawinan
walaupun sudah bercerai;
3. Tidak ada hubungan kerja dengan menerima upah, kecuali UU menentukan lain;
4. Mengkahadap ke persidangan;
5. Diperiksa satu per satu;
6. Mengucapkan Sumpah;
Syarat Materiil
16 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
KUH Perdata. Menurut ketentuan tersebut keterangan yang sah sebagai alat bukti
adalah keterangan yang disampaikan di depan persidangan.
Diperiksa Satu Persatu
Syarat ini diatur dalam Pasal 144 ayat (1) HIR dan Pasal 171 ayat (1) RBG.
Menurut ketentuan ini, terdapat beberapa prinsip yang harus dipenuhi agar
keterangan saksi yang diberikan sah sebagai alat bukti. Hal ini dilakukan dengan
cara, pertama menghadirkan saksi dalam persidangan satu per satu, kedua
memeriksa identitas saksi (Vide Pasal 144 ayat (2) HIR), ketiga menanyakan
hubungan saksi dengan para pihak yang berperkara.
Mengucapkan Sumpah
Syarat formil yang dianggap sangat penting ialah mengucapkan sumpah di depan
persidangan, yang berisi pernyataan bahwa akan menerangkan apa yang
sebenarnya atau voir dire, yakni berkata benar. Pengucapan sumpah oleh saksi
dalam persidangan, diatur dalam Pasal 147 HIR, Pasal 175 RBG, dan Pasal 1911
KUH Perdata, yang merupakan kewajiban saksi untuk bersumpah/berjanji
menurut agamanya untuk menerangkan yang sebenarnya, dan diberikan sebelum
memberikan keterangan yang disebut dengan ”Sistim Promisoris”.
Keterangan Saksi Tidak Sah Sebagai Alat Bukti
Menurut Pasal 169 HIR dan Pasal 1905 KUH Perdata, keterangan seorang saksi
saja tidak dapat dipercaya, sehingga minimal dua orang saksi (unus testis nullus
testis) harus dipenuhi atau ditambah alat bukti lain.
Keterangan Berdasarkan Alasan dan Sumber Pengetahuan
Keterangan berdasarkan alasan dan sumber pengetahuan diatur dalam Pasal 171
ayat (1) HIR dan Pasal 1907 ayat (1) KUH Perdata. Menurut ketentuan ini
keterangan yang diberikan saksi harus memiliki landasan pengetahuan dan alasan
serta saksi juga harus melihat, mendengar dan mengalami sendiri.
Saling Persesuaian
Saling persesuaian diatur dalam Pasal 170 HIR dan Pasal 1908 KUH Perdata.
Dalam ketentuan ini ditegaskan bahwa, keterangan saksi yang bernilai sebagai alat
bukti, hanya terbatas pada keterangan yang saling bersesuain atau mutual
confirmity antara yang satu dengan yang lain. Artinya antara keterangan saksi
yang satu dengan yang lain atau antara keterangan saksi dengan alat bukti yang
17 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
lain, terdapat kecocokan, sehingga mampu memberi dan membentuk suatu
kesimpulan yang utuh tentang persitiwa atau fakta yang disengketakan.
c. Alat Bukti Persangkaan
Persangkaan diatur dalam Pasal 1915 KUH Perdata, Pasal 173 HIR dan Pasal 310
RBG.Menurut Pasal 1915 KUH Perdata, persangkaan adalah kesimpulan yang
oleh UU atau oleh hakim ditarik dari satu persitiwa yang diketahu umum ke arah
suatu peristiwa yang tidak diketahui umum.
Dalam Kamus Hukum Engelbrecht, persangkaan (vermoedem) adalah
“kesimpulan yang ditarik oleh UU atau oleh hakim dari suatu hal atau tindakan
yang diketahui, kepada hal atau tindakan lainnya yang belum diketahui”. Artinya
bertitik tolak dari fakta-fakta yang diketahui, ditarik kesimpulan ke arah suatu
fakta yang konkret kepastiannya yang sebelumnya fakta itu belum diketahui atau
ditemukannya fakta lain.
Persangkaan terbagi dua:
a. Persangkaan UU, yaitu persangkaan berdasarkan suatu ketentuan khusus
UU berkenaan atau berhubungan dengan perbuatan tertentu atau peristiwa tertentu
(Vide Pasal 1916 KUH Perdata);
b. Persangkaan hakim (presumtion of fact), yaitu persangkaan berdasarkan
kenyataan atau fakta yang bersumber dari fakta yang terbukti dalam persidangan
sebagai pangkal titik tolak menyusun persangkaan, yang dilakukan oleh hakim
karena UU memberikan kewenangan dan kebebasan menyusunnya (Vide Pasal
173 HIR dan Pasal 310 RBG).
d. Alat Bukti Pengakuan
Pengakuan (bekentenis, confession) adalah alat bukti yang berupa pernyataan atau
keterangan yang dikemukakan salah satu pihak kepada pihak lain dalam proses
pemeriksaan, yang dilakukan di muka hakim atau dalam sidang pengadilan.
Pengakuan tersebut berisi keterangan bahwa apa yang didalilkan pihak lawan
benar sebagian atau seluruhnya (Vide Pasal 1923 KUH Perdata dan Pasal 174
HIR).
Secara umum, para pihak dapat mengakui segala hal yang berkenaan dengan
pokok perkara yang disengketakan. Tergugat dapat mengakui semua dalil gugatan
yang dikemukakan penggugat atau sebaliknya penggugat dapat mengakui segala
hal dalil bantahan yang diajukan tergugat. Pengakuan tersebut dapat berupa,
18 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
pertama pengakuan yang berkenaan dengan hak, kedua pengakuan mengenai
fakta atau peristiwa hukum.
Menurut Pasal 1925 KUH Perdata yang berwenang memberi pengakuan adalah
sebagai berikut:
a. dilakukan oleh penggugat atau tergugat sendiri (Vide Pasal 174 HIR);
b. kuasa hukum penggugat atau tergugat.
Berdasarkan pendekatan analog dengan ketentuan Pasal 1972 KUH Perdata,
bentuk pengakuan dapat berupa tertulis dan lisan di depan persidangan dengan
cara tegas (expressis verbis), diam-diam dengan tidak mengajukan bantahan atau
sangkalan dan mengajukan bantahan tanpa alasan dan dasar hukum.
e. Alat Bukti Sumpah
Sumpah sebagai alat bukti diatur dalam Pasal 155 s/d 158, Pasal 177 HIR dan
Pasal 1929 s/d 1945 KUH Perdata. Sumpah secara konsepsional adalah suatu
keterangan atau pernyataan yang dikuatkan atas nama Tuhan. Tujuan dari sumpah
adalah agar orang yang bersumpah dalam memberi keterangan atau pernyataan itu
menyampaikan yang benar dari yang sebenarnya, dan takut atas murka Tuhan,
apabila dia berbohong.
Dalam sumpah dapat juga dilakukan: pertama Sumpah Pemutus (Decisoir Eed),
yaitu sumpah yang oleh pihak satu (penggugat atau tergugat) diperintahkan
kepada pihak yang lain untuk menggantungkan pemutusan perkara atas
pengucapan atau pengangkatan sumpah (Vide Pasal 1930 ayat KUH Perdata).
Kedua Sumpah Tambahan (Aanvullende Eed) yang ditegaskan Pasal 1940 KUH
Perdata, bahwa ”hakim karena jabatannya, dapat memerintahkan salah satu pihak
yang berperkara mengangkat sumpah, supaya dengan sumpah itu dapat diputuskan
perkara itu dan dapat ditentukan jumlah uang yang akan dikabulkan”. Ketiga
Sumpah Penaksir (Aestimatoire Eed), yaitu sumpah yang secara khusus diterapkan
untuk menentukan berapah jumlah nilai ganti rugi atau harga barang yang digugat
oleh penggugat. Tujuan dari sumpah ini untuk menetapkan berapa jumlah ganti
rugi atau harga yang akan dikabulkan. Penerapan sumpah ini baru dapat dilakukan
apabila sama sekali tidak ada bukti dari kedua belah pihak yang dapat
membuktikan jumlah yang sebenarnya (Vide Pasal 155 ayat (1) HIR dan Pasal
1940 KUH Perdata).
Agar sumpah sebagai alat bukti sah, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
19 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
a. ikrar diucapkan dengan lisan;
b. diucapkan di muka hakim dalam persidangan (Vide Pasal 1929, 1944
KUH Perdata dan Pasal 158 ayat (1) HIR) atau dapat dilakukan dirumah
kalau yang bersangkutan berhalangan atau rumah ibadah;
c. dilaksanakan dihadapan pihak lawan atau dihadiri pihak lawan.
Disamping alat-alat bukti di atas pendapat ahli dapat digunakan sebagai keterangan untuk
memperjelas pemahaman mengenai fakta-fakta dalam pemeriksaan persidangan.
Pemeriksaan ahli diatur dalam Pasal 154 HIR maupun Pasal 215 s/d 229 Rv. Ahli adalah
orang yang memiliki pengetahuan khusus di bidang tertentu, yang menurut Raymond Emson
”Specialized are as of Knowledge”, ”ahli merupakan orang yang dapat memberi keterangan
dan penjelasan serta membantu menemukan fakta melebihi kemampuan pengetahuan umum
orang biasa”.
Cara pengangkatan ahli diatur dalam Pasal 154 ayat (1) HIR dan Pasal 215-216 Rv. Menurut
ketentuan ini, pengangkatan ahli dapat dilakukan sendiri oleh hakim secara “Ex Officio”
karena jabatannnya, dan atas permintaan salah satu pihak.
Alasan adanya pengangkatan ahli, pertama didasarkan karena keahliannya di bidang perkara
yang disengketakan, kedua masih terdapat hal-hal yang belum jelas, ketiga berdasarkan
laporan atau keterangan ahli mampu memberi opini atau pendapat mengenai kasus yang
diperkarakan sesuai dengan spesialisasi yang dimilikinya.
Bentuk dan penyampaian pendapat ahli dapat berupa (Vide Pasal 154 HIR):
Semua alat bukti dan keterangan dalam bentuk-bentuk di atas yang diajukan oleh Tergugat
tersebut harus disusun oleh Tergugat dalam bentuk daftar dan diberi kode alat bukti.
4. KESIMPULAN
Di dalam kasus perdata, setelah adanya surat gugatan, eksepsi, replik dan duplik di
persidangan terahir menjelang putusan dijatuhkan, masing-masing pihak baik tergugat
ataupun penggugat harus membuat surat kesimpulan dalam kasus perdata tersebut yang
berisi tentang kesimpulan dari proses persidangan yang dijalankan. Substansi kesimpulan
pada umumnya berupa penegasan kembali mengenai dalil-dalil dan sangkalan yang
20 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
dianggap terbukti oleh masing-masing pihak berdasarkan proses pembuktian yang telah
dilaksanakan. Sehingga, sebelum menyusun kesimpulan, para pihak harus terlebih dahulu
memeriksa dalil-dalil yang disampaikan dalam gugatan, jawaban, replik, dan duplik
sebelum menilai kesesuaiannya dengan fakta yang terungkap dalam proses pembuktian.
BERKAS HAKIM
Berkas hakim selalu ditemukan baik dalam pengadilan pidana maupun perdata.Berkas
hakim secara umum memuat pertimbangan hakim dan putusan atas suatu peristiwa hukum.
Dalam sub-bab ini akan diuraikan jenis-jenis berkas yang disusun oleh hakim dalam upaya
memutus hukumnya suatu perkara, konten masing-masing berkas tersebut dan cara menyusun
masing-masing berkas.
21 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
dipersiapkan sebelum dilaksanakan proses pemeriksaan. Putusan ini dibacakan
pada sidang pertama sebelum semua proses pemeriksaan dilaksankan.
contoh: putusan untuk menetapkan jangka waktu penyelesaian sengketa
Putusan Insidentil adalah putusan sela yang berkaitan langsung dengan gugatan
insidentil pihak ketiga yang mengintervensi pemeriksaan perkara atau berkaitan
dengan penyitaan.Muatan putusan sela ini adalah keputusan hakim untuk
mengabulkan atau menolak gugatan pihak ketiga yang ingin bergabung sebagai
pihak dalam perkara.Selain itu, ada juga putusan insidentil yang muatannya
mengabulkan atau menolak permohonan sita yang dimintakan pihak yang
bersengketa.
Putusan ini dibacakan sewaktu-waktu selama proses pemeriksaan pada sidang
berlangsung.
contoh: putusan untuk mengabulkan gugatan intervensi pihak yang hendak
bergabung dengan penggugat, putusan untuk mengabulkan permohonan sita dari
salah satu pihak
Putusan Provisi adalah putusan yang bersifat sementara yang berisi tindakan
sementara menunggu sampai putusan akhir atau mengenai pokok perkara
dijatuhkan.Putusan ini menjawab tuntutan provisionil, yaitu permintaan salah satu
pihak agar sementara diadakan tindakan pendahuluan guna kepentingan salah satu
pihak, sebelum putusan akhir dijatuhkan.
Putusan ini dibacakan sewaktu-waktu sebelum dan atau selama proses
pemeriksaan pada sidang berlangsung berdasarkan permohonan pihak dalam
sengketa.
22 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
contoh: putusan yang berisi perintah agar salah satu pihak menghentikan
sementara pembangunan di atas tanah objek sengketa5.
5
Catatan penyusun: Menjadi penting untuk meninjau lebih lanjut uraian mengenai ber sela dan putusan akhir
dalam referensi-referensi: 1. Diktat Bahan Ajar Hukum Acara Perdata oleh Bapak Asep Iwan Irawan yang dapat
diperoleh dari Koperasi Fakultas Hukum Unpar; 2. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar
Grafika, 2007
23 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
j) Dalam hal putusan sela tidak dilatarbelakangi suatu berkas penggugat dan/atau
tergugat maka tahap pada poin e) dan f) tidak perlu dilaksanakan
k) Mencantumkan dasar hukum yang digunakan dalam memberikan pertimbangan
l) Menyusun diktum putusan sela sesuai pertimbangan hukum yang telah disusun.
m) Mengisi tanggal disusunnya putusan sela dan tanggal dibacakannya putusan sela
pada sidang terbuka.
n) Mengisi kolom nama dan tandatangan hakim (semu) yang bertindak sebagai
penyusun putusan sela dalam perkara.
2. Penetapan
24 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Susunan isi penetapan:6
1. Kepala Penetapan
2. Identitas para pihak
3. Batang tubuh penetapan
4. Amar penetapan: “Menetapkan”
5. Tanggal diterbitkannya penetapan
6. Tanda tangan dan nama jelas hakim ketua pengadilan
3. Putusan Akhir
Putusan akhir adalah putusan yang mengakhiri pemeriksaan di persidangan,
baik telah melalui semua tahapan pemeriksaan maupun yang tidak/belum
menempuh semua tahapan pemeriksaan.
Putusan yang dijatuhkan sebelum tahap akhir dari tahap-tahap pemeriksaan, tetapi
telah mengakhiri pemeriksaan yaitu :
a. putusan gugur
Guna kepentingan peradilan semu, putusan akhir yang disusun oleh penyusun
berkas hakim adalah putusan yang mengakhiri pemeriksaan di persidangan setelah
menempuh semua tahapan pemeriksaan.
6
Lihat Lampiran: Format Penetapan
25 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
keadaan hukum baru, sementara bersifat kondemnatoir berarti membebankan
pihak yang dikalahkan dengan suatu sanksi.
Diktum atau amar pada putusan akhir dapat memuat tiga jenis putusan
hakim.Putusan tersebut dapat berisi mengabulkan seluruh, mengabulkan sebagian,
atau menolak seluruhgugatan penggugat.Secara lebih lanjut selain mengenai pokok
perkara, hakim juga dapat menetapkan mengenai status hubungan hukum
kebendaan maupun perorangan. Secara lebih lanjut hakim juga akan memutus
pihak yang dikalahkan untuk membayar biaya perkara dan atau untuk melakukan
tindakan-tindakan tertentu sebagai akibat hukum dari pendapat hukum dalam
pertimbangan.
Diktum atau amar pada penetapan hanya memuat penetapan hakim mengenai
diterima atau ditolaknya permohonan yang diajukan, menetapkan status hubungan
hukum kebendaan atau perorangan dan kewajiban pemohon untuk membayar biaya
penetapan7.
7
Supranote 1.
26 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
f) Memeriksa argumentasi dan lampiran alat bukti yang dimuat dalam berkas
penggugat dan/atau tergugat yang melatarbelakangi disusunnya putusan untuk
dapat mengetahui perihal yang menjadi bahan pertimbangan.
g) Mencari dasar hukum guna memberikan pertimbangan terhadap argumentasi
dalam berkas penggugat dan/atau tergugat sesuai latarbelakang disusunnya
putusan.
h) Mengemukakan prespektif hakim mengenai fakta-fakta dan hubungan hukum
yang dianggap terbukti sebagai dasar mempertibangkan argumentasi
hukumnya.
i) Mengaplikasikan dasar hukum yang relevan dengan menyusun suatu
argumentasi mengenai perihal yang hendak diputus dalam kesesuaian dengan
argumentasi dalam berkas penggugat dan/atau tergugat yang melatarbelakangi
disusunnya putusan.
j) Argumentasi dalam poin i) dan j) dimuat sebagai suatu pertimbangan. Susunan
pertimbangan ditempatkan pada kolom “Tentang Pertimbangan Hukumnya”
pada kerangka putusan
k) Mencantumkan dasar hukum yang digunakan dalam memberikan
pertimbangan
l) Menyusun diktum putusan sesuai pertimbangan hukum yang telah disusun.
m) Mengisi kolom nama dan tandatangan hakim (semu) yang bertindak sebagai
penyusun putusan sela dalam perkara.
n) Mengisi tanggal disusunnya putusan dan tanggal dibacakannya putusan di
sidang terbuka.
o) Mengisi perhitungan biaya perkara.
8
Lihat Lampiran: Format Putusan
27 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
5. Dasar Hukum yang digunakan
6. Diktum/ amar putusan : “Mengadili”
7. Tanda tangan dan nama jelas para majelis hakim
8. Tanggal disusunnya putusan
9. Tanggal dibacakannya putusan di siding terbuka.
Berkas hakim dalam hukum acara pidana pada pokoknya adalah memutus dari apa
yang diajukan oleh pihak Penuntut Umum dan Penasihat Hukum yang disampaikan
dalam bentuk dakwaan, eksepsi requisitoir, dan pledooi, serta fakta-fakta materiil yang
terungkap dalam pemeriksaan persidangan. Dalam pemeriksaan acara pidana, hakim
bersifat aktif mencari kebenaran materiil sehingga hakim berkewangan memerintahkan
dilakukannya penyidikan sampai olehnya dianggap terdapat fakta materiil yang cukup.
Berikut adalah putusan-putusan yang ada dalam hukum acara pidana:
1. Putusan Sela
28 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
yang telah diuraikan sebelumnya, dalam acara pidana putusan sela diputus
hakim setelah eksepsi dan tanggapan (bila ada tanggapan) diajukan.
Menurut ketentuan pasal ini, putusan harus mencantumkan identitas terdakwa yang
mencakup nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, tempat
tinggal, agama, dan pekerjaan terdakwa. Identitas yang dicantumkan dalam putusan
adalah identitas yang terdapat dalam berita acara sidang, jika terdapat perbedaan
identitas.
Putusan harus memuat pertimbangan mengenai fakta atau keadaan, baik yang
sidang pengadilan. Hal ini sangat penting diuraikan, karena landasan yang
dipergunakan sebagai dasar titik tolak untuk menentukan berat ringannya hukuman
pidana yang akan ditimpakan kepada terdakwa, tidak terlepas dari fakta dan keadaan
disusun secara ringkas, bukan berarti putusan itu benar-benar ringkas tanpa
argumentasi dan kesimpulan yang jelas, terperinci, dan utuh.Penguraian fakta, dan
keadaan serta alat pembuktian, bukan semata-mata berupa uraian deskriptif, tetapi
29 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
disamping di uraikan secara deskriptif, semuanya dipertimbangkan secara
antara uraian identitas terdakwa dengan surat dakwaan. Sistematika yang sudah
pidana tersebut diuraikan serangkaian dengan pertimbangan fakta dan keadaan beserta
alat pembuktian.
yang menjadi dasar hukum putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang
menjadi dasar putusan. Sebaiknya ada penyebutan yang tegas pada pasal hukum
acara pidana yang diatur dalam KUHAP maupun penguraian jelas tentang pasal
30 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Ketentuan ini bagi pengadilan negeri merupakan hal yang baru.Pada masa yang lalu
putusan pengadilan negeri tidak pernah membuat hari dan tanggal musyawarah
Majelis Hakim.[30] Putusan hanya langsung menyebut tanggal dan hari putusan
diucapkan. Lain halnya pada tingkat banding dan kasasi.Putusan kedua instansi
peradilan ini selalu mencantumkan tanggal dan hari musyawarah, disamping tanggal
dan hari pengucapan (pengumuman) putusan. Akan tetapi, sesuai dengan ketentuan
yang disebut pada Pasal 197 huruf g KUHAP, putusan pengadilan negeri harus juga
memuat tanggal hari musyawarah dan tanggal hari pengucapan pengumuman putusan.
Pernyataan kesalahan terdakwa, berupa penegasan telah terpenuhi semua unsur dalam
rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasi dan pemidanaan atau hukuman
Ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai biaya perkara dan barang bukti,
1) Biaya perkara dalam perkara pidana diatur dalam Pasal 222 KUHAP, yang
(a) Dibebankan kepada terdakwa, dengan prinsip bahwa siapa yang dijatuhi putusan
(b) Dengan syarat tertentu terdakwa yang dipidana dapat dibebaskan dari biaya perkara
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 222 ayat (2) KUHAP, tetapi undang-undang
sendiri tidak menjelaskan syarat tertentu yang disebut pada ayat (2) tersebut;
31 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
(c) Dalam putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum, biaya perkara
dibebankan kepada negara, karena tidak layak jika seorang yang tidak dijatuhi pidana
dibebankan kepada terpidan, ini hal tersebut berpedoman kepada Surat Ketua
tentang Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP, yaitu (a) maksimum biaya perkara
5.000,00; (b) dari biaya yang Rp 10.000,00 tersebut, Pengadilan Negeri dapat
3) Setiap putusan pengadilan baik pemidanaan maupun pembebasan atau pelepasan dari
segala tuntutan hukum, harus menegaskan status barang bukti, kecuali dalam perkara
yang bersangkutan tidak ada barang bukti. Pengembalian barang bukti, bukan sebagai
Jika terdapat surat autentik yang dianggap palsu, putusan pengadilan perlu
menerangkan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana letaknya
kepalsuan dari suatu surat/akta autentik. Tata cara yang berlaku terhadap surat palsu
Setiap putusan yang dijatuhkan pengadilan harus secara tegas memuat diktum atau
amar yang berisi perintah yang ditentukan dalam huruf k tersebut. Jika menurut
penilaian hakim terdakwa yang sebelumnya tidak ditahan, tetapi setelah putusan
perlu ditahan maka pada saat putusan dijatuhkan pengadilan dengan tegas
32 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
mencantumkan perintah penahanan dalam amar putusan.Demikian juga seandainya
pengadilan berpendapat terdakwa yang tidak ditahan, tidak perlu ditahan. Penegasan
adanya ancaman yang ditentukan dalam Pasal 197 ayat (2), yang mengakibatkan
putusan batal demi hukum apabila pengadilan lalai mencantumkan status terdakwa
tahanan sekalipun putusan pengadilan berupa putusan bebas atau lepas dari segala
putusan tidak memuat amar yang memerintahkan pembebasan terdakwa dari tahanan.
tahanan.
l) Hari dan Tanggal Putusan, Nama Penuntut Umum, Hakim yang memutus, dan
Panitera
sesudah amar putusan. Aspek ini dimaksudkan agar setiap orang mengetahui kapan
waktunya putusan diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum serta nama
penuntut umum, hakim yang memutus, dan nama panitera guna transparansi
pemeriksaan serta susunan pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap
perkara itu.
33 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja, terhitung sejak tanggal
diterimanya permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi.
2. Putusan Akhir
Sama seperti dalam hukum acara perdata, putusan akhir dalam hukum
acara pidana juga merupakan putusan yang menentukan pihak mana yang menang
dalam persidangan (penuntut umum atau penasihat hukum), dan memuat apa saja
yang dikabulkan oleh majelis hakim berdasarkan petitum pihak yang menang
dalam persidangan.
a. Putusan Bebas(Vrijspraak)
Dalam hal ini berarti terdakwa dinyatakan bebas dari tuntutan hukum
yang diajukan oleh penuntut umum.Berdasarkan Pasal 191 ayat (1)
34 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
KUHAP putusan bebas terjadi bila majelis hakim berpendapat bahwa dari
hasil pemeriksaan di persidangan, kesalahan terdakwa atas perbuatan
yang didakwakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan karena tidak
terbukti adanya unsur perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
terdakwa.
b. Putusan Lepas (Onslag van Recht Vervolging)
Dalam hal ini berdasarkan Pasal 191 ayat (2) KUHAP, apabila
perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, namun perbuatan
tersebut, dalam pandangan majelis hakim bukan merupakan suatu tindak
pidana.
c. Putusan Pemidanaan
Dalam hal ini, berarti majelis hakim berpendapat bahwa terdakwa
telah secara sah dan meyakinkan telah terbukti melakukan tindak pidana
yang didakwakan kepadanya.Oleh karena itu terdakwa dijatuhi hukuman
pidana sesuai dengan ancamanpidana yang didakwakan kepada terdakwa,
berupa pidana badan maupun denda.
BERKAS PROSEDURAL
35 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
1. Berkas Pra Persidangan
Berkas-berkas yang diperlukan agar suatu perkara masuk kedalam tahap
persidangan:
Pidana:
a. Tanda terima surat pelimpahan perkara acara pemeriksaan biasa
b. Berkas penunjukkan majelis hakim
c. Surat penunjukan panitera pengganti
d. Surat penetapan hari sidang
e. Penetapan hakim ketua tentang perintah penahanan
f. Surat dari majelis hakim tentang permohonan perpanjangan masa penahanan
terdakwa
g. Penetapan permohonan perpanjangan penahanan terdakwa
Perdata:
a. Berkas kwitansi
b. Berkas risalah pemanggilan
c. Berkas surat kuasa
d. Berkas penetapan hakim mediator
e. Penetapan juru sita
f. Laporan hasil mediasi
g. Penetapan hari sidang
h. Penetapan majelis hakim
2. Berkas Persidangan
Berkas-berkas yang hadir ketika suatu perkara telah masuk kedalam tahap
persidangan. Berkas-berkas ini digunakan masing-masing pihak untuk mendukung
proses pemeriksaan perkara.
Pidana:
a. Surat Dakwaan
b. Tanggapan
c. Surat Tuntutan
d. Izin Beracara
e. Surat kuasa
f. Nota Keberatan
g. Nota Pembelaan
h. Putusan Sela
i. Putusan Akhir
Perdata :
a. Surat Gugatan
b. Laporan Hasil Mediasi
36 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
c. Surat Jawaban
d. Replik
e. Duplik
f. Pembuktian
g. kesimpulan
h. Putusan Sela
i. Putusan Akhir
Pidana:
a. Akta pikr-pikir
b. Nota banding
c. Berkas menerima putusan
Perdata:
a. Surat permohonan memikir
b. Akta menerima putusan
c. Akta tidak mengajukan banding
d. Surat pemberitahuan memeriksa perkara
Sesuai dengan namanya, kegiatan peradilan semu merupakan suatu kegiatan yang
mencoba untuk menerapkan secara nyata, sungguh-sungguh, dan sesuai dengan runtutan
prosedur beracara pada peradilan tertentu berdasarkan peraturan yang berlaku.Idealitas
merupakan tujuan utama dari peradilan semu. Sehingga, pada saat mempraktekkannya tidak
hanya bersandar pada apa yang tertulis dalam suatu peraturan perundang-undangan atau pada
praktek saja, tetapi juga memperhatikan aspek idealitas untuk mempertimbangkan mana yang
paling ideal atau pantas untuk diterapkan pada suatu persidangan.
Dimulai dari pembuatan berkas, persiapan skrip sidang serta mempraktekan alur
persidangan secara langsung merupakan hal-hal yang terdapat dalam peradilan semu.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan simulasi peradilan semu,
antara lain :
37 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
- Persiapan naskah sidang;
- Perdebatan.
keluarga sedarah dan semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah dari
salah satu pihak yang beperkara,
38 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
suami atau istri salah satu pihak, sekalipun telah bercerai,
anak-anak di bawah umur 15 tahun,
dan orang yang sakit ingatannya menurut keterangan dokter.
Bilamana saksi seorang yang cacat, seperti bisu atau tuli, sehingga
tidak dapat memberikan keterangan secara lisan, dapat memberikan
keterangan secara tertulis atau dengan bantuan seorang yang dapat
menolongnya, dengan ketentuan bahwa mereka harus mengucapkan sumpah
terlebih dahulu.
b. Perdebatan
Dalam bersimulasi, kita harus lah memilah-milah berkas mana yang
akan kita gunakan dan bacakan dalam simulasi persidangan. Dalam hal ini kita
membahas tentang bagian perdebatan.Perdebatan ini sendiri adalah susuatu
yang masih diperbincangkan dan diperdebatkan kepastiannya. Dalam poin ini
lah sebenarnya yang membuat kedua belah pihak terlihat sama kuat, sehingga
tidak tumpang tindih.
39 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
juga hakim dapat memiliki keyakinan dia sendiri dan dengan diperkuat alat-
alat bukti yang ada.
3) Peraturan Pemerintah;
4) Peraturan Presiden;
2. Lex specialis derogat legi generali adalah asas penafsiran hukum yang menyatakan
bahwa hukum yang bersifat khusus (lex specialis) mengesampingkan hukum yang
bersifat umum (lex generalis).
3. Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori yaitu pada peraturan yang sederajat, peraturan
yang paling baru melumpuhkan peraturan yang lama.
2. Pidana
Menurut Prof. Satochid Kartanegara, S.H., hukum pidana merupakan
sejumlah peraturan yang merupakan bagian dari hukum positif yang mengandung
larangan – larangan serta keharusan – keharusan yang ditentukan oleh negara.
Larangan dan keharusan tersebut disertai dengan ancaman pidana, sehingga apabila
dilanggar maka timbulah hak negara untuk melakukan penuntutan, penjatuhan
pidana dan pelaksanaan pidana tersebut. Didalam Hukum Pidana, terdapat karakter
atau sifat khas yang dimilikinya, antara lain :
40 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
orang yang melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan didalam
peraturan perundang – undangan.
b. Dituntut atau tidaknya suatu perkara pidana tidak digantungkan pada
ada atau tidaknya inisiatif korban.
c. Hak dan kewajiban korban dalam proses acara pidana sepenuhnya
diambil alih oleh negara dan dijalankan oleh aparat negara. Sehingga
apabila seseorang menjadi korban tindak pidana, negara harus
mengambil alih serta kepentingan korban diwakili oleh negara.
1. Asas Legalitas
Asas ini mengatur mengenai semua perbuatan dan sanksi harus memiliki
dasar hukumnya.Dasar hukum diperoleh dalam KUHP.
41 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
5. Asas Hakim Pasif
Untuk setiap tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, apabila
tindakan tersebut merupakan tindakan yang tidak sah atau melawan hukum
dan menimbulkan kerugian, maka negara berkewajiban untuk memberikan
ganti rugi.
8. Asas Formalitas
Setiap upaya paksa yang dilakukan oleh aparat penegak hukum wajib
disertai dengan surat-surat yang sah.
9. Asas Oportunitas
42 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
atau ditunjuk oleh KAPOLRI untuk menjadi penyidik. Beberapa tindakan yang dapat
dilakukan oleh penyidik antara lain:
a. Penangkapan, larangan untuk meninggalkan tempat, penggeledahan dan
penyitaan.
b. Pemeriksaan dan penyitaan surat.
c. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
d. Membawa dan menghadapkan seseorang kepada penyidik.
2. Alat bukti yang diperlukan;
Dalam Pasal 183 KUHAP, dinyatakan bahwa harus terdapat 2 syarat dalam
menjatuhkan pidana, yaitu:
a. Adanya dua alat bukti yang sah;
b. Adanya keyakinan hakim yang diperoleh dari dua alat bukti tersebut.
Alat bukti yang sah berdasarkan Pasal 184 KUHAP adalah :
a. Keterangan saksi;
Menurut Pasal 1 butir 26 KUHAP, saksi adalah orang yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yang ia dengar sendiri, lihat sendiri dan alami sendiri. Berdasarkan
asas Unus Testis Nullus Testis, keterangan saksi yang hanya terdiri dari satu orang
saksi saja tidak dapat dijadikan sebagai patokan dalam menentukan salah tidaknya
seorang terdakwa. Keterangan saksi dapat dipandang sebagai keterangan yang sah
apabila :
Diucapkan dibawah sumpah atau janji (sebelum atau sesudah keterangan
diberikan).
Yang dikemukakan adalah apa yang saksi lihat sendiri, dengar sendiri dan
alami sendiri.
Disampaikan dimuka sidang pengadilan dan dilakukan di bawah sumpah.
b. Keterangan Ahli;
Keterangan ahli merupakan keterangan yang diberikan oleh seorang yang
berkeahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pdanan guna kepentingan pemeriksaan.Seorang saksi ahli harus
mengemukakan pendapatnya berdasarkan pengetahuan / keahlian khusus yang
dimilikinya guna membuat terang suatu perkara pidana.
c. Surat;
Alat bukti surat adalah surat yang dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan
dengan sumpah seperti :
Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat
umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat
keterangan tentang peristiwa atau keadaan yang didengar, dilihat, dan yang
dialaminya sendiri, disertai engan alasan yang jelas dan tegas tentang
keterangan itu.
Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang – undangan atau
surat yang dibuat oleh pejabat atas dasar kewenangannya untuk
membuktikan sesuatu hal atau keadaan.
43 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
d. Petunjuk;
Alat bukti petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena
persesuaiannya baik antar yang satu dengan yang lain maupun dengan tindak
pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa
pelakunya. Berdasarkan Pasal 88 ayat 2 KUHAP, petunjuk hanya diperoleh dari :
Keterangan Saksi;
Surat;
Keterangan Terdakwa.
e. Keterangan Terdakwa
Keterangan Terdakwa adalah apa yang dinyatakan terdakwa tentang perbuatan
yang ia lakukan atau yang ia ketaui sendiri atau yang ia alami sendiri. Keterangan
terdakwa hanya sah apabila :
Keterangan dinyatakan di sidang pengadilan
Keterangannya berisikan tentang perbuatan yang dilakukan, tentang apa
yang diketahui sendiri dan tentang apa yang dialaminya sendiri.
3. Penuntutan perkara;
Jaksa sebagai Penuntut Umum, memiliki tugas dan wewenang antara lain :
a. Menerima dan memeriksa BAP;
b. Mengadakan Prapenuntutan;
c. Memberikan perpanjangan penahanan;
d. Membuat surat dakwaan;
e. Melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri;
f. Memanggil terdakwa dan saksi;
g. Membuat surat tuntutan;
h. Menutup perkara demi hukum;
i. Melaksanakan Penetapan hakim;
j. Melakukan serangkaian tindakan lain, seperti melakukan penelitian identitas
tersangka, meneliti barang bukti dan lainnya;
k. Menghentikan penuntutan.
4. Pemeriksaan persidangan dan penjatuhan putusan hakim;
a. Putusan dalam acara pemeriksaan biasa :
Dalam hal pengadilan berpendapat bahwa kesalahan terdakwa tidak
terbukti, maka terdakwa diputus bebas.
Dalam hal pengadilan berpendapat bahwa perbuatan terdakwa terbukti,
tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana, maka
terdakwa akan diputus “lepas dari segala tuntutan hukum”.
Dalam hal terdakwa diputus bebas atau lepas dari segala tuntutan
hukum, hakim ketua memerintahkan agar terdakwa dibebaskan
seketika itu juga; kecuali terdapat alasan lain yang sah bahwa terdakwa
masih perlu ditahan.
Dalam hal majelis hakim berpendapat bahwa terdakwa terbukti secara
sah dan meyakinkan, pengadilan akan menjatuhkan putusan pidana.
44 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Jika terdakwa semula tidak ditahan, hakim ketua akan memerintahkan
terdakwa agar ditahan.
Jika terdakwa sudah ditahan, hakim menetapkan bahwa terdakwa tetap
berada dalam tahanan.
b. Putusan terhadap barang bukti :
Terhadap barang bukti, dalam hal putusan pengadilan menyatakan
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum; barang bukti akan
diserahkan kepada pihak yang dinilai paling berhak menerima, kecuali
menurut undang – undang barang bukti harus dirampas untuk
kepentingan negara, atau dimusnahkan atau dirusak untuk tidak
digunakan lagi.
5. Upaya hukum;
Upaya paksa adalah tindakan yang dapat diambil oleh aparat penegak hukum (Polisi,
Jaksa, Hakim) yang ditetapkan oleh undang – undang guna kepentingan pemeriksaan
pada setiap tingkat pemeriksaan. Terdapat beberapa jenis upaya paksa dalam Hukum
Acara Pidana, antara lain :
a. Penangkapan;
Penangkapan adalah tindakan penyidik berupa pengekangan untuk sementara
waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna
kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan (Pasal 1 butir 20
KUHAP).Perintah penangkapan dilakukan terhadap seseorang yang diduga
keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup
(Pasal 17 KUHAP).
b. Penahanan;
Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh
penyidik atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum
atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur
dalam undang – undang. Tujuan dilakukannya penahanan adalah :
Guna memperlancar pemeriksaan;
Agar tersangka tidak melarikan diri;
Agar tersangka tidak merusak barang bukti atau menghilangkan barang
bukti;
Agar tersangka tidak mengulangi perbuatannya.
c. Penggeledahan;
Dalam KUHAP, penggeledahan terbagi menjadi 2 macam :
Penggeledahan Rumah
Penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki
rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan
tindakan pemeriksaan dana tau penyitaan dana tau penangkapan
menurut undang – undang yang berlaku.
Penggeledahan Badan
45 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Penggeledahan badan adalah tindakan penyidik untuk mengadakan
pemeriksaan badan dan pakaian tersangka untuk mencari benda yang
diduga keras ada pada badannya serta dibawanya untuk disita.
d. Penyitaan
Penyitaan adalah tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau
menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau benda tidak
bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian.Benda
yang disita dinamakan barang bukti atau benda sitaan yang berguna untuk
kepentingan pembuktian.
e. Pemeriksaan Surat
Penyidik berhak membuka, memeriksa dan menyita “surat lain”, yaitu surat
yang tidak langsung berhubungan dengan tindak pidana tetapi surat tersebut
dicurigai ada hubungannya dengan kejahatan yang diterima melalui kantor pos
atau perusahaan pengangkutan.
6. Pelaksanaan putusan / eksekusi.
a. Alur
Bagian persidangan dalam perkara biasa dilakukan dalam rentang
waktu 10 minggu atau 2 ½ bulan. Berikut alur persidangan dalam Hukum
Acara Pidana :
b. Peran
Dalam Persidangan Pidana, terdapat beberapa peran yang terlibat
didalam suatu persidangan, antara lain :
1. Terdakwa
Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa, dan diadili di
sidang pengadilan (Pasal 1 butir 15 KUHAP).
46 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
2. Penuntut Umum / Jaksa
Penuntut Umum adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang –
undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 1
butir 6 KUHAP).
Jaksa adalah seseorang yang diberi wewenang oleh undang – undang ini
untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 b KUHAP).
3. Penasehat Hukum Terdakwa
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 18 tahun 200 tentang
Advokat, syarat untuk menjadi penasehat hukum terdakwa adalah telah
lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat dan magang sekurang-
kurangnya 2 tahun secara terus menerus pada kantor Advokat.
4. Hakim
Menurut Peraturan Bersama Mahkamah Agung Republik Indonesiadan
Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor: 01/PB/MA/IX/20121
01/PB/P.KY/09/2012 Tentang Seleksi Pengangkatan Hakim Ketua Mahkamah
Agung Republik Indonesia dan Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia,
terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi untuk menjadi Hakim, antara
lain :
a. Mengikuti proses seleksi pengangkatan hakim
Seleksi pengangkatan hakim adalah rangkaian proses mulai dari Pendidikan
Calon Hakim Terpadu, sampai pada penentuan akhir untuk diangkat menjadi
hakim.
b. Mengikuti Pendidikan Calon Hakim Terpadu
Pendidikan Calon Hakim Terpadu adalah program pendidikan bagi calon
hakim yang telah dinyatakan lulus dalam ujian prajabatan yang dilaksanakan
secara terpadu dan berkesinambungan antara program diklat dan program
magang dengan tata cara sesuai dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung
Nomor 169/KMA/SK/X/2010.
c. Magang
Magang adalah model pembelajaran melalui praktek di pengadilan yang
bersifat wajib.
d. Mengikuti pendidikan dan ujiantentang kode etik dan pedoman perilaku hakim
yang dilakukan oleh Mahkamah Agungdan Komisi Yudisial.
5. Saksi
6. Ahli
7. Panitera
8. Petugas Persidangan
9. Whistle blower
Whistle Blower adalah pihak yang mengetahui dan melaporkan tindak pidana
tertentu dan bukan merupakan bagian dari pelaku kejahatan yang dilaporkannya.
10. Saksi Mahkota
47 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Saksi mahkota adalah saksi yang berasal atau diambil dari salah seorang tersangka
atau Terdakwa lainnya yang bersama-sama melakukan perbuatan pidana.Adapun
mahkota yang diberikan kepada Saksi yang berstatus Terdakwa tersebut adalah
dalam bentuk ditiadakan penuntutan terhadap perkaranya atau diberikannya suatu
tuntutan yang sangat ringan apabila perkaranya dilimpahkan ke Pengadilan atau
dimaafkan atas kesalahan yang pernah dilakukan. Menurut Prof. DR. Loebby
Loqman, S.H., M.H., dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Saksi mahkota
adalah kesaksian sesama Terdakwa, yang biasanya terjadi dalam peristiwa
penyertaan.
3. Perdata
Secara umum hukum perdata diartikan sebagai seluruh kaidah hukum
baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang berfungsi untuk mengatur
hubungan satu subjek hukum dengan subjek hukum lainnya baik dalam
hubungan keluarga maupun hubungan bermasayrakat.Menurut ilmu hukum
subjek hukum tidak hanya orang tetapi juga mencakup badan hukum.
Jadi akan bisa diadakannya suatu persidangan jika terjadi suatu sengketa antar
individu, apakah itu manusia maupun badan hukum
48 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Unsur-unsur hukum perdata, meliputi :
Kaidah hukum
Mengatur hubungan antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum
yang lain.
Hukum perdata meliputi beberapa bidang hukum, yaitu hukum orang,
hukum benda, hukum waris, hukum perikatan, hukum pembuktian dan
kadaluarsa, serta hukum keluarga.
Hukum perdata materiil di Indonesia
Setiap penduduk di Indonesia tunduk terhadap hukum yan berlaku di
wilayahnya, seperti hukum Islam, hukum adat dan hukum perdata barat.Hal
ini menunjukkan bahwa hukum perdata yang berlaku di Indonesia bermacam-
macam (pluralisme).
a. Alur
49 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
- Replik : balasan yang dibuat oleh penggugat atas jawaban tergugat.
- Duplik : balasan yang dibuat oleh tergugat atas replik penggungat.
- Putusan Sela.
- Penetapan Sita Jaminan (apabila ada permohonan sita jaminan yang
diajukan penggugat).Sita jaminan adalah sita yang dimintakan penggugat
atas dasar sangka yang beralasan barang (bergerak/tidak bergerak) milik
penggugat atau tergugat akan dialihkan oleh terugat.
- Pembuktian.
Memperlihatkan alat bukti yang ada.Seperti :
1. Surat.
2. Saksi.
3. Persangkaan.
4. Pengakuan.
5. Sumpah.
- Kesimpulan.
- Putusan Akhir.
* Mediasi adalah upaya damai untuk menyelesaikan sengketa.
Dalam mediasi, terdapat dua jenis mediasi yang ditinjau berdasarkan tempat
pelaksanaannya yaitu mediasi di pengadilan dan mediasi di luar pengadilan.Kedua jenis
mediasi ini tercantum dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008. Dalam
melaksanakan mediasi di pengadilan, ada dua tahap yang harus dijalani, yaitu yang
pertama adalah mediasi awal litigasi, yakni mediasi yang dilaksanakan sebelum pokok
sengketa diperiksa dan yang kedua adalah mediasi yang dilakukan dalam pokok
pemeriksaan, yang kemudian terbagi lagi menjadi dua yaitu selama dalam pemeriksaan
tingkat pertama dan selama dalam tingkat banding dan kasasi. Sedangkan mediasi di luar
pengadilan merupakan mediasi yang dilaksanakan di luar pengadilan, kemudian
perdamaian terjadi dimohonkan ke pengadilan untuk dikuatkan dalam akta perdamaian.
Kelalaian hakim untuk melaksanakan mediasi berdasarkan ketentuan Pasal 130 HIR dan
Pasal 154 HIR mengakibatkan putusan pengadilan batal demi hukum.(Pasal 2 ayat 3
Perma Mediasi).
b. Peran
Dalam Persidangan Perdata, ada persidangan bersifat gugatan dan
permohonan. Dalam persidangan yang bersifat gugatan, terdapat beberapa
peran yang terlibat didalam suatu persidangan, antara lain :
1. Tergugat
Tergugat adalah orang yang ditarik ke muka Pengadilan karena dirasa
telah melanggar hak Penggugat dalam melakukan perbuatan melawan
hukum ataupun wanprestasi.Jika dalam suatu Gugatan terdapat banyak
pihak yang digugat, maka pihak-pihak tersebut disebut; Tergugat I,
Tergugat II, Tergugat III dan seterusnya.
2. Turut Tergugat
50 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Turut Tergugat adalah orang yang hanya tunduk pada isi putusan hakim di
pengadilan karena Turut Tergugat ini tidak melakukan sesuatu
(perbuatan).
3. Penggugat
Penggugat adalah seorang yang “merasa” bahwa haknya dilanggar dan
menarik orang yang “dirasa” melanggar haknya itu sebagai tergugat dalam
suatu perkara ke depan hakim.
4. Penasihat Hukum
Penasihat Hukum adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan
oleh atau berdasarkan undang-undang untuk memberi bantuan hukum
kepada seorang penggugat atau tergugat.
5. Hakim
Hakim adalah pejabat yang memimpin persidangan dan berwenang untuk
memutuskan suatu perkara dalam persidangan. (pasif)
6. Saksi
Saksi adalah orang yang mengetahui terjadinya suatu peristiwa baik
melihat, mendengar atau mengalaminya sendiri secara langsung.
7. Saksi Ahli
Saksi ahli adalah orang yang pendapatnya berdasarkan pendidikan,
pelatihan, sertifikasi, keterampilan atau pengalaman, diterima oleh hakim
sebagai ahli.
8. Panitera
Panitera adalah pejabat pengadilan yang salah satu tugasnya adalah
membantu hakim dalam membuat berita acara pemeriksaan dalam proses
persidangan.
9. Petugas Persidangan
Petugas Persidangan adalah orang yang mengawasi jalannya suatu
persidangan.
10. Juru Sumpah
Juru Sumpah adalah orang yang membantu hakim dalam mengangkat
sumpah saksi atau ahli.
51 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
II. PENUTUP
Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang sangat bermanfaat
dan dapat membantu anggota-anggota baru Komunitas Mahasiswa Peradilan semu Nasional
(KMPSN) dalam mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan Peradilan Semu/Moot court,
yaitu :
1. Perlunya pemahaman dari anggota-anggota baru tentang system peradilan yang ada di
Indonesia
3. Karna peran anggota-anggota baru berpengaruh terhadap kemajuan dari KMPSN sendiri,
maka diharapkan saran dan kritik terhadap penulisan buku ini demi kesempurnaan pengerjaan
buku di kemudian hari.
52 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Lampiran :
Lampiran: Penetapan
PENETAPAN
Nomor …/Pdt.P/(Tahun)/PN..
Pengadilan Negeri …….. yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu pada
tingkat pertama dalam persidangan majelis hakim telah menjatuhkan Penetapan (jenis
penetapan) yang diajukan
oleh : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Telah memeriksa alat-alat bukti yang diajukan oleh para Pemohon ;-------------
Menimbang, bahwa para Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal ….. yang
terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri …….. tanggal ……… dengan register perkara
Nomor …/Pdt.P/(tahun)/PN…. telah mengajukan hal-hal sebagai berikut: -----
53 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Ketua Pengadilan Negeri berkenan untuk menetapkan sebagai berikut :---------------------------
Atau jika di kemudian harinya berkehendak lain mohon putusan yang seadil-adilnya;----------
Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan untuk pemeriksaan perkara
ini, para Pemohon hadir sendiri di persidangan;
Menimbang, bahwa Ketua Majelis telah membei nasehat kepada Para Pemohon mengenai
tentang segala hak dan kewajiban (terkait perihal yang dimohonkan) tersebut;-------------------
Menimbang, bahwa setelah surat permohonan para Pemohon dibacakan di persidangan, para
Pemohon menyatakan tetap dengan dalil-dalil permohonannya ; -----------------------------------
Menimbang, bahwa para Pemohon telah pula menghadirkan 2 (dua) orang saksi di muka
persidangan yang mengaku bernama ……………………..…... dan ……………………..…...,
di bawah sumpahnya menurut Agama ….. telah menyampaikan keterangan-keterangan yang
pada pokoknya sebagai berkut : --------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa terhadap keterangan 2 (dua) orang saksi tersebut di atas, para Pemohon
menyatakan (keberatan atau tidak keberatan) ;
Menimbang, bahwa selanjutnya para Pemohon menyatakan bahwa (alasan keberatan terhadap
keterangan saksi jika ada)
54 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Menimbang, bahwa selanjutnya para Pemohon menyatakan bahwa sudah tidak akan
mengajukan apapun lagi dan telah menyampaikan kesimpulan yang pada pokoknya mohon
penetapan ;---------------------------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian penetapan ini maka segala sesuatu yang
termuat dalam berita acara persidangan perkara ini merupakan bagian yang turut pula
dipertimbangkan dalam penetapan ini ;------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan para Pemohonadalah sebagaimana telah
diuraikan di atas ;-------------------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa (uraikan pertimbangan hukum terhadap uraian permohonan, alat bukti,
dan keterangan saksi)
Menimbang, bahwa perkara ini, perkara volunter maka biaya perkara dibebankan kepada para
Pemohon yang besarnya sebagaimana tercantum dalam amar penetapan ini; ---------------------
MENETAPKAN
Demikian penetapan ini dijatuhkan dalam permusyawaratan majelis Hakim pada hari Rabu
tanggal ……. , penetapan tersebut dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum oleh kami
(Nama Hakim Ketua) yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat sebagai
Hakim Ketua, (Nama Hakim Anggota 1) dan (Nama Hakim Anggota 2), masing-masing
sebagai Hakim Anggota serta (Nama Panitera Pengganti) sebagai Panitera Pengganti dengan
dihadiri oleh para Pemohon; --------------------------
55 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
HAKIM KETUA
ttd
(Nama Jelas)
ttd ttd
PANITERA PENGGANTI
ttd
(Nama Jelas)
1. Administrasi Rp…
5. Redaksi Rp. …;
Oleh
(Nama Jelas)
56 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Lampiran: Putusan
PUTUSAN
Nomor :…/ Pdt.G / tahun) / PN…..
“DEMI KEADILANBERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
Pengadilan Negeri….. yang mengadili perkara perdata pada Peradilan tingkat pertama
telah menjatuhkan putusan sebagai berkut dalam perkara antara : ———————
Nama, umur…, pekerjaan ………, Agama ….., tempat tinggal……yang selanjutnya disebut
sebagai : —————————————————————————————————
—————————PENGGUGAT ————————-
Melawan:
Nama, umur…, pekerjaan …….., Agama …….., tempat tinggal …………yang selanjutnya
disebut sebagai : ——————————————————————————————
——————–TERGUGAT ——————
Pengadilan Negeri tersebut; ——————————————————–———————
Setelah membaca berkas perkara dalam perkara ini dan surat-surat yang bersangkutan ; ——
Setelah mendengar keterangan saksi – saksi di bawah sumpah di persidangan ; —————
Setelah melihat dan memperhatikan surat-surat bukti yang dimajukan dipersidangan ; ———
TENTANG DUDUK PERKARANYA :
Menimbang bahwa pihak Penggugat telah mengajukan gugatannya secara tertulis tanggal
……….dan telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri ……… pada tanggal
………. di bawah register Nomor Nomor :…/ Pdt.G / (tahun) / PN………yang maksudnya
adalah sebagai berikut : ——————–————————————————
1) Bahwa (uraikan gugatan Penggugat)
2) Dst…
Berdasarkan alasan tersebut di atas Penggugat memohon kepada Majelis HakimPengadilan
Negeri …….. untuk memeriksa perkara ini serta menjatuhkan putusan yang amarnya
berbunyi sebagai berikut : ——————————————————————————
1 (Uraikan Petitum Gugatan)
Atau, apabila Pengadilan Negeri ……..berpendapat lain maka Penggugat memohon putusan
yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). ——————————————————————
Menimbang bahwa Penggugat untuk membuktikan gugatannya mengajukan surat-
surat sebagai berikut : ————————————————————————————
1 (Uraiakan daftar alat bukti surat dari Penggugat)
Menimbang bahwa surat tersebut sesuai dengan aslinya dan telah direkati meterai yang cukup
sehingga dapat diterima sebagai alat bukti untuk dipertimbangkan lebih lanjut; —————
Menimbang bahwa selain bukti surat, Penggugat juga mengajukan saksi-saksi sebagai
berikut : ———————————————————————–——————————
1. Nama Saksi Penggugat, dengan dibawah sumpah yang pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut : ——————————————————————————————
57 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
(Uraikan keterangan saksi)
Menimbang bahwa Tergugat untuk membuktikan sangkalannya mengajukan surat-
surat
sebagaiberikut : ——————————————————————————————
1. (Uraiakan daftar alat bukti surat dari Tergugat)
Menimbang bahwa untuk membuktikan sangkalannya, Tergugat mengajukan saksi
sebagai berikut : ——————————————————–————————————
1. Nama Saksi Tergugat, dengan dibawah sumpah yang pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut : ——————————————–————————————————
(Uraikan keterangan saksi)
Menimbang bahwa untuk lengkapnya uraian putusan ini maka ditunjuk pada segala hal-hal
yang telah dicatat secara lengkap dalam Berita Acara perkara ini dan merupakan bagian yang
tak perpisahkan dengan putusan ini; ——————————————————————
TENTANG HUKUMNYA :
Menimbang bahwa maksud dan tujuan gugatan penggugat adalah seperti tersebut di
atas; ———————————————————————————————————
(Uraikan pendapat hukum mengenai sengketa, alat bukti, dan keterangan saksi)
Mengingat (sebutkan pasal dari perUndang-Undangan terkait) dan ketentuan-Ketentuan lain
yang bersangkutan; —————————————————————————————
MENGADILI :
Demikian penetapan ini dijatuhkan dalam permusyawaratan majelis Hakim pada hari
Rabu tanggal ……. , penetapan tersebut dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum
oleh kami (Nama Hakim Ketua) yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Agama Jakarta
Pusat sebagai Hakim Ketua, (Nama Hakim Anggota 1) dan (Nama Hakim Anggota 2),
masing-masing sebagai Hakim Anggota serta (Nama Panitera Pengganti) sebagai Panitera
Pengganti dengan dihadiri oleh para Pemohon; ---------------------------------------------------
HAKIM KETUA
ttd
(Nama Jelas)
ttd ttd
58 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
PANITERA PENGGANTI
ttd
(Nama Jelas)
1. Administrasi Rp…
5. Redaksi Rp. …;
Oleh
(Nama Jelas)
59 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Referensi Buku
- Diktat Cepot (Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan)
- Sutantio, Retnowulan. 2009. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek.
Bandung: Mandar Maju
- Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2007
- Lilik Mulyadi, S.H. Hukum Acara Perdata Menurut Teori dan Praktik Peradilan
Indonesia: 1999
- H. Riduan Syahrani, S.H. Buku Materi Hukum Acara Perdata: PT Citra Aditya Bakti,
2000
- Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. Hukum Acara Perdata Indonesia Edisi keenam:
Liberty Yogyakarta 2002
- R. Soeroso, S.H. Praktek Hukum Acara Perdata – Tata Cara dan Proses Persidangan:
Sinar Grafika, 1999
60 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Ucapan Terima Kasih
Dengan rasa syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak-pihak yang mendukung,
membimbing tim penulis menyelesaikan buku ini. Dengan ini kami antarkan buku ini
kepada para pembacanya dan setiap orang yang memerlukannya, dengan penuh
harapan, semoga buku ini akan memperoleh tempat yang hangat di hati para
pembacanya dan dapat pula menjadi sumbangsih bagi perkembangan Mootcourt
Fakultas Hukum Universitas Katolik parahyangan di Bandung.
Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih kepada Penerbit yang bersedia
menerbitkan naskah buku ini.
61 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l
Daftar Kepustakaan
- Sutantio, Retnowulan. 2009. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek.
Bandung: Mandar Maju
- http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl220/tentang-error-in-persona-dan-error-
in-objecto
- http://po-box2000.blogspot.co.id/2011/04/surat-tuntutan-hukum-acara-pidana.html
- https://lawmetha.wordpress.com/2011/06/03/pembuktian-dalam-hukum-acara-pidana
62 | K o m u n i t a s M a h a s i s w a P e r a d i l a n S e m u N a s i o n a l