Anda di halaman 1dari 16

PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

I. PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/ GITET

Dalam proses aktivitas organisasi terkait dengan 4 aspek yang saling mengisi
dan melengkapi, yaitu :
1. Plan (Perencanaan)
2. Do (Pelaksanaan)
3. Check (Pemeriksaan)
4. Act (Tindakan)

Empat aspek tersebut dikenal sebagai konsep PDCA, yaitu siklus peningkatan
proses (Process Improvement) yang berkesinambungan atau secara terus menerus
seperti lingkaran yang tidak ada akhirnya. Konsep siklus PDCA (Plan, Do, Check dan
Act) ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli manajemen kualitas dari Amerika
Serikat yang bernama Dr. William Edwards Deming.

PDCA sangatlah cocok untuk dipergunakan untuk skala kecil kegiatan continues
improvement untuk memperpendek siklus kerja, menghapuskan pemborosan di tempat
kerja dan produktivitas. Manfaat dari PDCA antara lain :

1. Untuk memudahkan pemetaan wewenang dan tanggung jawab dari sebuah unit
organisasi;
2. Sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sistem di sebuah organisasi;
3. Untuk menyelesaikan serta mengendalikan suatu permasalahan dengan pola yang
runtun dan sistematis;
4. Untuk kegiatan continuous improvement dalam rangka memperpendek alur kerja;
5. Menghapuskan pemborosan di tempat kerja dan meningkatkan produktivitas.

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal


PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

1.1. Pengertian/Definisi Perencanaan


Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana
aktivitas kerja organisasi.
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen
karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain (pengorganisasian, pengarahan, dan
pengontrolan) tak akan dapat berjalan.
Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal
adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu
organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan
suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana
bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan
rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan
kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.

1.2. Tujuan Perencanaan


Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan banyak tujuan
perencanaan, diantaranya adalah:
1. Untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan non
manajerial. Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang harus
mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana,
departemen dan individual mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara
serampangan, sehingga kerja organisasi kurang efesien.
2. Untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat
rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan,
memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk
menghadapinya.
3. Untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan terencana,
karyawan dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan. Selain
itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan
menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan.
4. Untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi
selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian. Proses

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal


PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

pengevaluasian atau evaluating adalah proses membandingkan rencana


dengan kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan
dapat menilai kinerja perusahaan.

Selain keempat hal tersebut, sebagian besar studi menunjukan adanya


hubungan antara perencanaan dengan kinerja perusahaan

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal


PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

1.3. Alur Proses PDKB GI


Dalam pelaksanaan PDKB GI secara keseluruhan dapat dilihat pada alur proses PDKB GI sebagai berikut :

ALUR KERJA PDKB GI/GITET TERENCANA INTERNAL


Penjadwalan Assessment Data Inspeksi Survey Perencanaan Pelaksanaan Laporan

HASSET PDKB HASSET PDKB BOPS/APB ENJINIRING HASSET PDKB HASSET PDKB PDKB P3B JB APP

Persiapan
Inspeksi Rutin Usulan Analisa
Lapangan Pembuatan
Oleh Personil Assessment Keselamatan Pembuatan
Evaluasi Laporan
GI GI dan GITET Pekerjaan Jadwal PDKB
(AKP)

Offline YA
Permintaan Perubahan
PDKB Blocking Relay Setting Relay

PDKB
Permintaan Evaluasi AKP Persetujuan Pelaksanaan Laporan
Urutan Laporan
Pelaksanaan ke Asman PDKB Blocking
Skala Prioritas
PDKB Relay
TIDAK

Pernyataan
Offline Blocking Pelaksanaan
Relay PDKB
Koordinasi
Jadwal sesuai
dengan
Prioritas
BOPS/APB
Tidak Pengarsipan
Selesai Pekerjaan
Selesai

Pelaksanaan Selesai
oleh PDKB Setuju Setuju TIDAK
Jadwal

Pengembalian
Setting Awal
Relay

Tidak Persiapan
Setuju Suku YA
Cadang
Peralatan
Pelaksanaan Permintaan
Penormalan Penormalan
Setting Relay Setting Relay

Persiapan Pernyataan
PDKB Penormalan Sistem
Ditunda/ Setting Relay Normal
Dijadwal Ulang

Pemeliharaan
HASSET APP

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal


PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

Pada alur tersebut terlihat bahwa dalam proses kerja terdiri dari :
1. Inspeksi / Asessment
2. Pendataan Inspeksi
3. Survey / JSA (Job Safety Analysis)
4. Perencanaan pekerjaan
5. Pelaksanaan pekerjaan
6. Pelaporan

Dalam alur kerja ini dibagi menjadi 4 bagian :


1. Alur kerja Terencana Internal PDKB Gardu Induk
2. Alur kerja Darurat Internal PDKB Gardu Induk
3. Alur kerja Terencana Eksternal PDKB Gardu Induk
4. Alur kerja Darurat Eksternal PDKB Gardu Induk

Dari keempat alur kerja tersebut, letak perbedaannya hanya pada penjadwalan
Inspeksi. Dimana untuk kondisi normal, penjadwalan Inspeksi/assessment bisa
dilakukan oleh PDKB dan APP sesuai dengan tingkat prioritas. Selanjutnya disampaikan
melalui surat ke Manajer Unit Pengelola PDKB atau Manajer Unit Pengelola Aset.
Sedangkan dalam kondisi Darurat, temuan anomali bisa langsung di tujukan ke PDKB
melalui persetujuan Manajer Unit Pengelola PDKB atau Manajer Unit Pengelola Aset.
Untuk lebih rinci untuk alur kerja PDKB (terlampir).

1.4. Pelaksanaan JSA


Berdasarkan alur proses kerja diatas sebelum dilaksanakan perencanaan kerja,
maka perlu dilaksanakansurvey atau lebih tepatnya adalah Job Safety Analysis (JSA).
Job Safety Analysis (JSA) adalah Suatu metode pendekatan untuk
mengidentifikasi bahaya yang timbul dalam melaksanakan suatu pekerjaan serta
menentukan cara/ solusi atau perbaikan supaya bahaya ersebut dapat dihilangkan atau
dikontrol dan dihindari.
JSA ini juga digunakan untuk mengkaji ulang metode kerja. Untuk menemukan
potensi bahaya dan menentukan tindakan koreksi pada setiap langkah kerja.

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal


PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

Manfaat JSA adalah :


a. Memberi pengertian yang sama terhadap setiap orang tentang apa yang dilakukan
untuk mengerjakan dengan selamat.
b. Sebagai titik tolak untuk menyelesaikan pekerjaan dengan selamat sesuai jadwal.
c. Menemukan adanya potensi bahaya yang akan timbul.
d. Menghilangkan/ mengontrol tindakan dan kondisi yang berbahaya.
e. Dapat menentukan alat pelindung diri yang sesuai dengan kebutuhan.
f. Suatu alat yang efektif untuk merencanakan pekerjaan yang dilakukan tidak rutin.
g. Diperoleh bahan untuk memberikan suatu pelatihan kepada supervisor/tim pelaksana
pekerjaan dan suatu alat pelatihan yang efektif untuk para pegawai baru.
h. Materi pengarahan sebelum memulai pekerjaan, observasi keselamatan dan sebagai
topic pada rapat keselamatan.
i. Membantu dalam penulisan prosedur keselamatan untuk jenis pekerjaan yang baru
maupun yang dimodifikasi.

1.4.1. Pelaksanaan Membuat JSA

Membuat JSA yang sesuai dengan kebutuhan terdiri dari lima tahapan sebagai
berikut :
a. Memilih/ menentukan jenis pekerjaan
b. Menentukan petugas/ tim analisa keselamatan pekerjaan
c. Membagi proses kerja menjadi beberapa tahapan
d. Mengidentifikasi dan mengevaluasi bahaya-bahaya potensial pada setiap tahapan
e. Menentukan tindakan untuk mengontrol atau menghilangkan potensi bahaya

Hasil dari proses tersebut dituangkan ke dalam Lembar Kerja JSA yang selanjutnya
untuk diproses untuk mendapatkan persetujuan. Pada lampiran terdapat contoh instruksi
langkah demi langkah dan contoh yang penting.

a. Memilih/ menentukan jenis pekerjaan


Pekerjaan yang dianalisa biasanya dipilih berdasarkan prioritas. Pekerjaan dengan
pengalaman kecelakaan yang terburuk atau potensi bahaya yang tertinggi harus lebih dahulu
dianalisa. Ketika memilih pekerjaan, pertimbangkan faktor-faktor berikut ini :

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal


PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

 Frekuensi dari kecelakaan atau yang berpotensi celaka


 Potensi keparahan dalam beberapa situasi harus ditinjau kembali dan diberikan prioritas
tertinggi jika terdapat potensi untuk terjadinya luka-luka yang lebih parah.
 Pekerjaan yang tidak biasa, tidak rutin.
 Sumber-sumber energi yang tinggi (listrik, tekanan, dsb.).
 Beberapa situasi rawan(tempat kerja yang tinggi, alat berat yang bergerak, tingkat
aktivitas yang tinggi dalam daerah yang sempit/ kecil, dsb.).
 Jenis pekerjaan yang berulang-ulang karena pegawai sering dihadapkan kepada bahaya
apa saja.
 Hasil dari masukan-masukan pegawai dimana pekerjaan yang menurut mereka
mempunyai potensi bahaya.
 Pekerjaan yang baru atau rutin dilakukan. Proses Analisa Keselamatan Pekerjaan harus
termasuk suatu cara untuk mengevaluasi pekerjaan yang baru dan pekerjaan yang tidak
sering dilakukan (mematikan unit, dsb.).

b. Membentuk Tim JSA


Petugas yang membuat JSA harus :
 Berpengalaman dan berpengetahuan tentang pekerjaan
 Mempunyai kredibilitas dalam grup pekerjaan, dan
 Mengerti proses JSA

Syarat penting lainnya adalah suportif, tidak menghakimi dan mau mendengarkan ide-ide serta
akan menemukan suatu jawaban untuk membuat suatu tempat kerja yang selamat.
Pembentukan Tim tergantung dari organisasi dan ukuran dari grup pekerja, kompleksitas dan
tingkat risiko dari proses kerja,. Sebagai tambahan terhadap orang yang mengerjakan
pekerjaan trsebut, anggota tim harus dipilih dari pekerja ainnya, supervisor dan spesialis
keselamatan.

c. Menjabarkan Tahapan Pekerjaan


 Sebelum memulai pencarian bahaya yang potensial, pekerjaan harus dijabarkan dalam
urutan langkah-langkah, yang setiap langkah tersebut menerangkan apa yang sedang
terjadi. Ada suatu keseimbangan antara terlalu terperinci, akan berakibat terlalu banyak

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal


PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

langkah dan penjabaran yang terlalu umum akan mengakibatkan langkah-langkah


utama tidak tertulis/ tertuang. Umumnya, maksimum 15 langkah adalah efektif untuk
membuat suatu JSA.
 Tentukan langkah dengan mengobservasi dari para pekerja yang melakukan pekerjaan
tersebut. Tanyakan langkah apakah yang memulai pekerjaan tersebut, lalu apa langkah
dasar selanjutnya dan seterusnya. Untuk menentukan langkah-langkah pekerjaan
gunakan informasi tata letak bangunan/ instalasi dan spesifikasi peralatan yang
diperlukan.
 Untuk setiap langkah beri nomor dan buat keterangan tentang apa yang seharusya
dilakukan, bukan bagaimana melakukannya.
 Keterangan untuk setiap langkah harus dimulai dengan kata kerja seperti :
 Memindahkan, memanjat, membuka atau menutup. Keterangan untuk setiap langkah
diakhiri dengan menamakan setiap bagian aktivitas (tindakan) yang akan dlakukan;
contoh, memanjat scaffolding, membawa tools box, menaikkan, menurunkan dan
menganti isolator, dan sebagainya.

d. Mengidentifikasi Bahaya yang berpotensi


Identifikasi dimulai dengan mencari semua potensi dan bahaya-bahaya yang
mungkin timbul, periksa kondisi fisik (alat kerja, lokasi kerja, dsb.), faktor lingkungan
(panas, dingin, kebisingan, dsb.) dan tindakan atau sifat (perlu berdiri diatas permukaan
yang licin dan tidak stabil, jangkauan berlebihan untuk memasang tangga, mengangkat
benda yang berat, dsb.)
Pengamatan pelaksanaan pekerjaan harus diulangi sesering mungkin sehingga
seluruh bahaya dan kecelakaan yang berpotensi telah diidentifikasi. Pertimbangkan untuk
mengambil shooting video untuk setiap tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan.

e. Menentukan tindakan pencegahan


Langkah terakhir dalam suatu Analisa Keselamatan Pekerjaan adalah membuat
rekomendasi perubahan untuk menghilangkan bahaya-bahaya yang berpotensi. Dimulai
dari langkah awal dan selanjutnya bekerja sesuai dengan langkah-langkah berikutnya.
Melanjutkan langkah berikutnya hanya bila seluruh bahaya-bahaya yang berpotensi sudah
dihilangkan dan aman untuk langkah-langkah berikutnya.
Bila ada sebagian perubahan dalam tahapan pekerjaan maka akan mengakibatkan
perubahan pada langkah-langkah berikutnya. Jika diperlukan, mulailah kembali kepada
formulir analisa keselamatan pekerjaan yang baru, yang menerangkan tentang langkah-

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal


PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

langkah pekerjaan yang telah dimodifikasi. Prinsip-prinsip penyeleaiannya adalah sebagai


berikut :
 Mengubah kondisi fisik yang menimbulkan bahaya, misalnya mengubah alat kerja,
material, peralatan, tata letak atau lokasi. Cara ini merupakan pendekatan yang lebih
dapat diterima, sehingga semua pihak setuju bahwa kondisi kerja adalah aman dan
selamat.
 Mengubah cara kerja, tanyakan apa yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan
oleh pegawai untuk menghilangkan bahaya-bahaya yang tertentu atau mencegah
potensi kecelakaan? Jawabannya mungkin sangat sederhana seperti duduk di atas
isolator sewaktu melepas konduktor atau membuat posisi yang benar sebelum
mengangkat suatu benda yang berat.
 Menurunkan frekuensi pelaksanaan, tanyakan kembali apa yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kebutuhan dalam melaksanakan pekerjaan ini.
 Tentukan cara lain yang baruuntuk mengerjakan pekerjaan. Apabila langkah-langkah
diatas tetap tidak aman dan tidak efektif dalam menyelesaikan pekerjaan, maka tim
harus melihat secara keseluruhan terhadap pekerjaan tersebut. Kemudian tentukan
tujuan dari pekerjaan, selanjutnya lakukan analisa cara lain agar dicapai tujuan
pekerjaan tersebutdengan tingkat keamanan dan keselamatan yang tinggi.

“Penyelesaian” harus diutarakan supaya setiap orang benar-benar mengerti apa


yang dilakukan. Biasanya selalu didapati tidak cukup ruang dalam formulir JSA untuk
menerangkan bagaimana cara melakukannya. Tingkatan yang diperlukan yang lebih
terperinci harus dimasukkan dalam prosedur keselamatan K3, pelatihan pegawai atau
dalam bentuk lainnya supaya setiap orang mengerti bagaimana melakukan pekerjaan
dengan selamat.

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal


PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

Bagan alir proses membuat JSA

Mulai

Menerima SP3B
(Pengawas (K3)

Perlu Mensurvey
Survey? (Pengawas (K3)

Membuat JSA
(Pengawas (K3)

Memeriksa JSA
(Pengawas pekerjaan)

JSADisetujui?

Menyetujui JSA
ASMAN PDKB

Selesai

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal


PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

1.5. Perencanaan PDKB GI


1.5.1. Penyusunan Jadwal

Penyusunan jadwal pada PDKB Gardu Induk berdasarkan informasi yang masuk
dari :
a. Asessment personil PDKB GI
b. Laporan dari Supervisor GI
c. Laporan dari Supervisor HARGI Basecamp
d. Asisstant Manajer Pemeliharaan Pengelola Aset

Berdasarkan info yang masuk tersebut, maka disusunlah jadwal sesuai dengan
tingkat prioritas, dengan kriteria sebagai berikut :
 Suplai VIP
 Bay yang paling sulit padam
 GI Radial
 Suhu hotspot tertinggi
 Tingkat kekritisan peralatan yang paling tinggi
Dalam penyusunan jadwal harus di koordinasikan dan disepakati dengan pemilik
aset (Asman Pemeliharaan dan Supervisor GI) untuk kemudian diajukan permohonan
ijin ke bidang Operasi Sistem/ Area Pengatur Beban/ Unit Pengatur Beban.

Pembuatan
Jadwal PDKB

Persetujuan
Asman PDKB

Enjiniring
Koordinasi
dengan BOPS/
APB

Setuju
Jadwal

Persiapan Persiapan
Material PDKB

Alur Pembuatan Jadwal PDKB

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal


PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

1.5.2. Persiapan Peralatan Kerja dan Material

Persiapan peralatan kerja dan material bertujuan untuk mempersiapkan dan


mendata semua peralatan kerja dan material yang akan digunakan pada saat
pelaksanaan pekerjaan PDKB Gardu Induk agar tidak terjadi kesalahan maupun
kekurangan peralatan kerja.
Kegiatan persiapan ini dilaksanakan sebelum pelaksanaan pekerjaan PDKB
Gardu Induk. Untuk lebih dapat terorganisirnya pelaksanaan persiapan peralatan kerja
dan material, ditunjuk personil yang bertugas untuk mencatat dan mendata semua
peralatan kerja dan material yang digunakan dan bertanggung jawab penuh terhadap
data yang dipegangnya. Dalam kegiatan persiapan ini juga dilaksanakan pemeriksaan
kondisi peralatan secara visual dan pengujian secara elektrik.
Untuk peralatan kerja PDKB Gardu Induk dibagi menjadi 2 :
1. Peralatan Utama
2. Peralatan Pendukung
Dalam persiapan peralatan dan material, yang harus diperhatikan adalah :
1. Membuat daftar peralatan yang diperlukan, pastikan tidak ada yang terlupa
2. Menghindari penggunaan peralatan yang tidak layak karena dapat
membahayakan personil
3. Semua peralatan keselamatan yang diperlukan harus disiapkan. Ini adalah
tanggung jawab pengawas pekerjaan untuk memastikan alat ini digunakan baik
oleh personil selama berkerja.
4. Material / peralatan pengganti harus sesuai dengan spesifikasi yang terpasang
dan ketentuan dari kebutuhan instalasi.

1.5.3. Persiapan Instruksi Kerja (IK) /SOP

Prosedur kerja merupakan prosedur baku pada setiap pelaksanaan pekerjaan


PDKB yang telah disetujui oleh para pelaksana/pekerja yang terlibat dalam PDKB dan
disahkan oleh manajemen yang berwenang, prosedur dapat direvisi sesuai dengan
kondisi lapangan terkini melalui pelatihan secara off-line terlebih dahulu.
Instruksi kerja (IK) / SOP yang berlaku dan sudah disahkan dan ditanda tangani
oleh komite yang dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan PDKB
Gardu Induk.

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal


PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

Setiap pelaksanaan pekerjaan PDKB Gardu Induk harus sesuai dengan instruksi
kerja (IK) yang sudah ada, yaitu :
No Nomor Instruksi Kerja (IK) Judul Instruksi Kerja (IK)
1 IKA / 040 / 112-801 Perakitan scaffolding
2 IKA / 040 / 112-802 Perbaikan Hotspot Klem 1 Sisi Pemisah 500 kV
Perbaikan Hotspot Klem 2 Sisi Pemisah-
3 IKA / 040 / 112-803
Blankpole 500 kV
Perbaikan Hotspot Klem 2 Sisi Pemisah-Rope 500
4 IKA / 040 / 112-804
kV
Perbaikan Hotspot Contact Finger Pemisah_Pole
5 IKA / 040 / 112-805
500 kV
Perbaikan Hotspot Contact Finger Sisi Pemisah-
6 IKA / 040 / 112-806
Rope 500 kV
7 IKA / 040 / 112-807 Perbaikan Hotspot Klem 2 Sisi Pmt 500 kV
Perbaikan Hotspot Paralel Group Line Dropper
8 IKA / 040 / 112-808
Pemisah 500 kV
9 IKA / 040 / 112-809 Perbaikan Hotspot Klem 1 Sisi Pmt 150 kV
10 IKA / 040 / 112-810 Akses Hot Man Dengan Sky Ladder
Penggantian Pms 3 Phasa Dengan Metode By
11 IKA / 040 / 112-811
Pass Menggunakan Konduktor 150 kV
12 IKA / 040 / 112-812 Perbaikan T-Clamp Pada 70 kV
13 IKA / 040 / 112-813 PerbaikanKlem CTSatu Sisi 150 kV
Penggantian Isolator Suspension Pada
14 IKA / 040 / 112-814
Serandang 150 kV
15 IKA / 040 / 112-815 Perbaikan T-Clamp pada Gardu Induk
16 IKA / 040 / 112-816 Perbaikan Paralel Group Line pada Gardu Induk
Perbaikan Konduktor Rantas di Serandang
17 IKA / 040 / 112-817
dengan Armor Rods
Penggantian Lightning Arrester (LA) 150 kV
18 IKA / 040 / 112-818
Menggunakan Portable DS
19 IKA / 040 / 112-819 Penggantian PMT dan CT 150 kV pada Bus Tie
Perbaikan Hotspot Pada Satu Sisi Klem Wave
20 IKA / 040 / 112-820
Trap Tanpa Menjumper P1 dengan P1
21 IKA / 040 / 112-821 Penggantian Konduktor Jumper Antar Peralatan

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal


PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

22 IKA / 040 / 112-822 Penggantian CT, CVT/PT 150 kV Bay Line


Pemasangan dan Pembongkaran Crossbar 150
23 IKA / 040 / 112-823
kV
Perbaikan Hotspot pada PMS 70 kV Dengan
24 IKA / 040 / 112-824
Metode Hotstick
Penggantian Isolator Tension Pada Beam Gardu
25 IKA / 040 / 112-825 Induk 150 kV Menggunakan Strain Pole, Chain
hoist, Came Along dan Access Scaffold
26 IKA / 040 / 112-826 Akses Hot End Man Dengan Forklift pada 500 kV
Akses Hot End Man Dengan Insulated Extension
27 IKA / 040 / 112-827
Boom Crane Mobile
Pemeliharaan Trafo Mobile tanpa Pemadaman
28 IKA / 040 / 112-828
Beban

1.5.4. Persiapan Dokumentasi Pekerjaan

Menyiapkan semua dokumen - dokumen yang menjadi pendukung terhadap


pelaksanaan pekerjaan PDKB Gardu Induk. Beberapa dokumentasi yang harus
disiapkan antara lain :
1. SP3B (Surat Penunjukan Pengawas Pekerjaan Bertegangan)
2. Instruksi Kerja (IK) yang digunakan
3. Daftar Peralatan
4. Kamera
5. Video recorder
6. Working Permit

1.5.5. Penunjukkan Personil

Sebelum mulai bekerja sebagai sebuah tim, para anggota dan orang yang
bertanggung jawab atas tugas harus melakukan analisis sebelumnya, studi dan
merencanakan kegiatan yang akan dikembangkan, dalam rangka memenuhi prinsip-
prinsip teknis dasar dan langkah-langkah keamanan yang lebih baik berlaku untuk
tugas. Kemudian, pada setiap tugas yang harus dilakukan, orang yang bertanggung
jawab atas tim harus:

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal


PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

1. Verifikasi penjelasan rinci tentang tugas, yaitu, lembar petunjuk di mana tugas-tugas
yang dijelaskan secara rinci, langkah demi langkah, diatur oleh kinerja, maka
memungkinkan linemen harus siap untuk kemungkinan resiko dan siap untuk
merekomendasikan tindakan pengendalian pencegahan.
2. Lakukan analisis rinci dari pekerjaan yang akan dilakukan, memastikan semuanya
sempurna dipahami
3. Mengidentifikasi tempat di mana pekerjaan akan dilakukan, melalui diagram jelas,
print out dll, memastikan tidak ada keraguan tentang tempat yang tepat.
4. Memperjelas informasi tentang semua kondisi lokasi, keberadaan lainnya, kesulitan
akses, titik referensi, penyeberangan melalui jalan-jalan, dll
5. Diskusikan prosedur yang direkomendasikan untuk melakukan tugas tersebut.

1.5.6. Staf yang diperlukan untuk melakukan tugas

Tim PDKB Gardu Induk yang terdiri dari beberapa linesmen, yang memenuhi
syarat untuk melakukan tugas pemeliharaan pada peralatan GI, struktur, konduktor, atau
asesorisnya.
Mengingat risiko dan kompleksitas tugas yang dilakukan oleh linemen
pemeliharaan dalam keadaan bertegangan, kualifikasi masing-masing linemen ini
memerlukan perhatian khusus, serta verifikasi dan pemenuhan semua persyaratan
kualifikasi tersebut (kompeten). Oleh karena itu, program berkelanjutan pada semua
linemen harus dilakukan, dengan tujuan mempertahankan kemampuan teknis, fisik, dan
kondisi psikologis.

1.6. Perencanaan Pada Kondisi Emergency


Pada kondisi emergency tentunya cara mensikapinya berbeda jika dibandingkan
dengan pekerjaan yang terencana. Di PDKB GI, yang sering pada kondisi emergency
adalah :
 kondisi suhu klem yang tinggi atau biasa disebut hotspot / hotpoint
 konduktor rantas
 isolator dan aksesoris korosi
 layang-layang / benda asing yang mengganggu system
 kerusakan peralatan utama gardu induk, misal: PMS macet, hasil
pengukuran arus bocor LA dibawah standar
ketika terjadi kondisi seperti ini, maka yang perlu dilakukan adalah :

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal


PERENCANAAN PEKERJAAN PDKB GI/GITET

1. Mencari data titik yang terjadi pada kondisi emergency, antara lain :
a. suhu terakhir
b. T/L bay atau T/R bay
c. komponen peralatan
d. model komponen
e. perkiraan tinggi komponen peralatan dari permukaan tanah
f. besar arus maksimal yang mengalir
g. foto lokasi komponen peralatan
2. Mengumpulkan personil secepat mungkin, baik personil utama tim PDKB
maupun dari personil fasilitas (pengemudi)
3. Mempersiapkan peralatan kerja dan APD sesuai data yang di peroleh pada
poin 1
4. Berangkat ke lokasi kerja yang mengalami hotspot.

Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal

Anda mungkin juga menyukai