Anda di halaman 1dari 17

HAKIKAT DAN KONSEP MENDONGENG

Oleh Kelompok 9

Agtasya Khairani (06021281924062)

Awalia Rizki Mardatilla (06021281924065)

Nanda Agustin (06021181924063)

Nurlaili (06021281924064)

DOSEN PENGAMPU

Ernalida, S.Pd., M.Hum., Ph.D

Dra. Sri Rarasati, M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah swt., Rob Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang yang senantiasa memberi pertolongan kepada para hamba nya.
Tak lupa.senantiasa tercurah solawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw.,
keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Berkat petunjuk dan pertolongan-Nya, makalah dengan judul Hakikat dan


Konsep Mendongeng ini dapat diselesaikan. Melalui makalah ini semoga
pembaca terutama mahasiswa diharapkan untuk dapat memahami dan dapat
mempraktikkan dongeng dengan baik.

Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kesedian bagi para
pembaca untuk memberikan kritik dan saran guna memperbaiki kesalahan yang ada
baik dari segi materi maupun dari segi bahasa sehingga penulis bisa memperbaiki
kesalahan yang ada.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja, terutama
bagi pembaca.

Indralaya, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ........................................................................................................... i
Kata Pengantar.......................................................................................... .. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1
1.3 Tujuan .............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mendongeng......................................................................... 6
2.2 Jenis-jenis Mendongeng......................................................................... 6
2.3 Manfaat Mendongeng..............................................................................8
2.4 Proses Mendongeng.................................................................................8
2.5 Tahapan Mendongeng.............................................................................11
2.6 Teknik dalam Mendongeng.....................................................................13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan....................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 17

iii
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bercerita atau mendongeng adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan
tentang perbuatan atau kejadian yang di sampaikan secara lisan dengan tujuan
membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain (Bacrtiar S Bachir:
2005: 10). Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari cerita-cerita fiktif
yang mengandung pesan moral yang mengajarkan makna kehidupan dan cara
berinteraksi dengan sesama makhluk ciptaan Tuhan.
Kegiatan mendongeng sering pada mulanya dilakukan oleh masyarakat untuk
melestarikan cerita rakyat yang ada pada daerahnya masing-masing. Dongeng
biasanya diceritakan para orang tua sebagai pengantar sebelum tidur. Biasanya
kegiatan mendongeng memiliki sasaran anak-anak kecil, anak-anak akan
membayangkan tokoh, watak, dan peristiwa yang dikisahkan. Hal ini terbilang
cukup efektif untuk membuat anak memahami baik buruknya sesuatu dari
memahami karakter tokoh dalam dongeng. Selain itu kegiatan mendongeng
mampu melestarikan cerita rakyat nusantara.
Sayangnya seiring dengan perkembangan zaman kegiatan mendongeng kian jarang
dilakukan oleh masyarakat, pasalnya anak-anak lebih tertarik untuk menonton
televisi ataupun youtube daripada mendengarkan dongeng yang disampaikan.
Anak-anak banyak tidak mengetahui serta mengenal apa itu dongeng. Bahkan
parahnya lagi minat anak untuk membaca buku termasuk buku dongeng kian
tersisihkan dengan game online pada gadget mereka.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana hakikat dari mendongeng?
1.2.2 Bagaimana konsep dari mendongeng itu?
1.2.3 Bagaimana cara menjadi pendongeng yang baik?

4
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui hakikat dari mendongeng.
1.3.2 Untuk mengetahui konsep dari mendongeng.
1.3.3 Untuk mengetahui manfaat dari mendongeng.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana cara menjadi pendongeng yang baik.

5
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dongeng


Dongeng termasuk dalam cerita rakyat lisan. Menurut Danandjaja (1994:83) cerita
rakyat lisan terdiri atas mite, legenda, dan dongeng. Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak
dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan tidak terikat oleh waktu maupun
tempat. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga dongeng yang
melukiskan kebenaran, berisi ajaran moral, bahkan sindiran.
Menurut Pusat Bahasa (2003:167), dongeng adalah cerita yang tidak benar terjadi
atau cerita bohong. Salah satu unsur instrinsik yang ada dalam dongeng adalah memiliki
amanat atau pesan moral. Oleh karena itu, dongeng biasanya dijadikan sebagai media untuk
membentuk karakter anak karena memiliki nilai budi pekerti yang bisa dipelajari oleh anak.
Dongeng juga merupakan cerita yang mengandung nilai-nilai moral dan sosial yang
berguna untuk membentuk karakter anak. Pembentukan karakter anak dapat dilakukan di
lingkungan pembelajaran sekolah dan lingkungan rumah atau keluarga. Strategi
pembentukan karakter anak dilakukan dengan pemberian contoh, pembiasaan membaca
dongeng, pembiasaan mendengarkan dongeng, dan penciptaan lingkungan baca yang
mendukung.
Dongeng biasanya disampaikan atau dibacakan oleh ayah, ibu, kakek, atau nenek
kepada anak kecil menjelang tidur sampai anak tersebut tertidur pulas. Dongeng yang
disampaikan harus bersifat positif supaya dalam pembentukan karakter anak dapat
berkembang dengan baik. Di zaman modern seperti sekarang ini, aktivitas mendongeng
sudah sangat jarang dilakukan orag tua terhadap anak-anak mereka.

2.2 Jenis-Jenis Dongeng


Dongeng menurut Dudung (2015) memiliki beberapa jenis yang dapat dibagi
menjadi tujuh jenis, yaitu mitos, sage, fabel, legenda, cerita lucu, cerita pelipur lara, dan
perumpamaan. Jenis-jenis dongeng antara lain :
1. Mitos adalah bentuk dongeng yang menceritakan hal-hal magis seperti cerita tentang
dewa- dewa, peri atau Tuhan

6
2. Sage yaitu dongeng kepahlawanan, keberanian, atau sihir seperti sihir dongeng Gajah
Mada
3. Fabel ialah dongeng tentang binatang yang dapat berbicara atau berperilaku seperti
manusia
4. Legenda merupakan bentuk dongeng yang menceritakan tentang sebuah peristiwa
tentang asal-usul suatu benda atau tempat
5. Cerita Jenaka yaitu cerita yang berkembang di masyarakat dan dapat membangkitkan
tawa
6. Cerita Pelipur Lara biasanya berbentuk narasi yang bertujuan untuk menghibur tamu
di pesta dan kisah yang diceritakan oleh seorang ahli
7. Cerita Perumpamaan yaitu cerita yangberbentuk dongeng yang mengandung kiasan,
contohnya adalah didaktik dari Haji Pelit.

Sedangkan menurut Asfandiyar (2007, hal:85-87) berdasarkan isinya dongeng digolongkan


kedalam jenis-jenis berikut ini :
1. Dongeng Tradisional
Dongeng tradisional yaitu dongeng yang berkaitan dengan cerita rakyat dan
biasanya turun-menurun.dongeng ini sebagian besar berfungsi untuk melipur lara dan
menambahkan kepahlawanan, biasanya dongeng tradisional disajikan sebagai pengisi
waktu istrahat, dibawakan secara romatik, penuh humor dan sangat menarik.
Misalnya Malinkundang, Calon Arang, Jaka Tingkir, Sangkuriang dan lain-lain.
2. Dongeng Futuristik (Modern)
Dongeng Moderen disebut juga dongeng fantasi dongeng ini biasanya
bercerita tentang sesuatu yang fantastic, misalnya tokohnya tiba-tiba menghilang.
Dongeng ini juga bisa bercerita tentang masa depan.
3. Dongeng Pendidikan
Dongeng pendidikan adalah dongeng yang diciptakan dengan suatu misi
pendidikan bagi anak-anak. Misalnya mengajarkan sikap hormat kepada orang tua.
4. Dongeng Fabel
Fabel adalah jenis dongeng yang bercerita tentang kehidupan binatang yan6g
digambarkan dapat berbicara seperti manusia. Cerita-cerita fabel sangat luas

7
diguanakan untuk menyindir prilaku manusia tanpa membuat manusia tersinggung,
contohnya dongeng kancil, kelinci daan kura-kura.
5. Dongeng Sejarah
Dongeng sejarah merupakan doengeng yang terkait dengan suatu peristiwa
sejarah. Dongeng inibanyak yang berrtemakan pahlawan. Contohnya, kisah-kisah
para nabi sahabat Rasulullah SAW, sejarah perjuangan Indonesia, sejarah tokoh-
tokoh pahlawan dan lain-lain.
6. Dongeng Terapi
Dongeng terapi adalah dongeng yang diperuntukkan bagi anak-anak korban
bencana atau anak-anak yang sakit. Dongeng terapi adalah dongeng yang bisa
membuat rileks saraf-saraf otak dan membuat tenang hati mereka. Oleh karena itu,
dongeng ini didukung pula oleh kesabaran pendongengnya dan music yang sesuai
dengan terapi sehingga membuat anak merasa nyaman dan enak.

Dari jenis-jenis dongeng tersebut memiliki nilai-nilai moral yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pembentukan karakter anak. Hanya saja, pendidik perlu memilihkan
dongeng yang sesuai dengan usia dan perkembangan psikologi serta minat anak.

2.3 Manfaat Dongeng


Dongeng memiliki beberapa manfaat bagi anak (Asfandiyar, 2007; Musfiroh, 2008,
Habsari, 2017). Manfaat-manfaat dongeng dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Mengajarkan budi pekerti pada anak
Banyak cerita dongeng yang dapat memberikan teladan bagi anak serta
mengandung budi pekerti, misalnya cerita tentang si kancil anak nakal, tentang
perlombaan antara siput dan kelinci, tentang si kerundung merah, dan masih banyak
lagi. Setiap cerita dongeng anak-anak selalu memiliki tujuan baik yang diperuntukan
untuk si kecil. Untuk itu, jika si kecil sulit mengerti tentang apa itu budi pekerti,
pendidik dapat menjelaskannya dengan menggunakan perumpamaan dari sebuah
dongeng.
2. Membiasakan budaya membaca
Kebanyakan anak-anak yang gemar membaca biasanya dikarenakan
orangtuanya sering membiasakan budaya membaca padanya sejak masih kecil. Salah
8
satu cara memperkenalkan budaya membaca pada anak sejak kecil adalah dengan
membacakannya banyak cerita seperti membacakan dongeng sebelum tidur. Ketika
pendidik biasa membacakan anak banyak buku cerita, anak makin lama akan tertarik
untuk belajar membacanya sendiri sejak kecil. Dengan begitu, anak akan menjadi
gemar membaca sejak kecil, dan ketika anak membiasakan budaya membaca, hal ini
dapat membantunya menjadi lebih pintar di sekolah.
3. Mengembangkan imajinasi
Cerita dalam sebuah dongeng bagi anak terkadang memiliki cerita yang di
luar logika orang dewasa. Meskipun demikan, cerita-cerita seperti itulah yang dapat
membantu anak untuk meningkatkan daya imajinasinya. Walaupun terlihat
berlebihan, cerita ini bertujuan untuk membuat anak dapat meningkatkan daya
kreasinya. Biasanya, anak yang memiliki imajinasi yang tinggi memiliki rasa ingin
tahu yang besar sehingga dia akan lebih cepat berkembang.
4. Membangun kemampuan literal
Maksudnya mendongeng juga dapat berkonstribusi dalam hal pendidikan.
Mendongeng ternyata juga dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak.
Cerita yang bagus tidak hanya sekedar menghibur saja, tetapi tetapi juga mendidik
sekaligus merangsang berkembangnya komponen kecerdasan linguistik yang paling
penting yakni kemampuan menggunakan bahasa.
5. Memicu daya berpikir kritis anak
Dongeng sangat efektif untuk mempengaruhi cara berfikir dan berprilaku
anak, karena seorang anak umumnya seneng mendengarkan cerita. Seorang anak
biasanya akan bertanya mengenai hal-hal yang baru ia ketahui. Hal ini dapat melatih
anak untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikrannya yang terkadang tidak
terpikir oleh pendongeng.
6. Merangsang imaji, fantasi, dan kreativitas anak
Sumber cerita sangat ban6yak dan beragam. Imajinasi seorang berkitan
langsung dnegan kemampuan analisis anak. Cerita-cerita yang disajikan dalam
konteks olah logika dapat mebnagkitkan kemampuan anak dalamberimajinasi,
berfantasi, serta menjadikan anak lebih kreatif.
7. Mampu melatih daya konsentrasi
Dongeng sebagaimedia informasi yang digemari anak-anak melatih
9
kemampuan mereka dalam memusatkan perhatian anak untuk beberapa saat terhadap
objek tertentu. Ketika seorang anak sedang asyik mendengarkan dongeng, biasanya
mereka tidak ingin diganggu. Hal ini menunjukkan bahwa anak sedang
berkonsentrasi mendegarkan dongeng.
8. Membuka cakrawala pengetahuan anak
Ketika seorang anak mendengarkan dongeng maka rasa penasaran akan cerita yang
disampaikan menjadi meningkat sehingga dapat menambah pengetahuan anak
tersebut.
9. Mendorong anak mencintai buku dan merangsang minat baca anak
Jika seorang anak terbiasa mendengarkan dongeng dan membaca dongeng maka
anak tersebut akan menjadi orang yang mencintai buku dan memiliki minat untuk
membaca buku tidak hanya buku dongeng.

Dongeng juga memiliki nilai-nilai yang terkandung didalamnnya menurut


Sulistyarini (2006), cerita rakyat mengandung nilai luhur bangsa, terutama nilai-nilai budi
pekerti maupun ajaran moral. Apabila cerita rakyat itu dikaji dari sisi nilai moral, maka
dapat dipilah menjadi nilai moral individual, nilai moral sosial, dan nilai moral religi.
Adapun nilai-nilai moral individual meliputi:
 Kepatuhan
 Keberanian
 rela berkorban
 Jujur
 adil dan bijaksana
 menghormati dan menghargai,
 bekerja keras,
 menepati janji,
 tahu balas budi,
 rendah hati
 hati-hati dalam bertindak.

Nilai-nilai moral sosial meliputi bekerjasama, suka menolong, kasih sayang,


kerukunan, suka memberi nasihat,peduli nasib orang lain, dan suka mendoakan orang lain.
10
Sementara itu, nilai-nilai moral religi meliputi percaya kekuasaan Tuhan, percaya adanya
Tuhan, berserah diri kepada Tuhan atau bertawakal, dan memohon ampun kepada Tuhan.

2.4 Proses Mendongeng


Dalam proses mendongeng inilah terjadi interaksi antara pendongeng dengan
audientsnya. Dengan proses endongeng ini dapat terjalin komunikasi antara pendongeng dan
audientsnya karean kegiatan mendongeng ini penting bgai naka, maka kegiatan tersebut
harus dikemas sedemikian rupa supaya menarik. Agar kegiatan mendongeng yan6g
disampaikan menarik, maka dibutuhkan adanya tahapa-tahapan yang mendorong. Teknik
yang digunakn dalam mendongeng serta pihak siapa saja yang terlibat dalam kegiatan
mendongeng turut menentukan lancar tidaknya proses mendongeng tersebut.

2.5 Tahapan Mendongeng


Menurut Bunanta (2005) menyebutkan ada 3 tahapan dalam proses mendongeng
yaitu persiapan sebelum acara mendongeng dimulai, saat proses berlangsung, hingga
kegiatan mendongeng selesai. Maka untuk mengetahui lebih jelas berikut langkah-langkah
tersebut antara lain:
a. Persiapan sebelum mendongeng
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memilih judul yang menarik dan
mudah diingat.Judul yang pertama kali diingat dari pada kalimat-kalimat dalam
cerita, melalui judul, audients maupun pembaca akan meman6faatkan latar belakang
pengetahuan untuk memposes isi cerita secara baik. Hal itu digunakan untuk
pemahaman unit bahasa yang lebih besar, dan hal tersebut dapat membantu
pemahaman dan peyampaian cerita secara meyeluruh( Scovel, 2000 dalam mustiroh
2008).

Menurut MacDonald (1995), dalam memilih cerita yang akan didongengkan,


pendongeng dapat mulai mendongeng dengan cerita yang telah yang telah diketahui. Setelah
memilih dan memahami cerita, hal yang juga kalah penting adalah mendalami karakter
tokoh-tokoh dalam cerita yang akan disampaikan. Kekuatan sebuah cerita terletak pada
bagaimana karakter tokoh tersebut dimunculkan. Semakin jelas pembawaan karakter tokoh,
semakin mudah cerita itu dicerna. Ketika memerankan tokoh-tokoh tersebut, pendongeng
11
diharapkan mampu menghayati bagaimana perasaan, pikiran, emosi, tokoh pada saat
mendongeng.
Tahapan terakhir persiapan mendongeng yaitu latihan. Bagi pendongeng yang sudah
professional yang sudah biasa mendongeng tahpan ini tidak perlu dilakukan lagi. Namun
sebaliknya jika pendongeng yang belum terbiasa mendongeng maka latihan ini sangat perlu.
Latiha juga dapat menumbuhkan kepercayaan diri si pendongeng dan memperbaiki kualitas
dalam mendongeng.
b. Saat mendongeng berlangsung
Saat terpenting dalam mendongeng adalah pada tahap medongeng
berlangsung. Saat akan memasuki acara dongeng, pendongeng harus menunggu
kondisi hingga audience siap untuk menyimak doengeng yang akan di sampaikan
jangan memulai mendongeng jiak audientce masih belum siap. Acara mendongeng
dapat dimulai menyapa terlebih dahulu audience, ataupun membuat sesuatu yang
menarik perhatian audience.

Pada saat mendongeng ada beberapa faktor yang yang dapat menunjang
berlangsungnya proses mendongeng agar menjadi menarikuntuk disimak (Asfandyar:2007:
MacDonald, 1995; Musfiroh,2008) antara lain yaitu :
 Kontak mata, pendongeng harus melakukan kontak mata dengan audientce,
pandanglah mata audientce dan diam sejenak dengan melakukan itu maka
mata audience akan meras dirinya diperhatiakn dan diajak untuk berinteraksi.
Selain itu juga dengan melakukan kontak mata maka kita dapat melihat
apakah audience menyimak jlan cerita yang di dongengkan. Dengan begitu,
pendongeng dapat mengetahui reaksi dari audience
 Mimik wajah, pada waktu pelaksanaan kegiatan mendongeng berlangsung,
pendongeng harus dapat mengekspresikan wajahnya sesuai dengan situyang
didongengkan.
 Gerak tubuh, cerita dongeng akan terasa berbeda jika pendongeng melakukan
gerakan-gerakan yang mengeekspresikan apa yang dilakukan tokoh-tokoh
yang didongengkan, lain halnya, jiak pendongng hanya mendonheng dengan
posisi yang statis dari awal hingga akhir. Dongeng ini mebuat audience
merasa bosan dan akhirnya antusian para audience berkurang.
12
 Suara, suara juga berpengaruh dari tinggi rendahnya suara yang didengarkan
pendongeng untuk membuat audience merasakn situasi dari cerita yang
didongengkan.
 Kecepatan, faktor kecepatan juga mempengaruhi menarik atau tidaknya cerita
yang di dongengkan. Pendongeng harus mampu mengatur keceptan dalam
mendongeng agar dongeng yang disampaikan tidak terlalu lam dan juga tidk
terlalu cepat.
 Alat peraga, mendongeng dengan menggunakan alata bantu peraga dapat
membuata doengeng yang disampaikan lebi menarik.
c. Sesudah kegitan mendongeng
Setelah selesai mendongeng, pendongeng dapat mengajak audience untuk
menginggat kembali dongeng yang disampaikan. Namun sebelumnya, berilah waktu
bagi audience untuk beristirahat sejenak. Bunanta (2005) menyebutkan, setelah acara
mendongeng berakhir pendongeng dapat melakukan sesi tanya jawab dengan
audience tentan6g seputar cerita yang tadi dibawakan. Aktivitas ini dapat melatih
rasa percaya diri untuk tmpil didepan bnayak orang.

2.6 Teknik dalam Mendongeng


Mendongeng memiliki teknik-teknik tertentu yang biasanya digunakan para
pndongeg untuk mempersembahkan suatu cerita atau dongeng. Bunanta (2005) dan
Sutherland (1996) menyebutkan secara garis besar teknik yang dapat digunakan dalam
menyampaikan cerita ada dua cara yaitu:
1. Mendongeng dengan teks atau membacakan cerita (reading aloud)
Teknik ini merupakan teknik menyampaikan cerita menggunakan media buku dan
dilakukan dengan cara membacakannya. Teknik ini biasanya digunakan jika pendongeng
belum terlalu hafal dengan dongeng yang akan ia bawakan, selain itu jumlah audiens
terbilang cukup sedikit.
Pada teknik ini, jika pendongeng sudah hafal dan tahu isi teks buku yang akan
dibacakan, ia biasanya akan memegang buku di depan badannya seringgi mata audiencenya
sehingga mereka dapat melihat buku dengan jelas. Tetapi jika pendongeng masih merasa
ragu-ragu dan perlu membaca teksnya .ia biasanya akan memegang buku agak ke sebelah
samping kiri atau kanan tubuhnya untuk memudahkannya untuk melihat dan membaca. Cara
13
lain yang dapat digunakan oleh pendongeg apabila ia merasa masih butuh untuk melihat teks
adalah dengan membuat kopelan- kopelan kecil yang berisi kata kunci yang memudahkan
pendongeng untuk mengingat kembali ceritanya.
Meskipun membaca teks, pendongeng masih harus menatap mata audience,
pembacaan cerita dapat dimulai dengan menye\butkan nama pengarangnya, serta secara
sekilas memperlihatkan gambar-gambar ilustrasi dalam cerita yang akan dibacakannya.
2. Mendongeng tanpa teks (storytelling)
Pada teknik ini memberikan ruang bagi pendongeng utuk berinteraksi dan melakukan
improvisasi dalm menyampaikan cerita yang didongengkan serta memicu anak untuk
berimajinasi dengan fantasi pikiran mereka. Teknik ini merupakan teknik yang sangat
digemari oleh para pendengar, biasanya pendongeng memulainy dengan mengajak
pendengar membayangkan suatu tempat atau kejadian dalam cerita bahkan pendongeng juga
mempersembahhkan sebuah lagu yang sesuai dengan cerita. Kelebihan dari teknik ini
pendongeng mampu menjangkau jumlah audies yang lebih banyak dibandingkan dengan
teknik read aloud dan membuat pendengar tidk terpaku pada teks yang dibacakan.
Mendongeng dengan teknik ini dapat pula menggunakan alat peraga lainnya seperti
boneka tangan, boneka yang utuh, kain, tali, gambar, menggambar langsung, maupun
mendongeng dengan diiringi musik. Bahkan tak jarang seorang pendongeng, menggunakan
media seperti wayang tetapi berupa gambar tokoh-tokoh yang ada dalam cerita yang
ditempelkan pada kayu-kayu sebagai gagang yang dapat digerak-gerakkan layaknya
pertunjukan wayang.
Bahkan kalau lebih dalam lagi, mendongeng dapat dilakukan dengan aksi
pertunjukan teater. Akan tetapi, pendongeng disini bukan hanya satu orang saja, biasanya
dilakukan oleh sekelompok orang yang berperan sesuai dengan karakter dari tokoh- tokoh
yang diperankan dalam cerita. Selain ada yang memerankan karakter tokoh-tokoh tersebut,
ada juga yang berperan sebagai narrator. Narator inilah yang nantinya bertugas mengawali
cerita yang akan didongengkan dan membawa audiencepada cerita yang akan dibawakan.
Masing-masing teknik memiliki keunikan masing-masing. Dalam pengunaan teknik
mendongeng ini, pendongeng juga harus memperhatikan intonasi, kontak mata, gerak tubuh,
kecepatan, mimic wajah dan lain sebagainya. Maka tak jarang seorang pendongeng
mengkombinasikan kedua teknik ini dalam membawa cerita. Dalam penelitian ini, teknik
yang digunakan merupakan perpaduan antara kedua teknik yang telah disebutkan diatas.
14
Pendongeng pada dasarnya menggunakan teknik read aloud, kemudian kadang-kadang
dikombinasikan dengan penggunaan alat bantu seperti boneka baik itu boneka utuh maupun
boneka tangan. Kemudian di bagian akhir cerita pendongeng menggunakan nyanyian dan
gerakan-gerakan yang mengekspresikan cerita yang didongengkan.

15
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mendongeng merupakan salah satu keterampilan berbicara yang menjadi salah satu
cara yang biasanya digunakan untuk melestarikan cerita-cerita rakyat dan mengembangkan
kemampuan seseorang dalam menyampaikan sebuah cerita. Mendongeng menjadi salah
kebudayaan yang patut dilestarikan karena melalui mendongeng kita bisa memberikan
pengetahuan dan nilai moral melalui cerita yang disampaikan. Oleh karena itu, sebagai
generasi penerus bangsa sudah seharusnya kita menjadikan dongeng sebagai sarana untuk
mengembangkan kemampuan kita khususnya kemampuan berbicara.

16
DAFTAR PUSTAKA

Asfandiyar, Andi Yudha, 2007. Cara Pintar Mendongeng. Jakarta: Mizan.

Bachir, Bachtiar S. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita di Taman KanakKanak dan


Teknik dan Prosedurnya. Jakarta: Depdiknas.

Bunanta, Murti. 2009. Buku, Dongeng, dan Minat Baca. Jakarta: Murti Bunanta Foundation.

Habsari, Zakia. 2017. Dongeng Sebagai Pembentuk Karakter Anak. 1(1): 23-24.

Sukarno.B. Utomo. Mendongeng Dalam Perspektif Pendidikan. Jurnal Pendidikan. 3(1): 2-


5.

17

Anda mungkin juga menyukai