Anda di halaman 1dari 7

PERMASALAHAN

DALAM PENERAPAN
TATA RUANG DI
INDONEISA

ADAM F / 01
DEVINA DHEA / 11
M FAJAR / 21
MUTIARA K / 22
- Pada dasarnya kendala dalam penyusunan
Rencana Umum Tata Ruang tersebut antara lain:
Pertama, Rencana yang tersusun tidak
memperhitungkan keserasian, keseimbangan dan
kelestarian lingkungan. Karena itu jika rencana
tersebut dijalankan sebagaimana yang ditetapkan
maka diperkirakan dalam waktu jangka panjang
akan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainya. Kedua, Tidak
adanya ketegasan hukum bagi setiap orang yang
melanggar ketentuan dalam ruang. Artinya bahwa
setiap orang yang melakukan penyimpangan
penggunaan rencana tata ruang tidak pernah
diberikan sanksi. Ketiga, Dalam perencanaan tata
ruang selalu disatukan dengan rencana
pengembangan. Sehingga penetapan rencana tata
ruang menjadi kabur karena simpang siur dengan
rencana pengembangan. Seharusnya rencana
pengembangan mengacu pada rencana tata ruang.
Keempat, Dalam penetapan rencana tata ruang
lebih banyak di dominasi oleh keputusan politik,
sehingga obyektifitas terhadap karakteristik
wilayah menjadi
tidak dapat berjalan dengan baik. Kelima, Dalam
menghadapi otonomi daerah setiap daerah dituntut
untuk meningkatkan pendapatan asli daerah,
sehingga setiap upaya pemanfaatan tata ruang
diupayakan harus dapat memberikan sumbangan
nilai ekonomi bagi daerah.Kelima, Dalam
menghadapi otonomi daerah setiap daerah dituntut
untuk meningkatkan pendapatan asli daerah,
sehingga setiap upaya pemanfaatan tata ruang
diupayakan harus dapat memberikan sumbangan
nilai ekonomi bagi daerah. Dan juga harus
melaksanakan proses pemberian izin sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, sebab izin
merupakan salah satu bentuk instrumen yang
pertama dalam konteks pemanfaatan dan
pengendalian ruang Pemanfaatan dan
Pengendalian Ruang Belum Efektif.
1. Pemanfaaatan dan Pengendalian Ruang
Belum Efektif

Pertama adalah jumlah penduduk yang


sangat besar dan kemiskinan dan kesenjangan
antar wilayah. Untuk mengatasi dua masalah
ini Indonesia telah menetapkan Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang
memuat 112 kawasan denganmenetapkan dua
pertimbangan utama, yaitu regionalisasi dan
pemerataan, ungkap dia yang dikutip dari
laman resmi Kemen PU,Sabtu
(13/9/2014).Selanjutnya yang ketiga adalah
bencana alam yang tinggi. Hermanto
mengungkapkan, ke depannya Indonesia perlu
mengubah manajemen bencana melalui
instrumen penataan ruang. Hal ini bertujuan
untuk menghapuskan secara keseluruhan
risiko bencana, tetapi untuk mengurangi
kerentanan serta meminimalisasi dampak dan
kerugian yang potensial ditimbulkan. Dan
yang terakhir adalah krisis pangan energi dan
air dan perubahan iklim. Krisis pangan dapat
diberantas dengan kebijakan pelestarian sawah
abadi untuk melindungi lahan-lahan sawah
beririgasi. Selain itu dengan mengoptimalkan
lahan cadangan yang ada di luar Jawa, seperti
Sumsel, Babel, Sulsel, Sumbar, NAD dan
NTB. "Sementara untuk mengatasi perubahan
iklim, diperlukan upaya mitigasi dan adaptasi.
Dalam kaitannya dengan mitigasi, maka
penataan ruang dapat memberikan kontribusi
yang nyata dalam reduksi emisi karbon.

2. Lembaga Penyelenggara Penataan Ruang


Belum efektif

Lembaga penataan ruang memegang


peran krusial dalam proses penyelenggaraan
penataan ruang. Proses penyelenggaraan
penataan ruang memerlukan lembaga yang
mampu mengkoordinasikan penataan ruang
terutama dalam aspek perencanaan tata ruang
serta aspek pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Penyelenggaraan penataan
ruang masih menghadapi berbagai kendala,
antara lain pengaturan penataan ruang yang
masih belum lengkap, pelaksanaan pembinaan
penataan ruang yang masih belum efektif,
pelaksanaan penataan ruang yang masih belum
optimal, dan pengawasan penataan ruang yang
masih lemah. Untuk itu diperlukan pengaturan
mengenai penyelenggaraan penataan ruang
yang lebih lengkap dan rinci serta dapat
dijadikan acuan dalam mengatasi berbagai
tantangan dan permasalahan yang dihadapi
secara terpadu, serasi, selaras, seimbang,
efisien, dan efektif.

3. Sistem informasi penunjang pembangunan


belum optimum

Pengembangan sistem informasi dalam


penataan ruang merupakan instrumen penting
bagi Pemerintah dan pemerintah daerah dalam
melaksanakan pengendalian pemanfaatan
ruang di daerahnya masing-masing,Penataan
ruang harus mengintegrasi perencanaan ,
pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan.
Pada tahap pengendalian dan pemanfaatan
diperlukan sistem informasi terpadu yang
saling terintegrasi. Sistem informasi terpadu
ini sebagai acuan dalam pemanfaatan dan
pengendalian ruang. Sistem informasi
pengendalian pemanfaatan ruang digunakan
sebagai upaya untuk mempercepat akses
masyarakat dalam mengetahui dan
mendapatkan informasi penataan ruang yang
terkini dan akurat sekaligus sebagai alat
pengawasan. Akan tetapi, sarana ini belum
tersedia secara optimal di Indonesia sehingga
pemantauan (monitoring) dan evaluasi
penataan ruang masih terhambat.

Anda mungkin juga menyukai