Anda di halaman 1dari 6

Ina Karina Putri G Sugihen, Mukhlis Imanto, dan Rizqa Atina|Diagnosis dan Tatalaksana Singultus

Diagnosis dan Tatalaksana Singultus


Ina Karina Putri G Sugihen, Mukhlis Imanto, Rizqa Atina
1Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2Bagian Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2Bagian Ilmu Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, Fakultas Kedokteran,

Universitas Lampung

Abstrak
Singultus merupakan keadaan refleks yang memicu kontraksi otot diafragma, interkostalis, dan penutupan vocal cord
(glotis) secara mendadak, sehingga timbul suara khas. Singultus dapat terjadi pada semua kelompok usia. Sedangkan
singultus persisten dapat berlangsung berhari-hari hingga berbulan-bulan. Refleks singultus terdiri dari 3 komponen yaitu
jaras aferen, midbrain sebagai pusat refleks singultus, serta jaras eferen. Singultus akut biasanya sembuh sendiri atau self
limiting dan tidak memerlukan evaluasi lebih lanjut. Hal ini berbeda dengan singultus persisten atau intractable yang
memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk mencari penyebab yang mendasarinya. Tatalaksana singultus dapat dilakukan
secara terapi fisik, non-farmakologi, dan farmakologi. Pada prinsipnya tatalaksana singultus adalah sebisa mungkin mencari
faktor penyebab penyakit, dan terapi simptomatik diberikan apabila penyebab dasarnya belum atau tidak diketahui pasti.

Kata kunci: Singultus, singultus persisten, tatalaksana.

Diagnosis and Treatment of Singultus


Abstract
Singultus is a reflex condition that contracts the diaphragmatic, intercostal, and vocal (glottis) muscles suddenly, resulting in
a distinctive sound. Acute Singultus can be managed and physical maneuvers. Singultus can occur at any age. While
persistent singles can last for days to months. Singular reflection consists of three components, the afferent jaras, midbrain
as the center of the singular reflex, and the efferent jaras. Acute Singularus is usually self-limiting or self limiting and
requires no further assessment. This is different from a persistent singletus or one that is difficult to evaluate further to find
the underlying cause. Singletus management can be done physically, non pharmacology, and pharmacology. In principle,
the management of a singultus is as much as possible to find the cause of the disease, and symptomatic therapy is given.

Keywords: Persistent singultus, singultus, treatment

Korespondensi: Ina Karina Putri G Sugihen, alamat Jl Kopi Robusta Wisma Annisa 1 Rajabasa, HP: 08139937896, e-mail:
inakarinaputriginting96@gmail.com

Pendahuluan Berbeda dari singultus akut, singultus


Singultus merupakan keadaan refleks persisten dapat berlangsung berhari-hari
yang melibatkan sistem saraf batang otak, hingga berbulan-bulan dan terkadang sulit
saraf vagus, dan frenikus. Refleks ini memicu untuk diatasi.2
kontraksi otot diafragma, interkostalis, dan Serangan terpanjang tercatat, terjadi
penutupan vocal cord (glotis) secara selama 6 dekade. Serangan berkepanjangan
mendadak, sehingga timbul suara khas. merupakan fenomena yang serius dan sering
Singultus dapat terjadi karena stimulasi sistem menjadi dilema diagnosis yang berhubungan
saraf yang menyebabkan distensi lambung dengan morbiditas signifikan dan dapat
(faktor mekanis), seperti proses metabolik, berakibat fatal.3
infeksi, psikologis, dan neurologis. Singultus
yang menetap atau persisten dapat Isi
menyebabkan berbagai komplikasi seperti Singultus terjadi akibat spasme
dehidrasi, aritmia, kelelahan, dan depresi, involunter diafragma dan otot-otot interkostal
sehingga memerlukan evaluasi dan diikuti penutupan glotis secara cepat,
1
tatalaksana yang tepat. sehingga memunculkan suara khas “hik”,
Singultus dalam bahasa Indonesia suara hik tersebut dapat muncul 4 hingga 60
dikenal dengan istilah cegukan.1 Singultus kali dalam semenit.2,4 Secara umum, singultus
adalah hal yang familiar, namun tidak banyak bersifat akut, dapat hilang sendiri dalam
yang memahaminya. Singultus akut dapat hitungan menit, dan tidak memerlukan
ditatalaksana dan dilakukan mavuner fisik. penanganan medis.1

Medula|Volume 8|Nomor 1|April 2018|33


Ina Karina Putri G Sugihen, Mukhlis Imanto, dan Rizqa Atina|Diagnosis dan Tatalaksana Singultus

Singultus dibagi berdasarkan durasinya. pencernaan dan pernapasan.2 Penyebab lain


Singultus akut berlangsung kurang dari 48 jam dapat berasal dari faringitis, benda asing di
sedangkan singultus persisten merupakan orofaring atau telinga. Kelainan psikogenik
singultus selama 48 jam atau lebih, sementara yang diduga berhubungan dengan singultus
intractable singultus merupakan singultus antara lain histeria, gangguan kepribadian,
selama 1 bulan atau lebih.1,2 gangguan konversi, dan malingering.1
Insidensi dan prevalensi singultus Secara sederhana penyebab singultus
persisten tidak diketahui. Namun studi dapat dibagi ke dalam kategori berikut:
retrospektif menunjukkan dari 100.000 pasien 1) penyakit dengan stimulasi saraf vagus
yang ke rumah sakit daerah terdapat 55 seperti faringitis, pneumonia, pleuritis,
pasien dengan diagnosis singultus.2 Singultus ulkus peptikum, distensi abdomen.
dapat terjadi pada semua kelompok usia. 2) iritasi diafragma seperti peregangan
Seiring pertambahan usia, singultus akut dinding lambung, operasi abdominal,
makin jarang, namun singultus persisten atau hernia abdominal, hepatosplenomegali,
intractable lebih banyak dijumpai pada abses subfrenic.
kelompok usia dewasa. Insidens singultus 3) penyebab sentral seperti tumor otak,
pada pria sama dengan wanita, namun ensefalitis, meningoensefalitis, infark
singultus persisten lebih banyak terjadi pada serebral, pendarahan otak, multiple
pria (80% kasus).1 sclerosis.
Singultus terjadi secara spontan, 4) singultus psikogenik.
merupakan hasil kontraksi mioklonik 5) intoksikasi seperti keracunan alkohol,
diafragma dan otot-otot interkosta. Refleks uraemia, asidosis metabolik, gangguan
singultus terdiri dari 3 komponen yaitu jaras elektrolit pada gagal ginjal, obat-obatan
aferen, midbrain sebagai pusat refleks tertentu berupa beberapa antibiotik, agen
singultus, serta jaras eferen. Jaras aferen antineoplastik, benzodiazepin, opioid
terdiri dari nervus frenikus dan nervus vagus (morfin), deksametason, metoheksital,
serta nervus simpatikus yang berasal dari T6- agonis dopamin pada pengobatan
T12. Pusat refleks singultus diperkirakan tidak Parkinson, steroid inhalasi, dan 6)
hanya berpusat di medula oblongata, penyebab yang berkaitan dengan anestesi
melainkan melibatkan jaras saraf pusat lain umum seperti intubasi (iritasi mekanis),
yang terletak di antara batang otak setinggi bronkoskopi atau intervensi lain di dalam
C3-C5. Jaras eferen terdiri dari jaras motorik tenggorokan.4
yang berjalan sepanjang nervus frenikus di Singultus akut biasanya sembuh sendiri
diafragma sampai dengan nervus asesorius atau self limiting dan tidak memerlukan
yang terletak di otot interkostalis. Rangsangan evaluasi lebih lanjut. Hal ini berbeda dengan
pada jaras singultus akan menyebabkan singultus persisten atau intractable yang
aktivasi nervus laringeal rekurens yang akan memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk
menstimulasi penutupan glotis sehingga mencari penyebab yang mendasarinya. Perlu
menimbulkan bunyi “hik”. Iritasi komponen diperhatikan onset, durasi, faktor-faktor
refleks singultus menyebabkan terlepasnya pencetus, serta komorbiditas lain seperti
neurotransmiter dopamin dan gamma- keganasan atau penyakit sistemik, dan riwayat
aminobutyric acid (GABA).2 Iritasi salah satu penggunaan obat-obatan. Pemeriksaan fisik
atau lebih komponen refleks singultus baik diutamakan untuk mencari gangguan yang
oleh keganasan, infeksi, maupun kelainan mungkin mengancam nyawa seperti infark
metabolik dapat mencetuskan singultus, miokard, diseksi vaskular, akut abdomen,
sehingga penentuan dengan tepat lokasi kelainan sistem saraf pusat, serta keganasan.
komponen refleks yang teriritasi sangat sulit.1 Pemeriksaan daerah kepala-leher harus
Banyak keadaan diduga sebagai dilakukan secara seksama untuk mencari
penyebab singultus, antara lain distensi tanda-tanda trauma serta infeksi.
lambung akibat makan terlalu banyak dan Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan
cepat, terutama makanan berlemak dan elektrolit, elektrokardiografi (EKG), serta
minuman berkarbonasi. Refleks yang bisa pencitraan seperti X-Ray atau CT scan.
memicu berupa cabai, lada, alkohol, rokok, Pemeriksaan elektrolit serta fungsi ginjal
dan bahan iritan lain terhadap saluran dilakukan untuk mencari kemungkinan

Medula|Volume 8|Nomor 1|April 2018|34


Ina Karina Putri G Sugihen, Mukhlis Imanto, dan Rizqa Atina|Diagnosis dan Tatalaksana Singultus

gangguan metabolik yang mencetuskan Singultus yang terjadi sesekali dan


singultus seperti uremia, hipokalsemia, berlangsung singkat pada dasarnya tidak
ataupun hiponatremia. Elektrokardiografi memerlukan penanganan khusus. Singultus
terutama dilakukan pada pasien komorbid persisten dan intractable merupakan indikasi
atau dicurigai gangguan jantung. Pencitraan X- terapi. Tatalaksana singultus dapat dilakukan
Ray ataupun CT scan umumnya dilakukan secara terapi fisik, non-farmakologi, dan
pada daerah toraks dan abdomen yang farmakologi. Pada prinsipnya tatalaksana
bertujuan untuk mengeksklusi kemungkinan singultus adalah sebisa mungkin mencari
keganasan yang dapat mengiritasi persarafan faktor penyebab penyakit, dan terapi
refleks singultus.1 simptomatik diberikan apabila penyebab
dasarnya belum atau tidak diketahui pasti.1,2

Tabel 1. Terapi non farmakologi2,5,12


Terapi non Tingkat Fokus keselamatan
farmakologi kepercayaan
Hipnosis 5 Tidak ada
Akupuntur (aurikular, klasik) 4 Transmisi infeksi penggunaan jarum tidak steril
Blokade saraf (C3-C5, frenik, saraf vagus) 5 Kerusakan saraf, pneumotoraks, parese
diafragmatika
Implantasi stimulator saraf vagus atau alat 5 Risiko pembedahan, kerusakan saraf, efek
neuro modulasi sejenis samping tak diinginkan dari stimulasi
vagus/disfungsi

Tatalaksana non-farmakologi dapat stimulasi vagal berupa Valsava maneuver,


dilakukan bila singultus sudah dirasa pijat karotis, dan digital rectal massage
mengganggu. Tatalaksana awal dapat dengan (pemijatan daerah anus). Maneuver pijat
mengganggu respirasi normal (menahan karotis dilakukan jika kedua maneuver
napas, bernapas pada kantong kertas), minum sebelumnya tidak berhasil dan tidak ada
air dingin, menelan ludah, menghisap lemon, kontraindikasi pijat karotis, yaitu riwayat
atau menghirup zat yang merangsang bersin infark miokard atau stroke dalam 3 bulan
(seperti merica). Semua tindakan tersebut terakhir, takikardia, atau fibrilasi ventrikel.
bertujuan untuk menstimulasi nasofaring dan Pijat karotis memiliki mekanisme meringankan
glotis serta menginhibisi komponen refleks singultus yang sama dengan cara-cara
penyebab singultus. Selain itu, bagian sebelumnya.5
belakang leher dapat dipijat untuk Suboccipital release merupakan
menginhibisi refleks singultus yang timbul dari tatalaksana ideal pada singultus. Berisfat
dermatom jaras C3-C5.5 Tatalaksana non noninvasif, sederhana, dan tidak memiliki efek
farmakologi terbukti efektif dan tidak samping. Dilakukan dengan melakukan traksi
menyebabkan efek samping.1 dan tekanan pada posterior leher,
Pada tingkat layanan primer, meregangkan otot dan fasia suboksipital.
tatalaksana yang dapat dilakukan berupa

Tabel 2. Terapi fisik singultus pada singultus akut (tingkat kepercayaan IV, tingkat rekomendasi C) 2,7
Stimulasi nasofaringeal Stimulasi vagal Manuver saluran napas
Aplikasi intra nasal dengan vinegar Kompres es pada wajah Tahan napas (inspirasi, ekspirasi)
Inhalasi bau garam atau sejenisnya Urut karotis Re-breathing (hiperkapnia)
(amonia, ether)
Stimulasi orofaringeal (air es) Rangsang rasa takut Manuver valsava
Rangsang muntah Respirasi CPAP

Terapi medikamentosa diberikan untuk diberikan untuk memberikan kenyamanan dan


mengobati penyebab spesifik singultus seperti kualitas hidup lebih baik. Chlorpromazine
infeksi atau lesi batang otak, namun karena merupakan obat golongan antipsikotik yang
kebanyakan singultus persisten bersifat direkomendasikan oleh US Food and Drug
idiopatik, terapi medikamentosa dapat Administration (FDA) sebagai obat pilihan

Medula|Volume 8|Nomor 1|April 2018|35


Ina Karina Putri G Sugihen, Mukhlis Imanto, dan Rizqa Atina|Diagnosis dan Tatalaksana Singultus

untuk meringankan singultus, dapat diberikan Haloperidol bekerja dengan cara yang sama
melalui suntikan intramuskuler atau intravena seperti chlorpromazine dan memiliki efek
sebanyak 25-50 mg, efektif pada 80% kasus.6 samping yang dapat ditoleransi lebih baik;
Chlorpromazine bekerja sentral menghambat dapat diberikan dosis efektif 2-5 mg.6 Selain
dopamine di hipotalamus. Obat ini memiliki golongan antipsikotik, obat lain yang banyak
efek samping cukup serius seperti hipotensi diteliti adalah gabapentin yang merupakan
dan delirium, sehingga saat ini jarang obat untuk terapi nyeri neuropatik.
digunakan sebagai terapi lini pertama.1 Risperidone, antipsikotik generasi kedua
Obat-obatan yang biasa digunakan sebagai antagonis dopamin-serotonin dapat
sebagai pilihan untuk mengobati singultus mengatasi singultus setelah 6 jam pemberian,
adalah klorpromazin, haloperidol, namun belum banyak kasus yang
metoclopramide, baclofen, dan gabapentin.8 menggunakannya.9,10

Rontgen toraks, Darah rutin, LED,


elektrolit, pH esofagus, manometri
esofagus, endoskopi

Negatif

USG, CT Scan, Hasil


MRI otak abnormal

Negatif

Tatalaksana etiologi
dan efektif

Tatalaksana etiologi
dan tidak efektif

Tatalaksana dengan
baclofen

Gambar 1. Manajemen singultus persisten7

Penggunaan gabapentin dalam agen lainnya (seperti kerusakan ginjal).


pengobatan singultus persisten dalam kasus Baclofen berguna singultus persisten setelah
sindrom medula lateral telah dilaporkan, injeksi steroid epidural.6
tetapi tidak ada studi kasus terkontrol yang Obat-obat yang dapat meringankan
telah dilakukan.11 Gabapentin bekerja dengan distensi lambung seperti simethicone telah
cara menghambat channel kalsium, sehingga banyak dipakai untuk meringankan gejala
menurunkan pelepasan beberapa singultus, begitu pula dengan obat-obatan
neurotransmiter untuk memodulasi aktivitas prokinetik seperti domperidone dan
diafragma, dapat diberikan sampai dengan metoclopramide. Metoclopramide bekerja
900 mg per hari. Gabapentin relatif aman dan sentral sebagai antagonis dopamine, namun
tidak menimbulkan efek samping berarti. Pada lebih lemah dibandingkan chlorpromazine
pasien keganasan ataupun kemoterapi, dalam menghambat refleks singultus. Proton
gabapentin merupakan obat pilihan untuk pump inhibitor merupakan obat pilihan untuk
meringankan singultus sekaligus nyeri meringankan gejala singultus yang disebabkan
neuropati.1 iritasi refluks gastroesofageal. Proton pump
Muscle relaxant yang bekerja secara inhibitor relatif aman dan tidak menimbulkan
sentral seperti baclofen, dengan penggunaan efek samping serius.1
10 mg per oral setiap 6 jam, berguna pada Prevalensi cegukan di GERD adalah
pasien yang memiliki kontraindikasi dengan 4,5%. Keluhan seperti nyeri epigastrik,

Medula|Volume 8|Nomor 1|April 2018|36


Ina Karina Putri G Sugihen, Mukhlis Imanto, dan Rizqa Atina|Diagnosis dan Tatalaksana Singultus

regurgitasi dan rasa terbakar di regio Tatalaksana dapat dilakukan dengan


retrosternal. Setelah terapi PPI, didapatkan cara manuver fisik terlebih dahulu, kemudian
adanya perbaikan pada pasien.12 dapat dilakukan dengan terapi farmakologi
Standar tatalaksana pada pasien dengan dan non farmakologi. Terapi farmakologi dan
singultus adalah rangsangan fisik non farmakologi dapat dipertimbangkan
menggunakan manuver Valsava atau minum apabila manuver fisik tersebut mengalami
air dingin. Jika rangsangan fisik gagal, langkah kegagalan. Obat-obatan yang biasa digunakan
selanjutnya adalah intervensi farmakologis sebagai pilihan untuk mengobati singultus
dengan klorpromazin hidroklorida, baclofen, adalah klorpromazin, haloperidol,
atau metoclopramide.13 Jika farmakologis metoclopramide, baclofen, dan gabapentin.
pengobatan gagal, blok saraf frenikus di Pada prinsipnya tatalaksana singultus adalah
bawah panduan USG dapat dicoba.13,14 sebisa mungkin mencari faktor penyebab
Bila singultus mengenai bayi dan anak- penyakit, dan terapi simptomatik diberikan
anak maka ada beberapa hal yang dapat apabila penyebab dasarnya belum atau tidak
dilakukan yaitu berupa pemberian minum air diketahui pasti.
hangat, menarik napas dalam tahan sebentar
lalu dihembuskan, tidur berbaring dengan Simpilan
lutut ditekuk, makan sesendok gula, dan Singultus terjadi akibat spasme
meletakkan kantong kertas di depan mulut involunter diafragma dan otot-otot interkostal
dan mencoba bernapas dari kantong kertas itu diikuti penutupan glotis secara cepat,
selama beberapa menit. Pencegahan sehingga memunculkan suara khas hik. Kondisi
terjadinya singultus dapat juga dilakukan dapat berlangsung hingga lebih dari 1 bulan.
dengan pemberian makan atau minum terlalu Tatalaksana dapat dilakukan dengan cara
cepat, pemberian air putih satu sampai dua manuver fisik terlebih dahulu, kemudian dapat
sendok teh kepada si bayi setelah minum dilakukan dengan terapi farmakologi
susu, tidak megajak bercanda kepada si bayi klorpromazin, haloperidol, metoclopramide,
sesaat setelah minum susu, pemberian waktu baclofen, dan gabapentin.
istirahat sekitar setengah jam setelah si bayi
minum susu, dan membuat bayi bersendawa Daftar Pustaka
setelah minum susu.16 1. Christianty F, Caroline S, Adiwinata R,
Secara umum, singultus akut dapat Richard T, Wiraputranto MC. Evaluasi dan
hilang dengan sendirinya tanpa penanganan tatalaksana singultus. Cermin Dunia
medis, sehingga memiliki prognosis yang Kedokteran. 2016;43(11):833-5.
sangat baik. Singultus persisten atau 2. Steger M, Schneemann M, Fox M.
intractable memiliki prognosis yang Systemic review: the pathogenesis and
tergantung kelainan yang mendasarinya. Oleh pharmacological treatment of hiccups.
karena itu, etiologi singultus persisten atau Aliment Pharmacol Ther. 2015;42:1037-
intractable sangat penting ditentukan.1 50.
3. Mowar AB, Yadav N, Gupta S, Nigam P,
Ringkasan Kumar N. Hiccups. JIACM. 2014;15(3-
Diagnosa dan tatalaksana singultus 4):216-9.
perlu diketahui terutama oleh dokter di 4. Terlecka P, Grzywa-Celinska A, Emeryk-
layanan kesehatan primer. Singultus terjadi Maksymiuk J, Szmygin-Milanowska K,
akibat spasme involunter diafragma dan otot- Milanowski J. Hiccup as an uncommon
otot interkostal diikuti penutupan glotis secara symptom of pneumonia. Journal of
cepat, sehingga memunculkan suara khas hik. Education, Health and Sport.
Kondisi dapat berlangsung hingga lebih dari 1 2017;7(12):111-7.
bulan. 5. Wilkes G. Overview Hiccups. Australia:
Singultus terjadi secara spontan, Medscape; 2018.
merupakan hasil kontraksi mioklonik 6. Wilkes G. Treatment Hiccups. Australia:
diafragma dan otot-otot interkosta. Refleks Medscape; 2018.
singultus terdiri dari 3 komponen yaitu jaras 7. Launois S, Bizec JL, Whitelaw WA, Cabane
aferen, midbrain sebagai pusat refleks J, Derenne J. Hiccup in adults: an
singultus, serta jaras eferen. overview. Eur Respir J. 1993;8:563-75.

Medula|Volume 8|Nomor 1|April 2018|37


Ina Karina Putri G Sugihen, Mukhlis Imanto, dan Rizqa Atina|Diagnosis dan Tatalaksana Singultus

8. Wilcox SK, Garry A, Johnson MJ. Novel use 12. Kockar C, Isler M, Cure E, Senol A, Basturk
of amantadine: to treat hiccups. Journal of A. Hiccup due to gastroesophageal reflus
Pain and Symptom Management. disease. Eur J Gen Med. 2009;6(4):262-4.
2009;38(3):460-5. 13. Schiff E, Oliven A, Odeh M. Acupunture
9. Kwan CS, Worrilow CC, Kovelman I, therapy for persistent hiccups. The
Kuklinski JM. Using suboccipital release to American Journal of the Medical Sciences.
control singultus: a unique, safe, and 2002;323(3):166-8.
effective treatment. The American Journal 14. Petree K, Bruner J. Postoperative
of Emergency Medicine. 2012;30(3): singultus: an osteopathic approach. J Am
514.e5-e7. Osteopathic. 2015;115(3):166-8.
10. Nishikawa T, Araki Y, Hayashi T. 15. IDAI. Cegukan pada bayi dan anak.
Intractable hiccups (singultus) abolished Jakarta: IDAI; 2018.
by risperidone, but not by haloperidol. 16. Arsanious D, Khoury S, Martinez E, Nawras
Annal of General Psychiatry. 2015;14:13. A, Filatoff G, Ajabnoor H, et al.
11. Liang CY, Tsai KW, Hsu MC. Gabapentin Ultrasound-guided phrenic nerve block for
therapy for persistent hiccups and central intractable hiccups following placement of
post-stroke pain in a lateral meudllary esophageal stent for esophageal
infarction-two case reports and literature squamous cell carcinoma. Pain Physician.
review. Tzu Chi Med J. 2005;17:365-8. 2016;19:653-6.

Medula|Volume 8|Nomor 1|April 2018|38

Anda mungkin juga menyukai