Anda di halaman 1dari 12

HOMEOSTASIS GLUKOSA PADA KONDISI DIABETES

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Biokimia
yang dibina oleh Ibu Dr. Ir. Rr. Endang Sutjiati, M.Kes

Oleh
Umu Zahro (P17111182050)
Antaresa Yusuf Maulida (P17111183060)
Amalia Resa Puspa Damayanti (P17111183062)
Fadhila Arum Wigati (P17111183075)
Farah Anisah Nurhasana (P17111183080)
Mega Dwi Permatasari (P17111183091)

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG


JURUSAN GIZI
D4 GIZI
Agustus 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat,
dan karunia-Nya, makalah dengan judul “Homeostasis Glukosa pada Kondisi
Diabetes” ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan dan manfaat bagi
banyak pihak mengenai peran hormon dalam metabolisme lemak kondisi normal
pada matakuliah biokimia.
Kami selaku penyusun makalah ini tidak memungkiri masih banyaknya
kesalahan dan kekurangan dalam makalah yang kami susun. Oleh karena itu kami
membutuhkan kritik serta saran dari pembaca untuk menjadikan makalah ini lebih
baik kedepannya.

Malang, 17 Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalahh ........................................................................................ 2
1.3. Tujuan ............................................................................................................ 2
1.4. Manfaat .......................................................................................................... 2

BAB II ISI ............................................................................................................. 3

2.1. Pengertian Diabetes Melitus ......................................................................... 3


2.2.Metabolisme Karbohidrat pada Diabetes Mellitus ........................................ 3
2.3.Homeostasis Glukosa pada Tubuh Penderita Diabetes Melitus .................... 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 8

5.1. Kesimpulan ................................................................................................... 8


5.2. Saran ............................................................................................................ 8

DAFTAR RUJUKAN .......................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes melitus telah disepakati dalam beberapa tahun terakhir
tidak termasuk suatu penyakit dalam artian klasik, melainkan suatu
kelompok kelainan sindroma klinik yang heterogen yang ditandai
oleh peninggian kadar glukosa darah. Yang dimaksud dengan
heterogen adalah adanya faktor genetik dan/atau faktor penyebab lain
yang beraneka ragam yang dapat menyebabkan kelainan klinik yang
sama. Tidak ada mekanisme etiopatogenik yang definitif dan konstan
atau suatu rangkaian peristiwa nyata yang menjadi penyebab kelainan
anatomi kelenjar endokrin pankreas (Suriani, 2012).
Diabetes terkenal sebagai silent killer, karena sering tidak
diketahui oleh penderitanya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi
(Depkes, 2014). Diabetes melitus atau kencing manis adalah penyakit
yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah secara kontinu
dan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes melitus pada awalnya
seringkali (>50%) tidak disadari oleh pasien. Pada umumnya mereka baru
mengetahuinya sewaktu menjalani pemeriksaan kesehatan. Beberapa
keluhan klasik yang perlu mendapat perhatian adalah penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, banyak kencing (poliuri)
dan banyak makan (polifagia), hiperglikemia dan glukosuria (Darwis,
2005).
Diabetes Melitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan ancaman
yang serius bagi manusia. Bahkan di negara maju sekalipun seperti
California dan Amerika Serikat diabetes merupakan suatu ancaman. Lebih
dari 2,3 juta orang dewasa California (8,4 persen) menderita diabetes dan
25,8 juta anak-anak dan orang dewasa di Amerika Serikat (8,3 persen)
menderita diabetes, dan 79 juta lainnya menderita pra-diabetes. Di negara
Indonesia sendiri sekitar tahun 1980-an prevalensi diabetes pada

1
penduduk berusia 15 tahun keatas sebesar 1,5-2,3% dengan prevalensi di
daerah rural/pedesaan lebih rendah dibandingkan perkotaan dan hal ini
makin meningkat tiap tahunnya (Depkes, 2014).

1.2.Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan diabetes melitus?
b) Bagaimana reaksi biokimia karbohidrat yang terjadi pada tubuh
penderita diabetes melitus?
c) Bagaimana homeostasis glukosa yang terjadi pada tubuh penderita
diabetes melitus?
1.3.Tujuan
a) Mengetahui pengertian diabetes melitus.
b) Mengetahui reaksi biokimia karbohidrat yang terjadi pada tubuh
penderita diabetes melitus.
c) Mengetahui homeostasis glukosa yang terjadi pada tubuh penderita
diabetes melitus.
1.4.Manfaat
a) Dapat mengetahui pengertian diabetes melitus.
b) Dapat mengetahui reaksi biokimia karbohidrat yang terjadi pada tubuh
penderita diabetes melitus.
c) Dapat mengetahui homeostasis glukosa yang terjadi pada tubuh
penderita diabetes melitus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme akibat


pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tubuh tidak
mampu menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif, sehingga
terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah yang disebut
hiperglikemi (depkes,2014). Diabetes melitus merupakan gangguan
endokrin yang disebabkan oleh defisiensi insulin atau hilangnya respon
terhadap insulin pada jaringan target, dengan hasil kadar glukosa darah
yang tinggi (Campbell et al., 2004 dalam Dwinani,2014).
Secara etiologi Diabetes dapat dibagi menjadi DM tipe 1, DM tipe
2, DM dalam kehamilan, dan diabetes tipe lain. Menurut (Fauci et al,
2008 dalam Cindy,2014). dan Kardika dkk (2014), Diabetes tipe I atau
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), adalah akibat dari
defisiensi insulin seluruhnya atau defisiensi insulin mendekati total.
Diabetes tipe II atau non insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM),
adalah sekelompok gangguan heterogen dengan karakteristik derajat
resistensi insulin yang bervariasi, gangguan sekresi insulin, dan
peningkatan produksi glukosa, yang diawali dengan suatu periode
abnormalitas homeostasis glukosa, yang dikenal sebagai impaired fasting
glucose (IFG) atau impaired glucose tolerance (IGT).

2.2 Metabolisme Karbohidrat pada Diabetes Mellitus


Glukosa merupakan produk akhir terbanyak dari
metabolisme karbohidrat. Sebagian besar karbohidrat diabsorpsi ke
dalam darah dalam bentuk glukosa, sedangkan monosakarida lain
seperti fruktosa dan galaktosa akan diubah menjadi glukosa di dalam
hati (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).

3
Gambar 2.1. Gambaran metabolisme karbohidrat; jalur-jalur
utama dan produk akhir
Sumber: Murray, Granner, dan Rodwell, 2006

Glukosa diubah menjadi asam piruvat melalui jalur


glikolisis yang dapat terjadi pada proses metabolisme secara anaerob
dengan menghasilkan laktat. Selanjutnya terjadi metabolism secara
aerob yang merubah piruvat menjadi asetil-KoA agar dapat memasuki
siklus asam sitrat (siklus krebs) untuk oksidasi sempurna menjadi
CO2 dan H2O, dan berhubungan dengan pembentukan ATP dalam
proses fosforilasi oksidatif (Murray, Granner, dan Rodwell, 2006).
Selain melalui metabolism secara aerob dan anaerob, glukosa juga
berperan dalam beberapa proses lain seperti konversi menjadi polimer
glikogen di otot rangka dan hepar; jalur pentosa fosfat yang menjadi
jalur alternatif dalam glikolisis untuk biosintesis molekul pereduksi
(NADPH) dan sumber ribose bagi sintesis asam nukleat; serta piruvat

4
dan zat-zat antara dalam siklus asam sitrat yang menyediakan
kerangka karbon untuk sintesis asam amino, dan asetil-KoA sebagari
prekursor asam lemak dan kolesterol (Murray, Granner, dan Rodwell,
2006).
Selain berasal dari makanan, glukosa dalam darah juga berasal
dari proses glukoneogenesis dan glikogenesis (Kronenberg et al.,
2008). Proses glikogenesis diatur oleh hormon glukagon dan
epinefrin. Sel α-pankreas akan menghasilkan glukagon sebagai respon
kadar glukosa darah rendah. Hormone ini berfungsi untuk
memperlambat pemasukan glukosa kedalam sel jaringan,
meningkatkan laju pemecahan glikogen menjadi glukosa di dalam
hati, meningkatkan laju pemecahan lemak dan protein menjadi
turunannya untuk digunakan dalam proses glukoneogenesis, serta
meningkatkan laju reaksi gluconeogenesis yang merupakan
pembentukan glukosa dari asam lemak atau asam amino. Namun,
apabila kadar glukosa darah meningkat, maka sel β-pankreas akan
mengsekresi insulin. Hormone insulin bekerja untuk meningkatkan
kecepatan masuknya glukosa kedalam sel jaringan, meningkatkan
kecepatan pemecahan glukosa melalui proses glikolisis.
Meningkatkan sintesis glikogen dari glukosa di dalam hati dan otot,
serta meningkatkan sintesis lipida dan protein dari glukosa.

5
2.3 Homeostatis Glukosa

Gambar 2.2. Skema Homeostasis


Sumber: Campbell et al., 2004 dalam
Dwinani,2014).

Insulin dan glukagon adalah hormon yang mengatur kadar


glukosa dalam darah dan bekerja secara antagonis. Kadar keseimbangan
metabolisme glukosa darah pada manusia sekitar 90mg%. Pada skema
diatas, saat terjadi kenaikan kadar glukosa darah >120mg%, sel beta
pankreas melepaskan insulin untuk menurunkan konsentrasi glukosa
dengan cara meningkatkan glukosa oleh hati dan menyimpannya
sebagai glikogen. Sedangkan ketika kadar glukosa darah turun
<80mg%, sel alfa pankreas menstimulasi pelepasan glukagon untuk
meningkatkan kadar glukosa dengan memecah glikogen menjadi
glukosa. Melalui umpan balik negatif, konsentrasi glukosa darah
menentukan jumlah relatif insulin dan glukagon yang disekresikan
oleh sel-sel pulau Langerhans (Campbell et al., 2004 dalam
Dwinani,2014).

Insulin memperlambat perombakan glikogen dalam hati dan


menghambat konversi asam amino dan asam lemak menjadi glukosa.
Hati dan otot rangka menyimpan gula sebagai glikogen, sementara
sel-sel jaringan adiposa mengubah glukosa menjadi lemak. Secara
normal, glukagon akan memberikan sinyal ke sel- sel hati untuk

6
meningkatkan hidrolisis glikogen, mengubah asam amino dan asam
lemak menjadi glukosa dan memulai pelepasan glukosa secara
perlahan-lahan ke dalam sirkulasi. Ketika mekanisme homeostatis
glukosa menyimpang, terdapat konsekuensi yang serius. (Campbell et
al., 2004 dalam Dwinani,2014).

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil makalah yang telah dibuat dan didiskusikan didapat
kesimpulan bahwa Diabetes Melitus merupakan penyakit yang sangat
berbahaya dan menakutkan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
terserangnya seseorang dengan Diabetes Melitus diantaranya adalah
Obesitas (berat badan berlebih),faktor genetis, pola hidup yang tidak sehat
(jarang berolah raga), kurang tidur, dan masih banyak yang lainnya.

Diabetes melitus (DM) bukanlah suatu penyakit dalam artian klasik


melaikan suatu kelompok kelainan, sindroma klinik yang heterogen yang
ditandai oleh peninggian kadar glukosa darah, yang dimaksud dengan
heterogen dalam hal ini adalah adanya faktor genetik dan/atau faktor
penyebab lain yang beraneka macam yang dapat menyebabkan kelainan
klinik yang sama. Tidak ada mekanisme etiopatogenik yang definitif dan
konstan atau suatu rangkaian peristiwa nyata yang menjadi penyebab
kelainan anatomi kelenjat endokrin pankreas.

Diabetes melitus adalah salah satu penyakit keturunan yang


bersifat poligen atau multi faktor genetik. Artinya bukan hanya satu gen
saja tetapi interaksi antar gen. Sehingga sulit untuk menentukan secara
tepat berapa persentasi faktor genetik yang menyebabkan terjadinya
penyakit ini. Namun dapat dipastikan resiko penderita diabetes melitus
paling tinggi terjadi bila salah satu atau kedua orang tuanya menderita
dibetes melitus jika dibandingkan dengan orang tua yang bukan penderita.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami dan mengetahui apa itu Diabetes Melitus, apa saja reaksi
biokimia yang terjadi pada tubuh para penderita Diabetes Melitus dan
mengetahui reaksi Homeostasis glukosa pada penderita Diabetes Melitus.

8
DAFTAR RUJUKAN

Cindy.2014.Perbandingan Kadar HbA1c pada Penderita Diabetes Mellitus Tidak


Terkontrol yang Merokok dengan yang Tidak Merokok. Skripsi
Universitas Sumatera
Utara.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41477/Chapt
er%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
Darwis, Yulizar. 2005. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit
Diabetes Melitus, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Depkes. 2014. Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta Selatan: Kementerian


Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi.

Depkes.2014. Situasi dan Analisis


Diabetes.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/i
nfodatin-diabetes.pdf
Dwinani , Sagita Nawa (2014) Kemampuan Ekstrak Etanol Bekatul Beras Hitam
Dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Nefropati
Diabetes. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/30356
IBW Kardika, S Herawati, I Yasa.2014.Preanalitik Dan Interpretasi Glukosa
Darah Untuk Diagnosis Diabetes Melitus. Jurnal Bagian Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/6698/5107/
Suriani, N. 2012. Gangguan Metabolisme Karbohidrat pada Diabetes Melitus,
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

Anda mungkin juga menyukai