Anda di halaman 1dari 25

Disusun Oleh :

Drs. Otong Nugraha, MSi

Pemerintah Kota Bandung


Dinas Pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 13
Jl. Soekarno-Hatta KM. 10 Telp / Fax (022) 7318960
2008

1
MODUL
ANALISIS KONDUKTOMETRI

Oleh :
Drs. Otong Nugraha, M.Si
NIP. 196506231991031007

Mengetahui :

Kepala Sekolah, Koordinator Perpustakaan


Sekolah,

Drs. Yaya Zakaria Latif, M.Pd Evi Nursanti R, S.Sos


NIP.196106161985031013 NIP. -

2
DAFTAR ISI MODUL

Halaman Depan
Halaman Dalam
Daftar Isi......................................................................................i
Kata Pengantar..........................................................................ii
Peta Kedudukan Modul............................................................iii
Bab I Pendahuluan ..................................................................1
A. Deskripsi...........................................................................1
B. Prasyarat..........................................................................1
C. Petunjuk Penggunaan Modul...........................................1
D. Tujuan Akhir......................................................................2
E. Kompetensi......................................................................3
F. Cek Kemampuan..............................................................3
Bab II Pembelajaran ................................................................4
A. Recana Belajar Siswa......................................................4
B. Kegiatan Belajar ..............................................................5
1. Kegiatan................................................................5
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran.......................5
b. Uraian Materi ..................................................5
c. Rangkuman......................................................9
d. Tugas...............................................................9
e. Tes Formatif.....................................................9
f. Kunci Jawaban.................................................9
g. Lembar Kerja................................................10
Bab III Evaluasi........................................................................11
Bab IV Penutup........................................................................13
Daftar Pustaka.........................................................................14

3
KATA PENGANTAR

Modul ini merupakan modul utama bagi siswa SMK yang mengambil
Bidang Keahlian Kimia dan Program Keahlian Analisis Kimia. Modul ini
berjudul “ Analisis Konduktometri ” sebagai bahan ajar bagi siswa kelas III
semester 5. Melalui modul ini diharapkan siswa memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap untuk mencapai unit kompetensi “melaksanakan
analisis konduktometri”.

Modul “ Analisis Konduktometri ” ini dikembangkan dengan


mengintegrasikan kompetensi keterampilan, pengetahuan, dan sikap secara
utuh, sehingga peserta didik terampil melaksanakan analisis konduktometri
yang didasari oleh pemahaman konsep dan sikap tanggungjawab di dalam
memecahkan analisis kimia. Materi pokok modul ini meliputi pengetahuan
konduktometri, prosedur penyiapan sampel, mengoperasikan konduktometer.
Modul ini digunakan untuk melangsungkan proses pemelajaran maupun
kerja mandiri. Untuk merefleksi keberhasilan belajar, diharapkan siswa
melatih diri secara intensif dengan cara mengerjakan aktifitas dan evaluasi
yang tersedia dalam modul. Kemudian untuk mengetahui tingkat
keberhasilan belajar, siswa dapat melihat kriteria penilaian yang ditetapkan.

Dengan keinginan belajar yang tinggi, upaya yang sungguh-sungguh,


berlatih secara teratur, Insya Allah keberhasilan akan anda raih dengan baik.

Penyusun

4
PETA KEDUDUKAN MODUL KONDUKTOMETRI

BIDANG
KEAHLIAN
KIMIA

PROGRAM
KEAHLIAN ANALIS
KIMIA

MODUL MODUL
MODUL LEVEL II LEVEL III
LEVEL I

Komunikasi Personal Analisis fisik noninstrument Analisis kromatografi


Kegiatan di Laboratorium Analisis jenis klasik kolom
Pembersihan dan Persiapan lab. Analisis organoleptik Analisis kromatografi
Penyimpanan pereaksi dan Analsisis grravimetri lapis tipis dan kertas
pembuangan pereaksi Analisis proksimat Analisis kolorimetri
kadaluarsa Analisis volumetric Analisis
Pembersihan dan perawatan alat Analisis mikrobilogi spektrofotometri UV-
Pengembalian dan penanganan VIS
sampel Analisis konduktometri
Pembuatan dan standarisasi Analisis elektrokimia
larutan Analisis fotometri
Keselamatan dan kesehatan nayala dan emisi atom
kerja
Penggunaan prosedur analisis
Penyiapan analisis

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI
Modul ini berjudul ” Analisis Konduktometri ”. Materi pelajaran meliputi
pengertian konduktometri, teknik pengerjaan dan teknik penggunaan
konduktometer.
Untuk mempermudah dan memperoleh pemahaman yang memadai
dalam mempelajari modul ini, disarankan anda terlebih dahulu mempelajari
dan memahami modul sebelumnya yang akan diberikan seperti modul
pembersihan alat dan perawatan alat, modul penyiapan sampel, modul
keselamatan kerja dan modul penggunaan prosedur analisis.
Beberapa kemampuan dan kinerja yang harus dicapai setelah anda
mempelajari modul ini, dapat melaksanakan analisis konduktometri. Dengan
demikian kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif yang dijadikan
sasaran pada modul ini, diharapkan anda mempunyai bekal minimal dalam
melaksanakan analisis konduktometri.

B. PRASYARAT
Untuk dapat mempelajari modul melaksanakan analisis konduktometri
prasyarat yang harus dikuasai meliputi:
KA. KUA.D. 002.A : Melaksanakan kegiatan di laboratorium dengan benar
(GLP).
KA. LAB.A. 008.A : Bekerja berdasarkan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3).
KA. KOM.D. 023.A : Menggunakan prosedur analisis.

C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL


Modul ini dirancang sebagai bahan untuk melangsungkan pembelajaran
maupun kerja mandiri. Untuk meningkatkan proses dan hasil belajar maka
bagian ini diberi panduan belajar bagi siswa dan panduan mengajar bagi
guru.
1. Panduan Belajar bagi Siswa :
a. Bacalah dengan cermat keseluruhan modul ini.
b. Pahami isi masing-masing konsep yang ada pada
modul

6
c. Diskusikan dengan guru dan teman-teman tentang
konsep yang belum dipahami hingga mendapat penjelasan.
d. Jawab semua pertanyaan yang menguji penguasaan
konsep, kemudian periksa hasilnya dengan kunci jawaban yang
disediakan. Pelajari kembali apabila penguasaan konsep kurang
dari 80%. Ingat kunci jawaban digunakan setelah anda
mengerjakan soal, dan hanya digunakan untuk mengetahui
pemahaman nyata anda.
e. Lakukan semua kegiatan yang diberikan dengan
mengikuti prosedur kerja dengan baik dan benar.

2. Panduan Mengajar untuk Guru :


a. Sebelum mempelajari dengan modul ini dilangsungkan,
terlebih dahulu dipersiapkan bahan ajar dan OHT jika ada.
Traspransikan mengenai konduktometri.
b. Tugaskan pada siswa untuk membaca modul secara
berkelompok, hal-hal yang belum dipahami didiskusikan dan
penjelasannya menggunakan media dari media transparan jika ada.
c. Tugaskan pada siswa untuk menguji penguasaan
konsep dengan cara mengerjakan soal-soal yang telah ada dalam
modul, Bagi siswa yang belum menguasai soal minimal 80% maka
tugaskan untuk mempelajari kembali isi modul.
d. Siapkan panduan praktikum untuk melaksanakan
analisis konduktometri.
e. Tugaskan kepada siawa untuk membentuk kelompok
menjadi beberapa kelompok
f. Demonstrasikan terlebih dahulu teknik pengerjaan
konduktometri hingga analisisnya.
g. Tugaskan pada masing-masing kelompok untuk
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada kegiatan
praktikum
h. Lakukan pemantauan saat siswa melaksanakan
praktikum dan catat segala aktivitas siswa pada lembar observasi
dan format sikap

7
i. Perhatikan kendala-kendala yang dihadapi siswa saat
praktek selanjutnya berikan pengarahan kemudian catat pada
lembar observasi
j. Pantau kelemahan-kelemahan yang sering dilakukan
baik kelompok maupun perorangan kemudian catat pada lembar
observasi dan diskusikan penyelaesaiannya
k. Lakukan evaluasi kemampuan siswa sesuai dengan
sasaran yang ada pada modul ini baik dari aspek pengetahuan,
penyelesaian soal, ketrampilan dan sikap. Untuk ketrampilan dan
sikap , penilaian dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung, sedangkan aspek pengetahuan dalam penyelesaian
soal dilakukan setelah pembelajaran selesai.

D. TUJUAN AKHIR
Tujuan akhir yang harus dicapai siswa setelah menyelesaikan modul
ini tertuang dalam tabel berikut :

Kinerja yang Kinerja keberhasilan Kondisi/variabel yang


diharapjkan diberikan
Terampil melaksanakan a. Konsep 1. Unit kompetensi ini
kegiatan di laboratorium pengelolaan menjelaskan
(P) dengan benar laboratorium pelaksanaan
sesuai dengan SOP (A) minimal 80 % kegiatan di
yang dilandasi b. Menunjukkan laboratorium dengan
persyaratan kerja (K) proses kegiatan di benar
laboratorium 2. Dalam
dengan benar melaksanakan
kegiatan di
laboratorium dengan
benar harus sesuai
dengan persyaratan
kerja dan tata tertib
di laboratorium
3. Peralatan yang

8
dipakai adalah
peralatan gelas dan
non gelas
4. Bahan yang
dikgunakan adalah
sampel, pelarut, dan
pereaksi

Keterangan :
K : Kognitif
P : Psikomotorik
A : Afektif

E. KOMPETENSI
Kompetensi yang akan dicapai dalam modul ini mengacu pada
kurikulum SMK 2004 sebagai berikut :
Kompetesi : Melaksanakan Analisis Konduktometri dengan benar

F. CEK KEMAMPUAN
Berikuit ini merupakan lembar pengecekan kemampuan sebagai alat
evaluasi diri. Isilah dengan sejujurnya dan apabila sebagian besar pertanyaan
sudah Anda kuasai, maka Anda dapat mengerjakan soal atau minta pengujian
kepada guru. Berilah tanda silang (X) sesuai dengan tingkat penguasaan.

No Aspek yang harus dikuasai Tingkat penguasaan

9
1 Ketrampilan anda dalam menggunakan
alat-alat gelas
2 Ketrampilan anda dalam memilih reagen
yang tepat
3 Ketrampilan anda dalam membuat reagen
yang sesuai
4 Ketrampilan anda dalam menggunakan sel
konduktometer
5 Ketrampilan anda dalam mengkalibrasi
konduktometer
6 Ketrampilan anda dalam melakukan titrasi
konduktometri
7 Ketrampilan anda dalam membuat kurva
titrasi konduktometri

10
BAB II
PEMBELAJARAN

A. RENCANA BELAJAR SISWA


Kompetensi : Melaksanakan Analisis Elektrokimia
Sub Kompetensi : Melaksanakan Analisis Konduktometri

Jenis Kegiatan Tanggal Waktu Tempat Perubahan Tanda


Belajar dan Tangan
Alasan guru
KBM-1
a. Diskusi tentang
Pengertian
konduktometri,
fungsi,serta alat
yang digunakan.
Cara perlakuan
terhadap alat
sebelum dan
sesudah
digunakan
KBM-2
a. Diskusi latihan
tentang
pengenalan
alat,
penggunaan
dan fungsi alat
konduktometri
b Merangkai alat
elektrolisis dan
titrasi
konduktometri
c. Kegiatan ;
latihan
pengguanaan
alat dan cara
melakukan
titrasi
konduktometri
d. Melakukan
elektrolisis dan
titrasi

11
B. KEGIATAN BELAJAR

1. Kegiatan Belajar I
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran I. Siswa diharapkan dapat :
 Mendeskripsikan prinsip analisis konduktometri
 Melaksanakan analisis konduktometri baik dan benar
 Mendeskripsikan cara perawatan sel konduktometer

Sikap
 Menggunakan alat-alat analisis konduktometri sesuai dengan
SOP
 Bekerja di Laboratorium sesuai dengan SOP

Ketrampilan
 Melakukan titrasi konduktometri
 Mengukur konduktans dari sampel yang dianalisis
 Membuat kurva titrasi konduktometri

b. Uraian Materi

Hukum Ohm mengatakan bahwa arus I (ampere) yang mengalir dalam


sebuah pengantar berbanding lurus dengan daya gerak listrik (daya
elektromotif) E (volt), dan berbanding terbalik dengan resistans (tahanan)
R(Ohm). I = E/R
Hukum di atas berlaku bila difusi dan reaksi elektroda tidak terjadi.
Kebalikan dari resistans dinamakan konduktans (G) (hantaran) yang diukur
dalam mho (Ohm-1) atau Siemens (S) sehingga I = EL. Hantaran L suatu
larutan berbanding lurus pada luas permukaan elektroda a, sedangkan
konsentrasi ion persatuan volume larutan C i, pada hantaran ekivalen dengan
i tetapi berbanding terbalik dengan jarak elektroda d, sehingga,
L = a/d  i Ci i
Tanda  menyatakan bahwa sumbangan ion terhadap konduktansi
sifatnya aditif. Karena a dan d dalam satuan cm, maka konsentrasi C

12
dinyatakan dalam M. Bila konsentrasi dinytakan dalam normalitas maka harus
dikalikan dengan faktor 1000. nilai d/a = θ merupakan faktor geometri selnya
dan nilainya konstan untuk suatu nilai tertentu sehingga disebut sebagai
tetapan sel, seperti

L
C  1 1

C 
1 1 a
1000  1000 d

Selain hantaran ekivalen ionik, dikenal pula hantaran ekivalen A,


yang nilainya :  =  i i
Sedangkan konduktivitas spesifik didefenisikan sebagai :
K = L (d/a) = L
Pengukuran hantaran dilakukan pada larutan yang diketahui
hantaran spesifiknya. Pada umumnya KCl digunakan sebagai larutan
pembanding. Nilai konduktansi spesifik (K) pada 20 0C memiliki konsentrasi
yang berbeda-beda 71,13 g/Kg = 0,11134 mho/cm ; 7,419 g/kg = 0,01265
mho/cm ; 0,749 g/kg = 0,00140 mho/cm. Hantaran elektrolitik merupakan
besaran yang tergantung pada temperatur. Sehingga pengukuran harus
dilakukan pada temperatur yang tetap, biasanya pada suhu 25 0 C. Sedangkan
 tergantung pada konsentrasi total ionik suatu larutan, dan bertambah besar
dengan pengenceran.
Konduktivitas pada sebuah larutan elektrolit pada setiap temperatur
hanya bergantung pada ion-ion yang ada dan konsentrasi ion-ion tersebut.
Bila larutan suatu elektrolit diencerkan maka konduktivitas akan turun karena
jumlah ion yang semakin sedikit dalam larutan tersebut untuk membawa arus.
Jika semua larutan tersebut dimasukkan diantara dua elektrode yang terpisah
dengan jarak 1 cm satu sama lainnya, maka konduktivitas akan naik, hal ini
dikarenakan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik pada elektrolit-elektrolit
kuat dan kenaikan derajat ionisasi untuk elektrolit-elektrolit lemah.
Untuk mengukur suatu konduktivitas suatu larutan, maka larutan
dimasukkan ke dalam sebuah sel yang telah dikalibrasi dengan suatu larutan
yang telah diketahui konduktivitasnya misalnya larutan standar kalium klorida.
Sel dimasukkan ke dalam salah satu sisi rangkaian dari jembatan
Wheatstone. Kemudian ukur resistannya pengaliran arus melalui sebuah
larutan elektrolit akan mengakibatkan perubahan-perubahan dari komposisi

13
larutan bila didekatkan dengan sebuah elektrode, yang pada akhirnya akan
menunjukkan besarnya potensial pada elektrode tersebut.
Hal tersebut akibat terbawanya sesatan-sesatan yang serius dalam
pengukuran konduktivitas, keuali kalau efek-efek polarisasi dikurangi.
Kesukaran-kesukaran ini dapat diatasi dengan menggunakan arus bolak balik
untuk pengukuran sehingga tingkat elektrolisis dan efek polarisasi bisa
dikurangi.
Penambahan suatu elektrolit pada suatu larutan elektrolit lain yang
memiliki volume tetap akan mempengaruhi hantaran larutan tersebut,
tergantung dari ada atau tidaknya terjadi reaksi ionik.jika tidak terjadi reaksi
ionik maka konduktans akan naik , tapi bila terjadi reaksi ionik maka
konduktans dapat naik atau turun. Hal tersebut juga akan terjadi bila pada
suatu larutan basa ditambahkan pada larutan asam kuat. Konduktans akan
turun disebabkan oleh penggantian ion hidrogen yang memiliki konduktivitas
tinggi oleh kation lain yang memiliki konduktivitas yang lebih rendah. Hal
tersebut merupakan suatu dasar yang dijadikan prinsip pada titrasi
konduktometriyaitu substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion
dengan konduktivitas yang lain.
Untuk menghindari elektrolisis, pengukuran hantaran dilakukan
dengan arus bolak balik (AC). Frekuensinya sekitar 1000 Hz. Diperlakukan
pengocokan yang efisian. Biasanya digunakan suatu jembatan wheatston
yang dimodifikasikan untuk melakukan penentuan hantaran elektrolit (L) yang
beroperasi pada sumber energi AC.
Pengukuran-pengukuran hantaran biasanya dilakukan pada larutan
-8
yang berair (H2O adalah penghantar yang buruk, L H 2O = 5 x 10 mho/cm
pada 250 C). Pada konsentrasi tinggi, kenaikan konsentrasi menyebabkan
naiknya hantaran secara linier. Ini akan memiliki nilai maksimum,untuk
selanjutnya menurun. Contoh aplikasinya misalnya pada analisis knadungan
NO2 : H2O dalam asam nitrat yang berasap. Hantaran diukur pada HNO 3
sebelum dan sesudah pengolahan dengan KNO 3. Air alam serta air pendingin
dalam industri juga umumnya ditentukan konduktansnya dengan KNO 3. Ini
merupakan prosedur yang cepat dan baik untuk melakukan analisis air. Selain
itu juga sering digunakan pada penentuan amoniak dalam materi biologis,
amoniak yang dihasilkan ditampung dalam H 3BO3 selanjutnya konduktans

14
spesifiknya diukur pada lingkungan ion-ion lain yang mudah diendapkan dan
memiliki kelarutan yang kecil. Nilai K ditentukan sebelum dan sesudah
penambahan reagen pengendap.
Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi
jika terdapat perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan
sesudah penambahan reagen dengan tetapan sel harus diketahui. Sehingga
selama pengukuran dilakukan secara berturut-turut dan dengan jarak
elektroda yang harus tetap juga. Hantaran (konduktans) memiliki nilai yang
sebanding dengan konsentrasi dan pada temperatur yang tetap, tetapi
dengan adanya pengenceran maka akan menyebabkan konduktans yang
dihasilkan tidak lagi linear dengankonsentrasi larutan.
Reaksi netralisasi pada gambar di bawah ini menunjukkan kurva
untuk pengukuran titrasi NaOH terhadap HCl (gambar a), sedangakan
gambar (b) menunjukkan gambar titrasi, akan terlihat bahwa hantaran ion H +
berkurang sampai titik ekivalen tercapai, kemudian setelah penambahan titran
terlihat bahwa hataran total setelah titik ekivalen akan naik kembali. Inon Cl -
tidak memberikan sumbangan terhadap hantaran, tetapi ion Na + akan
memberikan sumbangan yang berarti. Ion H+ sendiri akan memberikan
sumbangan sebesar 82% sedangkan Cl - akan memberikan sumbangan
sebesar 18% . kurva lain pada gambar (c) merupakan titrasi untuk berbagai
asam asetat tersubstitusi oleh klor.
(a)

H+ OH-

L HCl

Na+ K+
Cl-

ml KOH ( NaOH  HCl )

(b)

15
OH-

L CH3COOH

K+

mL KOH ( KOH  CH3COOH )

L 2

4 End point
5
mL KOH ( KOH  berbagai asam asetat )

Ket :
1. HCl
2. CHCl2COOH
3. CH2ClCOOH
4. CH3COOH
5. H3BO3
Reaksi-reaksi pengendapan dan penggantian seperti titrasi NH 4Cl +
NaOH dapat dilaksanakan dengan konduktometri. Titrasi asam lemah
terhadap basa lemah dapat dilakukan dengan metode konduktometri. Pada
titik ekivalen hantaran akan turun pada tingkat yang paling rendah. Sebagai

16
contoh, titrasi AgSO4 vs BaCl2 dapa t dititrasi dengan metode konduktometri
sampai titik akhir ditandai dengan terbentuknya BaSO 4 secara kuantitatif.
Titrasi konduktometri sangat berguna bila hantaran sebelum dan
sesudah reaksi cukup banyak berbeda. Tetapi metode konduktometri ini
kurang bagus digunakan untuk larutan dengan konsentrasi ionik yang terlalu
tinggi, misalkan titrasi Fe3+ dengan KmnO4, karena pada saat titrasi
perubahan hantaran sebelum dan sesudah titik ekivalen terlalu kecil
dibandingkan dengan besarnya konduktans total.

Titrasi Pada Frekuensi Tinggi.


Cara-cara konduktansi tergantung pada pergerakan ion dalam suatu
medan listrik. Pemakaian arus AC dapat menghindarkan pengendapan
elektrokimia, karena setiap arus berubah arahnya. Ion yang sudah
terendapkan akan larut kembali. Kecepatan ion terendapkan ataupun
terlarutkan kembali dapat diatur dengan mengatur frekuensi arus bolak balik.
Dengan frekuensi tinggi diharapkan ion-ion tidak memmpunyai waktu yang
cukup untuk mencapai kecepatan maksimum. Pada keadaan tersebut
terbentuklah polarisasi molekular. Seperti yang kita ketahui bila pada suatu
molekul diberikan medan listrik dari luar, maka elektron dalam molekul
tersebut akan cenderung bergerak ke arah elektroda positif , sedangkan inti
akan beergerak menuju ke arah yang berlawanan. Akibatnya akan terjadi
distorsi pada molekul tersebut. Efek ini sifatnya temporer dan menghilang jika
medan dari luar dihilangkan.
Beberapa molekul memiliki beberapa suatu dipol listrik yang permanen
yaitu pusat muatan positif dan negatif terpisah pada jarak tertentu, misalkan
H2O, CH3COCH3(aseton), CHCl3, dan nitrobenzen. Sedangkan molekul-
molekul CH4, CCl4, C6H6, p-dinitro benzena tidak mempunyai moment dwi
kutub. Di bawah pengaruh medan listrik molekul polar mengorientasikan
dirinya sedemikian rupa ke arah kutub-kutub yang berlawanan. Jadi selain
distorsi akibat polarisasi molekul terdapat pula polarisasi orientasi. Kedua tipe
polarisasi tersebut yaitu polarisasi orientasi dan polarisasi distorsi, keduanya
mengahsilkan arus listrik yang sangant pendek bila diberikan medan listrik.
Apabila arus listrik yang diberikan memiliki frekuensi yang besar seperti

17
frekuensi radio, maka polarisasi yang dihasilkan akan besar sehingga arus
hantaran juga akan menjadi cukup besar.
Biasanya sampel yang digunakan untuk analisis diletakkan diantara
dua plat kapasitor yang memiliki frekuensi yang telah diatur sehingga sampel
dapat beresonansi dengan medan listrik yang dinyatakan dalam bentuk
adsorbsi energi.
Pada analisis campuran biner dapat secara langsung dilakukan
dengan kalibrasi, kelebihan cara ini adalah kita tidak lagi memerlukan
elektroda.

c. Rangkuman I
 Pengukuran hantaran dilakukan pada larutan yang diketahui hantaran
spesifiknya. Pada umumnya KCl digunakan sebagai larutan
pembanding.
 Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika
terdapat perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan
sesudah penambahan reagen dengan tetapan sel harus diketahui.
Sehingga selama pengukuran dilakukan secara berturut-turut dan
dengan jarak elektroda yang harus tetap juga. Hantaran (konduktans)
memiliki nialai yang sebanding dengan konsentrasi dan pada
temperatur yang tetap, tetapi dengan adanya pengenceran maka akan
menyebabkan konduktans yang dihasilkan tidak lagi linear
dengankonsentrasi larutan.
 Reaksi-reaksi pengendapan dan penggantian seperti titrasi NH 4Cl +
NaOH dapat dilaksanakan dengan konduktometri. Titrasi asam lemah
terhadap basa lemah dapat dilakukan dengan metode konduktometri.
Pada titik ekivalen hantaran akan turun pada tingkat yang paling
rendah.
 Titrasi konduktometri sangat berguna bila hantaran sebelum dan
sesudah reaksi cukup banyak berbeda. Tetapi metode konduktometri
ini kurang bagus digunakan untuk larutan dengan konsentrasi ionik

18
yang terlalu tinggi, misalkan titrasi Fe3+ dengan KmnO4, karena pada
saat titrasi perubahan hantaran sebelum dan sesudah titik ekivalen
terlalu kecil dibandingkan dengan besarnya konduktans total.
 Cara-cara konduktansi tergantung pada pergerakan ion dalam suatu
medan listrik. Pemakaian arus AC dapat menghindarkan pengendapan
elektrokimia, karena setiap arus berubah arahnya. Ion yang sudah
terendapkan akan larut kembali. Kecepatan ion terendapkan ataupun
terlarutkan kembali dapat diatur dengan mengatur frekuensi arus bolak
balik.
 Bila pada suatu molekul diberikan medan listrik dari luar, maka elektron
dalam molekul tersebut akan cenderung bergerak ke arah elektroda
positif , sedangkan inti akan beergerak menuju ke arah yang
berlawanan.
.
 Polarisasi terdapat dalam dua tipe yaitu polarisasi orientasi dan
polarisasi distorsi, keduanya mengahsilkan arus listrik yang sangant
pendek bila diberikan medan listrik.

d. Tugas I
 Pelajari panduan percobaan dengan cermat
 Siapkan alat-alat yang akan digunakan
 Lakukan analisis sampel yang diberikan dengan metode konduktometri
e. Tes Formatif I
1. Apakah pengertian konduktometri ?
2. Untuk menghindari elektrolisis pada saat analisis, maka apa yang
harus dilakukan?
3. Pada saat kapankah kemungkinan terbentuknya polarisasi molekuler
pada analisis konduktometri?
4. Sebutkan beberapa contoh analisis sampel yang dapat ditetapkan
dengan konduktometri ?
f. Kunci Jawaban I
1. Konduktometri adalah metode analisis suatu sampel berdasarkan
perbedaaan hantaran yang dihasilkan oleh suatu sampel

19
2. Untuk menghindari elektrolisis maka pengukuran hantaran dilakukan
dengan arus bolak balik (AC). Frekuensinya sekitar 1000 Hz.
Diperlakukan pengocokan yang efisian. Biasanya digunakan suatu
jembatan wheatston yang dimodifikasikan untuk melakukan penentuan
hantaran elektrolit (L) yang beroperasi pada sumber energi AC.
3. Bila pada suatu molekul diberikan medan listrik dari luar, maka elektron
dalam molekul tersebut akan cenderung bergerak ke arah elektroda
positif , sedangkan inti akan beergerak menuju ke arah yang
berlawanan. Akibatnya akan terjadi distorsi pada molekul tersebut.
4. Reaksi-reaksi pengendapan dan penggantian seperti titrasi NH 4Cl +
NaOH dapat dilaksanakan dengan konduktometri. Titrasi asam lemah
terhadap basa lemah dapat dilakukan dengan metode konduktometri.
Sebagai contoh, titrasi AgSO4 vs BaCl2 dapa t dititrasi dengan metode
konduktometri sampai titik akhir ditandai dengan terbentuknya BaSO 4
secara kuantitatif.

g. Lembar Kerja I

Penentuan kadar Ba(II) metode konduktometri


Peralatan yang dibutuhkan :
1. konduktometer
2. buret mikro
3. magnetik stirer
4. hot plate
5. statif
6. klem buret
7. batang pengaduk
8. gelas kimia 400 mL dan 100 mL
9. corong pendek
10. pipet seukuran 5 mL
11. botol semprot
12. voltmeter
Bahan yang dibutuhkan :
1. larutan standar KCL 0,1 N

20
2. larutan standar Na2SO4
3. aqua DM
4. sampel Ba2+
Prosedur Kerja :
1. Kalibarasi alat konduktometri dengan KCL 0,1 N
2. Masukkan larutan Na2SO4 standar 0,1 M ke dalam buret mikro,
tanda bataskan
3. Pipet 5 mL larutan Ba2+ yang akan ditentukan kadarnya,
masukkan ke dalam gelas kimia 400 mL, tambahkan aqua DM
sampai sel kondukto tercelup
4. Masukkan stirer, aduk dengan pengaduk listrik
5. Lakukan titrasi dengan penambahan berselang 0,5 mL sampai
melewati TE
6. Ulangi langkah 2-5 dengan selang penambahan 0,2 mL untuk
daerah sekitar TE
7. Buat grafik V Na2SO4 versus Hantaran ekivalen dari titrasi secara
halus
8. Hitung kadar Ba2+.

21
BAB III
EVALUASI
Jawablah dengan singkat dan jelas !
1. Sebutkan contoh penetapan zat yang dapat dilakukan dengan
konduktometri !
2. Sebutkan bunyi hukum Ohm yang berkaitan dengan konduktometri !
3. Apakah fungsi larutan KCL standar 0,1 N dan Na 2S4 pada penentuan
kadar Ba(II) secara konduktometri ?

Jawaban :
1. Titrasi NH4Cl + NaOH, penetapan kadar Ba(II)
2. Hukum Ohm mengatakan bahwa arus I (ampere) yang mengalir dalam
sebuah pengantar berbanding lurus dengan daya gerak listrik (daya
elektromotif) E (volt), dan berbanding terbalik dengan resistans
(tahanan) R(Ohm).
3. Larutan KCl standar 0,1 N sebadgai larutan pengkalibrasi sedangkan
larutan Na2SO4 merupakan larutan penitrasi.

Pedoman penilaian
1. Evaluasi hasil belajar = aspek kognitif + aspek psikomotorik + aspek
sikap
2. bobot kognitif : psikomotorik : sikap = 30 % : 50 % : 20 %
3. evaluasi kognitif diambil dari tes formatif ditambah evaluasi akhir
4. evaluasi psikomotorik dan sikap diambil dari tugas dengan
menggunakan format penilaian sebagai berikut :

22
Berilah tanda (√ ) sesuai dengan prestasi siswa

No Kualitas Kerja
Baik (3) Sedang Kurang
Kegiatan
(2) (1)

1 Pengenalan alat yang digunakan


2 Mengkalibrasi alat
3 Persiapan umum alat
4 Rencana kerja dibuat sesuai
prosedur
5 Penggunaan alat
6 Pembacaan skala alat
7 Mengukur volume larutan
8 Mengurutkan tahapan kerja
9 Menimbang dan melarutkan
sampel
10 Memipet larutan
11 Menandabataskan larutan
12 Melaksanakan titrasi
13 Ketelitian kerja dan penetapan
14 Membuat grafik
15 Melaporkan hasil kerja

5. Dalam aspek kognitif modul ini harus dikuasai ≥ 80 % meliputi aspek


psikomotorik dan sikap90 %
6. Skor jawaban pada tes formatif adalah 1, jawaban salah adalah 0
7. Semua nilai kognitif, psikomotorik, dan sikap dikonversikan ke skala 0-
100
8. Nilai prestasi belajar (NPB) yaitu :
NPB = 0,3 (rata-rata nilai kognitif) + 0,5 (rata-rata nilai psikomotorik) +
0,2 (rata-rata nilai sikap)

BAB IV
PENUTUP
Sertifikat kompetensi melaksanakan analisis konduktometri akan
diberikam kepada peserta didik setelah semua komponen evaluasi
dilaksanakan dan mencapai kriteria yang ditetapkan. Bagi peserta didik yang
belum mampu mencapai kriteria yang ditetapkan maka wajib melaksanakan

23
remedial. Komponen yang dimuat dalam sertifikasi meliputi aspek sikap
(afektif), pengetahuan (koginitif), serta ketrampilan (skill) yang didapat peserta
didik selama mengikuti pemelajaran. Sertifikat ini digunakan untuk
melanjutkan pada tingkat kompetensi dan modul berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Kuantitatif Anorganik, Edisi
Keempat. Jakarta
Saptoraharjo, A. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjemahkan dari
SM.Khopkar. 1990. Jakarta. Penarbit Universitas Indonesia
Bahan Ajar D3 Politeknik TECD Bandung. 2005

24
25

Anda mungkin juga menyukai