Marie Eugène François Thomas Dubois (28 Januari 1858 – 16 Desember 1940) adalah ahli
anatomi berkebangsaan Belanda. Lahir di Eijsden, ia menjadi terkenal saat menemukan sisa-
sisa spesimen hominidyang berada di luar Eropa. Penemuan tersebut adalah di Pulau
Jawa tahun 1891, yang kemudian dinamaiPithecanthropus erectus.
Selama ini kebanyakan dari kita mengenal Belanda sebagai negeri yang menguasai teknologi
keairan, konstruksi,ataupun arsitektur. Di banyak tempat kita bisa melihat berbagai peninggalan
mulai dari stasiun, bendungan, gereja yang hingga sekarang masih berdiri kokoh. Ternyata
selain itu ada banyak hal yang dikuasai mereka. Salah satunya keilmuan dalam bidang
arkeologi dan paleontologi. Banyak diantara candi-candi terungkap keberadaanya berkat
mereka. Tentunya kita juga tak asing dengan nama Trinil, Sangiran, Wajak.
Eugene Dubois, seorang ahli Paleontology asal Belanda lebih dari seabad lalu
melakukan kegiatan serupa. Dubois bahkan pernah menghabiskan 5 tahun tinggal di kota yang
dulu masih merupakan wilayah karesidenan Kediri dalam upayanya mencari mata rantai yang
hilang (Missing link ) antara manusia kera dengan manusia modern saat ini berdasar teori
Darwin yang diyakininya.
Dubois memutuskan tinggal di Tulungagung untuk melakukan penelusuran lebih lanjut.
Dubois menyewa sebuah rumah di Penampihan lereng Gunung Wilis. Dubois melakukan
penyisiran dan pencarian di lokasi fosil ditemukan. Ia mendapatkan berbagai temuan berupa
sisa fosil berbagai jenis reptil dan mamalia. Ia juga menemukan fosil tengkorak manusia
namun kondisinya tidak seutuh temuan Rietschoten. Fosil yang dia sebut sebagai Homo
Wajakensis. Dubois belum puas dengan temuan itu. Ia melanjutkan ekspedisinya. Dia
berpindah ke berbagai tempat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Akhirnya dia memusatkan
risetnya di lembah Bengawan Solo dekat Trinil. Di lokasi ini ia mendapat begitu banyak
temuan fosil. Dubois menemukan fosil Pithecanthropus Erectus terdiri dari tempurung
tengkorak, tulang paha atas dan tiga giginya saja.