Anda di halaman 1dari 2

Mata Kuliah : Technology and Operations Management (MAN 5322)

Nama : Muammar
NIU : 447626

Refleksi film The True Cost

Isu-isu etika apa yang harus menjadi perhatian bagi para manajer operasi ketika
perusahaan beroperasi pada lingkungan global?

Globalisasi memungkinkan perusahaan-perusahaan menghasilkan strategi-strategi global yang


lebih inovatif, peningkatan efisiensi, kepuasan pelanggan, profit dan pada akhirnya nilai
perusahaan, tetapi di balik itu ada banyak tantangannya di antaranya adalah masalah etika. Karena
pengejaran keuntungan, banyak perusahaan yang mengabaikan etika bisnis. Contohnya adalah
pabrik-pabrik manufacturing di negara-negara low-cost economies seperti Bangladesh yang
memproduksi pakaian dan produk fashion lainnya yang di-outsourced oleh brand-brand terkemuka
yang berbasis di Eropa dan Amerika. Mereka menggaji karyawan-karyawan mereka dengan
jumlah yang tidak layak, serta lingkungan kerja yang tidak aman dan bahkan berbahaya.

Brand-brand fast fashion ingin profit mereka tetap tinggi dan meminimalisir biaya semaksimal
mungkin sehingga mereka akan memesan pada pabrik-pabrik yang bisa memproduksi dengan
biaya termurah di negara-negara berkembang. Karena membutuhkan pekerjaan tersebut, mereka
akan menerimanya, jika tidak brand-brand tersebut akan mencari pabrik lain yang bisa menerima
permintaan mereka. Oleh karena itu, pabrik-pabrik garmen seperti yang ada di Bangladesh
sebenarnya berkompetisi untuk mendapatkan permintaan tersebut dengan saling menurunkan
harga. Sebagai akibatnya, pabrik-pabrik tersebut meminimalisir biaya-biaya yang mereka
keluarkan dengan membebankan biaya tersebut kepada pekerjanya. Salah satu biaya yang
ditanggung oleh para pekerja tersebut adalah sebuah tragedi di Rana Plaza pada tahun 2013 di
Bangladesh yang memakan korban jiwa 1.129 karyawan dan korban luka-luka karena runtuhnya
bangunan pabrik yang sebelumnya telah diketahui sudah tidak aman karena adanya retakan
bangunan di sana sini, tetapi hal tersebut diabaikan dan mereka dipaksa untuk bekerja pada kondisi
seperti itu.

Pada supply chain yang besar kebanyakan para pekerja tidak memiliki kemampuan untuk
menyuarakan permintaan untuk menuntut hak-hak mereka. Sebagai contoh, Shima, seorang
pekerja Garmen di Bangladesh, mengatakan bahwa dirinya dipukul oleh para managernya ketika
ia meminta kondisi kerja yang lebih baik. Pemerintahnya juga tidak bisa berbuat banyak, karena
sangat membutuhkan adanya bisnis tersebut. Sehingga, untuk mengurangi kesempatan retailer
internasional merelokasi produksi ke negara low-cost lainnya, negara kemudian membiarkan gaji
karyawan rendah dan menghindari penegakan hukum bagi buruh lokal. Meskipun kebanyakan
perusahaan-perusahaan besar tersebut memiliki code of conduct, yang mengklaim bahwa mereka
bertanggung jawab terhadap semua kondisi-kondisi yang di dalamnya produk-produk mereka
dibuat, tidak ada dari mereka yang mau mendukung hukum yang memperjuangkan kondisi
pekerjaan yang layak dan kompetisi yang adil. Sebaliknya, mereka ingin mempertahankan
voluntary codes of conduct karena ketika mereka tidak merekrut pekerja dan memiliki pabrik,
mereka bebas dari tanggung jawab terhadap dampak gaji rendah, bencana pabrik, dan perlakuan
kejam kepada para pekerja.

Anda mungkin juga menyukai