Anda di halaman 1dari 17

BEBAN (EXPENSES)

Oleh:

Mutiara Puspa Widyowati (090810301003)

Eunike Ria Kristina (090810301059)

Choirun Nissyah R. (090810301171)

Remirda Eva R. (090810301255)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Biaya (Expenses) 1
1. DEFINISI BEBAN

Dalam SFAC no 6, FASB mendefinisikan beban adalah aliran keluar


atau pemakaian aktiva dan timbulnya hutang selama satu periode yang berasal
dari penjualan atau produksi barang, atau penyerahan jasa atau pelaksanaan
kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas.

Sedangkan menurut IAI mendefinisikan beban adalah penurunan manfaat


ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal (paragraf
70b).

FASB dan IAI memiliki sudut pandang yang berbeda dalam


mendefinisikan beban. IAI mendefinisikan biaya dari sudut pandang peristiwa
moneter seperti penurunan aktiva, kenaikan hutang atau ekuitas. Sedangkan
FASB memiliki sudut pandang sebagai berikut:

1. Tidak menunjukkan dengan jelas peristiwa moneter dan fisik. FASB lebih
menekankan pada peristiwa fisik yaitu penjualan barang atau produk yang
dihasilkan.
2. Pemakaian aktiva harus menunjukkan suatu kos yang dinyatakan keluar
sebagai biaya.
3. Apabila dilihat dari sudut pandang tradisional definisi yang dikemukakan
FASB menunjukkan bahwa beban hanya dihasilkan dari pemakaian aktiva
untuk tujuan menghasilkan pendapatan pada periode yang berjalan.

IAI dan FASB membedakan kos menjadi beban dan rugi, sedangkan IAI
tidak. IAI dan FASB memang mempertimbangkan pendapatan dalam
mengklasifikasi apakah kos tersebut termasuk ke dalam beban ataukah rugi.
Apabila kos tersebut tidak menghasilkan pendapatan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, maka kos tersebut akan dianggap sebagai rugi (misalnya
pemberian donasi, pembayaran pajak, dan lain-lain). Sedangkan IAI membedakan
kos hanya dari kadaluarsanya. Kos yang sudah kadaluarsa akan dialui sebagai
beban, sedangkan yang belum sebagai aset. Perbedaan tersebut dijelaskan oleh
gambar di bawah ini.

Biaya (Expenses) 2
Menurut IASB dan FASB Menurut IAI

Cost Kos / Biaya

Beban
Beban Rugi
(expenses) (losses)
(Ketika sudah kadaluarsa)
(Tidak menghasilkan
pendapatan)

(kos yang sudah kada-


luarsa dan menghasilkan
pendapatan)

Menurut Suwardjono dinyatakan bahwa ada beberapa karakteristik penting


yang melekat pada makna beban:

1. Aliran keluar/penurunan aset

Untuk menyatakan timbulnya beban, transaksi atau kejadian harus terjadi


dalam penurunan aset / yang menimbulkan aliran keluar aset. Aset yang
dimaksud adalah semua aset perusahaan. Jadi konsumsi atau pemakaiannya
diartikan bahwa manfaat ekonomi aset itu telah habis karena melekat pada
barang atau jasa yang telah diserahkan dari kesatuan aset tersebut, sehingga
perusahaan sudah tidak menguasai lagi manfaat tersebut.

2. Operasi utama atau sentral

Dinyatakan oleh Suwardjono dalam Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan


Keuangan bahwa tidak semua penurunan atau konsumsi aset membentuk
biaya, untuk itu biaya konsumsi harus berkaitan dengan kegiatan utama. Yang
dimaksud kegiatan utama adalah kegiatan penciptaan pendapatan (laba) yang
direpresentasi dalam kegiatan memproduksi barang. Sehingga biaya adalah
penurunan aset yang berkaitan dengan operasi dan bukan dengan investasi
dan pendanaan.

Biaya (Expenses) 3
3. Kenaikan kewajiban

Terdapat suatu keadaan dimana perusahaan telah memanfaatkan barang dan


jasa namun sebelumnya tidak mengakuinya sebagai aset atau belum
mengakui kewajiban atas penggunaan barang dan jasa yang dikuasai pihak
lain. Hal tersebut menimbulkan keharusan perusahaan untuk membayar atau
melakukan pengorbanan ekonomik di masa datang sehingga timbul
kewajiban. Misalnya jasa pengiriman barang yang belum dibayar oleh
perusahaan namun jasa pengirimannya telah dinikmati perusahaan dan
menimbulkan pendapatan. Dengan demikian beban (untuk pengiriman) harus
timbul dengan kenaikan kewajiban.

4. Penurunan ekuitas

Dalam operasi sentral perusahaan, dengan adanya penurunan aset atau


kenaikan kewajiban akan mengubah ekuitas atau menurunkan ekuitas.
Namun, penurunan ekuitas merupakan karakteristik pendukung karena tidak
setiap penurunan aset mengakibatkan penurunan ekuitas. Misalnya
pembagian deviden yang menyebabkan penurunan aset tetapi tidak disebut
sebagai beban.

5. Diukur atau dikaitkan dengan kos

Dalam hal ini beban timbul dari adanya kos yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk memperoleh aset. Beban diukur berdasarkan jumlah kos
dari aset yang telah dimanfaatkan selama periode berjalan.

6. Bukan berasal dari transaksi dengan pemilik

Berdasarkan prinsip kesatuan usaha, maka harus ada pemisahan antara beban
yang dihasilkan oleh perusahaan dan pemilik. Beban yang diakui dalam
laporan keuangan merupakan beban yang berasal dari transaksi perusahaan,
bukan pemilik.

7. Untuk menghasilkan pendapatan

Beban merupakan pengorbanan perusahaan dari barang atau jasa yang telah
dikonsumsi perusahaan untuk memperoleh pendapatan.

Biaya (Expenses) 4
1.1 Kos dan Beban

Untuk memanfaatkan aset entitas memerlukan kos dan beban


merepresentasikan perubahan nilai. Perubahan nilai diartikan sebagai
perngorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan jasa. Jika tidak ada kos maka
tidak ada beban.

Secara konseptual menurut prinsip keberlangsungan usaha (going


concern), penggunaan akan barang dan jasa (aset) perusahaan ditujukan untuk
jangka panjang sehinggan kos dari aset tersebut mengalami dua tahap yaitu
pengakuan dan pembebanan. Hal tersebut berarti kos diakui sebagai aset
kemudian diakui sebagai beban untuk periode manfaat aset tersebut digunakan.

“Dengan landasan konsep dasar kontinuitas usaha serta upaya dan hasil,
masalah teoritis dalam tahap pembebanan adalah pemecahan aliran kos yang telah
diakui sebagai aset menjadi bagian yang merupakan biaya perioda berjalan dalam
rangka penentuan biaya periodik dan bagian yang baru akan menjadi biaya dalam
perioda-perioda berikutnya.” (Suwardjono, Edisi Ketiga:397)

Selain itu terdapat pula definisi mengenai hubungan kos dan beban
menurut American Accounting Association (AAA) pada tahun 1957 sebagai:
“beban adalah biaya yang telah kadaluarsa, secara langsung maupun tidak
langsung pada periode fiskal, dari aliran barang atau jasa ke pasar dan operasi
yang berhubungan”

1.2 Beban dan Rugi

Menurut definisi, yang dimasukkan dalam beban hanya perubahan –


perubahan yang tidak menguntungkan saja yang terjadi dalam proses memperoleh
pendapatan. Kebalikannya adalah bahwa aktiva yang habis atau menurunnya
aktiva dimana kejadian ini tidak berkaitan dengan proses penyediaan barang dan
jasa bagi pelanggan atau klien seharusnya dikelompokkan sebagai kerugian dan
tidak dikelompokkan sebagai beban. Kerugian dan beban merupakan perubahan

Biaya (Expenses) 5
yang relevan dalam perhitungan laba bersih bagi pemegang saham dan
perusahaan.

Menurut Suwardjono (Edisi Ketiga, Hlm. 9) terdapat tiga kata kunci pada
pengertian rugi yaitu penurunan ekuitas, bukan merupakan transaksi ke pemilik,
dan transaksi periferal atau insidental. Dalam hal ini yang membedakan biaya dan
rugi adalah mengenai transaksi periferal atau insidental atau di luar kendali
manajemen. Berbeda dengan beban yang timbul akibat dari kendali manajemen
yaitu aktivitas penggunaan aset (barang dan jasa).

Namun, dari definisi yang terdapat dalam Konsep Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan, IAI (1994) tidak memisahkan biaya dengan rugi.
Jadi semua potensi jasa baik yang digunakan secara langsung ataupun tidak
langsung untuk memperoleh pendapatan disebut dengan biaya. IAI (1994) bahkan
secara spesifik menyebutkan hal tersebut seperti yang tertulis pada paragraf 78
berikut ini : kerugian termasuk dalam kelompok beban. Pada dasarnya pembedaan
antara beban dan rugi hanya untuk kepentingan pengungkapan seperti pada
pendapatan dan untung.

2. PENGAKUAN BEBAN

Berdasarkan KDPPLK paragraf 94, beban diakui dalam laporan laba rugi
kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan
aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini
berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan
kewajiban atau penurunan aktiva (misalnya, akrual hak karyawan atau
penyusunan aktiva tetap). Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar
hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang
diperoleh (matching of cost with revenue). Misalnya, berbagai komponen beban
yang membentuk beban pokok penjualan (cost or expense of goods sold) diakui
pada saat yang sama sebagai penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang.

Kalau manfaat ekonomi diharapkan timbul selama periode akuntansi dan


hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tak
langsung, beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang

Biaya (Expenses) 6
rasional dan sistematis. Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang
berkaitan dengan penggunaan aktiva seperti aktiva tetap, goodwill, paten, merk
dagang. Dalam kasus semacam itu, beban ini disebut penyusutan atau amortisasi.
Prosedur alokasi ini dimaksudkan untuk mengakui beban dalam periode akuntansi
yang menikmati manfaat ekonomi aktiva yang bersangkutan.

Pengakuan beban menurut kerangka kerja IASB terdiri dari dua kriteria
utama yaitu :

1. Terdapat kemungkinan adanya keuntungan yang akan mengalir ke


perusahaan. Tingkat kemungkinan tersebut memang merupakan konsep
yang tidak mutlak. Hal tersebut tergantung pada ketersediaan bukti ketika
laporan keuangan akan disusun atau dipersiapkan.
2. Memiliki nilai yang dapat diukur dan reliabel. Dengan demikian untuk
akun-akun yang menggunakan estimasi, diperlukan bukti-bukti yang
mendukung validitas estimasi tersebut.
Beban harus diakui dalam laporan laba rugi ketika penurunan keuntungan
ekonomi di masa depan berhubungan dengan penurunan aset atau peningkatan
kewajiban dapat diukur secara reliabel.
Semua kos dapat ditangguhkan pembebanannya apabila kos tersebut
memenuhi kriteria sebagai aktiva yaitu:
 Memenuhi definisi aktiva (memiliki manfaat ekonomi masa
mendatang, dikuasai oleh perusahaan, dan berasal dari transaksi
masa lalu).
 Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masa
mendatang yang melekat pada aktiva dapat dinikmati oleh entitas
yang menguasai.
 Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup andal.

Beban juga dapat timbul dalam laporan laba rugi pada saat timbul
kewajiban tanpa adanya pengakuan aktiva. Misalnya adanya hutang garansi
produk.

Biaya (Expenses) 7
3. PENGUKURAN BEBAN

Dalam mengukur beban dalam satu periode akuntansi, dibutuhkan


berbagai keputusan atau pertimbangan untuk menentukan bagaimana beban
tersebut akan dialokasikan pada periode-periode selanjutnya yang menunjukkan
adanya pendapatan. Dalam hal tersebut, terdapat berbagai standar akuntansi yang
dapat digunakan sebagai acuan atau pedoman. Misalnya, IAS 16/AASB 116 yang
menyatakan bahwa nilai-nilai aset yang dapat di depresiasi dapat diukur dengan
beberapa cara setelah pengakuannya (seperti model biaya perolehan atau model
penilaian) dan beberapa pilihan alternatif untuk depresiasi (seperti metode garis
lurus, nilai menurun dan jumlah unit).

Sejalan dengan penilaian aktiva, biaya dapat diukur atas dasar jumlah
rupiah yang digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu,
pengukuran biaya dapat didasarkan pada:

 Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dikorbankan untuk memperoleh aktiva. Pengukuran beban atas dasar kos
historis dapat digunakan untuk jenis aktiva seperti gedung, peralatan, dan
sebagainya.
 Kos Pengganti / Kos Masukan Terkini (Replacement Cost / Curent Input
Cost)
Kos masukkan terkini menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang
harus dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva
yang sejenis dalam kondisi yang sama. Contohnya, penilaian untuk
persediaan.
 Setara Kas (Cash Equivalent)
Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan cara
menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan
normal.
Meskipun pada prakteknya metode pengukuran yang masih banyak
digunakan adalah historical cost, namun dengan mulai diadopsinya IFRS di
Indonesia, maka pengukuran yang sesuai standar adalah dengan menggunakan

Biaya (Expenses) 8
metode fair value. Dengan demikian, untuk pencatatan beban sebagai akibat dari
depresiasi (penyusutan), nilai yang dicantumkan dalam beban adalah nilai selisih
antara nilai wajar dengan nilai buku (apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai
bukunya).

3.1 Alokasi Beban

Salah satu cara untuk mengukur beban adalah dengan mengalokasikan


beban-beban tersebut ke periode-periode dimana beban tersebut dinikmati. Hal ini
biasanya disebut dengan matching concept. Konsep tersebut memperlakukan kos
dengan mengalokasikan kos yang sudah kadaluarsa (beban) ke periode-periode
dimana beban tersebut terjadi. Namun, pengalokasian tersebut hanya bersifat
estimasi. Dalam akuntansi, pencocokan antara beban dan pendapatan merupakan
fungsi utama, namun hal tersebut tetap saja sulit untuk dilakukan karena
berhubungan dengan penilaian akuntan tersebut. Akuntan harus mengidentifikasi
mana aset yang telah digunakan (kadaluarsa) dan jumlah yang harus ditulis
sebagai tandingan pendapatan pada periode tersebut.

Matching Concept adalah hal yang paling penting dalam akuntansi biaya
historis. Kos yang sudah kadaluarsa akan menjadi beban dan disajikan dalam
laporan laba rugi, sedangkan kos yang belum kadaluarsa akan dicatat sebagai aset
dan disajikan dalam laporan posisi keuangan. Untuk mengatasi masalah
penentuan dan pengukuran kos menjadi beban, terdapat tiga metode dari matching
kos yang sering digunakan, yaitu:

Masuk

Keluar

MATCHING
- hub. Sebab akibat
Kos Aktiva Biaya - alokasi sistematis
- pembebanan segera

Konsep Matching

Biaya (Expenses) 9
a) Hubungan Sebab dan Akibat
Penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan harus menghasilkan
pendapatan pada periode tersebut. Hubungan antara beban dan pendapatan
harus merupakan hubungan sebab akibat pada perusahaan tersebut.
Maksudnya, pendapatan timbul karena adanya outflow berupa beban.
Dengan demikian pendapatan merupakan akibat dari adanya beban. Sesuai
dengan prinsip pengakuan pendapatan, tidak ada kos penjualan jika tidak
ada pendapatan.
Misalnya, pada perusahaan konstruksi yang menerima kontrak
jangka panjang. Perusahaan tidak akan mengakui biaya yang dikeluarkan
untuk membangun proyek dalam kontrak sebagai kos ataupun beban
sebelum pendapatan diakui, melainkan diakui sebagai aset. Apabila
pendapatan telah diakui maka kos atau beban pun akan diakui. Namun
dalam prakteknya hal tersebut susah untuk dilaksanakan. Misalnya,
pendapatan sebesar Rp 100.000 dihasilkan dari beban Rp 60.000. Dari
jumlah beban tersebut, Rp 15.000 merupakan beban gaji. Bila
menggunakan konsep sebab akibat beban berupa gaji sebesar Rp 15.000
tersebut dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp 25.000 dari total
pendapatan tersebut. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dapat
dinilai dan tidak dapat dibuktikan secara pasti.

b) Alokasi yang Sistematis dan Rasional


Tidak semua beban dapat dialokasikan dengan menggunakan
konsep sebab dan akibat. Sebagai salah satu alternatif, alokasi yang
sistematis dan rasional dapat digunakan. Tujuannya yaitu untuk mengakui
beban dalam periode akuntansi dimana pada periode tersebut beban itu
dimanfaatkan atau telah kadaluarsa. Jadi, beban dialokasikan pada periode
dimana beban tersebut dikonsumsi, bukan berdasar produk yang
dihasilkan. Menurut IAS 16/AASB 116, depresiasi adalah alokasi yang
sistematis dari jumlah yang dapat didepresiasi dari sebuah aset selama
umur ekonomisnya. Depresiasi merupakan salah satu contoh dari proses
alokasi.

Biaya (Expenses) 10
Namun masalahnya, apakah depresiasi merupakan suatu prosedur,
atau kejiadian yang sebenarnya/nyata? Telah diketahui sebelumnya bahwa
depresiasi merupakan kejadian moneter yang disebabkan oleh kejadian
fisik. Jadi depresiasi merupakan fenomena yang terjadi, dan beban yang
dicatat merupakan efek moneternya. Berbagai cara untuk mengukur
depresiasi dapat dipilih oleh akuntans sesuai dengan standar yang
ditentukan, selama cara yang digunakan rasional dan sistematik, maka cara
tersebut dapat diterima. Satu kelemahan dari alokasi kos adalah
bergantung pada estimasi dan asumsi penyusunnya yang mungkin bersifat
subyektif.
Namun, alasan lain yang mendukung dasar alokasi ini yaitu:
 Banyak jenis beban yang berkaitan secara tidak langsung dengan
pendapatan periode berjalan sehingga akan lebih tepat jika dialokasikan
berdasar periode yang menikmati beban tersebut.
 Dalam banyak hal, tidak mudah menghubungkan beban-beban tertentu
dengan pendapatan. Misalnya beban perawatan medis pegawai.
 Apabila terdapat beban yang tidak dapat dikaitkan dengan manfaat
ekonomi di periode berjalan ataupun periode selanjutnya, maka tidak ada
alasan penundaan pencatatan beban tersebut.
 Beban untuk kegiatan atau kejadian yang sifatnya normal dan berulang-
ulang serta jumlahnya relatif konstan, maka pengalokasian beban tersebut
tidak menggambarkan penandingan yang sempurna karena beban tersebut
sebenarnya berkaitan dengan periode sebelum atau sesudahnya. Namun
hal tersebut tidak mempengaruhi laba secara material.
 Seringkali suatu beban terdiri dari berbagai komponen beban lainnya
(misalnya beban penjualan yang terdiri dari beban angkut, potongan
penjualan, dan lain-lain) dan sulit untuk menelusuri dampak pendapatan
dari masing-masing beban tersebut. Namun pengalokasian beban tersebut
pada periode berjalan tetap harus dicatat.

Biaya (Expenses) 11
c) Pengakuan Sesegera Mungkin
Merupakan konsep yang mengakui dan mengukur kos yang
dikeluarkan sesegera mungkin sebagai beban karena tidak adanya manfaat
ekonomi yang dapat diukur secara reliabel. Contohnya yaitu biaya iklan
(advertising expenses) dan biaya penelitian (research expenditure). Biaya
iklan segera diakui sebagai beban karena manfaat ekonomi dari
pengeluaran tersebut tidak dapat diukur secara reliabel. Meningkatnya
konsumen yang membeli produk perusahaan bisa saja berasal dari
pengaruh iklan pada periode sebelumnya sehingga efek keuntungan dari
adanya iklan pada periode berjalan tidak dapat diukur dengan andal.
Begitupula dengan biaya penelitian yang manfaat ekonominya juga
tidak dapat diukur secara reliabel. Berbeda dengan biaya pengembangan
(development expenditure) yang dapat diestimasi nilai manfaat
ekonominya sehingga dapat dikapitalisasi sebagai aset, biaya penelitian
belum tentu menghasilkan keuntungan di masa mendatang sehingga tidak
sesuai dengan kritera aset. Oleh karena itu biaya iklan dan penelitian harus
dicatat sebagai beban.

3.2 Kritik untuk Konsep Alokasi

Terdapat kritik pada praktik akuntansi saat ini yang sebagian besar
didasarkan pada alokasi. Menurut Thomas dalam buku Teori Akuntansi (Godfrey,
1994) alokasi tersebut secara teoritis tidak tepat. Terdapat tiga krtiteria untuk
menyesuaikan alokasi yaitu :

 Aditivitas

Apabila alokasi diambil dari total nilai, maka jumlah dari pengalokasian
tersebut harus sama dari total nilai sebelum alokasi, tidak kurang tidak
lebih. Misalnya, alokasi beban penyusutan kendaraan tiap tahun maka
jumlah alokasi untuk setiap tahun tersebut harus sama dengan nilai
kendaraan sebelum alokasi.

 Tidak ambigu

Biaya (Expenses) 12
Pengalokasian harus dilakukan dengan cara yang jelas sesuai dengan
metode yang dipilih.
 Pertahanan
Akuntan yang telah memilih suatu metode akuntansi harus dapat
menyediakan pernyataan yang meyakinkan pilihannya dan
mempertahankannya dari kemungkinan adanya metode alternatif lainnya.

Dari ketiga kriteria tersebut dalam pratik nyata hampir tidak mungkin
metode alokasi yang digunakan oleh perusahaan dapat memenuhi ketiga kriteria
tersebut. Seringkali perusahaan menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai
dengan tujuan perusahaan.

Akuntan beranggapan bahwa konsep alokasi sangatlah penting. Hal


tersebut dikarenakan input yang diperoleh perusahaan dapat memberikan manfaat
ekonomi pada periode berjalan dan periode selanjutnya. Jadi, konsep alokasi
dibutuhkan untuk menunjukkan penggunaan input tersebut pada periode berjalan.

Namun, dari alokasi tersebut akuntan tidak dapat menunjukkan aliran kas
atau pendapatan yang didapat oleh perusahaan. Misalnya, untuk alokasi beban
penyusutan kendaraan yang menunjukkan penggunaan kendaraan sebesar alokasi
tersebut selama periode berjalan. Namun, tidak terdapat bukti bahwa perusahaan
mengkonsumsi kendaraan sebesar nilai alokasi tersebut.

Selain itu, akuntan beranggapan laporan keuangan lebih berguna bagi


pembaca dengan adanya alokasi beban. Namun, pada kenyataannya alokasi
tersebut tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya pada laporan keuangan.
Pada kenyataannya penggunaan konsep alokasi pada umumnya untuk
menghindari beban yang timbul dari penggunaan jasa appraisal dalam
penyusunan laporan keuangan.

3.3 Dukungan untuk Konsep Alokasi

Salah satu alasan yang sangat kuat yang dapat mendukung metode alokasi
adalah objektifitasnya. Alokasi memang merupakan jalan tengah yang tidak
mutlak benar, namun metode tersebut mengalokasikan nilai yang memang terjadi
(harga perolehan) ke dalam periode-periode yang diestimasikan telah

Biaya (Expenses) 13
mengkonsumsi kos tersebut. Dengan demikian meskipun prinsip alokasi
cenderung masih menggunakan estimasi, namun yang dialokasikan tetap
berdasarkan transaksi yang memang terjadi dan terdapat bukti transaksi yang
menguatkan objektivitasnya.

Selain itu, metode alokasi juga merupakan salah satu jalan keluar untuk
kos-kos yang sulit untuk dicari pasarnya sehingga sangat sulit untuk
menggunakan nilai wajar (fair value).

4 TANTANGAN UNTUK PENYUSUN STANDAR AKUNTANSI


4.1 Penandingan
Tugas untuk pembuat standar adalah membuat aturan agar laporan posisi
keuangan dan laporan laba rugi menyajikan informasi yang relevan dan
representatif. Dalam hal ini, konsep penandingan tidak dapat digunakan untuk
mengakui item-item pada laporan posisi keuangan yang tidak memenuhi kriteria
aset dan kewajiban. Misalnya hal tersebut terjadi pada goodwill, tenaga kerja, dan
kekayaan intelektual

4.2 Konservatisme
Pada konsep kondervatisme, terjadi asimetri informasi mengenai
pengakuan beban dan laba. Konsep ini mengharuskan untuk mengakui adanya
beban sesegera mungkin apabila ada kemungkinan beban tersebut akan terjadi.
Namun dalam prinsip ini pengakuan laba tidak akan dicatat hingga laba atau
pendapatan tersebut benar-benar terjadi. Konsep tersebut didasarkan oleh asumsi
skeptis akuntan atau kehati-hatian. Namun justru akhirnya konsep tersebut
menghasilkan informasi yang tidak relevan. Konsep konservatisme ini tidak
berfokus pada bukti transaksi, tetapi lebih pada ketakutan menyajikan nilai bersih
aset dan laba terlalu tinggi. Dengan demikian informasi yang mengandung
penyimpangan konservatisme bukanlah merupakan informasi yang netral. Oleh
karena itu penyusun standar kini telah merevisi peraturan dan menghilangkan
konsep penandingan (matching concept) dan konsep konservatisme ini.

Biaya (Expenses) 14
4.3 Masalah Untuk Auditor

Pengakuan dan pengukuran beban haruslah sesuai dengan definisi dan


kriteria beban itu sendiri. Tidak berlakunya lagi konsep penandingan dan konsep
konservatisme harus dipahami betul oleh auditor. Auditor harus memahami secara
mendalam mengenai definisi dan kriteria beban karena hal tersebut merupakan
pedoman untuk menentukan apakah perusahaan yang diaudit telah mencatat
transaksi sesuai standar yang telah ditentukan atau tidak.

Kapitalisasi kos perusahaan menjadi aset merupakan masalah yang cukup


rentan dan biasanya material. Apabila perusahaan mengakui kos sebagai aset
padahal transaksi atau kejadian tersebut tidak memenuhi kriteria aset, maka bisa
terjadi pencatatan aset yang terlalu tinggi. Misalnya perusahaan WorldCom yang
bergerak di bidang penyedia telepon jarak jauh dan jasa internet. WorldCom
bangkrut karena menkapitalisasi beban operasi yang tidak tepat. WorldCom
membayar perusahaan lain untuk mendapatkan hak dalam mengakses jaringan
perusahaan tersebut. Biaya sebesar US$ 3.8 Milyar yang digunakan sebagai biaya
membayar ke perusahaan lain tersebut kemudian dianggap sebagai investasi
modal karena dianggap memiliki manfaat ekonomi yang besar bagi perusahaan.
Pembayaran kos tersebut mencerminkan aliran keluar aset yang harus
ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan dari penempatan jasa telepon
dan internet kepada konsumen di periode yang sama. Hal tersebut mengakibatkan
pencatatan laba yang terlalu tinggi.

Selain itu auditor juga harus teliti dalam menganalisa pencatatan beban yang
terlalu rendah. Hal ini biasanya terjadi agar laba perusahaan terlihat tinggi.
Contoh kasus yang terjadi yaitu pengakuan aset hasil akuisisi oleh perusahaan
yang dicatat terlau rendah. Dengan demikian beban penyusutan untuk periode-
periode selanjutnya pun akan lebih rendah sehingga laba akan terlihat lebih besar.
Praktek pencatatan biaya sekaligus yang terlalu tinggi yang timbul karena akuisisi
atau restrukturisasi dikenal sebagai akuntansi “big bath”. Selain itu terdapat pula
praktek yang dikenal sebagai “cookie-jar” yang menghitung beban masa depan
yang diekspektasi perusahaan sekaligus pada saat akuisisi.

Biaya (Expenses) 15
Masalah lain yang memerlukan ketelitian auditor adalah pencatatan beban
lainnya yang menggunakan estimasi, seperti persediaan yang usang, jaminan,
kerugian dalam perkara hukum, pembebanan piutang ragu-ragu dan kontrak
pembangunan yang dalam pengerjaan. Auditor harus menganalisa kewajaran atas
estimasi yang digunakan tersebut serta adanya bukti-bukti yang mendukung.

Biaya (Expenses) 16
DAFTAR PUSTAKA

Chairiri, Anis dan Imam Ghozali. 2001. Teori Akuntansi Edisi Pertama.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Godfrey, J., et.al. 1994. Accounting Theory 7th Edition. Sydney: John Wiley and
Sons

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba


Empat

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.


Yogyakarta: BPFE

Biaya (Expenses) 17

Anda mungkin juga menyukai