Gambar Konsep Mtaching PDF
Gambar Konsep Mtaching PDF
Oleh:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2012
Biaya (Expenses) 1
1. DEFINISI BEBAN
1. Tidak menunjukkan dengan jelas peristiwa moneter dan fisik. FASB lebih
menekankan pada peristiwa fisik yaitu penjualan barang atau produk yang
dihasilkan.
2. Pemakaian aktiva harus menunjukkan suatu kos yang dinyatakan keluar
sebagai biaya.
3. Apabila dilihat dari sudut pandang tradisional definisi yang dikemukakan
FASB menunjukkan bahwa beban hanya dihasilkan dari pemakaian aktiva
untuk tujuan menghasilkan pendapatan pada periode yang berjalan.
IAI dan FASB membedakan kos menjadi beban dan rugi, sedangkan IAI
tidak. IAI dan FASB memang mempertimbangkan pendapatan dalam
mengklasifikasi apakah kos tersebut termasuk ke dalam beban ataukah rugi.
Apabila kos tersebut tidak menghasilkan pendapatan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, maka kos tersebut akan dianggap sebagai rugi (misalnya
pemberian donasi, pembayaran pajak, dan lain-lain). Sedangkan IAI membedakan
kos hanya dari kadaluarsanya. Kos yang sudah kadaluarsa akan dialui sebagai
beban, sedangkan yang belum sebagai aset. Perbedaan tersebut dijelaskan oleh
gambar di bawah ini.
Biaya (Expenses) 2
Menurut IASB dan FASB Menurut IAI
Beban
Beban Rugi
(expenses) (losses)
(Ketika sudah kadaluarsa)
(Tidak menghasilkan
pendapatan)
Biaya (Expenses) 3
3. Kenaikan kewajiban
4. Penurunan ekuitas
Dalam hal ini beban timbul dari adanya kos yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk memperoleh aset. Beban diukur berdasarkan jumlah kos
dari aset yang telah dimanfaatkan selama periode berjalan.
Berdasarkan prinsip kesatuan usaha, maka harus ada pemisahan antara beban
yang dihasilkan oleh perusahaan dan pemilik. Beban yang diakui dalam
laporan keuangan merupakan beban yang berasal dari transaksi perusahaan,
bukan pemilik.
Beban merupakan pengorbanan perusahaan dari barang atau jasa yang telah
dikonsumsi perusahaan untuk memperoleh pendapatan.
Biaya (Expenses) 4
1.1 Kos dan Beban
“Dengan landasan konsep dasar kontinuitas usaha serta upaya dan hasil,
masalah teoritis dalam tahap pembebanan adalah pemecahan aliran kos yang telah
diakui sebagai aset menjadi bagian yang merupakan biaya perioda berjalan dalam
rangka penentuan biaya periodik dan bagian yang baru akan menjadi biaya dalam
perioda-perioda berikutnya.” (Suwardjono, Edisi Ketiga:397)
Selain itu terdapat pula definisi mengenai hubungan kos dan beban
menurut American Accounting Association (AAA) pada tahun 1957 sebagai:
“beban adalah biaya yang telah kadaluarsa, secara langsung maupun tidak
langsung pada periode fiskal, dari aliran barang atau jasa ke pasar dan operasi
yang berhubungan”
Biaya (Expenses) 5
yang relevan dalam perhitungan laba bersih bagi pemegang saham dan
perusahaan.
Menurut Suwardjono (Edisi Ketiga, Hlm. 9) terdapat tiga kata kunci pada
pengertian rugi yaitu penurunan ekuitas, bukan merupakan transaksi ke pemilik,
dan transaksi periferal atau insidental. Dalam hal ini yang membedakan biaya dan
rugi adalah mengenai transaksi periferal atau insidental atau di luar kendali
manajemen. Berbeda dengan beban yang timbul akibat dari kendali manajemen
yaitu aktivitas penggunaan aset (barang dan jasa).
Namun, dari definisi yang terdapat dalam Konsep Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan, IAI (1994) tidak memisahkan biaya dengan rugi.
Jadi semua potensi jasa baik yang digunakan secara langsung ataupun tidak
langsung untuk memperoleh pendapatan disebut dengan biaya. IAI (1994) bahkan
secara spesifik menyebutkan hal tersebut seperti yang tertulis pada paragraf 78
berikut ini : kerugian termasuk dalam kelompok beban. Pada dasarnya pembedaan
antara beban dan rugi hanya untuk kepentingan pengungkapan seperti pada
pendapatan dan untung.
2. PENGAKUAN BEBAN
Berdasarkan KDPPLK paragraf 94, beban diakui dalam laporan laba rugi
kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan
aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini
berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan
kewajiban atau penurunan aktiva (misalnya, akrual hak karyawan atau
penyusunan aktiva tetap). Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar
hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang
diperoleh (matching of cost with revenue). Misalnya, berbagai komponen beban
yang membentuk beban pokok penjualan (cost or expense of goods sold) diakui
pada saat yang sama sebagai penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang.
Biaya (Expenses) 6
rasional dan sistematis. Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang
berkaitan dengan penggunaan aktiva seperti aktiva tetap, goodwill, paten, merk
dagang. Dalam kasus semacam itu, beban ini disebut penyusutan atau amortisasi.
Prosedur alokasi ini dimaksudkan untuk mengakui beban dalam periode akuntansi
yang menikmati manfaat ekonomi aktiva yang bersangkutan.
Pengakuan beban menurut kerangka kerja IASB terdiri dari dua kriteria
utama yaitu :
Beban juga dapat timbul dalam laporan laba rugi pada saat timbul
kewajiban tanpa adanya pengakuan aktiva. Misalnya adanya hutang garansi
produk.
Biaya (Expenses) 7
3. PENGUKURAN BEBAN
Sejalan dengan penilaian aktiva, biaya dapat diukur atas dasar jumlah
rupiah yang digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu,
pengukuran biaya dapat didasarkan pada:
Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dikorbankan untuk memperoleh aktiva. Pengukuran beban atas dasar kos
historis dapat digunakan untuk jenis aktiva seperti gedung, peralatan, dan
sebagainya.
Kos Pengganti / Kos Masukan Terkini (Replacement Cost / Curent Input
Cost)
Kos masukkan terkini menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang
harus dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva
yang sejenis dalam kondisi yang sama. Contohnya, penilaian untuk
persediaan.
Setara Kas (Cash Equivalent)
Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan cara
menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan
normal.
Meskipun pada prakteknya metode pengukuran yang masih banyak
digunakan adalah historical cost, namun dengan mulai diadopsinya IFRS di
Indonesia, maka pengukuran yang sesuai standar adalah dengan menggunakan
Biaya (Expenses) 8
metode fair value. Dengan demikian, untuk pencatatan beban sebagai akibat dari
depresiasi (penyusutan), nilai yang dicantumkan dalam beban adalah nilai selisih
antara nilai wajar dengan nilai buku (apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai
bukunya).
Matching Concept adalah hal yang paling penting dalam akuntansi biaya
historis. Kos yang sudah kadaluarsa akan menjadi beban dan disajikan dalam
laporan laba rugi, sedangkan kos yang belum kadaluarsa akan dicatat sebagai aset
dan disajikan dalam laporan posisi keuangan. Untuk mengatasi masalah
penentuan dan pengukuran kos menjadi beban, terdapat tiga metode dari matching
kos yang sering digunakan, yaitu:
Masuk
Keluar
MATCHING
- hub. Sebab akibat
Kos Aktiva Biaya - alokasi sistematis
- pembebanan segera
Konsep Matching
Biaya (Expenses) 9
a) Hubungan Sebab dan Akibat
Penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan harus menghasilkan
pendapatan pada periode tersebut. Hubungan antara beban dan pendapatan
harus merupakan hubungan sebab akibat pada perusahaan tersebut.
Maksudnya, pendapatan timbul karena adanya outflow berupa beban.
Dengan demikian pendapatan merupakan akibat dari adanya beban. Sesuai
dengan prinsip pengakuan pendapatan, tidak ada kos penjualan jika tidak
ada pendapatan.
Misalnya, pada perusahaan konstruksi yang menerima kontrak
jangka panjang. Perusahaan tidak akan mengakui biaya yang dikeluarkan
untuk membangun proyek dalam kontrak sebagai kos ataupun beban
sebelum pendapatan diakui, melainkan diakui sebagai aset. Apabila
pendapatan telah diakui maka kos atau beban pun akan diakui. Namun
dalam prakteknya hal tersebut susah untuk dilaksanakan. Misalnya,
pendapatan sebesar Rp 100.000 dihasilkan dari beban Rp 60.000. Dari
jumlah beban tersebut, Rp 15.000 merupakan beban gaji. Bila
menggunakan konsep sebab akibat beban berupa gaji sebesar Rp 15.000
tersebut dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp 25.000 dari total
pendapatan tersebut. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dapat
dinilai dan tidak dapat dibuktikan secara pasti.
Biaya (Expenses) 10
Namun masalahnya, apakah depresiasi merupakan suatu prosedur,
atau kejiadian yang sebenarnya/nyata? Telah diketahui sebelumnya bahwa
depresiasi merupakan kejadian moneter yang disebabkan oleh kejadian
fisik. Jadi depresiasi merupakan fenomena yang terjadi, dan beban yang
dicatat merupakan efek moneternya. Berbagai cara untuk mengukur
depresiasi dapat dipilih oleh akuntans sesuai dengan standar yang
ditentukan, selama cara yang digunakan rasional dan sistematik, maka cara
tersebut dapat diterima. Satu kelemahan dari alokasi kos adalah
bergantung pada estimasi dan asumsi penyusunnya yang mungkin bersifat
subyektif.
Namun, alasan lain yang mendukung dasar alokasi ini yaitu:
Banyak jenis beban yang berkaitan secara tidak langsung dengan
pendapatan periode berjalan sehingga akan lebih tepat jika dialokasikan
berdasar periode yang menikmati beban tersebut.
Dalam banyak hal, tidak mudah menghubungkan beban-beban tertentu
dengan pendapatan. Misalnya beban perawatan medis pegawai.
Apabila terdapat beban yang tidak dapat dikaitkan dengan manfaat
ekonomi di periode berjalan ataupun periode selanjutnya, maka tidak ada
alasan penundaan pencatatan beban tersebut.
Beban untuk kegiatan atau kejadian yang sifatnya normal dan berulang-
ulang serta jumlahnya relatif konstan, maka pengalokasian beban tersebut
tidak menggambarkan penandingan yang sempurna karena beban tersebut
sebenarnya berkaitan dengan periode sebelum atau sesudahnya. Namun
hal tersebut tidak mempengaruhi laba secara material.
Seringkali suatu beban terdiri dari berbagai komponen beban lainnya
(misalnya beban penjualan yang terdiri dari beban angkut, potongan
penjualan, dan lain-lain) dan sulit untuk menelusuri dampak pendapatan
dari masing-masing beban tersebut. Namun pengalokasian beban tersebut
pada periode berjalan tetap harus dicatat.
Biaya (Expenses) 11
c) Pengakuan Sesegera Mungkin
Merupakan konsep yang mengakui dan mengukur kos yang
dikeluarkan sesegera mungkin sebagai beban karena tidak adanya manfaat
ekonomi yang dapat diukur secara reliabel. Contohnya yaitu biaya iklan
(advertising expenses) dan biaya penelitian (research expenditure). Biaya
iklan segera diakui sebagai beban karena manfaat ekonomi dari
pengeluaran tersebut tidak dapat diukur secara reliabel. Meningkatnya
konsumen yang membeli produk perusahaan bisa saja berasal dari
pengaruh iklan pada periode sebelumnya sehingga efek keuntungan dari
adanya iklan pada periode berjalan tidak dapat diukur dengan andal.
Begitupula dengan biaya penelitian yang manfaat ekonominya juga
tidak dapat diukur secara reliabel. Berbeda dengan biaya pengembangan
(development expenditure) yang dapat diestimasi nilai manfaat
ekonominya sehingga dapat dikapitalisasi sebagai aset, biaya penelitian
belum tentu menghasilkan keuntungan di masa mendatang sehingga tidak
sesuai dengan kritera aset. Oleh karena itu biaya iklan dan penelitian harus
dicatat sebagai beban.
Terdapat kritik pada praktik akuntansi saat ini yang sebagian besar
didasarkan pada alokasi. Menurut Thomas dalam buku Teori Akuntansi (Godfrey,
1994) alokasi tersebut secara teoritis tidak tepat. Terdapat tiga krtiteria untuk
menyesuaikan alokasi yaitu :
Aditivitas
Apabila alokasi diambil dari total nilai, maka jumlah dari pengalokasian
tersebut harus sama dari total nilai sebelum alokasi, tidak kurang tidak
lebih. Misalnya, alokasi beban penyusutan kendaraan tiap tahun maka
jumlah alokasi untuk setiap tahun tersebut harus sama dengan nilai
kendaraan sebelum alokasi.
Tidak ambigu
Biaya (Expenses) 12
Pengalokasian harus dilakukan dengan cara yang jelas sesuai dengan
metode yang dipilih.
Pertahanan
Akuntan yang telah memilih suatu metode akuntansi harus dapat
menyediakan pernyataan yang meyakinkan pilihannya dan
mempertahankannya dari kemungkinan adanya metode alternatif lainnya.
Dari ketiga kriteria tersebut dalam pratik nyata hampir tidak mungkin
metode alokasi yang digunakan oleh perusahaan dapat memenuhi ketiga kriteria
tersebut. Seringkali perusahaan menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai
dengan tujuan perusahaan.
Namun, dari alokasi tersebut akuntan tidak dapat menunjukkan aliran kas
atau pendapatan yang didapat oleh perusahaan. Misalnya, untuk alokasi beban
penyusutan kendaraan yang menunjukkan penggunaan kendaraan sebesar alokasi
tersebut selama periode berjalan. Namun, tidak terdapat bukti bahwa perusahaan
mengkonsumsi kendaraan sebesar nilai alokasi tersebut.
Salah satu alasan yang sangat kuat yang dapat mendukung metode alokasi
adalah objektifitasnya. Alokasi memang merupakan jalan tengah yang tidak
mutlak benar, namun metode tersebut mengalokasikan nilai yang memang terjadi
(harga perolehan) ke dalam periode-periode yang diestimasikan telah
Biaya (Expenses) 13
mengkonsumsi kos tersebut. Dengan demikian meskipun prinsip alokasi
cenderung masih menggunakan estimasi, namun yang dialokasikan tetap
berdasarkan transaksi yang memang terjadi dan terdapat bukti transaksi yang
menguatkan objektivitasnya.
Selain itu, metode alokasi juga merupakan salah satu jalan keluar untuk
kos-kos yang sulit untuk dicari pasarnya sehingga sangat sulit untuk
menggunakan nilai wajar (fair value).
4.2 Konservatisme
Pada konsep kondervatisme, terjadi asimetri informasi mengenai
pengakuan beban dan laba. Konsep ini mengharuskan untuk mengakui adanya
beban sesegera mungkin apabila ada kemungkinan beban tersebut akan terjadi.
Namun dalam prinsip ini pengakuan laba tidak akan dicatat hingga laba atau
pendapatan tersebut benar-benar terjadi. Konsep tersebut didasarkan oleh asumsi
skeptis akuntan atau kehati-hatian. Namun justru akhirnya konsep tersebut
menghasilkan informasi yang tidak relevan. Konsep konservatisme ini tidak
berfokus pada bukti transaksi, tetapi lebih pada ketakutan menyajikan nilai bersih
aset dan laba terlalu tinggi. Dengan demikian informasi yang mengandung
penyimpangan konservatisme bukanlah merupakan informasi yang netral. Oleh
karena itu penyusun standar kini telah merevisi peraturan dan menghilangkan
konsep penandingan (matching concept) dan konsep konservatisme ini.
Biaya (Expenses) 14
4.3 Masalah Untuk Auditor
Selain itu auditor juga harus teliti dalam menganalisa pencatatan beban yang
terlalu rendah. Hal ini biasanya terjadi agar laba perusahaan terlihat tinggi.
Contoh kasus yang terjadi yaitu pengakuan aset hasil akuisisi oleh perusahaan
yang dicatat terlau rendah. Dengan demikian beban penyusutan untuk periode-
periode selanjutnya pun akan lebih rendah sehingga laba akan terlihat lebih besar.
Praktek pencatatan biaya sekaligus yang terlalu tinggi yang timbul karena akuisisi
atau restrukturisasi dikenal sebagai akuntansi “big bath”. Selain itu terdapat pula
praktek yang dikenal sebagai “cookie-jar” yang menghitung beban masa depan
yang diekspektasi perusahaan sekaligus pada saat akuisisi.
Biaya (Expenses) 15
Masalah lain yang memerlukan ketelitian auditor adalah pencatatan beban
lainnya yang menggunakan estimasi, seperti persediaan yang usang, jaminan,
kerugian dalam perkara hukum, pembebanan piutang ragu-ragu dan kontrak
pembangunan yang dalam pengerjaan. Auditor harus menganalisa kewajaran atas
estimasi yang digunakan tersebut serta adanya bukti-bukti yang mendukung.
Biaya (Expenses) 16
DAFTAR PUSTAKA
Chairiri, Anis dan Imam Ghozali. 2001. Teori Akuntansi Edisi Pertama.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Godfrey, J., et.al. 1994. Accounting Theory 7th Edition. Sydney: John Wiley and
Sons
Biaya (Expenses) 17