Anda di halaman 1dari 41

FASILITASI, HAK KEUANGAN

DAN ADMINISTRASI DPRD

Disunting

Oleh:
Halimuddin, S.H., M.H.
Anhar, S.H.
Agussalim, S.H.
Alman Paluti, S.STP., M.Ec.Dev.

SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT


KABUPATEN ACEH SELATAN
TAHUN 2019
SAMBUTAN
DIRJEN OTONOMI DAERAH
Kementerian Dalam Negeri

Sekretariat DPRD memiüliki posisi vital dan strategis dalam konstelasi


penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara spesifik, kesuksesan penyelenggaraan tugas
dan fungsi DPRD yang meliputi fungsi pembentukan peraturan daerah, penganggaran dan
pengawasan tidak dapat dilepaskan dari dukungan yang diberikan oleh Sekretariat Dewan
sebagai bagian dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Sekretariat DPRD memiliki fungsi penyelenggaraan administrasi kesekretariatan dan


keuangan; mendukung tugas dan fungsi DPRD, dan penyediaan dan pengkoordinasian tenaga
ahli yang diperlukan oleh DPRD sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat (4) Peraturan
Pemerintah No 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.

Sebagai upaya optimalisasi tugas dan fungsi DPRD maka Sekretariat DPRD juga harus
dapat berperan optimal dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya. Aspek perencanaan
dan aspek penganggaran menjadi variabel subtansif dari tugas dan fungsi Sekretariat DPRD
dalam mendukung kinerja DPRD.

Di satu sisi aspek perencanaan merupakan cetak biru dari apa yang akan dilakukan
dalam satu tahun ke depan, sedangkan disisi lain aspek penganggaran merupakan faktor
absolut bagi terwujudnya rencana-rencana yang telah ditetapkan.

Dalam hal ini aspek perencanaan dan aspek anggaran merupakan aspek mendasar
dan paling vital dalam siklus implementasi kebijakan. Dengan perencanaan dan
penganggaran yang baik dan optimal maka upaya pencapaian target - target strategis dapat
dengan lebih mudah diwujudkan secara terukur dan berkelanjutan.

Dalam konteks personifikasi jabatan, seorang Sekretaris DPRD juga mengambil


peran yang unik dimana ia harus mampu menjembatani (bridging) pemerintah daerah dan
DPRD disatu sis, sekaligus menjadi katalisator bagi penguatan performa DPRD, Pada titik
itulah aspek perencanaan dan penganggaran menjadi poros penggerak bagi Sekretaris DPRD
untuk mengaktualisasikan peran teknis maupun non-teknis sehingga mampu memberi
kontribusi nyata dalam membangun hubungan mitra kerja yan harmonis-sinergis antara
Kepala Daerah dengan DPRD.

Terkait penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik, setiap organisasi


perangkat daerah kini dituntut untuk dapat mewujudkan aspek transparansi dan
akuntabilitas dalam manajemen keuangan daerah.

Tidak sedikit kasus penyalah gunaan keuangan daerah yang berawal dari lemahnya
pemahaman akan pentingnya perencanaan serta logika penganggaran dan pola administrasi
keuangan yang baik. Terlebih kini di era keterbukaan informasi publik, transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah menjadi sebuah kewajiban yang harus dipenuhi
oleh seluruh organisasi publik, tak terkecuali Sekretariat Dewan di seluruh Kabupaten/Kota di
Indonesa.

Secara khusus perwujudan dari pemahaman perencanaan adalah tersusunnya suatu


dokumen perencanaan yang visioner namun tetap realistis serta sinkron dengan dokumen
perencanaan yang telah digariskan dalam RPIMD maupun RPJPD.

Demikian pula halnya, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah


oleh Sekretariat Dewan dapat diwujudkan dalam dokumen penganggaran yang tepat guna
dan tepat administratif.

Akan tetapi semua perencanaan hal - hal tersebut diatas butuh adanya upaya
bersama untuk berani mengambil satu langkah kecil ke depan guna melakukan penguatan
terhadap technical knowledge bagi Sekretariat DPRD.

Saya memberikan apresiasi sekaligus menyambut baik terbitnya Buku Penyusunan


Perencanaan dan Penganggaran Bagi Sekretariat DPRD yang diisiasi oleh Asosiasi Sekretariat
DPRD Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia (ASDEKSI). Buku yang dikemas secara ringkas dan
praktis ini semoga memudahkan pembacanya dalam memahami isi dan subtansi buku ini

Teriring harapan semoga penerbitan buku ini semakin mempertebal komitmen dan
konsistensi Asosiasi Sekretaris DPRD Kabupaten/Kota selurun Indonesia untuk selalu
meningkatkan kapasitas para Sekretaris DPRD khususnya, maupun jajaran Sekretariat DPRD
di seluruh Indonesia pada umumnya dalam rangka turut mengawal jalannya
penyelenggarean pemerintahan daerah di bawah naungan Negara Kesatuan Republik
Indonesa.

Jakarta, 25 April 2018


Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri,

Dr. SUMARSONO, MDM.


SAMBUTAN

DIRJEN BINA KEUANGAN DAERAH


Kementerian Dalam Negeri

Desentralisasi / otonomi daerah memberikan kewenangan dan tanggung jawab yang


sangat besar kepada daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah melalui
pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan.

Dengan desentralisasi tersebut Kepala Daerah dan DPRD diberikan kewenangan


yang sangat besar untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya,
yang bertujuan untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat yang antara lain diukur dari
semakin besarnya kesempatan bagi masyarakat untuk memperoleh akses pendidikan
kesehatan, kesempatan kerja dan semakin menurunnya angka kemiskinan.

Namun pada sisi yang lain, pemerintah daerah dihadapkan pada keterbatasan
sumber daya, ketergantungan fiskal yang tinggi pada dana transfer dari pemerintah, sehingga
pada satu sisi, kebutuhan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan di daerah tidak
terbatas sementara pada sisi lain, sumber daya untuk menyelenggarakan urusarn tersebut
sangat terbatas.

Pemerintah daerah, disamping menyelenggarakan urusan daerahnya juga harus


menyelenggarakan urusan bersama, urusan pemerintah yang ada di daerah seperti
pelaksanaan dekonsentrasi dan mbantuan, serta prioritas-prioritas nasional yang harus
mendap dukungan pemerintah daerah sesuai kewenangannya.

Pemerintahan daerah dilaksanakan bersama-sama antara kepala daerah dan Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD, Dengan demikian maka dalam menyusun program dan
kegiatan yang dituangkan dalam APBD setidaknya harus memperhatikan dua hal, pertama,
tujuan untuk menyejahterakan masyarakat, dan kedua, sumber daya yang dimiliki terbatas,
sehingga kepala daerah dan DPRD harus semakin inovatif untuk terus menggali potensi yang
dimiliki daerahnya, untuk mempercepat target peningkatan kesejahteraan masyarakat
tersebut.

Sekretariat DPRD yang bertugas untuk memfasilitasi pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi serta wewenang pimpinan dan anggota DPRD, dan sekaligus mempunyai tanggung
jawab pengelolaan anggaran DPRD dituntut untuk melaksanakan pengelolaan keuangan di
SKPD Sekretariat DPRD secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif,
efisien, ekonomis, transparan dan akuntabel.

Sejalan dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, DPRD dituntut untuk
bekerja dalam rentang waktu yang sangat ketat, dan tetap mengedepankan transparansi dan
akuntabilitas dalam melaksanakan tugasnya untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat.

Terbitnya Buku ini semoga dapat membantu Sekretariat DPRD dalam memfasilitasi
pelaksanaan tugas anggota DPRD, dengan terus mendorong kreatifitas dan inovasi anggota
DPRD, untuk terus mengontrol pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah guna
peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi upaya kita bersama.

Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah,

Drs. SYARIFUDDIN, MM.


SAMBUTAN
KETUA UMUM ASDEKS

Menyertai segenap anggota ASDEKSI yang tersebar di seluruh pelasok nusantara,


Pujt Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT-Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya buku
"Panduan Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah".

Kehadiran Buku Panduan ini adalah dalam rangka melengkapi edisi yang telah terbit
sebelumnya dan juga bagian dari amanah dan kepercayaan anggota ASDEKSI kepada Dewan
Pengurus Nasional untuk menerbitkan Buku yang bisa menjadi rujukan Sekretaris DPRD
beserta staf dalam memberikan dukungan terhadap optimalisasi kineja DPRD.

Buku pedoman praktis ini disusun atas berbagai contoh kasus dan pengalaman
empirik sebagai pedoman kerja dalam memberkan solusi terhadap berbagai persoalan yang
terjadi dilingkungan Sekretariat DPRD didasarkan atas kaidah regulasi yang berlaku.

Sekretariat DPRD sebagai perangkat daerah adalah merupakan suatu entitas yang
unik dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya perlu ditunjang dengan ketrampilan dan
pengetahuan terkait berbaga peraturan dan pedoman kerja.

Terbitnya edisi lanjutan dari Buku Panduan Sekretaris DPRD ini diharapkan dapat
memberikan solusi atau sumber informasi atas permasalahan yang dihadapi Sekretaris DPRD
Kabupaten/Kota di Seluruh Indonesia seiring dengan perkembangan politik dan
permasalahan didaerah.

Dewan Pengurus Nasional ASDEKSI menyadari bahwa isi buku ini belum sepenuhnya
lengkap oleh karena itu kritik, saran, ide dan gagasan dari rekan- rekan Sekretaris DPRD dan
pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan buku ini di masa yang
akan datang.

Pada kesempatan yang baik ini izinkan saya atas nama Dewan Pengurus dan anggota
ASDEKSI menyampaikan ucapan terima kasth dan penghargaan terkhusus kepada Bapak Drs.
Mas'ud, MM (Sekretaris DPRD Kab Jepara), Bapak Drs. Achmad Mualif (Mantan Sekretaris
DPRC Kab. Rembang), Widyo Prayitno, SH (Mantan Sekretaris DPRD Kab Purworejo) yang
telah memberikan ide dan gagasan untuk penulisan buku ini Apresiasi tulus dari ASDEKSI atas
motivasi perhatian dan interaksi langsung dari rekan - rekan yang tanpa kenal lelah telah
menyumbangkan tenaga dan pikiran hingga terbitnya buku ini.

Salam hormat dan ucapan terima kasth pada Direktur lendeal Otonomi Daerah dan
Direktur lenderal Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negert yang turut memberikan
perhatian untuk generbitan buku ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada rekan-rekan Dewan Pengurus
Nasional ASDEKSI dan SEKNAS ASDEKSI yang tergabung dalam tim penyusun buku ini atas
dedikasi cdan semsangat keija hingga buiku ini hackr dthadapan kita semua.

Akhir kata kepada rekan- rekan Sekretaris DPRD dan pembaca semoga kita semua
diberikan kesehatan keselamatan dan kekuatan lahir bathin dalam menunaickan amanah
tugas serta dalam menek aktivitas keseharian kita, Amin.

Terima Kasih

ketua Umum ASDEKS,

TRI PUGUH PRIYADI, SH, MM.


DAFTAR ISI

SAMBUTAN:
DIRJEN OTONOMI DAERAH KEMENDAGRI i
DIRJEN BINA KEUANGAN DAERAH KEMENDAGRI iii
KETUA UMUM ASDEKS v
DAFTAR ISI vii
FASILITASI HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRASI DPRD 1
 LANDASAN HUKUM PENGELOLAAN ADMINISTRASI KEUANGAN DPRD 1
 JENIS BELANJA DPRD 4
1. Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD 4
2. Tunjangan Kesejahteraan Pimpinan dan Anggota DPRD 8
3. Uang Jasa Pengabdian 12
4. Dana Operasional Pimpinan DPRD 14
MEMFASILITASI TRI FUNGSI DPRD 15
FASILITASI FUNGSI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH 15
1. Fasilitasi Program Pembentukan Peraturan Daerah 16
( Propemperda)
2. Fasilitasi Pembentukan Peraturan Daerah Prakarsa DPRD 18
3. Tahap Penyusunan Naskah Akademik dan Draf Raperda 19
DUKUNGAN FASILITASI SETWAN DALAM PEMBAHASAN RAPERDA 23
FASILITASI FUNGSI ANGGARAN DPRD 25
LANGKAH FASILITASI PENELAAHAN POKOK-POKOK PIKIRAN DPRD 34
FASILITASI FUNGSI PENGAWASAN DPRD 35
LAMPIRAN STANDAR OPERASIONAL (SOP) 45
PROFIL PENYUSUN 59
FASILITASI HAK KEUANGAN DAN
ADMINISTRASI DPRD

Anggaran belanja DPRK merupakan bagian yang tidak terpisahlkan dari APBD, karena DPRD
bukan merupakan Perangkat Daerah, maka Penyelenggaraan Administrasi Keungan DPRD
dilaksanakan oleh Sekretariat DPRD.
Sekretariat DPRD bertugas menyusun belanja DPRD yang terdiri dari Belanja Pimpinan dan
Anggota DPRD yang diformulasikan ke dalam Rencara Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah Sekretariat DPRD.

Dari sekian banyak perangkat daerah, pengelolaan keuangan di sekretariat DPRD memiliki
karaktristik dan kompleksitas permasalahan tersendiri dibandingkan dengan perangkat
daerah lainnya. Hal ini dikarenakan Sekretariat DPRD memiliki beben tugas dan wewenang
ganda dalam hal pengelolaan keuangan yakni satu sisi mengyelenggarakan administrasi
keuangan DPRD, disisi lain sebagai bagian Organisasi Perangkat Daerah.
Sekretariat harus menyelenggarakan pengelolaan keuangan yang menjadi tanggung
jawabnya. Hanya saja dalam hal penyusunan pembahasan usulan pelaksanaan,
penatausahaan dan pertanggungjawab, diperlakukan sama dengan belanja perangkat daerah
lainya.

LANDASAN HUKUM PENGELOLAAN ADMINISTRASI


KEUANGAN DPRD

Regulasi yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan di Sekretariat DPRD yang harus
dikuasai dan dipahami oleh Sekretaris DPRD dan jajaranya adalah sebagai berikut :

Yang terkait keuangan antara lain :


a) UU No. 17 / 2003 ttg. Keuangan Negara;
b) UU No. 1 / 2004 ttg. Perbendaharaan Negara;
c) PP No. 58 / 2005 ttg. Pengelolaan Keuangan Daerah;
d) PP ttg. Hak Keuangan dan Administrasi Pimpinan dan Anggota DPRK ( PP No. 18 /
2018 );
e) Permendagri ttg. Pengelompokan Kemampuan Keuangan Daerah serta Pelaksanaan
dan Pertanggungjawaban Dana Operasional ( Permendagri No.62 / 20017 );
f) Permendagri No. 13 / 2006 ttg. Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Permendagri No. 59 / 2007 dan Permendagri No. 21 / 20011;
g) Surat Mendagri No. 188.31 / 7810 / SJ tanggal 2 Nov 2017 ttg. Penjelasan terhadap
implementasi substansi PP No. 18 / 2017 ttg. Hak Keuangan dan Administratif
Pimpinan dan Anggota DPRD serta Permendagri No. 26 / 2017 ttg. Pengelompokan
Kemampuan Keuangan Daerah serta Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Dana
Operasional;
h) Peraturan – Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan APBD
( yang terbit setiap tahun ).
Yang terkait dengan Pengadaan barang dan jasa :
Peraturan Presiden RI No. 16 / 2018 ttg. Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah.

Yang terkait Perencanaan :


a) UU No. 25 / 2004 ttg. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
b) PP No. 8 / 2008 ttg. Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaliasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
c) Permendagri No. 86 / 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaliasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancanngan Peraturan Daerah ttg.
Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, serta Tata Cara Perubahan Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah.

Yang Terkait Pengelolaan Barang :


a) PP No. 27 / 2014 ttg. Pengelolaan Barang Milik Negara;
b) Permendagri No. 17 / 2007 ttg. Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;
c) Permendagri No. 7 / 2006 ttg. Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Permandagri No. 11 / 2007;
d) Permendagri No. 19 / 2006 ttg. Pedoman Pengelolaan Milik Daerah.

Yang Terkait Peningkatan Kapasitas dan Profesionalisme SDM DPRD :


Permendagri No. 133 / 2017 ttg. Orientasi dan Pendalaman Tugas Anggota DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.

Yang terkait pertanggungjawaban :


a) UU ttg. Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara ( UU No. 15
/ 2004 );
b) PP No. 3 / 2007 ttg. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggunjawaban Kepala Daerah kepada DPRD,
dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemeintahan Daerah kepada Masyarakat.

Catatan :
Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur hak keuangan dan
administrasi pimpinan dan anggota DPRD harus diatur lebih lanjut
dalam peraturan daerah.
JENIS BELANJA DPRD
1. PENGHASILAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DPRD
Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD meliputi :
1) Uang Representasi,
yaitu uang yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD
sehubungan dengan kedudukannya sebagai Pimpinan dan Anggota DPRD.

Jabatan Besaran Uang Representasi / Bulan Jumlah yang diterima


Ketua Disamakan dengan Gaji Pokok Rp. 2.100.000,-
Kepala Daerah
Wakil Ketua 80 % dari Uang Representasi Ketua Rp. 2.100.000 x 80 % =
Rp. 1.680.000,-
Anggota 75 % dari Uang Representasi Ketua Rp. 2.100.000 x 75 % =
Rp. 1.575.000,-
Ketentuan pemberiannya diatur pada Pasal 3 PP No. 18 / 2017 sebagai berikut :
Keterangan :
Gaji Pokok Kepala Daerah sesuai Pasal 4 ayat (1) huruf c PP No. 59 / 2000 sebesar
Rp. 2.100.000,-

2) Tunjangan Keluarga,
Tunjangan Keluarga diberikan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD yang besarannya
sama dengan ketentuan yang berlaku pada Pegawai Negeri Sipil, ( satu suami/istri,
dan dua orang anak ).

( Pasal 4 PP No. 18 / 2017 )

3) Tunjangan Beras,
Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan juga uang tunjangan beras yang besarannya
sama dengan ketentuan yang berlaku pada Pegawai Negeri Sipil.

( Pasal 4 PP. No. 18 / 2017 )

4) Uang Paket,
Yaitu uang yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD untuk
menghadiri dan mengikuti rapat-rapat, ketentuannya sebagai berikut :
Jabatan Besaran Uang Paket / Bulan Jumlah yang diterima
Ketua 10 % dari Uang Representasi Ketua Rp. 2.100.000 x 10 % =
Rp. 210.000,-
Wakil Ketua 10 % dari Uang Representasi Wakil Rp. 1.680.000 x 10 % =
Ketua Rp. 168.000,-
Anggota 10 % dari Uang Representasi Rp. 1.575.000 x 10 % =
Anggota Rp. 157.500,-
( Pasal 5 PP No. 18 / 2017 )
5) Tunjangan Jabatan,
Yaitu uang yang diberikan kepada Pimpinan dan Anggota karena kedudukannya
sebagai Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPRD :
Jabatan Besaran Tunjangan Jabatan / Bulan Jumlah yang diterima
Ketua 145 % dari Uang Representasi Ketua Rp. 2.100.000 x 145 % =
Rp. 3.045.000,-
Wakil Ketua 145 % dari Uang Representasi Wakil Rp. 1.680.000 x 145 % =
Ketua Rp. 2.392.500,-
Anggota 145 % dari Uang Representasi Rp. 1.575.000 x 145 % =
Anggota Rp. 2.283.750,-
( Pasal 6 PP No. 18 / 2017 )

6) Tunjangan Alat Kelengkapan DPRD,


Yaitu tunjangan yang diberikan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD karena
kedudukannya sebagai Ketua, wakil Ketua, Sekretaris atau Anggota Komisi, Badan
Musyawarah, Badan Anggaran, Badan Pembentukan Perda, Badan Kehormatan dan
Alat Kelengkapan DPRD Lainnya.

Jabatan Besaran Tunjangan Alat Jumlah yang diterima


Kelengkapan / Bulan
Ketua 7,5 % dari Tunjangan Jabatan Ketua Rp. 3.045.000 x 7,5 % =
Rp. 228.375,-
Wakil Ketua 5 % dari Tunjangan Jabatan Wakil Rp. 2.392.500 x 5 % =
Ketua Rp. 119.625,-
Sekretaris 4 % dari Tunjangan Jabatan Ketua Rp. 3.045.000 x 4 % =
Rp. 121.800,-
Anggota 3 % dari Tunjangan Jabatan Rp. 2.283.750 x 3 % =
Anggota Rp. 68.512,5,-
Tunjangan Alat Kelengkapan Lain ( Pansus ) diberikan selama alat kelengkapan lain
berbentuk dan melaksanakan tugas.
( Pasal 7 PP No. 18 / 2017 )
7) Tunjangan Komunikasi Intensif ( TKI ),
Diberikan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD yang besaran nilai anggarannya
didasarkan kepada Kemampuan Keuangan Daerah ( KKD ) dengan ketentuan sebagai
berikut :
KKD Tinggi : TKI paling banyak 7 ( tujuh ) kali uang representasi Ketua DPRD
( 7 x Rp. 2.100.000 = Rp. 14.700.000,- )
KKD Sedang : TKI paling banyak 5 ( lima ) kali uang representasi Ketua DPRD
( 5 x Rp. 2.100.000 = Rp. 10.500.000,- )
KKD Rendah : TKI paling banyak 3 ( tiga ) kali uang representasi Ketua DPRD
( 3 x Rp. 2.100.000 = Rp. 6.300.000,- )

( Pasal 8 PP No. 18 / 2017 )


8) Tunjangan Reses,
Diberikan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD setiap melaksanakan Reses yang
besarannya sama dengan Tunjangan Komunikasi Intensif ( TKI ) yaitu :
KKD Tinggi : Tunjangan Komunikasi Intensif ( TKI ) = Rp. 14.700.000,-
KKD Sedang : Tunjangan Komunikasi Intensif ( TKI ) = Rp. 10.500.000,-
KKD Rendah : Tunjangan Komunikasi Intensif ( TKI ) = Rp. 6.300.000,-

( Pasal 8 PP No. 18 / 2017 )

Untuk menentukan katagori sebagai daerah dengan kemampuan keuangan Tinggi,


Sedang atau Rendah dengan menggunakan formula :

KKD = PUD – BP
PUD = ( PAD + DBH + DAU )
BP = ( GT + TPP )

Keterangan :
KKD : Kemampuan Keuangan Daerah
PUD : Pendapatan Umum Daerah
BP : Belanja Pegawai
PAD : Pendapatan Asli Daerah
DBH : Dana Bagi Hasil ( hanya DBH pusat tidak termasuk DBH Provinsi )
DAU : Dana Alokasi Umum
GT : Gaji dan Tunjangan terdiri dari :
- Gaji Pokok ASN
- Tunjangan Keluarga
- Tunjangan Jabatan
- Tunjangan Fungsional
- Tunjangan Fungsional Umum
- Tunjangan Beras
- Tunjangan PPh/Tujangan Khusus
- Pembulatan Gaji
- Iuran BPJS Kesehatan
- Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja/Kematian
- Tunjangan Profesi Guru
- Tambahan Penghasilan Guru
- Tunjangan Khusus Guru

TPP : Tambahan Penghasilan Pegawai ASN


Pengelompokan Kemampuan Keuangan Daerah
Tingkat ( PAD+DBH+DAU ) – BELANJA keterangan
Kemampuan PEGAWAI
Tinggi > 550 milyar Lebeh besar
Sedang 300 Milyar s/d 550 Milyar Sampai dengan
Rendah < 300 Milyar Kurang dari
Dasar yang digunakan sebagai dasar penghitungan KKD adalah data realisasi APBD 2
(dua) tahun anggaran sebelumnya.

Misalnya : KKD tahun 2018 dihitung berdasarkan data realisasi APBD tahun 2016
( Permendagri No. 62 / 2017 )

Catatan Penting :

1. Perhitungan kemampuan keuangan daerah dilakukan oleh Tim Anggaran Pemerintah


bukan wewenang DPRD/Sekwan dan ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah
( Pasal 9 Permendaagri No. 62 / 2017 );
2. Setiap tahunnya sekwan perlu menyampaikan nota dinas kepada kepala daerah agar
menetapkan Peraturan Kepala Daerah tentang Kemampuan Keuangan Daerah sebelum
proses penganggaran;
3. Setiap Tahun Anggaran harus ditetapkan Peraturan Kepala Daerah tentang Kemampuan
Keuangan Daerah.

2. TUNJANGAN KESEJAHTERAAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DPRD


a. Pimpinan dan Anggota DPRD terdiri atas jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan,
jaminan kematian, pakaian dinas dan atribut;
b. Pimpinan DPRD juga disediakan rumah Negara dan perlengkapannya kendaraan
dinas jabatan dan belanja rumah tangga;
c. Anggota DPRD juga dapat disediakan rumah negara dan perlengkapannya serta
tunjangan transportasi.

1) Jaminan Kesehatan
Diberikan dalam bentik iuran kepada badan penyelenggara jaminan sosial Kesehatan
( BPJS Kesehatan )
Iuran BPJS Kesehatan sebesar 5 % dari gaji, dengan ketentuan :
3 % dibayar oleh Pemerintah ( Rp. 2.100.000 x 3 % = Rp. 63.000 )
2 % dibayar oleh Anggota DPRD ( Rp. 2.100.000 x 2 % = Rp. 42.000 )
Jaminan Kesehatan berlaku juga untuk 1 ( satu ) orang suami/istri dan 2 ( dua ) orang
anak sesuai ketentuan.
Dasar :
 Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 / 2004 ttg. Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan.
 Peraturan Presiden No. 12 / 2013 ttg. Jaminan Kesehatan sebagaimana telah
diubah dengan peraturan Presiden No. 19 / 2016.

General Check Up :
Diluar cakupan pelayanan kesehatan yang diberikan BPJS kepada Pimpinan dan
Anggota DPRD disediakan juga pemeriksaan kesehatan yang bertujuan untuk
mengetahui status kesehatannya :
 Dilaksanakan 1 ( satu ) kali / tahun
 Dilaksanakan di dalam negeri
 Tidak termasuk istri atau suami dan anak
Besaran biaya General Check Up ditetapkan dalam peraturan Kepala Daerah.

2) Jaminan Kecelakaan

3) Jaminan Kematian

4) Pakaian Dinas
Pimpinan dan Anggota DPRD disediakan pakaian dinas beserta atributnya terdiri
atas :
a. Pakaian Sipil Harian ( PSH ) disediakan 2 (dua) pasang dalam 1 (satu) tahun;
b. Pakaian Sipil Resmi ( PSR ) disediakan 1 (satu) pasang dalam 1 (satu) tahun;
c. Pakaian Sipil Lengkap ( PSL ) disediakan 2 (dua) pasang dalam 5 (lima) tahun;
d. Pakaian Dinas Harian ( PDH ) lengan panjang disediakan 1 (satu) pasang dalam 1
(satu) tahun;
e. Pakaian bercirikan khas daerah disediakan 1 (satu) pasang dalam 1 (satu) tahun

Penetapan standar satuan harga pakaian dinas dan atributnya diatur dalam
Peraaturan Kepala Daerah dengan mempertimbangkan prinsip efiensi, efektifitas,
dan kepatutan.
( Pasal 12 PP No. 18 / 2017 )

TIPS DALAM PENYEDIAAN PAKAIAN DINAS DPRD


1. Untuk memastikan kwalitas kain antara spesipikasi dan wujud kainya maka dalam proses
pengadaannya perlu melakukan uji laboratorium sebelum pengadaan dan setelah pengadaan;
2. Pemilihan jenis dan warna kain, sebelum proses pengadaan perlu dikomunikasikan terlebih
dahulu dengan unsur pimpinan DPRD;
3. Proses pengadaan pakaian dinas agar mendasarkan pada Perpres No. 16 / 2018
5) Rumah Negara dan Perlengkapannya
a. Pimpinan DPRD disediakan masing-masing 1 (satu) rumah negara beserta
perlengkapannya sedangkan untuk anggota DPRD dapat disediakan rumah dinas
beserta perlengkapannya;
b. Belanja pemeliharaan rumah negara dan perlengkapannya dibebankan pada
APBD;
c. Dalam hal Pemerintah Daerah belum dapat menyediakan rumah negara bagi
Pimpinan DPRD, kepada yang bersangkutan dapat diberikan Tunjangan
Perumahan;
d. Dalam hal Pemerintah Daerah belum dapat menyediakan rumah negara bagi
Anggota DPRD, kepada yang bersangkutan dapar diberikan Tunjangan
Perumahan;
e. Tunjangan perumahan diberikan dalam bentuk uang dan dibayarkan setiap bulan
terhitung mulai tanggal pengucapan sumpah / janji;
f. Pemberian tunjangan harus memperhatikan asas kepatutan, Kewajaran dan
rasionalitas serta standar harga setempat yang berlaku, dan standar luas
bangunan dan lahan rumah Negara;
g. Standar luas bangunan dan lahan rumah negara sesuai dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 7 / 2006 ttg, standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 11 / 2007, adalah :

KEDUDUKAN LUAS LAHAN LUAS Bangunan


( maksimal ) ( maksimal )
Ketua 750 M² 300 M²
Wakil Ketua 500 M² 250 M²
Anggota 350 M² 150 M²

h. Besaran tunjangan perumahan ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah;


i. Dalam hal Pimpinan DPRD berhenti atau berakhir masa baktinya, rumah negara
beserta pertengkapannya wailb dikembalikan dalam keadaan baik kepada
Pemerintah Daera paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal berhenti atau
berakhir masa baktinya;
j. Dalam hal Anggota DPRD yang disediakan rumah negara beserta
perlengkapannya berhenti atau berakhir masa baktinya, rumah negara beserta
perlengkapanya wajib dikembalikan dalam keadaan baik kepada Pemenn paling
lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal berhenti atau berakhir masa baktinya;
k. Rumah jabatan Pimpinan DPRD, rumah dinas anggota DPRD beserta
pertengkapannya dan kendaraan dinas jabatan Pimpinan tidak dapat disewa
belikan atau diguna usahakan atau dipindah tangankan atau diubah struktur
bangunan dan status hukumnya;
l. Suami dan atau istri yang menduduk jabatan sebagai pimpinan dan atau anggota
DPRD pada DPRD yang sama hanya diberikan salah satu tunjangan perumahan,
Bagi pimpinan dan anggota DPRD yang suami atau istriya menjabat sebagai
kepala daerah / wakil kepala daerah pada tingkatan daerah yang sama tidak
diberkan tunjangan perumahan ( Lampiran poin V angka 29 Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 27 / 2013 )

TIPS DALAM PENYEDIAN RUMAH NEGARA


 Sekwan perlu memastikan apakah Pemda sudah atau belum menyediakan rumah negara bagi
Pimpinan / Anggota DPRD berdasarkan SK Kepala Daerah tentang penetapan Asset :
- Apabila Pemda telah menyediakan rumah negara maka uang tunjangan perumahan tidak bisa
dibayarkan.
- Apabila Pemda belum dapat menyediakan rumah negara maka diberikan tunjangan perumahan.
 Penentuan besaran Tunjangan Petumahan melalui proses appraisial / penilai / penafsir independen
yang kemudian ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah;
 Sekwan perlu memberikan batasan ( KAK ) kepada Appraisial yaitu :
- Luas tanah dan bangunan
- Tidak termasuk perlengkapannya seperti meubelair, listrik, air, gas telpon dan sejenisnya
- Tunjangan Perumahan tidak boleh lebih tinggi dari DPRD Provinsi

6) Kendaraan dinas jabatan


a. Kendaraan dinas jabatan disediakan bagi Pimpnan DPRD sesuai standar
berdasarkan peraturan perundang-undangan ( Pasal 13 ayat (1) PP No. 18 / 2016
) Standar kendaraan dinas Pimpinan DPRD berdaraskan Pasal 1 Permendagri No.
11 / 2007 ttg. Perubahan Permendagri No. 7 / 2006 ttg. Standarisasi Sararaa dan
Prasarana Keja Pemerintahan Daerah adalah :

JABATAN JUMLAH JENIS KENDARAAN KAPASITAS/ISI SILINDER


(maksimal)
Ketua DPRD Kab/Kota 1 Unit Sedan atau Minibus 2.500 cc
Wakid Ketua 1 Unit Sedan atau Minibus 1.200 cc

b. Alat kelengkapan DPRD tidak disediakan kendaraan dinas jabatan namun


sekretariat DPRD dapat menyediakan kendaraan operasional;
c. Untuk fraksi tidak disediakan sarana mobulitas / kendaraan ( Penjelasan pasal 33
ayat (3) Peraturan Pemerintah No.16 / 2010 )
7) Belanja Rumah Tangga Pimpinan DPRD
a. Disediakan dalam rangka menunjang pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang
pimpinan DPRD;
b. Digunakan untuk memenuhi kebutuhan minimal rumah tangga dengan
mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dan sesuai dengan
kebutuhan nyata, seperti kebutuhan makan minum sehari-hari;
c. Kebutuhan minimal rumah tangga Pimpinan DPRD dianggarkan dalam program
dan kegiatan Sekretariat DPRD dan penyediaannya tidak diberikan dalam bentuk
uang kepada Pimpinan DPRD;
d. Standar kebutuhan minimal rumah tangga Pimpinan DPRD diatur dalam Perkada;
e. Dalam hal Pimpinan DPRD tidak menggunakan fasilitas rumah negara maka tidak
diberikan / disediakan belanja rumah tangga.

( pasal 18 PP No. 18 / 2017)

3. UANG JASA PENGABDIAN


Pimpinan atau Anggota DPRD yang meninggal dunia atau mengakhiri masa baktinya
diberikan uang jasa pengabdian, sedangkan yang diberhentikan dengan tidak hormat
tidak diberikan uang jasa pengabdian.
Besaran uang jasa pengabdian disesuaikan dengan masa bakti Pimpinan dan Anggota
DPRD dengan ketentuan.
a. Masa bakti kurang dari 1 ( satu) tahun dihitung 1 (satu) tahun dan diberikan uang
jasa pengabdian 1 (satu) bulan uang representasi;
b. Masa bakti sampai dengan 1 (satu) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 1 (satu)
bulan uang representasi;
c. Masa bakti sampai dengan 2 (dua) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 2 (dua)
bulan uang representasi;
d. Masa bakti sampai 3 (tiga) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 3 (tiga) bulan
uang representasi
e. Masa bakti sampai dengan 4 (empat) tahun,diberikan uang jasa pengabdian 4
(empat) bulan uang representasi;
f. Masa bakti sampai dengan 5 (lima) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 5 (lima)
bulan atau paling banyak 6 (enam) bulan uang representasi;

Dalam hal Pimpinan atau anggota DPRD meninggal dunia, uang jasa pengabdian
diberikan kepada ahli warisnya. ( pasal 19 PP No. 18 / 2017 )
Mekanisme pencairan uang jasa pengabdian adalah sebagai berikut :
a. Tidak boleh diberikan dalam bentuk barang atau bentuk lain kecuali yang diatur
dalam ketentuan tersebut.
b. Ahli waris adalah yang terdaftar di asuransi/BPJS (apabila ada tuntutan ahli
waris/istri/suami lebih dari satu orang).
c. Pembayaran uang jasa pengabdian dilakukan setelah yang bersangkutan
dinyatakan diberhentikan dengan hormat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

CATATAN PENTING
Anggota DPRD yang dinyatakan diberhentikan dengan hormat maka hanya diberikan uang jasa
pengabdian sesuai ketentuan yanng berlaku dan tidak dibenarkan memberi tambahan dalam
bentuk lain, seperti cenderamata (uang/barang),uang tali asih, kapling tanah, dan lain-lain.

4. DANA OPERASIONAL PIMPINAN DPRD


a. Dana Operasional Pimpinan(DOP) adalah dana yang diberikan setiap bulan kepada
Ketua dan Wakil Ketua DPRD untuk menunjang kegiatan operasional yang berkaitan
denga respresentasi, pelayanan,dan kebutuhan lain guna mela arkan pelaksanaan tugas
pimpinan DPRD sehari-hari
b. DOP diberikan sesuai dengan Kemampuan Keuangan Daerah (KKD) dan
penganggarannya disusun secara kolektif oleh Sekretaris DPRD, dengan ketentuan :

> Ketua DPRD, dengan kelompok KKD:


> Tinggi, paling banyak 6 (enam) kali
> Sedang, paling banyak 4 (empat) kali
> Rendah, paling banyak 2 (dua) kali
dari uang representasi Ketua DPRD

> Wakil Ketua DPRD, dengan kelompok KKD:


> Tinggi, paling banyak 4 (empat) kali
> Sedang, paling banyak 2,5 (dua koma lima) kali
> Rendah, paling banyak 1,5 (satu koma lima) kali
dari uang representasi Wakil Ketua DPRD

c. DOP diberikan setiap bulan dengan ketentuan:


> 80 % diberikan sekaligus ( lumpsum )
> 20 % diberikan untuk dukungan dana operasional lainnya

d. Apabila ada sisa DOP yang tidak digunakan sampai dengan akh tahun anggaran maka
harus disetorkan ke rekening kas umum daerah
e. DOP tidak boleh digunakan untuk keperluan pribadi, kelompok dan/atau golongan.
MEMFASILITASI TRI FUNGSI DPRD

Sekretaris DPRD mempunyai tugas :


a. Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan;
b. Menyelenggarakan administrasi keuangan;
c. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD;
d. Menyediakan dan mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan DPRD.

Salah satu tugas penting Sekwan adalah mendukung tri fungsi DPRD yaitu sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang No. 23 / 2014 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa
DPRD mempunyai fungsi :
a. Pembentukan Peraturan Daerah;
b. Anggaran; dan
c. Pengawasan.

Bentuk dukungan Sekwan/Setwan terhadap pelaksaaan tri fungsi DPRD dimaksud adalah

FASILITASI FUNGSI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

Aspek pengetahuan yang harus diketahui dan dipahami Sekwan bersama jajaran staf
Sekretariat DPRD dalam memfasilitasi fungsi pembentukan Peraturan Daerah antara lain :

Dasar Hukum Fungsi Pembentukan Perda


a. Undang-Undang No. 23 / 2014 ttg. Pemerintahan Daerah
b. Undang-Undang No. 12 / 2011 ttg. Pembentukan Peraturan Perundang- undangan.
c. Peraturan Pemerintah No. 18 / 2017 ttg. Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan
Anggota DPRD;
d. Peraturan Pemerintah No. 16 / 2010 ttg. Pedoman Penyusunan Peraturan DPRD
Tentang Tata Tertib DPRD;
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 80/ 2015 ttg. Pembentukan Produk Hukum
Daerah;
f. Peraturan perundang-undangan teknis yang terkait dengan materi Raperda.

Lingkup Fasilitasi Setwan Terhadap Fungsi Pembentukan Peraturan Daerah

a. Fasilitasi pembuatan Program pembentukan perda


b. Fasilitasi Pembentukan Raperda Prakarsa DPRD
- Fasilitasi pembuatan Naskah Akademik Raperda;
- Fasilitasi Pembuatan Rancangan Peraturan Daerah.
c. Fasilitasi Pembahasan Raperda
- Fasilitasi Konsultasi Publik;
- Fasilitasi rapat-rapat panitia khusus;
- Fasilitasi rapat-rapat paripurna.
1. Fasilitasi Program Pembentukan Peraturan Daerah (Propemperda)

Raperda yang direncanakan akan dibahas DPRD pada tahun berikutnya harus dimuat
dalam Program Pembentukan Peraturan Daerah (Propemperda), sebagaimana
diamanatkan dalam Permendagri No. 80 / 2015 ttg. Produk Hukum Daerah, mensyaratkan
perencanaan penyusunan peraturan daerah didahul dengan penyusunan Propemperda.
Propemperda adalah instrumen perencanaan program pembentukan Peraturan Daerah
yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis antara DPRD dan Kepala daerah
yra memuat daftar urutan raperda untuk jangka 1 (satu) tahun skala prioritas
pembentukan raperda Skala prioritas pembentu raperda berdasarkan kriteria:
 Perintah peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi;
 Rencara pembangunan daerah;
 Penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan;
 Aspirasi masyarakat.

Tahapan penyusunan Propemperda:


a. Rancangan Propemperda di lingkungan DPRD dikoordinasikan;
b. Rancangan Propemperda di lingkungan Pemda dikoordinasikan;
c. Rancangan Propemperda yang berasal dari DPRD dan Kepala oleh Bapemperda oleh
perangkat daerah yang membidangi hukum Daerah sebelum ditetapkan menjadi
Propemperda dibahas bersama antara DPRD dan Kepala Daerah (Bapemperda dan
Perangkat Daerah yang menangani hukum);
d. Hasil pembahasan DPRD dan Kepala Daerah atas rancangan Propemperda ditetapkan
dalam rapat paripurna DPRD dengan keputusan DPRD;
e. Penyusunan dan penetapan Propemperda dilakukan sebelum penetapan Raperda
tentang APBD.
Catatan:
Dalam keadaan tertentu, DPRD dan KDH dapat mengajukan Raperda di luar Propemperda karena alas an
:
o Mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam;
o Mengatasi keadan tertentu lainnya;
o Menindaklanjuti kerjasama dengan pihak lain;
o Akibat pembatalan;
o Perintah dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi setelah propemperda
ditetapkan.

Contoh Keputusan DPRD tentang Propemperda dapat dilihat pada Lampiran

2. Fasilitasi Pembentukan Peraturan Daerah Prakarsa DPRD


1) Kegiatan Inventarisasi Produk Hukum yang Masuk Propemperda

Bapemperda sebagai alat kelengkapan DPRD yang membidang secara teknis,


mengkoordinasi inventarisasi terhadap Raperda yang menjadi prioritas untuk dibuat,
diperbaharui atau direvisi atau yang akan dihapus atas prakarsa / inisiatif DPRD.
Sekretariat DPRD mempersiapkan segala sesuatunya terkait konsep/draf penyusunan program dan
kegiatan, penyusunan jadwal kegiatan, perumusan judul inisiatif dan lain-lain terkait perumusan inisiatif
DPRD yang akan dijadikan prakarsa untuk masa 1 (satu) tahun berikutnya, dituangkan dalam rancangan
Program Pembentukon Peraturan Daerah.

2) Perencanaan dan Penyediaan Anggaran


Mengacu pada rancangan Propemperda DPRD yang telah disusun, selanjutnya
Sekretariat DPRD menyusun rencana keja anggaran (RKA) SKPD untuk memastikan
bahwa program pembentukan Perda prakarsa DPRD tahun berikutnya telah dirancang
disediakan anggarannya

Perencanaon Anggaran yang harus di siapkan Sekretariat DPRD meliputi :


 Biaya penyusunan naskah akademik;
 Biaya konsultasi pubiik;
 Biaya public hearing;
 Biaya rapat-rapat paripurna, Bapemperda, pansus, pemrakarsa;
 Blaya kunjungan lapongarn;
 Biaya studibanding;
 Biaya fasilitasi ke provinsi;
 Biaya konsultasi ke instansi terkait;
 Biaya tenaga ahti ( jika diperlukan );
 Kegiatan rapat – rapat pembahasan raperda;
 Biaya sosialisasi raperda;
 Tunjangan alat kelengkapan lainnya (Pansus) dalam jenis Belanja Tidak Langsung.

Propemperda telah dibuat, namun anggarannya tidak/belum tersedia pasti realisasi


Propemperda akan terhambat. Karena itu sinergi antara Bapemperda, dengan Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa, Sekretaris DPRD
dan Pimpinan DPRD menjadi penting diłakukan.

Biaya untuk memfasilitasi pembentukan perda prakarsa DPRD diformulasikan dalam


Rencana Kerja Anggaran (RKA) Sekretariat DPRD dalam kegiatan Pembentukan Perda
prakarsa DPRD

3) Tahap Penyusunan Naskah Akademik dan Draf Raperda

Hal yang perlu dilakukan dalam penyusunan naskah akademik dan draf raperda
prakarsa DPRD adalah
a. Penyusunan KAK
b. Menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi atau lembaga lain yang memiliki
kompetensi
c. Menyusun jadwal penyusunan naskah akademik dan draf raperda, antara lain :
- Pertemuan pemrakarsa dengan penyusun NA
- Public hearing penyusunan draf raperda
Proses Internal Raperda Prakarsa/ Inisiatif DPRD

Sekretariat DPRD bertugas mendukung proses internal Raperda prakarsa/inisiatif DPRD


berupa:
a. Penggandaan draf Raperda diajukan pengusul untuk dibagikan kepada semua
anggota DPRD;
b. Sekretariat memfasilitasi kelengkapan admnistrasi para pengusul yakni dengan
mendaftarkan nama-nama pengusul secara resmi dalam lembaran dokumen surat
pengusul kepada Pimpinan DPRD;
c. Sekretariat memfasilitasi pengajuan rancangan perda secara tertulis kepada Ketua
DPRD disertai penjelasan dan atau naskah Akademik, daftar nama, tanda tangan
pengusul serta nomor pokok Sekretariat DPRD;
d. Sekretariat DPRD mengkoordinasikan kepada Pimpinan DPRD tentang
penyelenggaraan rapat Banmus untuk menindaklanjuti pengajuan draf Raperda
prakarsa untuk penjadwalan :
 Rapat Bapemperda : pengkajian draf raperda rakarsa;
 Rapat Paripurna pembahasan ( internal ) draf raperda prakarsa, dengan acara:
 Pengusul memberikan penjelasan terkait urgensi dari subtansi Raperda
yang diajukan;
 Anggota DPRD mewakili fraksi dan anggota lain memberikan pandangan;
 Jawaban pengusul atas pertanyaan / pandangan fraksi dan anggota lainnya
 Keputusan DPRD, berupa :
- Persetujuan
- Persetujuan dengan perubahan
- Penolakan
 Dalam hal persetujuan dengan pengubahan, DPRD menugasi pemrakarsa
( komisi, gabungan komisi, Bapemperda atau pansus ) untuk
menyempurnaka raperda prakarsa.

e. Sekretariat DPRD harus memastikan seluruh proses rapat terdokumentasi dengan


baik, notulensi / risalah rapat dan dokumentasi lainnya berupa foto / film sebagai
alat dokumentasi jalannya rapat.

Tahapan selanjutnya berupa penyampaian secara tertulis Raperda Prakarsa DPRD


kepada Kepala Daerah sebagai bahan pembahasan berikutnya yaitu berupa pendapat
KDH atas Raperda Prakarsa DPRD

4) Pembahasan dan Persetujuan


Rancangan Peraturan Daerah Prakarsa DPRD dibicarakan dalan Rapat tingkat
Pembicaraan I dan tingkat pembicaraan II untu disetujui bersama antara DPRD dengan
KDH.
a. Pembicaraan Tingkat I
Rapat Paripurna dengan agenda
 Penyampaian penjelasan mengenai Raperda oleh DPRD ( ditunjuk salah satu
dari pengusul );
 Pendapat Kepala Daerah terhadap penyampaian Raperda Prakarsa DPRD;
 Tanggapan dan atau jawaban fraksi-fraksi / DPRD atas pendapat KDH.
 Kesimpulan Rapat Paripurna Pembicara Tingkat I.
 Setelah disepakati antara DPRD dan KDH bahwa usul raperda prakarsa DPRD
diterima, dilanjutkan dengan pembentukan panitia Khusus

Rapat Pansus
Membahas substansi Raperda bersama dengan Pemerintah Daerah ( OPD terkait
dan pemrakarsa )

b. Pembicaraan Tingkat II
Rapat Paripurna dengan agenda
 Penyampai laporan hasil pembahasan disampaikan oleh Panitia Khusus
sekaligus pendapat akhir Fraksi-fraksi DPRD;

 Permintaan persetujuan kepada peserta Rapat Paripurna (Anggota DPRD)


disampaikan secara lisan, apabila terdapat perbedaan pendapat, pengambilan
keputusan disesuai dengan mekanisme Tata Tertib DPRD;

 Pendapat akhir Kepala Daerah.

Catatan
Dalam hal raperda tidak mendapat persetujuan bersama antara DPRD dan
KDH, raperda tidak boleh diajukan lagi diajukan dalam persidangan DPRD masa
itu.

CATATAN :

1. Memfasilitasi Bapemperda dalam meningkatkan Produktifitas Pembuatan Raperda


 Menginventariasi kebutuhan Perda bersama OPD terkait;
 Menjalin komunikasi (konsultas) dengan kementerian tentang produk-produk Hukum
yang perlu di buat dalan bentuk Peraturan Daerah;
 Menginventarisasi sumber- sumber utama pembuatan;
 Raperda dengan peraturan yang tertinggi dan terbaru;
 Melakukan Evaluasi secara periodik terhadap peraturan daerah yang sudah ada yang
perlu direvisi atau disempurnakan sesuai kondisi;
 Menindaklanjuti rencana pembangunan daerah dengan pembuatan Perda yang
diperlukan ( contohnya: Perda );
 Pemanfaatan Aset Daerah, Perda tentang Rencana Tata;
 Bangun Lingkungan, Perda Rencana Terbuka Hijau Kota, dar lain-lain);
 Menindaklanjuti kewenangan Otonomi Daerah dengan membuat peraturan daerah
yang diperlukan. ( contohnya : dengan terbitnya UU baru mengamanatkan dibuatnya /
diterbitkan Perda baru) ;
2. Agar pembentukan peraturan daerah berkualitas.
 Membangun kerjasama dengan Perguruan Tinggi setemp dalarm pembuatan Naskah
Akademik Raperda yang akan dibentuk;
 Menyelenggarakan Konsultasi Publik terkait Raperda yang akan dibentuk bersama
Stake holder terkait;
 Melakukan studi Komparatif didaerah lain yang telah berhasil melaksanakan Perda
yang sama;
 Peningkatan kualitas SDM DPRD melalui seminar, Worksho Bintek dengan materi Legal
Drafting Rancangan Peratu - Daerah dll;
 Melibatkan Tenaga Ahli di bidangnya dalam pembuatan Peraturan Daerah.

Dukungan Fasilitasi Setwan dalam Pembahasan Raperda

Status / Posisi Bentuk


Perda Dukungan
Analisa Persiapan dokurmen data pendukung bagi Bapemperda dalam
Bapemperda menganalisis/mengkaji NA dan Raperda yang diusulkan KDH di
antaranya :
1. Dokumen perundangan untuk tinjauan kesesuaian hukum secara
nasional dan kewenangan daerah;
2. Dokumen potret kondisi nyata di daerah terkait dengan isu/segmen
yang akan diatur dalam Raperda yang akan dibahas;
3. Menfasilitasi rapat-rapat Bapemperda.
Surat 1. Mengagendakan surat dari KDH dan meneruskan kepada Pimpinan
pembreritahuan DPRD;
kesiapan 2. Menggandakan dokumen NA dan Raperda untuk dibagikan kepada
penyerahan seluruh anggota DPRD termasuk pimpinan dengan maksud bisa
Raperda oleh KDH dipelajari lebih awal;
disertai dengan 3. Berkoordinasi dengan Bamus dan Pimpinan DPRD tentang jadwal
dokumen draf NA sidang paripurna untuk pembähasan Raperda;
dan Raperda 4. Membuat konsep surat undangan Pimpinan DPRD kepada eksekutif
dengan agenda sidang paripurna;
5. Mendistribusikan surat undangan.

Lanjut
Rapat - rapat 1. Membuat dan mengedarkan undangan paripurna kepada seluruh
Paripuna anggota DPRD, OPD dan pihak terkait;
2. Menyiapkan daftar hadir anggota DPRD dan Undangan;
3. Memastikan pihak yang bertugas dalam sidang paripurna dapat
bertugas dengan baik;
4. Menyiapkan bahan sambutan Pimpinan DPRD dalam rangka
memimpin pelaksanaan siding;
5. Memastikan dokumen yang dibutuhkan dalam paripurna sudah
digandakan dan terdistribusi dengan baik;
6. Memastikan ruangan/ tempat, sound system dll;
7. Mernastikan konsumsi siap tersedia;
8. Membuat Risalah/laporan hasil rapat paripurna;
9. Menyediakan dokumen bahan rilis untuk jumpa pers oleh Pimpinan
DPRD selaku juru bicara DPRD.
Pembahasan 1. Menugaskan staf yang akan menjadi pendamping Pasus;
Panitia Khusus 2. Berkoordinasi dengan Ketua Pansus untuk Pansus rapat;
( Pansus ) 3. Memastikan ruangan untuk pelaksanaan rapat pansus;
4. Membuat dan mengedarkan undangan rapat pansus kepada anggota
pansus dan OPD terkait;
5. Menggandakan bahan ( dokumen Raperda, NA dan dokumen lain
yang dibutuhkan );
6. Mengundang dan melibatkan staf ahli DPRD ( jika diminta );
7. Menyediakan absensi;
8. Memfasilitasi membuat laporan hasil pembahasan pansus.
Rapat Dengar 1. Berkoordinasi dengan Pimpinan Pansus untuk pelaksanaan RDP;
Pendapat ( RDP ) 2. identifikasi kelompok pakar, NGO dan masyarakat terkena dampak
langsung yang akan dilibatkan dalam RDP;
3. Menbuat undangan untuk ditandatangani Pimpinan DPRD atas
permintaan dasar Ketua Pansus;
4. undangan kepada pansus, kelompok paka NGO dan masyarakat
terkena dampak langsung untuk hadir dalam RDP;
5. Mengundang pihak pemerintah dan staf ahli DPRD;
6. Menyediakan absensi;
7. Membuat risalah / hasil RDP yang akan ditandatangani Pimpinan
sidang sebagai pelaporan.
Kunjungan kerja / 1. Berkoordinasi dengan pimpinan pansus tentang Penentuan jadwal
studi banding / dan lokasi kunjungan / studi banding / konsultasi;
konsultasi instansi 2. Surat pemberitahuan rencana kunjungan / konsultasi;
terkait, lapangan / 3. Anggaran perjalanan dan akomodasi (SPPD);
masyarakat / 4. Mendokumentasikan hasil kunjungan;
daerah lain / 5. Memfasilitasi membuat laporan hasil kunjungan / studi banding /
Lembaga / konsultasi dan
Kementerian 6. Membuat nilis atas hasil kunjungan / memfasilitasi jumpa pers bagi
( jika diperlukan ) DPRD.
FASILITASI FUNGSI ANGGARAN DPRD

Bebarapa pengetahuan dasar yang harus dimiliki jajaran sekretariat DPRD dalam
memfasilitasi DPRD terkait dengan fungsi anggaran antara lain :

1. Dasar Hukum Fungsi Anggaran DPRD


a. UU No. 17/ 2003 ttg. Keuangan Negara;
b. UU No. 1/ 2004 ttg. Perbendaharaan Negara;
c. UU No. 23/ 2014 ttg. Pemerintahan Daerah;
d. UU No.33/ 2004 ttg. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah;
e. UU No. 28/ 2009 ttg. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
f. Peraturan-peraturan Menten Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan ADPD;
g. Berbagai dasar hukum setingkat Peraturan Pemerintah (PP) seperti misalnya tentang
Pinjaman Daerah, dana perimbangan tentang Hibah kepada Daerah, pengendalian
jumlah komulatif difisit APBN dan APBD serta jumlah komulatif pinjaman Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, pengelolaan keuangan daerah dan lain-lain.

2. Konsepsi Fungsi Anggaran DPRD


a. Fungsi anggaran DPRD diwajudkan dalam pembahasan untuk persetujuan bersama
terhadap Raperda tentang Anggaran Pendapatan dan Selanja Daerah (APBD), yang
diajukan oleh Kepala Daerah
b. Fungsi anggaran DPRD meliputi :
1) Membahas KUA dan PPAS;
2) Membahas Perubahan KUA dan PPAS;
3) Membahas Raperda tentang APBD;
4) Membahas Raperda tentang Perubahan APBD;
5) Membahas Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD.

c. Disamping melaksanakan 5 (lima) pembahasan tersebur DPRD mempunyai kewajiban


menyampaikan Pokok-Pokn Pikiran DPRD sebagai bahan penyusunan RKPD.

 Sekretariat DPRD terkadang menjadi mitra diskusi DPRD dalam pembahasan APBD.
Olehnya itu Sekretariat juga harus memiliki pengetahuan yang memadai terhadap
subtansi pembahasan APBD.
 Sekretariat juga membantu DPRD untuk memastikan semua proses pembahasan dan
penetapan APBD di daerah tepat waktu dan berkualitas.
 Penyampaian Rancangan KUA-PPAS : Pertengahan Juni.
 Penetapan KUA-PPAS : Akhir Juli.
 Penyampaian Raperda APBD : Minggu I Oktober.
 Penetapan APBD : Paling lambat akhir November.
 Penyampaian Rancangan Perub. KUA-PPAS : Minggu I Agustus.
 Penetapan Perubahan KUA-PPAS : Minggu II Agustus.
 Penyampaian Raperda Perub. APBD : Minggu ll September.
 Penetapan Perubahan APBD : Akhir September.

Catatan : Penetapan Perubahan APBD dapat melebihi akhir September dengan


beberapa catatan ( Apabila DPRD sampai batas waktu ( paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir tidak mengambil keputusan
bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang
perubahan APBD kepala daerah melaksanakan pengeluaran yang dianggarkan dalam
APBD tahun anggaran berjalan)

 Sesuai dengan Pasal 312 UU No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah. Bahwa, kepala
daerah dan DPRD wajib menyetujui bersama Raperda tentang APBD paling lambat
satu bulan sebelum dimulai tahun anggaran. Jika tidak disetujui bersama, maka dapat
dikenakan sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangan selama
enam bulan.
 Sanksi tersebut tidak dapat dikenakan kepada anggota DPRD apabila keterlambatan
penetapan APBD disebabkan kepala daerah terlambat menyampaikan Raperda
tentang APBD.
 Pada pasal 313 juga disebutkan, apabila kepala daerah dan DPRD mengambil
persetujuan bersama dalam waktu 60 hari sejak disampaikan Raperda tentang APBD.
Maka, kepala daerah menyusu dan menetapkan Perkada tentang APBD, paling tinggi
APBD tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulannya.

3. Fasilitasi Sekretariat DPRD Dalam Proses Pembahasan KUA/PPAS dan Perubahan


KUA/PPAS

a. Pengadministrasian dan pemberian kartu kendali Surat Kepala Daerah terkait


penyampaian dokumen KUA/ PPAS;
b. Fasilitasi Rapat Badan Musyawarah setelah ada disposisi Pimpinan dewan untuk
penjadwalan Rapat Paripurna penyampaian dan pembahasan KUA/PPAS;
c. Fasilitasi administrasi dan pelaksanaan Rapat Paripurna pembicaraan tingkat I
penyampaian KUA/ PPASA;
d. Fasilitasi penyediaan bahan dan penyelenggaraan rapat-rapat pembahanasan KUA/
PPAS oleh badan anggaran DPRD dengan TAPD Pemerintah Daerah;
e. Fasilitasi Rapat Peripurna pembicaraan tingkat II penandatangan kesepakatan bersama
KUA/ PPAS antara Kepala Daerah dengan DPRD;
f. Fasilitasi pembuatan laporan hasil pembahasan KUA/PPAS antara Badan Anggaran
DPRD dengan TAPD/ Pemda;
g. Fasilitasi pembuatan draf nota kesepakatan antara Pemerintah Daerah dengan DPRD
( contoh lampiran );
h. Fasilitasi pembuatan nota kesepakatan kontrak tahun jamak ( multiyears ) antara
Pemerintah Daerah dengan DPRD ( jika ada );
i. Pembuatan Risalah Rapat Paripurna pembicaraan tingkat ll Nota penandatanganan
kesepakatan bersama KUA/ PPAS.

4. Fasilitasi Sekretariat DPRD Dalam Proses Pembahasan RAPBD dan Perubahan APBD

a. Pengadministrasian dan Kartu Kendali Surat Kepala Daerah terkait penyampaian Surat
dan Dokumen Nota Keuangan RAPBD;
b. Fasilitasi Rapat Badan Musyawarah setelah ada disposisi Pimpinan Dewan untuk
penjadwalan rapat penyampaian dan pembahasan Nota Keuangan RAPBD dan
pembuatan Risalah hasil Rapat Badan Musyawarah;
c. Fasilitasi administrasi dan pelaksanaan rapat paripurna pembicaraan tingkat I Nota
Keuangan RAPBD;
d. Fasilitasi penyediaan bahan dan pelaksanaan rapat- rapat pembahasan RKA-SKPD-
RAPBD pada komisi-komisi DPRD terkait mitra kerja;
e. Fasilitasi penyediaan bahan dan pelaksanaan rapat- rapat sinkronisasi dan finalisasi
oleh Badan Anggaran DPRD dengan Pemerintah Daerah;
f. Fasilitasi pembuatan laporan hasil pembahasan finalisasi RAPBD oleh Badan Anggaran
DPRD;
g. Fasilitasi Pembuatan Berita Acara Persetujuan Bersama antara Kepala Daerah dengan
DPRD ( contoh terlampir )
h. Fasilitasi administrasi dan pelaksanaan Rapat Paripurna pembicaraan tinggat II
penandatanganan Persetujuan Bersama antara DPRD dengan Kepala Daerah;
i. Pembuatan risalah Rapat Paripurna pembicaraan tingkat II persetujuan RAPBD;
j. Fasilitasi pembahasan Rapat Badan Anggaran atas hasil evaluasi APBD dan konsep
Rancangan Keputusan Pimpinan DPRD tentang tindak lanjut hasil evaluasi Gubernur
atas APBD;
k. Fasilitasi Pengumunan tindak lanjut hasil evaluasi Gumernur atas APBD pada Rapat
Paripurna berikutnya.

TUGAS SETWAN DALAM MEMFASILITASI


SETIAP TAHAPAN PENETAPAN APBD

1. Pembicaraan pendahuluan RAPBD/ Sinkronisasi RKPD


a. Mengkumuniasikan jadwal pembahasan anggara oleh DPRD;
b. Menyiapkan data-data capaian RPJM ( kondisi terakhir );
c. Mengkomunikasikan atau berkoordinasi hasil rekomendasi LKPJ tahun sebelumnya
dan hasil Paripurna terkait reses DPRD untuk dimasukkan dalam RKPD.
2. KUA dan PPAS
a. Mengkomunikasikan dengan TAPD ( Sekda/ SKPD terkait ) dengan materi Rancangan
KUA-PPAS yang harus disampaikan kepada DPRD;
b. Menyiapkan data-data ( back up data misal data kesehatan, pendidikan dll ) dan
aturan-aturan terkait;
c. Mempasilitasi kegiatan ( misal rapat-rapat ) pembahasan KUA-PPAS;
d. Mempasilitasi penyediaan tim/ tenaga ahli ( apabila diperlukan ).

3. Pembahasan Raperda tentang APBD


a. Mengkomunikasikan dengan TAPD ( Sekda/ OPD terkait ) dengan materi Raperda
tentang APBD yang harus disampaikan kepada DPRD;
b. Menyiapkan data-data ( back up data misal terkait data kesehatan, pendidikan dll )
serta aturan-aturan terkait;
c. Memfasilitasi kegiatan ( misal rapat-rapat ) pembahasan Raperda tentang APBD;
d. Mempasilitasi penyediaan tim pakar/ tenaga ahli ( apabila diperlukan ).

4. Pembahasan Tindak Lanjut hasil evaluasi Gubernur atas APBD


a. Mengkomunikasikan dengan TAPD ( Sekda/ OPD terkait ) dengan hasil evaluasi
Gubernur atas APBD yang harus disampaikan kepada DPRD;
b. Menyiapkan data-data serta aturan-aturan yang terkait;
c. Mempafisilitasi kegiatan rapat Badan Anggran dengan TAPD dan OPD terkait;
d. Menyiapkan konsep Ketupusan Pimpinan DPRD;
e. Menyiapkan naskah pengumuman untuk dimumkan dalam Rapat Paripurna
berikutnya.

Dukungan Sekretariat DPRD dalam menyediakan informasi dan dokumen yang diperlukan
dalam proses pembahasan anggaran oleh DPRD :

SIKLUS DUKUNGAN DOKUMEN DAN BENTUK DUKUNGAN


ANGGARAN
Dokumen Pendukung (data yang Dukungan memperkuat
dibutuhkan untuk memperkuat persidangan ( siapa yang
pembahasan di DPRD ) dilibatkan )
KUA-PPAS  Dokumen RPJMD RKPD; Fasilitasi konsultasi Publik
 RKPD tahun berjalan dan tahun ( publik hearing dengan
sebelumnya; kelompok masyarakat sipil )
 Informasi pertumbuhan ekonomi;
 LKPJ tahun sebelumnya;
 Data kemiskinan update tahun
terkini;
 Data pengangguran dan potensi
lapangan kerja yang terbuka;

Lanjut
 Informasi kondisi kesehatan dalam
daerah bersangkutan ( profile
terkini );
 Informasi kondisi pendidikan dalam
satu daerah ( profile terkini);
 Sumber-sumber PAD KUA PPAS;
 KUA PPAS
RKPD  Dokumen RPJMD RKPD; - Fasilitasi konsultasi publik
 RKPD tahun berjalan dan tahun dengan kelompok -
sebelumnya; kelompok masyarakat
 Informasi pertumbuhan ekonomi; sipil.
 LKPJ tahun sebelumnya (termasuk
RAPBD catatan/rekomendasi DPRD)
 Data kemiskinan update tahun
terkini;
 Data pengangguran dan potensi
lapangan kerja yang akan akan
terbuka;
 Informasi kondisi kesehatan dalam
daerah bersangkutan ( profile
terkini );
 Informasi kondisi pendidikan dalam
satu daerah ( profile terkini );
 Sumber-sumber PAD;
 Dokumen KUA - PPA yang sudah
ditandatangani;
 Dokumen APBD tahun sebelumnya
( termasuk catatan hasil
pemandangan umum DPRD pada
tahun sebelumnya );
 Data hasil musrenbang;
 Data hasil jaring aspirasi DPRD
(konstituern meeting);
 Hasil analisis kelompok masyarakat
sipil terhadap RAPBD.
Perubahan  Laporan realisasi sementara setiap Fasilitasi konsultasi dengan
APBD SKPD; kelormpok masyaraka sipil,
 Informasi kinerja pemerintahan perguruan tinggi dan lain
daerah dalam tahun berjalan ( hasil sebagainya yang memiliki
survey ); kepedulian terhadap
 Dokumen hasil kunjungan lapangan anggaran.
DPRD;
 Dokumen hasil reses DPRD.

Lanjut
APBD  Dokumen APBD Pokok (tahun yang Fasilitasi konsultas publik
Realisasi dievaluasi; dengan masyarakat sipil,
 Dokumen APBD Perubahan ( tahun perguruan tinggi yarg
yang dievaluasi ); memiliki kepedulian
 LKPJ tahun dievaluasi; terhadap kinerja keuangan
 Dokumen hasil audit (BPK); daerah.
 Hasil survey kepuasan masyarakat
(CSS);
 (catatan terkadang laporan LKPJ
seorang Bupati menyebutkan
angka pertumbuhan ekonomi
cukup tinggi. Kemiskinan menurun
dan lapangan kerja terbuka. Namun
dalam realisasi LPJ APBD misalnya
di PAD justru stagnan)

5. Fasilitasi Pembahasan Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD


a. Batas Waktu
Berdasarkan Permendagri No 13/ 2006 ttg. Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
(sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No 59/ 2007 dan Permendagri No 11/
2011),
1). KDH menyampaikan Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
kepada DPRD paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
(Pasal 298)
2) Persetujuan bersama terhadap Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan
APBD oleh DPRD paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak raperda diterima
(Pasal 301)

b. Materi
Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD memuat laporan keuangan
yang meliputi :
- Laporan realisasi anggaran;
- Neraca laporan arus kas;
- Catatan atas laporan keuangan;
- Serta dilampiri dengan laporan kinerja yang telah diperiksa BPK; dan
- Ikhtiar laporan keuangan BUMD/Perusda.

Apabila secara teknis ada keterlambatan pelaksanaan pemeriksaan oleh BPK RI,
Raperda tentang Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dapat disampaikan ke
DPRD, namun pengambilan keputusannya menunggu selesainya pemeriksaan oleh
BPK RI (pasal 299).
C. Bentuk fasilitasi Setwan
1) Pengadministrasian dan pemberian kartu kendali Surat Kepala Daerah
terkaitpenyampaian surat dan dokumen Raperda tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD tahun sebelumnya;

2) Fasilitasi Rapat Badan Musyawarah setelah ada disposisi pimpinan dewan untuk
penjadwalan rapat paripurna ( pembicaraan Tingkat I dan II ) untuk pembahasan
Raperda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan pembuatan Risalah
Badan Musyawarah.

3) Fasilitasi Rapat Paripurna DPRD :


a. Penyampaian Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD tahun
sebelumnya ( secara resmi disampaikan KDH kepada DPRD );
b. Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi Dewan atas Raperda tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD;
c. Tanggapan/ jawaban KDH atas Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi Dewan;
d. Laporan dan penetapan persetujuan bersama atas Raperda tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APDB.

4) Pembahasan dalam rapat-rapat yang diselenggarakan oleh DPRD dengan


pemerintah daerah, dalam hal ini mengikut sertakan tim anggaran pemerintah
daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan Badan Anggaran DPRD atau
Panitia Khusus yang dibentuk, atau alat kelengkapan DPRD;

5) Fasilitasi pembuatan laporan hasil pembahasan Raperda tentang


pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan pembuatan Risalah Rapat Paripurna;

6) Fasilitasi pembuatan rancangan keputusan DPRD dan persetujuan bersama antara


KDH dengan DPRD;

7) Fasilitasi penyampaian kepada KDH/Pemda atas hasi pembahasan Raperda tentang


pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

6. Fasilitasi Penelaahan Pokok-Pokok Pikiran DPRD


Sebagaimana diatur dalam Pasal 78 Permendagri No. 86/ 2017 ttg. Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi
Rancangan Perturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, dan
Rencana Pembangunan Daerah Jangka Menengah, serta Tata Cara Perubahan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, dalam rangka penyusunan awal RKPD.
DPRD memberikan saran dan pendapat berupa pokok pokok pikiran DPRD
berdasarkan hasil reses/ penjaringan aspirasi masyarakat sebagai bahan perumusan
kegiatan, lokasi kegiatan dan kelompok sasaran yang selaras dengan pencapaian sasaran
pembangunan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang RPJMD.
Saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD tersebut disampaikan secara
tertulis kepada kepala BAPPEDA.

1. Materi pokok pokok pikiran berasal dari:


a. Hasil penyerapan aspirasi melalui reses, dan/ atau
b. Risalah rapat dengar pendapat, yang meliputi dokumen yang tersedia sampai
dengan saat rancangan awal RKPD disusun dan dokumen tahun sebelumnya yang
belum ditelaah. (Pasal 178 Ayat (1) Permendagri No 86/ 2017);

2. Pokok-pokok pikiran DPRD diselaraskan dengan sasaran dan prioritas pembangunan


serta ketersediaan kapasitas rill anggaran;

3. Hasil telaahan pokok-pokok pikiran DPRD dirumuskan dalam daftar permasalahan


pembangunan yang ditandatangani oleh Pimpinan DPRD;

4. Pokok-pokok pikiran DPRD disampaikan paling lambat 1 ( satu ) minggu sebelum


Musrenbang RKPD dilaksanakan;

5. Pokok-pokok pikiran DPRD dimasukkan kedalam e-planning bagi Daerah yang telah
memiliki SIPD;

6. Pokok-pokok pikiran DPRD yang disampaikan setelah melewati batas waktu, akan
dijadikan bahan masukan pada penyusunan perubahan RKPD dasar perubahan APBD
tahun berjalan.

LANGKAH FASILITASI PENELAAHAN


POKOK-POKOK PIKIRAN DPRD

NO AKTIVITAS HASIL KETERANGAN


SETWAN
1 Mendata usulan-usulan berdasar Daftar usulan Dokumen yang
dokumen Risalah Dengar Pendapat masyarakat/ tersedia sampai
dan Laporan Hasil Rese. konstituen dengan saat rancangan
awal RKPD disusun dan
dokumen tahun
sebelumnya yang
belum ditelaah
2 Mendistribusikan daftar usulan Daftar respon tiap-
masyarakat/ konstituen kepada tiap anggota DPRD
anggota atas berbagai DPRD untuk atas berbagai
mendapat respon. usulan.

lanjut
3 Mengelompokkan daftar respon Daftar Respon
sesuai komisi dan OPD usulan per Komisi
per OPD.
4 Memfasilitasi rapat kerja Komisi Hasil Rapat Komisi
dengan OPD untuk dengan OPD mitra
menyelelaraskan dengan sasaran kerja.
dan prioritas pembangunan serta
ketersediaan riil anggaran.
5 Mengelompokkan Hasil Rapat Daftar usulan per.
kerja ke dalam bidang-bidang bidang urusan.
urusan.
6 Memfasilitasi rapat Badan Dokumen Pokok-
Anggaran dengan Pimpinan Komisi- pokok Pikiran DPRD
komisi untuk melakukan yang ditandatangani
harmonisasi usulan Pokok-pokok oleh Pimpinan DPRD
Pikiran DPRD.
7 Memfasilitasi pengiman Bukti pengiriman
pengiriman Dokumen Pokok-Pokok Dokumen Pokok-
Pikiran DPRD kepada Bupati/ pokok Pikiran DPRD.
Walikota melalui Kepala Bappeda
paling lambat 1 (satu) minggu
sebelum Musrenbang RKPD
dilaksanakan

Bagan Alur Fasilitasi Penyusunan Dokumen Pokok-pokok Pikiran DPRD

Rekapitulasi usulan
kegiatan yg Pengelompokan
mendapat respon hasil Rapat Kerja
anggota.
 Usulan kegiatan  Daftar usulan hasil  Pokok-pokok
berdasar rapat yg telah pikiran hasil
laporan hasil  Daftar usulan sesuai dgn sasaran pembahasan yang
reses. kegiatan anggota dan prioritas  Daftar usulan ditandatangani
 Usulan kegiatan
DPRD per komisi pembangunan kegiatan Pimpinan DPRD.
berdsarkan
risalah rapat serta ketersediakan anggota DPR
dengar riil anggaran per urusan. Fasilitasi Rapat Badan
pendapat. Anggaran dgn
Fasilitasi Rapat
Pimpinan Komisi
Kerja Komisi dgn
Pendapat usulan OPD mitra
kegiatan utk dimintakan
respon tiap-tiap
anggota per komisi.
Contoh Format Dokumen Pokok-Pokok Pikiran DPRD

Usulan kegiatan lokasi Volume Usulan OPD Verifi Catatan


Dana Penampung kasi
USULAN ANGOTA :
Pemberdayaan organisasi 01 paket 100.000 Kecamatan V diterima
Kepemudaan di Kecamatan.
Pembangunan Drainase Jalan 01 paket 200.000 Dinas Pekerjaan Umun dan v diterima (ada
Poros. Penataan Ruang penyesuaian judul)
Peningkatan Jalan 01 paket 0 Dinas Perumahan dan X Tidak sesuai
Kawasan Pemukiman kewenakan DPKP
Pengelolaan sampah di 01 paket 100.000 Dinas Lingkungan Hidup v diterima
Kecamatan
Pembangunan Jalan Usaha Desa 01 paket 200.000 Dinas Pertanian, Perkebunan V diterima
Tani (JUT) Desa dan Peternakan
Pembangunan Jalan Usaha Desa 01 paket 200.000 Dinas Pertanian, Perkebunan V diterima
Tani (JUT) Desa dan Peternakan
Pembangunan Jalan Usaha 01 paket 200.000 Dinas Pertanian, Perkebunan V diterima
Tani (JUT) Desa dan Peternakan

FASILITASI FUNGSI PENGAWASAN DPRD

Fungsi pengawasan DPRD diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap :


a. Pelaksanaan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah;
b. Pelaksaaan peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
c. Pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK

( Pasal 100 Undang-Undang No. 23 / 2014 )

A. Dasar Hukum Pengawasan DPRD


Sekretaris DPRD dan jajarannya harus memahami regulasi terkait fungsi pengawasan
DPRD sehingga akan memperlancar jalannya fungsi pengawasan DPRD

Adapun beberapa dasar hukum fungsi pengawasan DPRD terhadap penyelenggaraan


pemerintahan daerah antara lain:
a. Undang-undang No. 23 / 2014 ttg. Pemerintahan Daerah;
b. Peraturan Pemerintah No. 58 / 2005 ttg. Pengelolaan Keuangan Daerah Daerah;
c. Peraturan Pemerintah No. 3 / 2007 ttg. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat;
d. Peraturan Pemerintah No. 16 / 2010 ttg. Pedoman Penyusunan Peraturan DPRD
tentang Tata Tertib DPRD;
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13/ 2010 ttg. Pengawasan DPRD Terhadap Tindak
Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK ).
B. Arti Penting Fungsi Pengawasan DPRD Fungsi pengawasan DPRD

a. Fungsi pengawasan diwujudkan dalam mengawasi pelaksanaan peraturan daerah


( PP No. 16 / 2010 );

b. Pengawasan DPRD diharapkan dapat menjamin pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan


pemerintahan daerah sesuai dengan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan,
serta memast tujuan dapat tercapai secara efektif & efisien;

c. Pengawasan DPRD diharapkan berperan memberikan umpan balik ( feed back ) kepada
pemerintah daerah, dapat memberka informasi sedini mungkin bagi pemerintah
daerah guna perbaikan dan untuk mencegah hal-hal yang lebih fatal dalah
penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Pengawasan DPRD terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah dimaksudkan untuk


mengembangkan sistem berdemokrasi menjamin keterwakilan rakyat melalui lembaga
DPRD, membangun mekanisme checks and balances antara Pemda dengan DPRD guna
mewujudkan keadilan dan tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Fasilitasi Setwan terhadap fungsi pengawasan DPRD, antara lain meliputi :


1. Fasilitasi Pembahasan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah;
2. Fasiltasi Pembahasan LKPJ Akhir Masa Jabatan KDH;
3. Fasilitasi pengawasan DPRD terhadap Tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan ( LHP )
BPK-RI;
4. Fasilitasi terhadap pengawasan pelaksanaan Peraturan Daerah.

1. Fasilitasi Pembahasan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah (LKPJ


KDH)

a. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah, terdiri dari :


 LKP) Akhir Tahun Anggaran ( LKP ) ATA );
 LKPJ Akhir Masa Jabatan ( LKP ) AMJ ).

b. Penyampaian LKPJ KDH kepada DPRD


1) LKPJ Akhir Tahun Anggaran, disampaikan KDH kepada DPRD paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah Tahun Anggaran berakhir.
2) LKPJ Akhir Masa Jabatan disampaikan KDH paling lambat 30 hari setelah
pemberitahuan DPRD perihal berakhir Masa Jabatan KDH
3) Apabila antara LKP) Akhir Tahun Anggaran dan LKPJ Akhir Masa Jabatan selisih
waktunya kurang dari satu bulan maka waktu penyampaiannya dapat
dibersamakan Pasal 17 ayat (3) PP No. 3 / 2007 : Dalam hal penyampaian LKPJ
Akhir Masa Jabatan waktunya bersamaan dengan LKPJ Akhir Tahun Anggaran
atau berjarak 1 (satu) bulan, penyampaian LKPJ akhir tahun Anggaran
disampaikan bersama dengan LKPJ Masa Jabatan.
Catatan:
Apabila LKP) telah disampaikan kepada DPRD dan selama satu bulan tidak ada tindak
lanjut maka DPRD dianggap tidak memberikan rekomendasi.

Pasal 23 ayat (6) PP No. 3/ 2007 menyebutkan bahwa Apabila LKP) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak ditanggapi dalam jangka waktu 30 hari setelah LKP)
diterima, maka dianggap tidak ada rekomendasi untuk penyempurnaan.

c. Bentuk-bentuk Fasilitasi Sekretariat DPRD


1) Saat penyampaian
a. Pengadministrasian dan pemberian kartu kendali Surat Kepala Daerah
terkait penyampaian surat dan dokumen LKP;
b. Menyampaikan surat dan dokumen materi LKPJ kepada Pimpinan DPRD.

2) Fasilitasi Rapat Badan Musyawarah untuk penjadwalan pembahasan LKPJ dalam


Rapat Paripurna / alat kelengkapan
- Undangan;
- Rancangan jadwal;
- Risalah.
3) Fasilitasi Rapat-rapat pembahasan
- Undangan;
- Penyiapan dan pendistribusian materi rapat;
- Risalah.s
4) Fasilitasi perumusan draf catatan, rekomendasi DPRD dan konsep Keputusan
DPRD; ,- ( tahapan ini biasanya dibentuk Pansus/ Komisi/ tim perumus dari
utusan masing-masing komisi.
Tugas tim perumus adalah mensinergikan berbagai catatan dan rekomendasi
masing masing komisi untuk diformulasikan dalam rumusan catatan dan
rekomendasi dalam lampiran keputusan DPRD sebagai satu kesatuan yang tak
terpisahkan dalam Keputusan DPRD selanjutnya ditawarkan dalam rapat
paripurna intern DPRD.
5) Fasilitasi Rapat Paripurna terdiri :
a. Rapat Paripurna pembicaraan Tingkat I, berupa penyampaian LKPJ KDH
secara resmi kepada DPRD :
- Undangan;
- Naskah sambutan pimpinan rapat;
- Daftar hadir.
b. Rapat Paripurna intern DPRD dalam rangka pengambilan keputusan atas
catatan strategis dan rekomendasi DPRD terhadap LKPJ KDH.
- Undangan;
- Naskah sambutan pimpinan rapat;
- Draf rancangan Keputusan DPRD;
- Laporan hasil pebahasan / risalah;
- Daftar hadir.
c. Rapat Paripurna Istimewa penyampaian keputusan DPRD terhadap LKPJ KDH.

6) Fasilitasi pendokumentasian dan publikasi kegiatan pembahasan.

2. Fasilitasi terhadap Pengawasan DPRD atas Tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaaan
(LHP) BPK RI.
Sebagaimana ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13/ 2010, pada Pasal 2
sampai dengan Pasal 10 disebutkan sebagai berikut :
1. DPRD menerima laporan hasil pemeriksaan BPK meliputi jenis laporan sebagai berikut :
a) Laporan hasil pemeriksaan keuangan;
b) Laporan hasil pemeriksaan kinerja, dan laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan
tertentu.

Catatan : Dalam konteks ini adalah Laporan hasil


pemeriksaan keuangan.

2. DPRD meminta pemerintah daerah untuk menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan


BPK;

3. DPRD dapat meminta laporan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaaan BPK dari
Pemerintah Daerah;

4. DPRD meminta kepada BPK Laporan Hasil Pem hasil pemeriksaan BPK dari Pemerintah
Daerah Hasil Pemeriksaan yang diterima sebagaimana dimaksud telah dikonfirmasikan
kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah;

5. Dalam hal BPK belum melakukan konfirmasi atas dapat mendorong Laporan Hasil
Pemeriksaan, DPRD BPK melakukan konfirmasi kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah;

6. DPRD melakukan pembahasan atas laporan hasil pemeriksaan BPK, dalam rapat
panitia kerja. (dalam konteks DPRD sebutannya Panitia khusus -PP No.16/ 2010);

7. Pembahasan oleh DPRD atas hasil pemeriksaan keuangan pemerintah daerah


dilakukan sesuai opini yang diberikan BPK atas pemeriksaan yang telah dilakukan,
sesuai Pasal 5 ayat (2) Permendagri No. 13 / 2010 pembahasan oleh DPRD apabila
Laporan Hasil Pemeriksaan BPK opininya:
 Wajar dengan pengecualian ( qualified opinion )
 Tidak wajar ( adversed opinion )
 Pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion
Sedangkan apabila Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Opini wajar tanpa pengecualian
(unqualified opinion) maka tanpa pembahasan di DPRD.
8. Pembahasan, dilaksanakan dengan tahapan sebaga berikut :

a) Pembahasan atas laporan hasil pemeriksaan BPK dilakukan oleh DPRD paling lambat
2 (dua) mingg setelah menerima laporan hasil pemeriksaan BPK;

b) Pembahasan oleh DPRD diselesaikan dalam waktu paling lambat 1 (satu) minggu;

c) Dalam pelaksanaan pembahasan, DPRD dapat paling melakukan konsultasi dengan


BPK;

d) Pimpinan DPRD mengagendakan dalam pembahasan Sidang Paripurna DPRD;

e) Laporan hasil pembahasan DPRD, dapat berisi usulan :


1) Meminta BPK untuk memberikan penjelasan kepada DPRD atas laporan hasil
pemeriksaan BPK, dalam hal menemukan ketidakjelasan atas aspek tertentu
dan/atau temuan di satuan kerja tertentu yang tertuang dalam laporan hasil
pemeriksaan BPK.
2) Meminta BPK untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, dalam hal menemukan
aspek-aspelk tertentu dan/atau temuan di satuan kerja tertentu yang tertuang
dalam laporan hasil pemeriksaan BPK yang memerlukan pendalaman lebih
lanjut.

9. DPRD melakukan pengawasan terhadap Pemerintah Daerah atas pelaksanaan tindak


lanjut hasil pemeriksaan BPK.
10. Dalam pokok bahasan ini bentuk Pengawasan DPRD berupa Pengawasan terhadap
tindak lanjut hasil pemeriksaan keuangan pemerintah daerah
11. Pelaksanaan pengawasan DPRD dilakukan melalui koordinasi dengan tim tindak lanjut
laporan hasil pemeriksaan BPK yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah.
12. Tim tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan Pemerintah Daerah terdiri atas:
a) Wakil KDH selaku penanggungjawab;
b) Inspektur selaku sekretaris;
c) Para Kepala Organisasi Perangkat Daerah terkait selaku anggota.

13. DPRD melakukan monitoring kepada Pemerintah Daerah atas pelaksanaan tindak
lanjut laporan hasil pemeriksaan.
14. DPRD dapat memberikan dorongan kepada Pemerintah Daerah untuk
mempertahankan kualitas opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
dalam penyelenggaraan pemerintahan.
15. DPRD dapat melakukan pengawasan dan monitoring kepada pemerintah daerah untuk
mendorong temuan ataupun rekomendasi dikoreksi opini wajar dengan pengecualian
(qualified opinion)
16. DPRD dapat mengusulkan kepada Kepala Daerah untuk menegur, memberikan saran
dan/atau arahan yang sifatnya memotivasi OPD sesuai dengan tingkat, berat ringan
dan sifat temuan opun tidak wajar (adversed opinion);
17. DPRD dapat meminta keterangan dari BPK dan keterangan dan/atau klarifikasi dari
pemerintah daerah terkait pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of
opinion).

Bentuk Fasilitasi Sekretariat DPRD


1. Fasilitasi administratif surat KDH dan Fasilitas bahan - bahan yang;
2. diperlukan DPRD Fasilitasi rapat Badan Musyawarah dalam rangka penjadwalan Rapat
pembahasan pengawasan DPRD atas tindak lanjut LHP BPK- RI;
3. Fasilitasi rapat-rapat pembahasan;
4. Fasilitasi pelaksanaan kunjungan lapangan terkait dengan LHP-BPK RI (jika diperlukan);
5. Fasilitasi pembuatan laporan pembahasan hasil tindak lanjut LHP- BPK RI.

Catatan :
Pembahasan DPRD terhadap Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan BPK dapat dilakukan
bersamaan dengan pembahasan Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksaaan APBD
atau dapat dilakukan pembahasan secara terpisah

CATATAN PENTING TERKAIT FASILITASI FUNGS PENGAWASAN DPRD

 Fasilitasi Sekwan terhadap fungsi pengawasan DPRD pada dasarnya mencakup semua
fungsi pengawasan DPRD secara kelembagaan terhadap pengawasan anggaran, LKPJ,
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD, pelaksanaan kebijakan ataupun pelaksanaan
peraturan daerah dan peraturan lainnya yang diberlakukan di daerah, pelaksanaan
pelayanan publik, maupun dalam merespon aspirasi masyarakat;
 Sekwan bisa memfasilitasi DPRD berupa kelompok pakar yang mendampingi
pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD;
 Sekwan harus memahami substansi karena dalam kondisi tertentu Sekwan harus
menyiapkan draf rekomendasi terhadap hasil pengawasan DPRD.

Anda mungkin juga menyukai