Anda di halaman 1dari 2

Syarif Kasim II, sultan muda yang tegas

Kesultanan Siak Sri Indrapura adalah kesultanan terbesar di Riau yang didirikan seorang raja kecil
bergelar Sultan Abdul Jalil Rakhmat Syah di tahun 1723. Syarif Kasim II diberi gelar sebagai sultan pada
13 Maret 1915 di usia 21 tahun untuk menggantikan sang ayah yaitu Sultan Assyaidin Hasyim I Abdul Jalil
Syaifuddin yang meniggal pada tahun 1908. Ketika diangkat menjadi sultan, Syarif Kasim II diberi gelar
Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syaifuddin.

Sultan muda [image source]

Syarif dikenal sebagai pemimpin yang sangat tegas dan hal itu terbukti ketika dia menyebutkan bahwa
Kerajaan Siak memiliki kedudukan sejajar dengan Belanda. Yang mana hal tersebut bertentangan dengan
perjanjian antara Siak dan Belanda sebelumnya yang menyatakan Belanda hanya meminjamkan Siak
pada Sultan.

Sultan Syarif melakukan apapun demi mencerdaskan rakyatnya

Ketika menjabat sebagai sultan, Syarif memiliki beberapa program yang dirasa sangat baik untuk rakyat.
Misalnya saja dia mendirikan Hollandsch Inlandsche School (HIS) yang terletak di samping sekolah
berbahasa Melayu untuk seluruh masyarakat. Selain itu untuk memudahkan siswa menuju sekolah,
Syarif menyediakan perahu gratis. Belum lagi adanya program beasiswa yang ia gagas untuk murid yang
berbakat agar dapat bersekolah di Padang, Medan, Maupun Batavia.

Sultan Syarif [image source]

Tak hanya sekolah formal saja, Sultan Syarif Kasim II juga membuat sebuah sekolah agama yang
dikhususkan untuk para pria. Sekolah yang diberi nama Taufiqiah Al-Hasyimah itu dikonsep menjadi
sebuah tempat memperoleh ilmu agama dari para guru profesional yang didatangkan dari Padang dan
juga Mesir.

Menolak kerja paksa dan membantu penuh Indonesia

Pada saat memimpin, Sultan Syarif secara berani menentang kebijakan Belanda mengenai kewajiban
rodi yang harus dilakukan rakyat. Sikap seperti itu lah yang kemudian membuat Belanda menganggapnya
sebagai seorang pemberontak. Akhirnya mereka mendatangkan pasukan khusus untuk menumpas
pemberontakan Syarif. Tapi ternyata pemimpin pasukan Belanda, Letnan Leitser akhirnya harus gagal dan
memutuskan bunuh diri.
Romusha [image source]

Tak hanya menolak rodi Belanda, Sultan Syarif juga menentang kebijakan romusha oleh Jepang karena
tak terima rakyatnya diperlakukan demikian. Hingga akhirnya ketika dia mendengar kabar terkait
kemerdekaan Indonesia, Syarif mengirim surat berisi dukungan penuh pada Soekarno dan Hatta. Ada
pula yang menyebutkan bahwa sang sultan menyumbang uang sejumlah 13 juta gulden serta mahkota
dan pedang Kesultanan Siak.

Membuat Ratu Wilhelmina jatuh cinta

Bila berkunjung ke Istana Siak Sri Indrapura kita akan dapat melihat beberapa peninggalah sejarah
termasuk patung serta potret Ratu Wilhelmina. Menurut seorang pemandu wisata konon sang ratu
Belanda jatuh cinta pada Sultan Siak karena sosoknya yang cerdas, gagah, rapi, dan juga cinta dengan
rakyat. Sifat itulah yang kemudian merebut perhatian sang ratu ketika berkunjung ke Siak.

Sultan Syarif dan Ratu Wilhelmina [image source]

Saat itu sang ratu memberikan kenang-kenangan berupa patung dirinya untuk diletakkan di Kesultanan
Siak dan juga meminta patung sang sultan sebagai oleh-oleh ke Belanda. Ratu dan sultan kala itu tak
dapat bersatu lantaran perbedaan keyakinan antara mereka. Sultan Syarif kemudian memilih mundur
perlahan dan mendekatkan diri dengan rakyat serta rajin mengunjungi masjid.

Sultan Syarif Kasim II tercatat sebagai raja terakhir di Kesultanan Siak karena tidak memiliki keturunan.
Kemudian dia memutuskan menyerahkan kerajaan dan kekayaannya untuk Indonesia. Loyalitas sang
sultan memang tidak perlu diragukan lagi pada Indonesia. Dan sampai saat ini nama beliau diabadikan
sebagai nama bandar udara di Riau.

Anda mungkin juga menyukai