DISUSUN OLEH :
HESTIAWATI 41191097000074
2019
َب ا ْلعَالَ ِمين ِِّ اي َو َم َماتِي ِ َّلِلِ َر َ َّقُ ْل إِن
ُ ُص ََلتِي َون
َ َس ِكي َو َمحْ ي
ٍ َِّللا َّ َت هِجْ َرتُهُ إِلَى ْ سلَّ َم قَا َل إِنَّ َما ْاْل َ ْع َما ُل بِالنِيَّ ِة َو ِل ُك ِل ا ْم ِرئ َما ن ََوى فَ َم ْن كَانَ صلَّى اللَّهم َعلَ ْي ِه َو َ َِّللا َّ سو َل ُ ع َم َر أ َ َّن َر
ُ َع ْن
َ َ
ُصيبُ َها أ ِو ا ْم َرأة يَت َزَ َّو ُج َها َف ِهجْ َرتُهُ إِلَى َما هَا َج َر إِلَ ْي ِه
ِ َت هِجْ َرتُهُ لد ُ ْنيَا ي
ْ سو ِل ِه َو َم ْن كَان َّ سو ِل ِه فَ ِهجْ َرتُهُ إِلَى
ُ َّللاِ َو َر ُ َو َر
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal
itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang
hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka
hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits).
Jabir Ibnu Hayyan
Kitab al-Khama’ir
Al-Biruni
(Fermentasi);
Kitab al-Khawashsh al
juga memberikan kontribusi besar
Kabir (Buku Besar Sifat
bagi pekembangan ilmu farmasi.
Kimiawi);10
Al- Biruni mendefenisikan ilmu Buku-buku yang berisi esai-
farmasi serta menentukan metode esai,
dan prinsipnya. Selain itu, ia juga
menulis teks terlengkap buku-
buku farmakologi yang sangat
berharga, yakni sebagai berikut.
Ibnu Sina
dikenal di dunia Barat dengan Avicenna36 Semasa hidupnya Ibnu Sina, pernah mengabdi di
istana. Tugasnya mempersiapkan pengobatan serta perawatan pada khalifah, keluarga istana,
dan pejabat penting.
Bagaimana Membangun Integritas Seorang Apoteker Muslim di Sebuah Instansi ?
Makna sebuah kata integritas berkaitan dengan aspek kesesuaian antara kata dan perbuatan
dalam menerapkan etika kerja, nilai-nilai, kebijakan dan peraturan yang ada. Tentunya bagi
seorang apoteker muslim memiliki arti yang mendalam bukan hanya memahami kaidah yang
berlaku namun tenaga kesehatan profesional yang memahami kode etik keprofesian diharapkan
mampu untuk menerapkan nilai keislaman dalam kehidupan dan pekerjaan. Dalam pekerjaan,
seorang apoteker muslim bisa memahami nilai keislaman yang ada melalui Al-quran, Suri
tauladan sifat Nabi Muhammad S.A.W serta hadis-hadis.
Mengapa agama Islam menjadi pondasi penting dalam kehidupan khususnya dalam
pekerjaan?
َصة َغي َْر ُمتَ َجانِف ِ ِْلثْم ۙ فَإِ َّن اللَّـه ُ ض
َ ط َّر فِي َم ْخ َم ِ ْاليَ ْو َم أ َ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم دِينَ ُك ْم َوأَتْ َم ْمتُ َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر
ِ ْ ضيتُ لَ ُك ُم
ْ اْلس ََْل َم دِينًا ۚ فَ َم ِن ا
٣﴿ ور َّر ِحي ٌم ٌ ُ﴾ َغف
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Q.S Al-Ma’idah [5]:3)
Seorang apoteker muslim pun wajib mengembangkan ilmu pengetahuan. Jika memahami islam
hal tersebut juga sesuai dengan hadis berikut :
Artinya : ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu,
dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan
barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)
Islam sudah mengatur segalanya dengan sangat sempurna sehingga relevan dengan kehidupan
saat ini Kita sebagai seorang apoteker muslim hendaknya bukan hanya dapat bekerja secara
professional namun dapat menerapkan nilai keislaman. Seorang ilmuwan Albert Einsten pun
juga mengatakan : Ilmu tanpa Agama Buta, Agama Tanpa Ilmu Lumpuh.
Bekerja Sebagai Satu Kewajiban Seorang Hamba Kepada Allah SWT Allah SWT
memerintahkan bekerja kepada setiap hamba-hamba-Nya (QS. Attaubah/ 9 : 105) :
Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Akhlak merupakan teras kepada pembentukan etika kerja seseorang. Akhlak mulia yang dimiliki
oleh seseorang pekerja maupun ketua menjadi lambang ketinggian pribadi dan kualitas individu
terbaik. Ini bermakna apabila seseorang itu mempunyai akhlak yang baik maka, mereka akan
melakukan pekerjaan dengan mengikut tuntutan Islam. Salah satunya berakhlak dalam
melakukan kerja dengan bersungguh-sungguh (itqan). Pekerjaan yang dilakukan dengan
bersungguh-sungguh akan tergolong dalam amalan kebajikan. “Sesungguhnya Allah suka
apabila seseorang itu melakukan sesuatu kerja itu dengan tekun” ( Riwayat Al-Baihaqi)
Perintah untuk giat bekerja setelah selesainya ibadah. Allah berfirman :
“ apabila telah ditunaikan salat , maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia
Allah dan ingatlah banyak-banyak supaya kamu beruntung “ ( Q.S Al-jumu’ah :10 )
Perintah untuk selalu beraktivitas, dan dilarang kosong (menganggur) . Allah berfirman dalam
AL-Qur’an :
“ maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain.” (Q.S Alam Nasyrah (94) : 7 )
Implementasi Sifat Nabi Muhammad SAW Dalam Diri Seorang Apoteker Muslim
Praktik kefarmasian secara professional dan Shiddiq : Perkataan dan perbuatan benar
etik sejalan dengan apa yang diucapkan.
Dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan Shiddiq : Perkataan dan perbuatan benar
sejalan dengan apa yang diucapkan.
Pemberian informasi sediaan farmasi dan alat Tabligh : Menyampaikan. Segala firman
kesehatan Allah yang ditujukan oleh manusia,
disampaikan oleh Nabi. “Supaya Dia
mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul
itu telah menyampaikan risalah-risalah
Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya
meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia
menghitung segala sesuatu satu persatu.” [Al
Jin 28]
Formulasi dan produksi sediaan farmasi Selalu merasa takut pada Allah SWT
(Khasyyah)
Upaya preventif dan promotif kesehatan Rendah diri di hadapan Allah SWT
masyarakat (Khusyu')
Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan Tidak sombong pada siapa pun (Tawadhu)
Artinya ketika bekerja, niatan utamanya adalah karena Allah SWT sebagai kewajiban dari Allah
yang harus dilakukan oleh setiap hamba. Dan selalu memulai aktivitas pekerjaannya dengan
dzikir kepada Allah.
اإلتقان في العمل
Syarat kedua agar pekerjaan dijadikan sarana mendapatkan surga dari Allah SWT adalah
profesional, sungguh-sungguh dan tekun dalam bekerja.
)إِ َّن هللاَ ي ُِحبُّ إِذَا َع ِم َل أ َ َحد ُ ُك ْم َع َمالً أَ ْن يُتْ ِقنَهُ (رواه الطبراني
الصدق واألمانة
Karena pada hakekatnya pekerjaan yang dilakukan merupakan amanah, baik secara duniawi dari
atasannya atau pemilik usaha, maupun secara duniawi dari Allah SWT yang akan dimintai
pertanggung jawaban atas pekerjaan yang dilakukannya. Implementasi jujur dan amanah dalam
bekerja diantaranya adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya, tidak
curang, obyektif dalam menilai, dan sebagainya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
bersabda:
Seorang pebisnis yang jujur lagi dapat dipercaya, (kelak akan dikumpulkan) bersama para nabi,
shiddiqin dan syuhada’. (HR. Turmudzi)
Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seroang muslim, seperti etika dalam
berbicara, menegur, berpakaian, bergaul, makan, minum, berhadapan dengan customer, rapat,
dan sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini merupakan ciri kesempurnaan iman seorang
mu’min.
Sesempurna-sempurnanya keimanan seorang mu’min adalah yang paling baik akhlaknya (HR.
Turmudzi)
Hai orang-orang yang beriman, ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul dan janganlah
kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (QS. Muhammad, 47 : 33)
Menghindari Syubhat
اإلبتعاد عن الشبهات
Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat atau sesuatu yang
meragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya. Seperti unsur-unsur pemberian
dari pihak luar, yang terdapat indikasi adanya satu kepentingan terntentu. Atau seperti bekerja
sama dengan pihak-pihak yang secara umum diketahui kedzliman atau pelanggarannya terhadap
syariah. Dan syubhat semacam ini dapat berasal dari internal maupun eksternal.
Oleh karena itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan ini. Dalam sebuah hadits Rasulullah
SAW bersabda, “Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara-
perkara yang syubhat. Maka barang siapa yang terjerumus dalam perkara yang syubhat, maka
ia terjerumus pada yang diharamkan…” (HR. Muslim)
Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah islamiyah antara
13esame muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha melahirkan perpecahan di tengah-
tengah kaum muslimin. Rasulullah SAW sendiri mengemukakan tentang hal yang bersifat
prefentif agar tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin. Beliau
mengemukakan, “Dan janganlah kalian membeli barang yang sudah dibeli saudara kalian”
Karena jika terjadi kontradiktif dari hadits di atas, tentu akan merenggangkan juga ukhuwah
Islamiyah diantara mereka; saling curiga, su’udzon dsb.
DAFTAR PUSTAKA
Sudewi dkk.2018. Sejarah Faarmasi Islam dan Hasil Karya Tokoh-tokohnya. Badan Litbang
Kemenkes RI.Jakarta.
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Juni 2017
K.H.Toto Tasmara membudayakan etos kerja islami Jakarta : PT Gema Insani, 2002