Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN RESMI

KETERAMPILAN KIMIA
FUN SCIENCE 2

LAVA LAMP AND DANCING BALL

Disusun oleh:

1. Tazkia Alfa Adila (16312241001)


2. Imesta Zulfanida E (16312241002)
3. Yunita Aryanti (16312241003)
4. Nur Komara Zain (16312241004)
5. Afief Noor Lathifah (16312241005)

Kelas : Pendidikan IPA A

Kelompok : 1 (satu)

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
A. Tujuan
Lava Lamp
1. Mengetahui prinsip Archimedes yang bekerja
2. Mengetahui cara pembuatan dan cara kerja lampu lava sederhana
Dancing Ball
1. Untuk mengetahui cara pembuatan dan prinsip kerja dancing ball

B. Dasar Teori
Lava Lamp
Bunyi hukum Archimedes yaitu “Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau
seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan
zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut. (Anonimous.2016: 142) Berdasarkan
bunyi dan rumus hukum Archimede diatas, suatu benda yang akan terapung, tenggelam
atau melayang didalam zat cair tergantung pada gaya berat dan gaya keatas. Maka dari
itu, berdasarkan hukum diatas, terciptalah 3 hukum turunan dari hukum archimedes
yang berbunyi:
1. Benda akan terapung jika masa jenis benda yang dimasukan ke dalam air lebih
kecil dari massa jenis zat cairnya.
2. Benda akan tengelam jika massa jenis benda yang dimasukan ke dalam air lebih
besar dari pada massa jenis zat cairnya.
3. Benda akan melayang jika massa jenis benda yang dimasukan ke dalam air sama
dengan massa jenis zat cairnya (Anonimous.2016: 142)
Akibat adanya gaya apung, berat benda dalam zat cair akan berkurang. Benda
yang diangkat dalam zat cair akan terasa lebih ringan dibandingkan diangkat di darat.
Jadi, telah jelas bahwa berat benda seakan berkurang bila benda dimasukkan ke dalam
air. Hal itu karena adanya gaya ke atas yang ditimbulkan oleh air dan diterima benda.
Dengan demikian maka resultan gaya antara gaya berat dengan gaya ke atas merupakan
berat benda dalam air. Selanjutnya berat disebut dengan berat semu yaitu berat benda
tidak sebenarnya karena benda berada dalam zat cair. Benda dalam air diberi simbol
WS (Anonimous.2016: 142) Hubungan antara berat benda di udara (W), gaya ke atas
(Fa) dan berat semu (Ws) adalah :
Ws = W-Fa
Dengan keterangan:
Ws = berat benda dalam zat cair (Kg⋅m/s2)
W = berat benda sebenarnya (Kg⋅m/s2)
Fa = gaya apung (N)

dan besarnya gaya apung (Fa) dirumuskan sebagai berikut :


Fa = ρcair Vb g
Dengan keterangan:
ρcair = massa jenis zat cair (kg/m3)
Vb = volume benda yang tercelup (m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
(Anonimous.2016: 142)

Sejarah perkembangan lampu lava dimulai ketika kredit untuk menciptakan


lampu lava diberikan kepada insinyur Inggris Craven Walker yang, pada akhir tahun
1940an, melihat prototipe lampu di sebuah pub di Hampshire, Inggris. Efek lava ini
disebabkan oleh interaksi antara cairan yang digunakan dalam lampu (Aslan. 2016: 16)
Cairan ini dipilih berdasarkan kepadatan mereka sehingga satu cenderung nyaris
melayang di tangan lainnya. Selain itu, mereka dipilih berdasarkan koefisien ekspansi
mereka, sehingga mereka dipanaskan satu cenderung naik atau tenggelam lebih cepat
dari yang lain. Ketika panas dari bola lampu menghangatkan cairan lebih berat duduk
di bagian bawah, itu akan lebih panas dan, karena kepadatan lebih rendah, naik ke
permukaan(Aslan. 2016: 16). Pada saat “lava” mencapai bagian atas lampu, ia mulai
menjadi dingin, menjadi lebih padat, dan tenggelam ke bawah. Sebagai sink lava, hal
itu akan lebih dekat dengan bola lampu, memanas lagi, dan proses ini diulang berulang-
ulang. Oleh karena itu, kunci untuk desain lampu lava sukses adalah pemilihan cairan
bercampur yang tepat.

Komposisi yang tepat digunakan dalam lampu lava merupakan rahasia


berpemilik, tapi secara umum, salah satu cairan berbasis air dan yang lainnya adalah
minyak berbasis. Fase air mungkin air yang dicampur dengan alkohol atau yang larut
dalam air pelarut(Aslan. 2016: 16). Cairan kedua harus memenuhi sejumlah kriteria
desain: itu harus larut dalam air, lebih berat dan lebih kental, tidak reaktif dan tidak
mudah terbakar, dan cukup murah. Hal ini juga harus non beracun, unchlorinated,
bukan emulsi dalam air, dan harus memiliki koefisien lebih besar dari ekspansi dari
air(Aslan. 2016: 16). Sementara pemilihan fluida tidak berubah dari lampu ke lampu,
ada perubahan desain yang harus dipertimbangkan karena lampu yang tersedia dalam
berbagai warna, ukuran, dan gaya.
1. Bahan Baku
Seperti disebutkan di atas, bahan aktual yang digunakan di Lampu Lava Lite
adalah proprietary tetapi ada beberapa bahan cair, yang dapat dikombinasikan untuk
memberikan efek lava.
2. Cair komponen
Lava-jenis lampu dapat dibuat dengan air yang dicampur dengan isopropil
alkohol sebagai salah satu fase dan minyak mineral seperti yang lain. Bahan lain,
yang dapat digunakan sebagai bahan fase minyak termasuk alkohol benzil, alkohol
cinnamyl, dietil ftalat, dan salisilat etil.
3. Lain aditif
Aditif lain yang digunakan dalam cairan lampu lava meliputi berbagai minyak
dan larut dalam air pewarna. Specific gravity fase air dapat disesuaikan melalui
penambahan natrium klorida atau bahan serupa. Selain itu, pelarut hidrofobik dapat
ditambahkan pada campuran tersebut untuk membantu lahar menyatu. Terpentin
dan pelarut cat serupa dikatakan bekerja dengan baik dalam hal ini. Bahan antibeku
juga dapat ditambahkan untuk meningkatkan tingkat di mana lava menghangat.
4. Wadah
Sebuah silinder kaca bening digunakan untuk rumah cairan dan membentuk
tubuh lampu. Bentuk lava klasik lampu adalah jam pasir sekitar 10 di (25,4 cm)
tinggi.
5. Panas sumber
Sebuah lampu pijar biasa digunakan sebagai sumber untuk kedua cahaya dan
panas dengan lampu lava. Jenis bola lampu sangat penting untuk memastikan lava
tidak atas atau di bawah dipanaskan. Keadaan dengan tenaga lebih itu tidak
berlangsung lama. Gas lekas turun ke harga semula sambil melepaskan tambahan
energi dari petir mini tadi. Pada beberapa jenis gas, energi yang dilepas berbentuk
cahaya. Ini terjadi misalnya pada lampu natrium, yang sorotan kuningnya
menerangi jalan besar dan pelataran ramai di pusat kota. Cahaya kuning terbit
karena sesaat sebelumnya energi gas natrium dinaikkan oleh loncatan listrik.
Mengetahui lampu yang terus mengalami perkembangan, muncul suatu ide
yang didapat untuk memanfaatkan energi panas yang ada dengan campuran dua zat
yang bertujuan untuk menghasilkan hiasan pada lampu menjadi suatu karya seni.
Percobaan lampu lava sederhana merupakan salah satu simulasi mengenai
fenomena yang menerapkan energi panas dan campuran zat.
1. Minyak Nabati
Minyak nabati adalah minysk yang disari/diekstrak dari berbagai bagian
tumbuhan. Minyak ini digunakan sebagai
makanan, menggoreng, pelumas, bahan bakar, bahan
pewangi (parfum), pengobatan, dan berbagai penggunaan industri lainnya.
Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan ialah minyak kelapa
sawit Afrika, jagung, zaitun, minyak lobak, kedelai, dan bunga matahari
matahari. Margarin adalah mentega buatan yang terbuat dari minyak nabati
(Rendo. 2017: 86)
2. Air
Air merupakan suatu senyawa kimia sederhana yang terdiri atas 2 atom
hidrogen (H) dan 1 atom Oksigen (O). Air mempunyai ikatan Hidrogen yang
cenderung bersatu padu untuk menentang kekuatan dari luar yang akan
memecahkan ikatan-ikatan ini (Rendo. 2017: 86) Air adalah senyawa yang
penting bagi semua bentuk kehidupan di Bumi. Air menutupi hampir 71%
permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia
di Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan
es (di kutub danpuncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir
sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air
dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatusiklus air,
yaitu:melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff,
meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi
kehidupan manusia.
3. Baking Soda
Baking soda atau sodium bicarbonate atau Natrium bikarbonat adalah
senyawa kimia dengan rumus NaHCO3. Dalam penyebutannya kerap disingkat
menjadi bicnat. Senyawa ini termasuk kelompok garam dan telah digunakan
sejak lama (Rendo. 2017: 86). Senyawa ini disebut juga baking soda (soda kue),
Sodium bikarbonat, natrium hidrogen karbonat, dan lain-lain. Senyawa ini
merupakan kristal yang sering terdapat dalam bentuk serbuk. Natrium
bikarbonat larut dalam air. Senyawa ini digunakan dalam roti atau kue karena
bereaksi dengan bahan lain membentuk gaskarbon dioksida, yang menyebabkan
roti mengembang.
Senyawa ini juga digunakan sebagai obat antasid (penyakit maag atau
tukak lambung). Karena bersifat alkaloid (basa), senyawa ini juga digunakan
sebagai obat penetral asam bagi penderita Asidosis Tubulus Renalis (ATR) atau
Rhenal Tubular Acidosis (RTA). NaHCO3 umumnya diproduksi melalui
proses Solvay, yang memerlukan reaksi natrium klorida, amonia, dan karbon
dioksida dalam air. NaHCO3 diproduksi sebanyak 100 000 ton/tahun (2001).
Baking soda juga kerap digunakan sebagai salah satu tambahan dalam mencuci
porselen dari dapur hingga kamar mandi dan bahkan dalam urusan mencuci
pakaian. Baking soda dapat digunakan untuk mengganti pewangi dan pelembut
pakaian(Rendo. 2017: 86)
4. Tablet Effervescent(CDR)
Tablet effervescent adalah sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan
gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Gas yang dihasilkan
umumnya adalah karbondioksida (CO2). Tablet effervescent terdiri dari
campuran antara natrium bikarbonat dengan asam sitrat atau asam tartrat yang
apabila dicelupkan ke dalam air maka akan berbuih atau membentuk gas CO2.
Reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat serta asam tartrat dan natrium
bikarbonat dapat dilihat sebagai berikut:

H3C6H5O7.H2O + 3NaHCO3 –> Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2


Asam sitrat Natrium bikarbonat Natrium sitrat Air Karbondioksida

H2C4H4O6 + 2NaHCO3 –> Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2


Asam tartrat Natrium bikarbonat Natrium tartrat Air Karbondioksida

Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan tiga


molekul natrium bikarbonat untuk menetralkan satu molekul asam sitrat dan
dua molekul natrium bikarbonat untuk menetralisasi satu asam tartrat(Rendo.
2017: 86)

Tablet effervescent harus dapat larut dalam waktu kurang dari tiga menit
(pada air yang bersuhu 15-25ºC mempunyai waktu hancur lima menit),
kekerasan antara 70 – 120 N, mempunyai pH < 6 dan stabil(Rendo. 2017: 86)
Bahan dasar pembuatan tablet effervescent berasal dari bahan yang
bersifat asam seperti asam sitrat dan karbonat seperti natrium bikarbonat
sebagai sumber karbondioksida.

Sebagai sumber asam dapat digunakan asam-asam makanan, asam


anhidrat dan garam dari asam. Asam-asam makanan yang paling sering
digunakan karena alami dan sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam
makanan dan dapat dicerna. Golongan asam-asam makanan yang sering
digunakan adalah asam sitrat, asam tartrat, asam malat, asam fumarat, asam
adipat, dan asam suksinat. Asam anhidrat yang dapat digunakan seperti asam
sitrat anhidrat (dalam air akan berubah menjadi asam sitrat). Sedangkan garam
dari asam yang digunakan antara lain natrium dihidrogen fosfat, dinatrium
dihidrogen pirofosfat dan garam-garam asam sitrat.
Sebagai sumber karbonat dapat digunakan natrium bikarbonat, natrium
karbonat, kalsium bikarbonat, kalium karbonat, natrium seskuikarbonat,
natrium glisin karbonat, L-lisin karbonat, arginin karbonat dan kalsium
karbonat amorf(Rendo. 2017: 86)

5. Pewarna makanan alami


Pewarna alami merupakan zat warna yang berasal dari ekstrak
tumbuhan (seperti bagian daun, bunga, biji), hewan dan mineral yang telah
digunakan sejak dahulu sehingga sudah diakui bahwa aman jika masuk kedalam
tubuh. Pewarna alami yang berasal dari tumbuhan mempunyai berbagai macam
warna yang dihasilkan, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis
tumbuhan, umur tanaman, tanah, waktu pemanenan dan faktor-faktor lainnya.
Oleh karena itu, Food and Drugs Administration (FDA),
Amerika Serikat menggolongkan zat warna alami ke dalam golongan zat
pewarna yang tidak perlu mendapat sertifikasi atau dianggap masih aman. Jenis-
jenis zat pewarna alami yang banyak digunakan dalam industri pangan antara
lain ialah zat pewarna asal tanaman, seperti karotenoid, antosianin, klorofil
dan curcumin.
Berdasarkan sumbernya, zat pewarna alami dibagi atas:
1. Zat pewarna alami yang berasal dari tanaman, seperti: antosianin,
karotenoid, betalains, klorofil, dan kurkumin.
2. Zat pewarna alami yang berasal dari aktivitas mikrobial, seperti: zat
pewarna dari aktivitas Monascus sp, yaitu pewarna angkak dan zat pewarna
dari aktivitas ganggang.
3. Zat pewarna alami yang berasal dari hewan dan serangga, seperti: Cochineal
dan zat pewarna heme.
Berdasarkan komponen zat pewarnanya, pewarna alami dapat dibagi
menjadi 5 kelompok, yaitu:
1. Karotenoid: isoprenoid dan derivatnya.
2. Klorofil dan senyawa heme: pigmen porphyrin.
3. Antosianin: 2-fenilbenzopyrylium dan derivatnya.
4. Pewarna tumbuhan lainnya: betalains, cochineal, riboflavin dan
kurkumin.
5. Melanoidin dan karamel: terbentuk selama proses pemanasan dan
penyimpanan.

Keuntungan dalam penggunaan pewarna alami adalah tidak adanya efek


samping bagi kesehatan. Selain itu, beberapa pewarna alami juga dapat berperan
sebagai bahan pemberi flavor, zat antimikrobia, dan antioksidan. Namun penggunaan
zat pewarna alami dibandingkan dengan zat pewarna sintetis memiliki kekurangan,
yaitu pewarnaannya yang lemah, kurang stabil dalam berbagai kondisi, aplikasi kurang
luas dan cenderung lebih mahal.

Dancing Ball
Mostly fill a glass jar with water. Add a little vinegar - 1/4 to 1/3 cup (60 ml) -
and 2 tsp. (10 ml) of baking soda. Stir gently. Add a few mothballs. As long as their
surfaces stay fairly rough, they should begin to bounce up and down. This will also
work quite well using clear soda water with the mothballs. Raisins and alka seltzer or
clear soda will perform the same way. The irregular surfaces on the mothballs or
raisins hold some carbon dioxide bubbles. When enough bubbles accumulate to lift the
weight of the mothball (or raisin), it rises to the surface. There, some of the bubbles of
air escape into the atmosphere, and the mothball/raisin, which is denser than the water
or soda, sinks to the bottom to start the cycle over again. The effect will last longer if
the container is sealed, as less carbon dioxide will be able to escape. The key is that
they are able to trap air bubbles on their surface, that they are light enough to be
buoyed to the surface by the bubbles, and that they won't dissolve in the liquid. (Brian
Carusella, 1997) Artinya, mengisi toples dengan air. Tambahkan sedikit cuka - 1/4
sampai 1/3 cangkir (60 ml) - dan 2 sendok teh. (10 ml) baking soda. Aduk dengan
lembut. Tambahkan beberapa naftalena. Selama permukaannya tetap kasar, naftalena
akan melompat-lompat. Hal ini juga akan bekerja dengan cukup baik menggunakan air
soda yang jernih dengan naftalena.

Raisin dan alka seltzer atau soda bening akan tampil dengan cara yang sama.
Permukaan yang tidak beraturan pada naftalena atau kismis menahan beberapa
gelembung karbon dioksida. Ketika cukup banyak gelembung menumpuk untuk
mengangkat berat mothball (atau kismis), ia naik ke permukaan. Di sana, beberapa
gelembung udara lolos ke atmosfer, dan mothball / kismis, yang lebih padat daripada
air atau soda, tenggelam ke dasar untuk memulai siklus lagi. Efeknya akan bertahan
lebih lama jika wadah disegel, karena lebih sedikit karbon dioksida yang bisa lolos.

Prinsipnya adalah naftalena bisa menjebak gelembung udara di permukaannya,


sehingga cukup ringan untuk bisa naik ke permukaan oleh gelembung, dan tidak akan
larut dalam cairan.

Thomas Castagno writes to add that "if you pour (your favorite clear lemon-
lime soda) into a clear glass cup, add some salt to the soda and put some Jell-O into
the cup that after a while the Jell-O will bounce up and down inside of the cup as air
bubbles accumulate and come off of the Jell-O." I haven't personally attempted this yet,
but I imagine small bits of (lime green?) Jell-O are used. Artinya, Thomas Castagno
menambahkan bahwa "jika Anda menuangkan (soda lemon lemon yang favorit Anda
ke dalam cangkir kaca bening, tambahkan sedikit garam ke soda dan masukkan
beberapa Jell-O ke dalam cangkir itu setelah beberapa saat Jell-O akan melambung naik
turun di dalam cangkir saat gelembung udara menumpuk dan keluar dari Jell-O. "
(Brian Carusella, 1997)
C. Metodologi Penelitian
1. Latar setting
a. Tempat : Laboratorium IPA2 FMIPA UNY
b. Waktu : Selasa, 7 November 2017 Pukul 13.40-15.20 WIB

2. Alat dan Bahan


Lava Lamp
a. Alat:
1) Gelas ukur
2) Gelas kimia
3) Pengaduk kaca
4) Pipet tetes
5) Kamera
6) Pipet ukur
b. Bahan:
1) Minyak nabati
2) Tablet effervescent (CDR)
3) Pewarna makanan
4) Air
5) Garam

Dancing Ball

a. Alat
1) Gelas ukur 10 ml
2) Porselen
b. Bahan
1) Naftalena
2) HCl
3) Soda kue

3. Langkah Kerja
a. Lava lamp
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Mengencerkan pewarna bubuk dengan penambahan air sebanyak kebutuhan
(kurang lebih 2 Ml)
3) Mengaduk larutan pewarna hingga warna tercampur merata
4) Mengisi gelas ukur dengan air sebanyak 2 ml
5) Menambahkan minyak kedalam labu ukur berisi air sebanyak 8 ml
6) Menambahkan 2 tetes kedalam gelas ukur berisi air dan minyak tersebut
7) Menunggu sampai warna tercampur dengan sendirinya pada bagian air
yaitu dangkal gelas ukur
8) Memasukkan CDR kedalam gelas ukur tersebut
9) Mengamati hasil percobaan tersebut

b. Dancing Ball
1) Memasukkan larutan HCl 2ml kedalam gelas ukur 10ml
2) Menuangkan baking soda sampai mengeluarkan buih
3) Memasukkan 3 bagian kecil dari naftalena besar yang sudah digerus
menjadi bagian-bagian kecil
4) Mengamati yang terjadi

D. Hasil percobaan
1. Lava Lamp
Saat perubahan pewarna, pewarna menembus minyak secara perlahan dan
menyebar saat di dasar tabung (gelas ukur) dan bercampur dengan air yang ada di
dasar. Kemudian saat redokson ditambahkan, maka warna makanan yang ada di
dasar menyembur ke atas seperti layaknya lava. Percobaan ini digunakan dengan
perbandingan air dengan minyak 1:4 ( 2ml untuk air dan 8ml untuk minyak)
2. Dancing Ball
Naftalena diibaratkan sebagai sebuah bola, saat penambahan soda kue pada
naftalena yang berada dalam HCl terlihat naftalena yang naik turun seperti sebuah
bola yang naik turun.
E. Pembahasan

Praktikum ketrampilan kimiayang dilakukan di Laboratorium IPA2 FMIPA


UNY pada hari selasa 7 November 2017 pukul 13.40-15.20 telah dilaksanakan dengan
2 kegiatan yaitu kegiatan pertama yang berjudul “Lava Lamp” dan kegiatan kedua
berjudul “Dancing Ball”. Adapun tujuan dari masing masing kegiatan yaitu yang
pertama dengan judul Lava Lamp bertujuan untuk mengetahui prinsip Archimedes yang
bekerja dan mengetahui cara pembuatan dan cara kerja lampu lava sederhana. Dan pada
kegiatan kedua dengan judul Dancing Ball bertujuan untuk mengetahui cara membuat
dan prinsip kerja Dancing Ball.
Kegiatan pertama yaitu lava lamp, diaman praktikanmembuat perobaan ini
menggunakan alat dan bahan antara lain minyak, air, pewarna, dan CDR sebagai bahan
yang digunakan sedangkan alat yang digunakan praktikan berupa gelas ukur, gelas
kimia, pipet tetes, pipet ukur, pengaduk kaca, dan kamera. Langkah pertama yang
dilakukan praktikan yaitu dengan mengencerkan pewarna bubukagar lebih mudah saat
pemberian pewarna pada percobaan yang praktikan lakukan. Pelarutan pewarna
dilakukan dengan berdasarkan kebutuhan praktikan dalam praktikum ini digunakan air
sebanyak 1 ml dan bubuk pewarna sebanyak standar perkiraan. Setelah selesai
pembuatan pewarna, praktikan menyiapkan 2 ml air dalamgelasukur lalu
menambahkan minyak diatasnya sebanyak 8 ml dan diberikan sebanyak2 tetes pewarna
encer. Kemudian praktikan menunggu beberapa saat sampai pewarna menembus
minyak dan berada pada dasar gelas ukur yang merupakan air dan dapat menyebar.
Setelah pewarna menyebar praktikan memasukkan CDR dan mengamati yang terjadi.
Berdasarkan hasil pengamatan saat penambahan pewarna dimana posisi air
dalam gelas ukur berada di bawah dan minyak berada di atas maka saat penambahan
pewarna yang bermassa jenis sama dengan air karena menggunakan pelarut air, tetesan
ini melewati minyak terlebih karena pewarna tidak dapat tercampur dengan minyak
sehingga praktikan harus menunggu beberapa menit untuk menunggu pewarna
melewati garus batas minyak dan air. Halini terjadikarena perbedaan massa jenis
minyak dengan pewarnadan air. Untuk membantu mempercepat menyebaran pewarna
terkadang praktikan menggunakanalat bantuan berupa lidi untuk membantuk tetesan
pewarna menembus pembatas.
Selanjutnya praktikan memasukkan tablet CDR atau sebagai pengganti baking
soda . Hal yang terjadi ketika tablet CDR atau baking soda terkena air, maka akan
bereaksi dan menghasilkan gelembung karbon dioksida (sama halnya ketika kita
mencampur cuka dengan soda kue). Gelembung karbon dioksida tersebut membuat air
pada dasar botol terangkat ke atas. Ketika sampai ke permukaan, gas karbon dioksida
terlepas dan menyebabkan air yang tadinya berada di atas, menjadi turun kembali ke
dasar botol. Percobaan ini bisa diulang tergantung banyaknya baking soda atau yang
dimasukkan. Tetapi penulis menggunakan keduanya untuk menghasilkan reaksi
gelembung karbon dioksida. Saat percobaan pertama, baking soda yang dimasukkan
dalam air hanya menghasilkan sedikit gelembung dan tidak bertahan lama. Percobaan
selanjutnya, tablet CDR atau baking soda yang dimasukkan kedalam cairan tersebut
memang menghasilkan banyak gelembung tetapi ini juga tidak bertahan lama. Dan pada
percobaan terakhir, penulis memasukkan sekiranya setengah tablet CDR atau baking
soda. Ketika tablet CDR atau baking soda didalam cairan sudah mulai habis, barulah
dimasukkan baking soda. Dan hasil akhirnya, gelembung karbon dioksida menjadi
banyak dan bertahan lama.

H3C6H5O7.H2O + 3NaHCO3 –> Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2


Asam sitrat Natrium bikarbonat Natrium sitrat Air Karbondioksida

H2C4H4O6 + 2NaHCO3 –> Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2


Asam tartrat Natrium bikarbonat Natrium tartrat Air Karbondioksida

Gelembung karbondioksida ini membuat air pada dasar botol terangkat ke atas
dan pada saat sampai ke permukaan gas karbon dioksida akan terlepas kemudian air
yang tadinya diatas akan turun ke dasar botol. Jika dikaitkan dengan hukum
Archimedes (Gaya tekan atas), salah satu prinsip lampu lava sangat berhubungan, yang
mana sebelum serbuk soda dimasukan, minyak dan cairan dalam kondisi tenang dan
tidak bercampur. Tetapi ketika serbuk soda dimasukan, serbuk soda akan larut dalam
cairan dan akan menimbulkan gaya yang mengakibatkan timbulnya gas karbon dioksida
dengan minyak dan air akan bercampur walau tidak seluruhnya. Pencampuran air dan
minyak juga bergantung dari media pencampurnya.
Kegiatan kedua, yaitu Dancing Ball. Adapun alat dan bahan yag digunakan pada
kegiatan ini adalah gelas ukur 10ml, porselen, naftalena, HCl, dan soda kue. Pertama-
tama, praktikam menggerus atau membagi naftalena menjadi bagian-bagian kecil.
Kemudian menyiapkan gelas ukur dan memasukkan HCl sebanyak 2ml, lalu
menambahkan soda kue sampai menimbulkan buih. Selanjutnya memasukkan 3 bagian
kecil naftalena. Kemudian mengamati perubahan yang terjadi.
Setelah semua langkah tersebut dilakukan, maka didapatkan data sebagai
berikut. Naftalena diibaratkan sebagai sebuah bola, saat penambahan soda kue pada
naftalena yang berada dalam HCl terlihat naftalena yang naik turun seperti sebuah bola
yang naik turun. Akan tetapi naik turun pada naftalena tersebut tidak bergitu terlihat
secara signifikan. Karena kurang jelasnya gerakan naik turun pada naftalena tersebut,
maka percobaan Dancing Ball ini dapat dikatakan belum berhasil. Hal ini dapat saja
terjadi sebagai akibat dari soda kue yang dilarutkan dalam HCl, mengalami reaksi
sebagai berikut:
1) Gas CO2 terserap oleh kapur barus.
2) CO2 lebih ringan dari udara, sehingga kapur barus dapat naik ke atas.
Selain itu, dapat juga disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya:
1) Naftalena yang digunakan tidak berwarna sehingga pergerakan naftalena yang
berwarna putih kurang terlihat dengan jelas.
2) Praktikan kurang dalam pembarian soda kue
3) Kurangnya HCl yang digunakan dalam percobaan

Idealnya, naftalena akan bergerak sampai ke permukaan batas zat cair (HCl)
dalam gelas ukur. Kemudian naftalena tersebut akan melepas CO2 dan menjadi lebih
berat lagi sehingga turun ke bawah. Sampai di bawah, maka naftalena akan menyerap
CO2 kembali dan mengalami pergerakan ke atas. Peristiwa ini seharusnya berlangsung
secra terus menerus dan mengakibatkan naftalena naik-turun seperti halnya bola menari
(Dancing Ball).
F. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa:
Lava Lamp
1. Dari percobaan lampu lava ternyata membuktikan bahwa adanya hubungan
antara soda tablet yang menghasilkan gelembung dengan hukum Archimedes
(Gaya tekan atas)
2. Gelembung pada lapisan minyak goreng yang dihasilkan adalah semakin banyak
sodat ablet yang dimasukan maka semakin banyak pula gelembung karbondioksida
yang dihasilkan sehingga lampu lavanya akan semakin meriah .
Dancing Ball
1. Cara kerja pada Dancing Ball adalah memasukkan naftalena kedalam gelas ukur
yang telah berisi HCl dan soda kue. Adapun prinsip kerjanya yaitu naftalena akan
bergerak sampai ke permukaan batas zat cair (HCl) dalam gelas ukur. Kemudian
naftalena tersebut akan melepas CO2 dan menjadi lebih berat lagi sehingga turun ke
bawah. Sampai di bawah, maka naftalena akan menyerap CO2 kembali dan
mengalami pergerakan ke atas. Peristiwa ini seharusnya berlangsung secra terus
menerus dan mengakibatkan naftalena naik-turun seperti halnya bola menari
(Dancing Ball).

G. Jawaban Pertanyaan
Lava Lamp
1. Apa yang terjadi pada campuran setelah dimasukkan redokson kedalamnya?
Jawab : Saat redokson ditambahkan, maka warna makanan yang ada di dasar
menyembur ke atas seperti layaknya lava.
2. Mengapa bisa terjadi hal tersebut?
Jawab : Jika dikaitkan dengan hukum Archimedes (gaya tekan keatas), hukum
Archimedes menyatakan bahwa suatu benda yang dicelupkan sebagian atau
seluruhya kedalam zat cairakan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama
dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut. Salah satu prinsip
lampu lava cukup berhubungan dengan hukum Archimedes, yang mana ketika
sebelum tablet redokson dimasukan kedalam botol, minyak dan cairan dalam
kondisi tenang/diam dan tidak bercampur. Ketika tablet redokson dimasukan
kedalam botol, tablet akan larut pada cairan pewarna dan akan menimbulkan
gayayang mengakibatkan timbulnya gelembung dan minyak dan air akan
bercampur walau tidak seluruhnya. Pencampuran air dan minyak juga
bergantung dari media penyampurnya.

3. Jelaskan fungsi penambahan masing-masing bahan!


Jawab :
a. Fungsi penambahan redokson yaitu apabila redokson terkena air akan
bereaksi dan menghasilkan gelembung karbondioksida.
b. Fungsi penambahan pewarna makanan sebagai indicator dalam
percobaan.
c. Fungsi penambaan air dan minyak berperan sebagai fluida (suatu zat
yang biasa mengalami perubahan-perubahan pada bentuknya secara
terus menerus bila terkena tekanan atau gaya geser, walaupun relative
kecil atau bias juga dikatakan suatu zat yang mengalir).
d. Fungsi penambahan garam memiliki fungsi yang sama seperti redokson,
yaitu sebagai penghasil gas gelembung karbondioksida yang berperan
dalam pengangkatan air dari dasar botol ke permukaan. Selain itu,
garam juga berfungsi sebagai alat penyebar pewarna makanan yang
menggumpal, sebagai pelebur pewarna makanan dalam air, penyatu
antara air, pewarna makanan dan minyak.

Dancing Ball
1. Apa yang terjadi pada naftalena?
Jawaban: Naftalena diibaratkan sebagai sebuah bola, saat penambahan soda kue
pada naftalena yang berada dalam HCl terlihat naftalena yang naik turun seperti
sebuah bola yang naik turun. Namun, saat percobaan gerakan naik-turun
naftalena tersebut tidak terlalu terlihat.

2. Mengapa bisa terjadi hal tersebut?


Jawaban: Hal tersebut dikarenakan naftalena yang digunakan tidak berwarna
sehingga pergerakan naftalena yang berwarna putih kurang terlihat dengan
jelas, praktikan kurang dalam pembarian soda kue dan kurangnya HCl yang
digunakan dalam percobaan.
3. Jelaskan fungsi penambahan masing-masing bahan!
Jawaban:
a. Soda kue : soda kue akan bereaksi dengan HCl untuk menguapkan gas
karbondioksida,sehingga bola naftalena naik turun.
b. Naftalena : bisa menjebak gelembung udara di permukaannya, sehingga
cukup ringan untuk bisa naik ke permukaan oleh gelembung, dan tidak akan
larut dalam cairan.
c. Larutan HCl : sebagai pereaksi yang dapat bereaksi dengan soda kue untuk
menghasilkan gas karbondioksida

4. Supaya naftalena bisa bergerak naik turun setelah dimasukkan ke dalam


campuran, bisakah asam oksalat dapat diganti dengan HCl encer atau asam
cuka? Jelaskan!
Jawaban: Bisa. Karena HCl dan asam cuka merupakan asam yang dapat
bereaksi dengan soda kue. Namun, pada percobaan, belum diketahui komposisi
yang pas agar naftalena dapat naik-turun.
H. Daftar Pustaka
Aslan, dkk . 2016. Creative sains. Denpasar. Media Utama.

Anonimous. 2013. Hukum Archimedes. Jakarta: Gramedia.

Anonimous. 2016. Hukum Archimedes. Jakarta: Gramedia.

Brian Carusella. 1997. Dancing rains, mothballs, dan other variations. Diakses dari
http://bizarrelabs.com pada tanggal 9 November 2017 pukul 4.50 WIB.

Rendo. 2017. Lampu Lava. caraaslan.blogspot.co.id/2016/05/cara-membuat-lampu


lava-sederhana-dari-botol.html?m=1. diakses pada tanggal 9 November 2017
pukul 5.43 WIB.
I. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai