Anda di halaman 1dari 14

Makalah SMA

contoh Makalah Kimia Tentang Detergen

- Juli 23, 2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Maraknya makanan-makanan yang sering kali kita konsumsi pada era modern ini. Adapun bahan
ataupun zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan kerugian bagi tubuh kita yang
mengkonsumsinya,banyak sekali orang yang mengkonsumsi makanan yang dilihat dari nilai rasanya
bukan dari kebaikannya padahal itu untuk tubuh kita sendiri .

Sering mengkonsumsi bahan atau zat kimia seperti pengawet ,pewarna ,dan hal lainya dapat
memberikan akibat secara langsung dan cepat ,namun membutuhkan waktu yang cukup lama.

Maka dari itu saya akan menjelaskan sedikit halnya dari tiap komposisi pada makanan yang kita
konsumsi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan-rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :

Ø Zat-zat deterjen

Ø Zat-zat yang berbahaya pada deterjen

Ø Zat-zat deterjen yang menguntungkan

C. Tujuan Penulisan

§ Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan deterjen

§ Untuk mengetahui kerugian yang terkandung dalam deterjen

§ Untuk mengetahui kelebihan dari tiap zat yang terkandung dalam deterjen
D. Dampak detergen

· Pencemaran lingkungan

· Tangan Menjaadi kasar

· Iritsi pada kulit

· Menghambat saluran air

· Pencemaran air dan tanah

E. Pencegahan Deterjen

· Selalu membaca label pada kemasan

· Menggunakan bahan/produk kimia secara wajar dan sesuai kebutuhan

· Tidak membuang sisa-sisa bahan kimia secara sembarangan

· Menyimpan produk-produk yang mengandung bahan kimia ditempat yang aman

F. Manfaat dan Kegunaan deterjen

· Membersihkan Noda

· Menghilangkan bakteri

· Melindungi pakaian dari bau

· Membersihkan dengan maksimal

· Memberi wangi pada pakaian

BAB II

PEMBAHASAN
I.1 Pengertian Sulfatasi dan Sulfonasi

Reaksi sulfatasi ialah reaksi pemasukan gugus –OSO3H ke dalam suatu senyawa, sedangkan
sulfonasi adalah reaksi pemasukan gugus -SO3H ke dalam suatu senyawa. Proses ini banyak dilakukan
atau dikenakan terhadap senyawa-senyawa organic. Jadi proses sulfatasi hampir sama dengan proses
sulfonasi hanya beda pada gugus yang dimasukkan,kedua proses tersebut dapat terjadi bersama-sama
untuk suatu kondisi tertentu,tergantung senyawa yang diproses.

Umumnya proses ini dikenakan terhadap gliserida-gliserida asam lemak jenuh atau tidak jenuh
yang mengandung gugus OH karena hasilnya lebih mahal atau bermanfaat.Penggunaan hasil-hasil proses
sulfatasi dan sulfonasi antara lain:

1. Sebagai bahan pencuci yang berfungsi sebagai pemerataan kebasaan dari serat sebelum siberi
warna.

2. Sebagai bahan setengah jadi/antara untuk bahan yang akan mengalami proses selanjutnya.

3. Sebagai katalisator pada reaksi-reaksi kimia bahan organic.

Senyawa-senyawa yang dapat dipergunakan untuk melakukan proses sulfonasi ataupun sulfatasi

antara lain:

· Belerang trioksida (SO3) dapat dipakai pada fase cair/gas.

· Larutan asam sulfat pekat (93-98 %) atau oleum 20%

· Asam kloro sulfat (larutan SO3 dalam HCl)

· Alkil sulfonat, R-SO3H

· Asam sulfonat

· Belerang dioksida,

– SO2 cair dan O2 dari udara

--SO2 dan air klor


· Hidroksimetil sulfonat dan ammonium metasulfonat untuk proses sulfo alkilasi

Dari senyawa-senyawa pensulfonasi diatas yang paling banyak digunakan adalah asam sulfat 93-98%,
karena murah dan mudah didapat, sedang yang lainnya digunakan jika ada tujuan-tujuan
tertentu,missalnya bila menggunakan asam sulfat hasilnya kurang baik dan secara ekonomi akan
mengurangi nilai jual produksinya.

Senyawa-senyawa yang dapat dikenakan proses sulfatasi atau sulfonasi antara lain hidro karbon ikatan
tidak jenuh, pulp terutama ligninnya, minyak tumbuh-tumbuhan atau hewani terutama minyak ikan.

Contoh reaksi sulfatasi dan sulfonasi antara lain:

1. Bahan Dasar Alefin

2. Bahan Dasar Alkohol

3. Bahan Dasar Ester

4. Bahan Dasar Senyawa Aromatik

Dari ke-4 contoh tersebut secara termodinamika dapat dituliskan sebagai berikut:

RH + HOSO3H R -OSO3H + H2O + Q kal

Q = panas yang terjadi/dibutuhkan dalam reaksi

panas yang timbul dari reaksi akan menaikkan temperatur dan timbulnya H2O akan menimbulkan
pengenceran asam sulfat yang dipakai ,yang harus ditanggulangi agar reaksi tetap berjalan.Pencegahan
naiknya temperatur dilakukan pendingingan, sedang pencegahan pengenceran dilakukan penguapan
pada temperatur relative rendah.

Jika ditinjau dari segi kinetika didasarkan pada suatu persamaan yang menghubungkan antara
kecepatan reaksi ( r ) dengan besaran-besaran yang mempengaruhinya,persamaannya bias ditulis
sebagai berikut:

r =k [RH] [SO3]

dimana:
r = kecepata reaksi (mol/det)

[RH] = konsentrasi RH (mol/lt)

[SO3] = konsentrasi SO3 (mol/lt)

k = konstanta kecepatan reaksi (mengikuti orde reaksi)

Dari persamaan diatas dapat dikatakan bahwa dengan memperbesar konsentrasi masing-masing reaktan
akan diperoleh harga r yang besar,namun kemungkinan akan terjadinya hasil samping, maka usaha yang
dimungkinkan justru menaikkan harga k secara kinetic. Arrenius memberikan persamaan:

K=A .e-E/RT ln A/k = E/RT

A= factor tumbukan persatuan luas

E= tenaga aktivitas

R= tetapan gas ideal

T= temperature (oK)

Dari persamaan Arrenius diatas ada 2 peubah yang mungkin dapat diperbaiki yaitu A dan T.

· Harga A

Untuk memperbesar harga k dilakukan pengadukan/menambahkan pelarut. Pengadukan bisa


dilakukan dengan pengaduk listrik.

· Harga T

Pada umumnya proses sulfatasi adalah eksotermis sehingga justru harus didinginkan, agar panas
tidak naik mendadak , penambahan asam sulfat sedikit demi sedikit sehingga memberi kesempatan
panas terambil oleh pendingin (missal:air).

· Harga E
Tenaga aktivasi menunjukkan keadaan puncak, dimana reaktan yang ada dalam campuran mampu
bereaksi. Untuk mempercepat reaktan memcapai keadaan puncak umumnya ditambahkan katalisator,
missal: Hg yang banyak dipakai pada sulfatasi, peridium, atau toluene. Disamping sebagai pemercepat,
katalisator juga sebagai pengarah (menekan reaksi samping) untuk RH yang aktif tidak diperlukan
katalisator karena mahal, kereaktifan RH tergantung pada substituent yang terikat dalam RH, semakin
banyak semakin tidak reaktif.

Hasil proses sulfatasi/sulfonasi tidak langsung dapat dimanfaatkan untuk proses lain atau dipasarkan,
agar memenuhi standar kebutuhan maka harus dilakukan pengolahan seperti pemisahan dan pemurnian
dengan operasi sebagai berikut:

1. Dengan penambahan senyawa sulfat (Na2SO4)

Tujuannya agar terjadi penggaraman sehingga diperoleh ikatan –SO3Na atau –OSO3Na. Senyawa ini lebih
stabil, sehingga dapat dipisahkan terhadap hasil lain maupun sisa reaktan. Umumnya pemisahan terjadi
karena perbedaan densitas hasil diatas dan air, asam sulfat dibawah.

2. Pemisahan dan pencucian

Proses ini dilakukan bersama- sama, untuk kapasitas besar dengan filter pres dan untuk kapasitas kecil
dengan menggunakan air dan sisa asam lewat saluran bawah. Adapun tujuan pencucian untuk
melarutkan sisa-sisa asam, proses ini menggunakan air bersih.

3. Pengepakan/ pengemasan

Karena hasilnya cairan kental maksud pengepakan adalah memasukkan dalam drum, tangki/botol-botol
yang siap dijual.

Salah satu pemanfaatan proses sulfonasi di dalam industri dapat ditemui dalam industri
pembuatan deterjen.

I.2 Sejarah Deterjen


Deterjen sintetik yang pertama dikembangkan oleh Jerman pada waktu Perang Dunia II dengan
tujuan agar lemak dan minyak dapat digunakan untuk keperluan lainnya. Pada saat ini ada lebih 1000
macam deterjen sintetik yang ada di pasaran. Fritz Gunther, ilmuwan Jerman, biasa disebut sebagai
penemu surfactant sintetis dalam deterjen tahun 1916. Namun, baru tahun 1933 deterjen untuk rumah
tangga diluncurkan pertama kali di AS. Kelebihan deterjen, mampu lebih efektif membersihkan kotoran
meski dalam air yang mengandung mineral. Tapi, ia pun menimbulkan masalah. Sebelum tahun 1965,
deterjen menghasilkan limbah busa di sungai dan danau. Ini karena umumnya deterjen mengandung
alkylbenzene sulphonate yang sulit terurai. Setelah 10 tahun dilakukan penelitian (1965), ditemukan
linear alkylbenzene sulphonate (LAS) yang lebih ramah lingkungan. Bakteri dapat cepat menguraikan
molekul LAS, sehingga tidak menghasilkan limbah busa.

Tetapi pada saat ini, kebanyakan deterjen adalah garam dari asam sulfonat.

Deterjen dalam kerjanya dipengaruhi beberapa hal, yang terpenting adalah jenis kotoran yang
akan dihilangkan dan air yang digunakan. Deterjen, khususnya surfaktannya, memiliki kemampuan yang
unik untuk mengangkat kotoran, baik yang larut dalam air maupun yang tak larut dalam air. Salah satu
ujung dari molekul surfaktan bersifat lebih suka minyak atau tidak suka air (hidrofobik), akibatnya bagian
ini mempenetrasi kotoran yang berminyak. Ujung molekul surfaktan satunya lebih suka air (hidrofilik),
bagian inilah yang berperan mengendorkan kotoran dari kain dan mendispersikan kotoran, sehingga
tidak kembali menempel ke kain. Akibatnya warna kain akan dapat dipertahankan.

I.3 Zat-zat yang Terdapat di Dalam Deterjen

Adapun Zat-zat yang terdapat dalam deterjen yaitu:

1. Surfaktan yaitu untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan

2. Abrasive untuk menggosok kotoran

3. Substansi untuk mengubah pH yang mempengaruhi penampilan ataupun stabilitas dari komponen
lain

4. Water softener untuk menghilangkan efek kesadahan

5. Oxidants untuk memutihkan dan menghancurkan kotoran


6. Material lain selain surfaktan untuk mengikat kotoran didalam suspensi

7. Enzim untuk mengikat protein, lemak, ataupun karbohidrat didalam kotoran.

I.4 Penggolongan Deterjen

I.4.1 Penggolongan Deterjen Berdasarkan Bentuk Fisiknya.

Berdasarkan bentuk fisiknya deterjen dibedakan atas :

1. Deterjen Cair

2. Deterjen Krim

3. Deterjen Bubuk

I.4.2 Penggolongan Deterjen Berdasarkan Ion yang Dikandungnya.

Berdasarkan ion yang dikandungnya, deterjen dibedakan atas :

1. Cationic detergents

Deterjen yang memiliki kutub positif disebut sebagai cationic detergents. Sebagai tambahan selain
adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga mengandung sifat antikuman yang membuat mereka
banyak digunakan di rumah sakit. Kebanyakan deterjen jenis ini adalah turunan dari ammonia.

2. Anionic detergents

Deterjen jenis ini adalah merupakan deterjen yang memiliki gugus ion negatif.

3. Neutral atau Non-ionic Detergents


Nonionic detergen banyak digunakan untuk keperluan pencucian piring. Karena deterjen jenis ini tidak
memiliki adanya gugus ion apapun, deterjen jenis ini tidak bereaksi dengan ion yang terdapat dalam air
sadah. Nonionic detergents kurang mengeluarkan busa dibandingkan dengan ionic detergents.

I.5 Bahan Baku Pembuatan Deterjen

I.5.1 Bahan Aktif (Active Ingredients)

Bahan aktif merupakan bahan inti dari deterjen sehingga bahan ini harus ada dalam proses
pembuatan deterjen. Secara kimia bahan ini dapat berupa sodium lauryl sulfonate (SLS). Beberapa nama
dagang dari bahan aktif ini diantaranya Luthensol, Emal, dan Neopelex (NP). Di pasar beredar beberapa
jenis Emal dan NP, yaitu Emal-10, Emal-20, Emal-30, NP-10, NP-20, dan NP-30. Secara fungsional bahan
aktif ini mempunyai andil dalam meningkatkan daya bersih. Ciri dari bahan aktif adalah busanya sangat
banyak.

I.5.2 Bahan Pengisi (Filler)

Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku. Pemberian bahan ini
berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran
bahan baku deterjen semat-mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi
deterjen digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra
sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk, dan
mudah larut dalam air.

I.5.3 Bahan Penunjang

Salah satu contoh bahan penunjang adalah soda ash atau sering disebut soda abu yang berbentuk
bubuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi meningkatkan daya bersih. Keberadaan bahan ini dalam
campuran tidak boleh terlalu banyak karena menimbulkan efek samping, yaitu dapat mengakibatkan
rasa panas di tangan pada saat mencuci pakaian. Bahan penunjang lain adalah STTP (sodium tripoly
phosphate) yang mempunyai efek samping yang positif, yaitu dapat menyuburkan tanaman. Dalam
kenyataannya, ada beberapa konsumen yanhg menyiramkan air bekas cucian produk deterjen tertentu
ke tanaman dan hasilnya lebih subur. Hal ini disebabkan oleh kandungan fosfat yang merupakan salah
satu unsur dalam jenis pupuk tertentu.

I.5.4 Bahan Tambahan (Aditif)

Bahan aditif sebenarnya tidak harus ada dalam proses pembuatan deterjen bubuk. Namun demikian,
beberapa produsen justru selalu mencari hal-hal baru akan bahan ini karena justru bahan ini dapat
memberi kekhususan dan nilai lebih pada produk deterjen tersebut. Dengan demikian, keberadaan
bahan aditif dapat mengangkat nilai jual produk deterjen bubuk tersebut.

Salah satu contoh dari bahan aditif adalah carboxyl methyl cellulose (CMC). Bahan ini berbentuk serbuk
putih dan berfungsi untuk mencegah kembalinya kotoran ke pakaian sehingga disebut “antiredeposisi”.
Selain CMC, masih banyak macam dari bahan aditif ini, tetapi pada umumnya merupakan rahasia dari
tiap-tiap perusahaan. Ini sebenarnya merupakan tantangan bagi pelaku wirausaha untuk selalu mencari
bahan aditif ini sehingga produk deterjen bubuk mempunyai nilai lebih dan berdaya saing tinggi.

I.5.4 Bahan Pewangi (Parfum)

Parfum termasuk dalam bahan tambahan. Keberadaan parfum memegang peranan besar dalam hal
keterkaitan konsumen akan produk deterjen bubuk. Artinya, walaupun secara kualitas deterjen bubuk
yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya.
Parfum untuk deterjen berbentuk cairan berwarna kekuning-kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam
perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapat dikonversikan ke mililiter (ml). Sebagai patokan 1 g
parfum = 1,1 ml.

Pada dasarnya, jenis parfum untuk deterjen dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum umum
dan parfum eksklusif. Parfum umum mempunyai aroma yang sudah dikenal umum di masyarakat, seperti
aroma mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya, produsen deterjen bubuk menggunakan jenis
parfum yang eksklusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yang
menggunakannya. Kekhasan parfum eksklusif ini diimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari jenis
parfum umum.

Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan deterjen bubuk diantaranya bouquet, deep
water, alpine,dan spring flower.

Antifoam

Cairan antifoam digunakan khusus untuk pembuatan deterjen bubuk untuk mesin cuci. Bahan tersebut
berfungsi untuk meredam timbulnya busa. Persentase keberadaan senyawa ini dalam formula sangat
sedikit, yaitu berkisar antara 0,04-0,06%.

BAB III

KESIMPULAN

Reaksi sulfatasi ialah reaksi pemasukan gugus –OSO3H ke dalam suatu senyawa, sedangkan sulfonasi
adalah reaksi pemasukan gugus -SO3H ke dalam suatu senyawa. Salah satu contoh penerapan proses
sulfonasi pada industri dapat ditemui dalam industri deterjen. Proses pembuatan deterjen yang
berbahan baku dodekil benzena adalah sebagi berikut dimana dodekil benzena dimasukkan ke dalam
reaktor kaca dicampur dengan asam 22% oleum, pada suhu antara 32-46°C. Kemudian dicampurkan
pada suhu 46°C selama kurang lebih 2 jam sampai reaksi selesai. Tahapan berikutnya netralisasi dengan
NaOH yang memberikan 60% alkil aril sulfonat dan 40% diluet (natrium sulfat).

Salah satu pabrik deterjen di Indonesia adalah Rinso dari Unilever. Produk yang dihasilkan antara
lain adalah Rinso Matic Top Load dan Rinso Matic Front Load, Rinso Cair dan Rinso Molto Ultra Cair,
Rinso Molto Ultra dan Rinso Color and Care, dan Rinso Anti Noda. Produksi deterjen di Indonesia
meningkat setiap tahunnya dan berdasarkan hasil peramalan produksi deterjen di Indonesia pada tahun
2023 dan 2033 adalah 1164310,71 ton dan 1461060,71 ton.
DAFTAR PUSTAKA

http://ocw.usu.ac.id/course/download/4140000062-teknologi-oleokimia/tkk-322_handout_deterjen.pdf
(5 Mei 2013)

http://www.rinso.co.id/category/produk/ (5 Mei 2013)

http://www.thefreelibrary.com (5 Mei 2013)

Komentar

ibu anisa3 November 2017 18.19

assalamualaikum wr,wb

Ki nawe… saya IBU anisa ,tki di malaysia

mengucapkan banyak2 terima

kasih kepada ki.Nawe

atas dana ghaib yang

kemarin aki berikan alhamdulillah ternyata itu benar2 ada

dan berkat bantuan

ki nawe saya bisa


melunasi semua hutan2

orang tua saya yang ada di

BANK BRI dan bukan hanya

itu AKi NAWE alhamdulillah

sekarang saya sudah bisa

bermodal sedikit untuk

mencukupi kebutuhan

keluarga saya sehari2. itu

semua berkat bantuan KI NAWE sekali lagi

makasih banyak yah KI NAWE…

yang ingin merubah nasib

seperti saya hubungi KI NAWE di nomor

0852-1837-9259 dijamin

100% ada atau silahkan

buktikan sendiri PESUGIHAN TAMPA TUMBAL

BALAS

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Kimia Tentang Pemurih Pakaian

- Juli 23, 2017

Gambar

BACA SELENGKAPNYA

Makalah Kimia Tentang Minyak Bumi


- Juli 23, 2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karuniaNya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang minyak bumi ini. Penulisan makalah tentang minyak bumi ini
betujuan tidak lain adalah untuk memenuhi tugas kimia kelas X IPS. Kesulitan yang kami hadapi dalam
membuat makalah ini adalah kurangnya sumber informasi mengingat minyak bumi merupakan suatu hal
yang rumit, dan rasa malas menjadi penghambat kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kesalahan
adanya memang di manusia dan kesempurnaan adanya di tangan Tuhan. Bandung, 17 Januari 2016

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................................................................ i DAFTAR


ISI...................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................................................... 1 Tuj…

BACA SELENGKAPNYA

Diberdayakan oleh Blogger

Gambar tema oleh Galeries

CONTOH MAKALAH

KUNJUNGI PROFIL

Arsip

Laporkan Penyalahgunaan

Anda mungkin juga menyukai