Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KAPITA SELEKTA

(Nearshoring European Manufacturing Located in China to Russia)


Diajukan Untuk Memenuhi Kelulusan Mata Kuliah Kapita Selekta yang di ampuh oleh:

Dr. Ir. Hariadi Ismail, M.S.

Disusun oleh:

1 Achmad Shofyan Ak 6164117


2 Erenestin Novialdes Manek 6164126
3 Rafif Garda Amal 6164135
4 Irna Windy Restari 6164131
D4 Logistik Bisnis – 4E

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV LOGISTIK BISNIS


POLITEKNIK POS INDONESIA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang memberikan kami rahmat
kesehatan dan petunjuknya untuk dapat menyelesaikan salah satu tugas pembuatan makalah ini.
Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami turut mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah kapita selekta,
Bapak Dr. Ir. Hariadi Ismail, M.S., yang dimana telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah dengan berjudul “Nearshoring European
Manufacturing Located in China to Russia”, tema ini diberikan oleh dosen pengampu kepada
kami untuk lebih mempelajari lebih dalam lagi mengenai nearshoring. Tak lupa juga kami
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-
idenya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami berharap makalah yang telah kami susun dapat memberikan manfaat dalam bentuk
pengetahuan kepada pembaca. Namun, kami sebagai penulis memahami bahwa makalah yang
kami selesaikan ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kami mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya kesempatan membuat makalah selanjutnya dengan
lebih baik lagi.

Bandung, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul.........................................................................................………………… i
Kata Pengantar........................................................................................………………… ii
Daftar Isi..................................................................................................………………... iii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................………………… 4
1.1 Latar Belakang ..........................................................................………………... 4
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................…….………….. 5
1.3 Tujuan.........................................................................................………………... 5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................…..……………. 6
2.1 Hasil relokasi manufaktur proses dalam dekade terakhir………..……………..... 6

2.2 Faktor-faktor yang mendukung nearshoring manufaktur di Eropa lepas pantai yang
berlokasi di Cina ke Rusia…………………………………………………….…….. 6

BAB III PENUTUP...............................................................................………….…… 14


4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………. 14
4.2 Saran...........................................................................................…………….… 15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan dalam segala sektor usaha, dimana perubahan-perubahan ini terjadi sejalan dengan
perkembangan dan kemajuan dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini perkembangan
usahanya, baik perusahaan perorangan maupun berbagai perusahaan berbentuk badan hukum
tidak dapat menghindarkan diri dari kinerja supply chain management dan strategi sistem
informasi untuk dapat memajukan suatu perusahaan. Dengan demikian perusahaan wajib
menerapkan kinerja supply chain management dan strategi sistem informasi dalam
perusahaan untuk dapat bertahan dalam dunia usaha atau bisnis. Kemampuan infrastruktur
bidang TI dapat meningkatkan kemampuan kompetitif bisnis seperti siklus pengurangan
waktu pelaksanaan dan menerapkan desain proses yang lebih efisien dan efektif. Perusahaan
dapat mengembangkan program-program berbasis web atau internet untuk mendistribusikan
informasi, seperti produk baru, jumlah stock dan penundaan atau perubahan produk. Hal ini
memungkinkan semua orang di supply chain untuk diintegrasikan. Setiap informasi dapat
digunakan dengan tepat oleh manajemen yang pada akhirnya menurunkan tingkat risiko.

Supply chain atau dapat diterjemahkan rantai pasok adalah rangkaian hubungan antar
perusahaan atau aktivitas yang melaksanakan penyaluran pasokan barang atau jasa dari
tempat asal sampai ke tempat pembeli atau pelanggan Assauri (2011:280) dalam Anggun
(2015:654). Supply chain menyangkut hubungan yang terus-menerus mengenai barang, uang
dan informasi. Barang umumnya mengalir hulu ke hilir, uang mengalir dari hilir ke hulu,
sedangkan informasi mengalir baik dari hulu ke hilir maupun hilir ke hulu. Dilihat secara
horizontal, ada lima komponen utama atau pelaku dalam supply chain, yaitu supplier
(pemasok), manufacturer (pabrik pembuat barang), distributor (pedagang besar), retailer
(pengecer), customer (pelanggan). Secara Vertikal, ada lima komponen utama supply chain,
yaitu buyer (pembeli), transpoter (pengangkut), warehouse (penyimpan), seller (penjual) dan
sebagainya Assauri (2011:169) dalam Anggun (2015:654).

Pentingnya peran semua pihak mulai dari supplier, manufacturer, distributor, retailer,
dan customer dalam menciptakan produk yang murah, berkualitas, dan cepat inilah yang
kemudian melahirkan konsep baru yaitu Supply Chain Management Pujawan dan
Mahendrawati (2010) dalam Desi (2013:1). Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005) dalam
Desi (2013:1 ) istilah supply chain pertama kali digunakan oleh beberapa konsultan logistik
sekitar tahun 1980-an, kemudian oleh para akademisi dianalisis lebih lanjut pada tahun 1990-
an, maka lahirlah konsep supply chain management. Supply chain management (manajemen
rantai pasokan) adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan
menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan Heizer dan
Render dalam desin dan bambang (2013:1). Menurut (Pearce dan Robinson dalam Mayasari,
2008) industri membutuhkan strategi yang sesuai untuk dapat bertahan di pasar, dapat
menghadapi persaingan, ancaman, dan peluang pasar. Industri harus dapat merancang dan
memiliki strategi supply chain management untuk dapat mengarahkan jalannya tujuan yang
ingin dicapai dalam meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga perusahaan dapat bertahan
dalam persaingan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja supply chain
management pada perusahaan diantaranya adalah information sharing, long term
relationship, cooperation, dan process integration.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa saja faktor-faktor yang mendukung nearshoring manufaktur di Eropa lepas


pantai yang berlokasi di Cina ke Rusia ?
2. Bagaimana hasil dari relokasi manufaktur dalam dekade terakhir ?
1.3 Tujuan

1. Agar mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung nearshoring manufaktur di


Eropa lepas pantai yang berlokasi di Cina ke Rusia.
2. Agar mengetahui hasil dari relokasi manufaktur dalam dekade terakhir.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hasil relokasi manufaktur proses dalam dekade terakhir

Seperti yang disebutkan sebelumnya, relokasi manufaktur proses telah berlangsung


dalam dekade terakhir, menghasilkan bahwa sejumlah besar manufaktur telah dipindahkan
dari negara-negara Barat ke Cina untuk mengurangi biaya. Dalam beberapa tahun terakhir,
perubahan berkaitan dengan lokasi manufaktur yang lebih disukai telah terjadi di antara
perusahaan Barat yang sudah mulai membiayai ulang atau manufaktur dekat pantai
sebelumnya lepas pantai ke Cina. Berikut, beberapa faktor yang mendukung nearshoring
manufaktur Eropa lepas pantai yang berlokasi di Cina untuk Rusia akan diidentifikasi dan
dianalisis (mis., Biaya tenaga kerja, inflasi, nilai tukar, dan produktivitas tenaga kerja).

2.2 Faktor-faktor yang mendukung nearshoring manufaktur di Eropa lepas pantai yang
berlokasi di Cina ke Rusia

Faktor-faktor yang mendukung pada nearshoring manufaktur di Negara Eropa yang


berlokasi atau berdekatan di Negara Cina untuk Rusia akan diidentifikasi dan akan dilakukan
analisis, misalnya faktor biaya tenaga kerja (labor cost), faktor inflasi (inflation), faktor nilai
tukar (kurs), dan faktor produktivitas tenaga kerja. Berikut penjelasan dari faktor-faktor yang
mendukung nearshoring manufaktur di Negara Eropa lepas pantai yang berlokasi di Negara
Cina ke Negara Rusia:

1. Biaya tenaga kerja (Labor cost)

Sebagai aturan, biaya tenaga kerja menyumbang 20 persen dari penjualan

harga produk di Cina, sedangkan di negara maju hampir 50% (Harrington, 2011).

Biaya tenaga kerja meningkat di Cina (terutama dalam hal mata uang Cina), yang

berarti mereka dapat menyatu dengan biaya tenaga kerja di negara-negara maju dan

memotong upah di negara-negara dengan tingkat perkembangan yang sama, di masa

mendatang. Nilai upah dalam Yuan Cina (CNY) dan Rubel Rusia (RUB) dikonversi

menjadi USD (Dolar AS) berdasarkan nilai tukar saat ini (SNB, 2016). Seperti yang

dapat dicatat dalam gambar, upah 30% lebih tinggi di Rusia dibandingkan dengan
China pada 2014. Namun,setelah runtuhnya RUB pada tahun 2015, upah di Cina

melampaui upah di Rusia. Berdasarkan perkiraan, ditemukan bahwa perkembangan

upah di Indonesia mengikuti pertumbuhan linier di Cina, sedangkan di Rusia

eksponensial. Jika penurunan upah di Rusia terjadi secara terus menerus maka itu

digolongkan juga dalam pertumbuhan linier.

Gambar 2.1 Estimated wage development in China and Russia until 2020
Sumber: RFSSS, 2016; Tradecon, 2016

Untuk menghitung pengaruh biaya tenaga kerja ini perubahan harga jual
untuk produk yang dibuat di Cina dan Rusia, perbandingan dibuat sehubungan
dengan upah tingkat 2016 dan 2020 (Tabel 1). Dalam perhitungan contoh, harga jual
(p) terdiri dari :
 biaya bahan baku (m)
 biaya upah (w)
 biaya overhead (o)
 laba (r). Di Tambahan, biaya bahan mentah dan biaya upah merupakan
unit biaya utama (u), beberapa biaya tak terduga, dan profit merupakan
laba kotor (s), seperti ditunjukan dibawah ini.
P=m+w+o+r
P=u+s
Tabel 2.1 Selling price before and after estimated wage change

Seperti yang dapat dilihat di analisis berikut upah sudah berkembang pesat
di china di beberapa tahun terakhir dan prediksi terus berlanjut. Perkembangan
mungkin mencabut manufaktur di china di kompetisi utamanya dari tenaga kerja
yang murah. Faktanya, perusahaan eropa yang berlokasi di china, mungkin dalam
waktu dekat harus merubah operasinya, yaitu mengotomasikan proses dan
mengurangi jumlah pekerja. Atau, mereka dapat meninggalkan negara itu untuk
mencari lokasi berbiaya rendah baru atau pertimbangkan reshoring atau nearshoring
manufaktur. Jika juga mengambil biaya tersembunyi lainnya (mis. logistik dan rantai
pasokan) ke dalam perhitungan, perhitungan bisa mendukung pengunduran diri atau
mendekati pertokoan lebih dekat ke pasar akhir.
Inflasi yang tinggi adalah indikator meningkatnya biaya diperlukan untuk
memproduksi produk. Misalnya, jika biaya minyak dan gas meningkat, secara
otomatis, mengarah ke peningkatan biaya barang atau jasa lainnya, terutama mereka
yang membutuhkan layanan transportasi. Itu artinya inflasi adalah kriteria untuk
dipertimbangkan dalam manufaktur keputusan lokasi
Perhitungan menggambarkan bahwa biaya tenaga kerja diprediksi
meningkat 46% di Cina dan 120% di Rusia selama ini periode, sedangkan harga jual
diperkirakan meningkat sebesar 9,1% di Cina dan 18,9% di Rusia. Sementara itu,
persalinan biaya sebagai persentase dari harga jual diperkirakan meningkat dari 20%
menjadi 26,7% di Cina dan dari 15,8% menjadi 29,1% di Rusia. Dengan demikian,
pertumbuhan harga jual di China dan Rusia diperkirakan 5,1 dan 6,4 kali lebih
rendah dari peningkatan biaya tenaga kerja.
2. Inflasi (Inflation)
Seperti telah dibahas di bagian sebelumnya, upah dalam Rusia telah
tumbuh lebih cepat daripada di Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir (jika
tidak mempertimbangkan runtuhnya RUB di 2015). Satu penjelasan yang
mungkin bisa menjadi perbedaan dalam inflasi tarif. Seperti dapat dilihat pada
Gambar 2, inflasi jauh lebih tinggi di Rusia dibandingkan dengan Cina. Inflasi
yang diharapkan pada akhir 2016 adalah 3% di Cina, dan 5-6% di Rusia. Itu
percepatan inflasi dapat menghasilkan pertumbuhan upah, karena peningkatan
harga, sebagai suatu peraturan, mengarah pada peningkatan jumlah upah.

Gambar 2.2 Inflation in China and Russia


Sumber: Globrat, 2016; Tradecon, 2016
3. Nilai Tukar (Kurs)

Jika manufaktur berlokasi di pasar berkembang, penting untuk


memperhitungkan pengaruh nilai tukar pada laba yang bisa dihasilkan oleh
manufaktur dari produk yang diekspor. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1,
harga jual terdiri dari biaya pokok dan keuntungan. Dengan asumsi bahwa
biaya prima, serta volume yang diproduksi tetap sama, pengusaha, yang
memiliki manufaktur di Cina atau Rusia dapat memperoleh profit yang
berbeda. tergantung pada nilai tukar yang bervariasi sehubungan dengan mata
uang perdagangan USD yang dikecualikan secara luas.
Khususnya, jika pabrikan berlokasi di Rusia dan mengekspor produk,
pasangan mata uang RUB terkait USD harus dipertimbangkan. Statistik
menggambarkan bahwa Penurunan terus RUB dalam kaitannya dengan USD
dapat memberikan pertumbuhan laba bagi produsen yang berlokasi di Rusia.
Jika mengasumsikan bahwa eksportir dengan menjual produk manufaktur dari
Rusia di luar negeri menghasilkan pendapatan 100 USD, dengan tingkat nilai
tukar terbaru (1 USD = 82,28 RUB), eksportir akan menerima pendapatan 8
228 RUB. Jika biaya utama sama dengan 75% dari harga jual (Tabel 1) atau 6
171 RUB, keuntungannya adalah 2 057 RUB. Dengan nilai tukar sebelumnya
2008 (1 USD = 23,17 RUB), laba akan 3,5 kali lebih rendah.

Gambar 2.3 Exchange rate: CNY and RUB per 1 USD


Sumber: SNB, 2016
Dengan demikian, perkembangan nilai tukar pada tahun 2020 tentang
CNY dan RUB, di kedua negara mendukung keuntungan, tetapi dalam kasus
Rusia bisa lebih tinggi. Dari sudut pandang ini, Rusia bisa menjadi lokasi
manufaktur yang lebih disukai mengingat pengaruh nilai tukar positif yang cukup
besar terhadap laba (Tabel 3).

Nilai RUB telah menurun sehubungan dengan USD selama sepuluh


tahun terakhir. Level RUB tertinggi adalah pada tahun 2008 (23.17 RUB per 1
USD), sedangkan level terendah pada tahun 2016 (82.28 RUB per 1 USD).
Gambar 3 Nilai tukar: CNY dan RUB per 1 USD Sumber: SNB, 2016 Penurunan
terus RUB dalam kaitannya dengan USD dapat memberikan (100 23,17 0,25 =
579 RUB). Berdasarkan penurunan tahunan RUB sehubungan dengan USD,
penurunan RUB yang diusulkan dapat mencapai 96,7% pada tahun 2020 (Gambar
3), memberikan skenario positif untuk menghasilkan laba bagi produsen yang
berlokasi di Rusia (Tabel 3). Situasi yang sama adalah dengan CNY, tetapi dengan
tingkat pertumbuhan yang lebih rendah (15,1% pada tahun 2020; Gambar 3).
Kesesuaian model telah diperiksa oleh program STATISTICA. Model kuadrat
memberikan kesesuaian yang memadai dengan data kasus Rusia dan Cina (Tabel).
Tabel 2.2 Diagnostics of regression analysis
Russian Case

Chinese Case

4. Tenaga Kerja Produktif

Faktor lain yang penting untuk dipertimbangkan dalam keputusan lokasi


pabrik adalah produktivitas tenaga kerja. Gambar 4 menunjukkan bahwa
produktivitas tenaga kerja per orang yang dipekerjakan dan tren pertumbuhannya
lebih tinggi di Cina dibandingkan dengan Rusia. Dapat juga dicatat bahwa beberapa
tahun yang lalu produktivitas tenaga kerja di Cina melampaui produktivitas tenaga
kerja di Rusia. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang diharapkan hingga
2020 adalah 47,5% di Cina dan 25,6% di Rusia dari level 2016 (CBO, 2016).

Gambar 2.4 Labor productivity per person employed in USD


Sumber: CBO, 2016
Analisis membuktikan bahwa produktivitas tenaga kerja diperkirakan akan

tumbuh cepat di Cina dan Rusia, yang merupakan proses alami bagi negara-negara

berkembang. Namun, perlu diketahui bahwa bahwa di negara-negara berkembang

ini, terutama di China, upah telah tumbuh kuat dalam beberapa tahun terakhir, dan

ini diperkirakan akan terus berlanjut. Oleh karena itu, pertumbuhan produktivitas

tenaga kerja dapat menjadi pilihan yang mahal untuk pabrik yang berlokasi di

Cina. Untuk pembenaran tentang reshoring atau nearshoring manufaktur dari

Cina, ada baiknya mempertimbangkan rasio upah terhadap produktivitas. Pada

2015, rasionya adalah 0,0358 di Cina dan 0,0331 di Rusia. Dalam hal ini, Rusia

dapat menjadi lokasi yang lebih disukai untuk manufaktur. Namun, situasinya

dapat berubah secara dramatis di masa depan (0,032 untuk Cina dan 0,064 untuk

Rusia). Itu sebabnya, untuk keakuratan keputusan, faktor-faktor harus terus

dipantau.

5. Faktor yang mempengaruhi biaya produksi

Pada bagian sebelumnya, beberapa faktor dan hubungannya dengan harga

jual, serta pilihan lokasi pabrik dianalisis. Berikut ini, efek gabungan dari faktor-

faktor yang dianalisis ini dihitung (Tabel 3). Mengatakan bahwa biaya tenaga

kerja dan produktivitas tenaga kerja merupakan peran yang sangat penting dalam

biaya utama, efek kumulatifnya diverifikasi. Misalnya, jika produktivitasnya

cukup tinggi, tekanan pertumbuhan upah pada biaya prima dapat dikurangi.

Dengan peningkatan kecil dalam produktivitas, belum lagi stabilitas atau

penurunan indikator ini, tekanan upah yang meningkat dapat sangat ditingkatkan.

Untuk menggambarkan dependensi ini, penyesuaian selanjutnya telah dilakukan.

Dengan asumsi upah mencakup 20% dan 15,8% dari harga jual di Cina dan Rusia,

pertumbuhan mereka yang diharapkan sebesar 46% dan 120%, masing-masing


dapat diimbangi oleh peningkatan produktivitas masing-masing sebesar 47,5%

dan 25,6% (Tabel 3).

Dengan mengurangi biaya prima, bisnis meningkatkan margin laba yang

termasuk dalam harga jual. Margin laba juga dapat dipengaruhi secara positif oleh

nilai tukar. Penurunan mata uang nasional di Cina sebesar 15,1% dan 96,7% di

Rusia, dalam kaitannya dengan USD, memiliki dampak besar pada perubahan

persen laba, yaitu 24% dari harga jual di Cina dan 25% di Rusia. Rusia (Tabel 3).

Secara keseluruhan, diketahui bahwa biaya penjualan pada tahun 2020 di

Cina akan menurun sebesar 0,4%, (+9,2 - 9,6 = -0,4; Tabel 3), sementara di Rusia,

pertumbuhannya akan menjadi 14,86% (+18,96 - 4,1 = +14.86; Tabel 2). Namun,

jika untuk mempertimbangkan efek tambahan dari nilai tukar, akan lebih disukai

bagi eksportir untuk mencari pabrik di Rusia. Alasannya bahwa peningkatan laba

dalam mata uang nasional bisa sebanyak 36,7%, sedangkan di Cina, keuntungan

pemilik manufaktur dan ekspor produk dari negara tersebut, diperkirakan akan

meningkat dengan persentase lebih sedikit (oleh 9,97%).


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang mendukung pada nearshoring manufactur di Negara Cina dan


Rusia yaitu biaya tenaga kerja, faktor inflasi, faktor nilai tukar dan faktor produktifitas
tenaga kerja.

2. Perkembangan mungkin mencabut manufaktur di China di kompetisi utamanya dari


tenaga murah.

3. Perusahaan di Eropa salah satunya Rusia yang berlokasi di China, mungkin dalam
waktu dekat harus merubah operasinya, yaitu otomatis proses dan mengurangi jumlah
pekerja/

4. Inflasi yang tinggi adalah indicator meningkatnya biaya yang diperlukan untuk
memproduksi produk.

5. Faktor runtuhnya RUB di tahun 2015 mengakibatkan upah di China berkembang


lebih pesat daripada di Rusia, inflasi di Rusia lebih tinggi dibandingkan dengan
China, inflasi di Rusia pertumbuhannya 5-6% sedangkan di China hanya 3%.

6. Jika manufaktur berlokasi di pasar berkembang, penting untuk memperhitungkan


pengaruh nilai tukar pada laba yang biasa dihasilkan oleh manufaktur dari produk
yang di ekspor.

7. Faktor produktifitas tenaga kerja, hasil analiis membuktikan bahwa produktifitas


tenaga kerja diperkirakan akan tumbuh cepat di China dan Rusia.

8. Pertumbuhan produktifitas tenaga kerja dapat menjadi pilihan yang mahal untuk
pabrik yang berada di China, untuk pembenaran tentang reshoring dan nearshoring
manufaktur dari china, ada baiknya mempertimbangkan rasio upah terhadap
produktifitas.

9. Biaya tenaga kerja dan produktifitas tenaga kerja memainkan peran paling penting
dalam biaya utama, efek kumulatifnya diverifikasi.
10. Jika produktifitasnya cukup tinggi, tekanan pertumbuhan upah pada biaya prima dapat
dikurangi, dengan mengurangi biaya prima, bisnis mengingkatkan margin laba yang
termasuk dalam harga jual.

3.2 Saran

Secara keseluruhan, diharapkan bahwa biaya penjualan pada tahun 2020 di China akan
menurun sebesar 0,4, (+,-,6-0,4; table 3), sementara, di Rusia pertumbuhannya akan menjadi
14,86 (+18,96-4,1=+14,86; table 2). Namun, jika mempertimbangkan efek tambahan dari
nilai tukar akan lebih disukai bagi eksportir untuk mencari pabrik di Rusia. Alasannya adalah
bahwa peningkatan laba dalam mata uang nasional bisa sebanyak 36,7%. Sedangkan di
China, keuntungan pemilik, manufaktur dan ekspor produk dari Negara tersebut, diperkirakan
akan meningkat dalam persentase lebih sedikit.
DAFTAR PUSTAKA

Panova, Y. and Hilletofth, P. 2017. Feasibility of Nearshoring European


Manufacturing Located in China to Russia. OPERATIONS AND SUPPLY CHAIN
MANAGEMENT, Vol. 10, No. 3,pp. 141-148 ISSN 1979-3561 | eissn 2759-9363.

Evaluasi Kinerja Supply Chain Management


Ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/7328/6830.

Ejournal .unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/1900/1508

Ejounal3. Undip .ac.id/index.php/djom/article/view/3203/3137

Anda mungkin juga menyukai