PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian etika guru terhadap masyarakat?
2. Bagaimana guru di mata masyarakat?
3. Bagaimana etika guru di lingkungan masyarakat?
4. Bagaimana manfaat hubungan guru dengan masyarakat?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian etika guru terhadap masyarakat.
2. Untuk mengetahui bagaimana guru di mata masyarakat.
3. Untuk mengetahui bagaimana etika guru di lingkungan masyarakat.
4. Untuk mengetahui manfaat hubungan guru dengan masyarakat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat diperlukan suatu sistem atau pedoman yang
mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul atau berhubungan antara manusia yang
satu dengan yang lainnya. Sistem pengaturan pergaulan tersebut dikenal dengan sebutan
sopan santun, tata krama, adat dan lainnya. Secara etimologis, kata etika berasal dari
“ethos”, yang artinya adat kebiasaan atau watak kesusilaan. Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (edisi keempat), etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika memuat
tentang apa yang harus dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan, apa yang baik, dan apa
yang buruk. Dengan adanya etika, perilaku baik diatur berdasarkan nilai-nilai moral yang
berlaku dalam masyarakat.
Namun, dalam pandangan Bertens (1999) etika mengandung multi arti. Pertama,
etika dalam arti seperangkat nilai atau norma yang menjadi pegangan hidup seseorang atau
sekelompok orang dalam bertingkah laku. Kedua, etika diartikan sebagai kumpulan prinsip
atau nilai moral, maka etika dalam hal ini lebih sebagai kode etik. Ketiga, etika diartikan
sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Etika dalam arti yang terakhir ini sama
dengan filsafat moral.1
1
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter, PT RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2012, hal. 54
3
Oleh sebab itu, etika guru terhadap masyarakat mengandung makna sebagai suatu
disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia, termasuk antara
guru dengan masyarakat dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku sebaik-
baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku. Dengan adanya etika, manusia
dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling baik sesuai dengan norma norma
yang berlaku. Dengan demikian akan terciptanya suatu pola-pola hubungan antar manusia,
guru dengan masyarakat yang baik dan harmonis, seperti saling menghormati, saling
menghargai, tolong menolong, dan lainnya.
2
Dr.M.I.Soelaeman, Suatu Pengantar Kepada Dunia Guru, CV Diponegoro: Bandung, 1985, hal 15.
4
menjadi tempat bertanya, tempat terhormat, dan berbagai jabatan dan kedudukan
disodorkan kepadanya. Guru seperti itulah yang seperti dalam pemeo.
Ternyata kedudukan guru tidak hanya terbatas oleh keempat dinding kelasnya di
sekolah saja, melainkan bergeser jauh menembus batas halaman sekolah dan berada
langsung ditengah masyarakat. Ia tidak hanya terlibat dalam rangka pendidikan formal dan
non formal. Hal seperti ini kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, lebih-lebih di desa, yang
merupakan sebagian besar dari wilayah Indonesia. Hampir dalam setiap kesempatan ia
diberi peranan dan mengambil peranan di muka. Ia juga sering menjadi tempat bertanya
dari masyarakat, bahkan tidak jarang juga mengenai hal-hal yang mungkin diluar
jangkauannya.
Kedudukan seperti itu mungkin merupakan warisan dari pandanagan terhadap guru
zaman dahulu, ketika guru dianggap menduduki kedudukan yang sacral, yang dianggap
dapat menembus kaut rahasia kegaiban.
Kemampuan guru membawa diri baik di tengah masyarakat dapat mempengaruhi
penilaian masyarakat terhadap guru. Guru harus bersikap sesuai dengan norma-norma
yang berlaku di masyarakat, responsif dan komunikatif terhadap masyarakat, toleran dan
menghargai pendapat mereka. Bila tidak mampu menampilkan diri dengan baik sangat
mungkin masyarakat tidak akan menghiraukan mereka. Bertalian dengan hal itu Pidarta
(1999) menegaskan bahwa keadaan seperti itu akan menimbulkan cap kurang baik
terhadap guru. Citra guru di mata masyarakat menjadi pudar. Oleh karena itu kewajiban
sekolah untuk menegakkan wibawa guru di tengah masyarakat dengan terus menyesuaikan
diri sambil ikut memberikan pencerahan kepada masyarakat.
3
Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, Prestasi Pustaka: Jakarta, 2011, hal.237.
5
Kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang guru adalah sebagai berikut:
a. Berkomunikasi lisan, tulisan dan/atau isyarat.
b. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik.
c. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta
sistem nilai yang berlaku.
d. Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan.
Sebagai anggota masyarakat, dengan predikat sebagai guru, tentunya guru harus
mampu membangun komunikasi dengan seluruh anggota masyarakat, silaturahmi
dengan seluruh anggota masyarakat harus kita bangun dengan kokoh. Wadahnya bisa
bermacam macam, mulai dari arisan, siskamling, kelompok pengajian dan lain
sebagainya. Kerja bakti, saling mengunjungi, memberi oleh-oleh ketika habis
berpergian, menjenguk tetangga yang sakit adalah contoh aktivitas yang dapat
dilakukan oleh seorang guru guna untuk mempererat silaturahmi.
Sisi positif kita sebagai guru perlu ditonjolkan sehingga keberadaan kita
lingkungan warga sekitar bermanfaat bagi orang lain. Sebagi guru yang hidup di
lingkungan masyarakat kita juga perlu proaktif membantu segala pemasalahan yang
biasa terjadi di lingkungan masyarakat, mulai dari masalah keamanan, kesehatan
sampai dengan kebersihan.
Hubungan guru dengan orang tua atau wali murid juga termasuk dalam etika
guru di masyarakat. Guru harus berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif
dan efisien dengan orang tua atau wali murid dalam melaksanakan proses pendidikan.
6
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh seorang guru dalam melakukan
hubungan dengan orangtua siswa adalah sebagai berikut :
a) Guru memberikan informasi kepada orangtua secara jujur dan objektif mengenai
perkembangan peserta didik.
b) Guru merahasiakan informasi peserta didik kepada orang lain yang bukan
orangtua/walinya.
c) Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam
memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
d) Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan
kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.
e) Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali murid untuk berkonsultasi dengannya
berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita cita anak akan kependidikan.
f) Guru tidak melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali
murid untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Hubungan guru dalam masyarakat selain ulasan diatas juga mencakup jalinan
komunikasi kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien dengan masyarakat untuk
memajukan dan mengembangkan pendidikan. Adapun langkah konkrit serta batasan
yang dapat dilakukan oleh guru dalam bermasyarakat adalah sebagai berikut :
7
2) Etika guru di lingkungan masyarakat akademis
Dalam etika di lingkungan masyarakat akademis disini adalah hubungan guru
dengan sekolah dan rekan sejawat (guru). Adapun dalam melakukan aktivitas sehari-
hari seperti mengajar, guru tidak pernah terlepas dari hubungan dengan sekolah dan
rekan sejawatnya. Berikut adalah etika yang perlu diterapkan oleh guru dalam
hubungannya dengan sekolah dan rekan sejawatnya :
a) Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
b) Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
c) Guru menciptakan suasan sekolah yang kondusif.
d) Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan di luar sekolah.
e) Guru menghormati rekan sejawat.
f) Guru saling membimbing antar rekan sejawat.
g) Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan
kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.
h) Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan rekan juniornya untuk
tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan
tuntutan profesionalitasnya.
i) Guru menerima orientasi kolega seniornya untuk mengekspresikan
pendapat profesional berkaitan dengan tugas tugas pendidikan dan
pembelajaran.
j) Guru membasiskan diri pada nilai agama, moral dan kemanusiaan dalam
setiap tindakan profesional dengan sejawat.
k) Guru memiliki beban moral untuk bersama sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas
tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
l) Guru mengoreksi tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah agama,
moral, kemanusiaan dan martabat profesinya.
m) Guru tidak mengeluarkan pernyataan keliru berkaitan dengan kualifikasi
dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.
n) Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat pribadi dan profesional sejawatnya.
8
o) Guru tidak mengoreksi tindakan profesional sejawatnya atas dasar pendapat
siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
p) Guru tidak membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan
yang dapat dilegalkan secara hukum.
q) Guru tidak menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak
langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.
Dari uraian diatas diharapkan seorang guru dapat membawa diri dalam
lingkungan akedemisnya, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Selain itu lingkungan sekolah serta hubungan antar guru juga menjadi lebih teratur dan
harmonis.
Dari semua sudut pandang tentang guru itu, jelaslah bahwa tugas guru bukan
saja menyangkut kegiatannya di dalam kelas atau sekolah, melainkan harus pula
melakukan hal-hal atau melaksanakan seperangkat tingkah laku sehubungan dengan
kedudukannya sebagai guru, sebagaimana diharapkan masyarakat. Dengan kata lain,
guru tidak hanya terbatas peranannya di dalam kelas, melainkan menyangkut pula
berbagai peranan yang aneka ragam sifat dan coraknya, yang tidak selalu dikenal
orang.4
4
Ibid, hal. 19
5
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, PT Rineka Cipta:Jakarta, 2011, hal.105.
9
3) Lebih mengenal lingkungan sosio-budaya masyarakat yang penting dalam
kesatuan dan persatuan bangsa.
4) Mengerti dan harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dalam masa
pembangunan ini.
5) Terdorong untuk mengerti lebih dalam tentang berbagai segi masyarakat, maka
ada motivasi mengadakan penelitian, untuk kepentingan berbagai pihak.
6) Memanfaatkan narasumber dari masyarakat.
7) Sekolah banyak menerima bantuan dari masyarakat, antara lain pemikiran,
dana, sarana dan lain-lain.
8) Memanfaatkan masyarakat sebagai laboratorium yang sesuai dengan keperluan
siswa/mata pelajaran tertentu.
b. Bagi masyarakat
1) Adanya bantuan tenaga terdidik pada bidangnya, ini ikut memperlancar
pembangunan di lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
2) Masyarakat akan dapat secara terbuka menyatakan realita di masyarakat
tersebut kepada para terdidik yang datang/ada di lingkungan masyarakat
tersebut.
3) Meningkatkan cara berfikir, bersikap dan bertindak yang lebih maju terhadap
program pemerintah di lingkungan masyarakat tersebut.
4) Masyarakat akan lebih mengenal fungsi sekolah untuk pembangunan bagi
mereka sehingga mereka ikut memiliki sekolah itu.
5) Masyarakat terdorong untuk makin maju dalam berbagai bidang kehidupannya,
berkat kerjasama antara masyarakat dan sekolah.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Etika guru terhadap masyarakat merupakan suatu watak kesusilaan, kebiasaan,
kumpulan prinsip atau nilai moral terhadap masyarakat. Tentu saja hal ini
merupakan salah satu bentuk dari keprofesionalisme guru terhadap masyarakat.
Bagaimana cara guru bisa berinteraksi, berbaur dengan masyarakat dan menjalin
hubungan baik dengan masyarakat. Baik itu dengan wali murid, masyarakat
setempat, rekan sejawat, dan lainnya.
2. Memperhatikan etika sangat penting, terutama etika seorang guru. Karena guru
bukan saja menjadi panutan bagi muridnya, guru juga menjadi panutan bagi orang
banyak termasuk masyarakat. Seorang guru yang memperhatikan etika nya dengan
baik, akan menjadi pandangan yang baik bagi masyarakat. Maka dari itu, seorang
guru harus bersikap sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat,
responsif dan komunikatif terhadap masyarakat.
3. Apabila guru dengan masyarakat dapat menjalin hubungan yang baik, maka akan
terdapat banyak manfaat dan hal-hal yang positif yang dapat menguntungkan dari
berbagai pihak dan mensejahterakan sesama. Seorang guru akan menjadi panutan
dan suri tauladan serta dipandang baik oleh masyarakat. Sekolah yang akan
mendapatkan banyak bantuan dari masyarakat dan mendapatkan keuntungan dari
narasumber masyarakat. Serta masyarakat itu sendiri akan lebih meningkatkan cara
berfikir dan terdorong untuk makin maju dalam berbagai bidang kehidupannya.
B. Saran
Dr.M.I.Soelaeman berkata “Jadilah guru yang baik atau, jangan jadi guru sama
sekali”. Maka, para pendidik, calon pendidik, dan pihak-pihak yang terkait hendaknya
mulai memahami, menerapkan, dan mengembangkan sikap-sikap serta perilaku dalam
dunia pendidikan melalui teladan baik dalam pikiran, ucapan, dan tindakan. Seorang guru
yang baik bukan hanya memiliki banyak ilmu, tetapi jugak harus profesional baik dalam
segala aspek.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Prestasi Pustaka:
Jakarta.
12