Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Guru adalah seorang pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi
peserta didik dan lingkungannya. Peranan profesi guru dalam keseluruhan program
pendidikan di sekolah diwujudkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa
perkembangan siswa secara optimal. Oleh sebab itu, guru harus berperilaku dan berbuat
sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat.
Seperti dalam sebuah keluarga, setiap anggota keluarga tentu melakukan hubungan
yang harmonis guna mencapai tujuan keluarga yang bahagia. Begitupun dengan seorang
guru yang merupakan panutan bagi seorang anak didik, harus menjalin hubungan yang
baik antar keduanya guna mencapai tujuan secara bersama-sama.
Guru disamping mampu melaksanakan tugasnya masing-masing di sekolah,
mereka juga diharapkan dapat dan mampu melakukan tugas-tugas hubungan dengan
masyarakat. Dalam meningkatkan hubungan guru/sekolah dengan masyarakat terjamin
baik dan berlangsung kontinu, maka diperlukan peningkatan profesi guru dalam hal
berhubungan dengan masrayakat. Dan semua itu tentu saja membutuhkan keterampilan
untuk memiliki kompetensi dan perilaku yang cocok dengan struktur sosial. Maka dari itu,
seorang guru harus mampu membawa diri baik ditengah masyarakat agar dapat
mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap guru serta harus bersikap sesuai dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat, responsif, komunikatif, sifat toleran dan saling
menghargai.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian etika guru terhadap masyarakat?
2. Bagaimana guru di mata masyarakat?
3. Bagaimana etika guru di lingkungan masyarakat?
4. Bagaimana manfaat hubungan guru dengan masyarakat?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian etika guru terhadap masyarakat.
2. Untuk mengetahui bagaimana guru di mata masyarakat.
3. Untuk mengetahui bagaimana etika guru di lingkungan masyarakat.
4. Untuk mengetahui manfaat hubungan guru dengan masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Etika Guru Terhadap Masyarakat

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat diperlukan suatu sistem atau pedoman yang
mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul atau berhubungan antara manusia yang
satu dengan yang lainnya. Sistem pengaturan pergaulan tersebut dikenal dengan sebutan
sopan santun, tata krama, adat dan lainnya. Secara etimologis, kata etika berasal dari
“ethos”, yang artinya adat kebiasaan atau watak kesusilaan. Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (edisi keempat), etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika memuat
tentang apa yang harus dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan, apa yang baik, dan apa
yang buruk. Dengan adanya etika, perilaku baik diatur berdasarkan nilai-nilai moral yang
berlaku dalam masyarakat.

Namun, dalam pandangan Bertens (1999) etika mengandung multi arti. Pertama,
etika dalam arti seperangkat nilai atau norma yang menjadi pegangan hidup seseorang atau
sekelompok orang dalam bertingkah laku. Kedua, etika diartikan sebagai kumpulan prinsip
atau nilai moral, maka etika dalam hal ini lebih sebagai kode etik. Ketiga, etika diartikan
sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Etika dalam arti yang terakhir ini sama
dengan filsafat moral.1

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika


memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari hari. Itu berati etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak
secara tepat dalam menjalani hidup. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil
keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami
bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita,
etika dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan
manusianya. Dengan demikian, etika dapat diartikan sebagai kumpulan nilai nilai moral
yang dianut oleh masyarakat tertentu setelah melalui pengkajian secara kritis. Begitu jugak
etika antara guru terhadap masyarakat.

1
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter, PT RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2012, hal. 54

3
Oleh sebab itu, etika guru terhadap masyarakat mengandung makna sebagai suatu
disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia, termasuk antara
guru dengan masyarakat dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku sebaik-
baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku. Dengan adanya etika, manusia
dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling baik sesuai dengan norma norma
yang berlaku. Dengan demikian akan terciptanya suatu pola-pola hubungan antar manusia,
guru dengan masyarakat yang baik dan harmonis, seperti saling menghormati, saling
menghargai, tolong menolong, dan lainnya.

2. Guru di Mata Masyarakat


Dalam pandangan masyarakat pun guru memiliki tempat tersendiri, didalam
masyarakat guru dikenal sebagai pemeo :
a. Guru harus (dapat) digugu dan ditiru
b. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari
Dalam pemeo tersebut tersirat pandangan serta harapan tertentu dari masyarakat
terhadap guru.
Memang tidak dinyatakan siapa yang harus “ menggugu” dan menirunya, apakah
terbatas pada siswa-siswanya atau berlaku juga untuk seluruh masyarakat. Namun
kenyataan menunjukkan bahwa manakala seorang guru itu menyimpang dari apa yang
diharapkan masyarakat dari padanya, langsung saja masyarakat memberikan suara
sumbang kepadanya, bahkan sering pula suara sumbang itu ditunjukkan kepada seluruh
jajaran guru. Kenakalan anak yang kini menggejala dibeberapa tempat, sering pula
tanggung jawabnya ditudingkan kepada guru sepenuhnya dan sering dilupakan apa yang
didengar dan dilihat anak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.2
Dalam kedudukan seperti itu sebenarnya guru tidak lagi hanya dipandang sebagai
pengajar dikelas, namun dirinya diharapkan pula tampil sebagai pendidik, bukan saja
terhadap anak didiknya dikelas, namun juga sebagai pendidik di masyarakat yang
seumumnya memberikan teladan yang baik kepada seluruh masyarakat. Dalam kedudukan
ini ia kembali tampil sebagai orang yang harus digugu atau ditiru bahkan oleh seluruh
masyarakat. Dan manakala ia berhasil atau dianggap berhasil memenuhi harapan
masyarakat itu, maka ia pun mendapatkan tempat yang khusus di mata masyarakat. Ia

2
Dr.M.I.Soelaeman, Suatu Pengantar Kepada Dunia Guru, CV Diponegoro: Bandung, 1985, hal 15.

4
menjadi tempat bertanya, tempat terhormat, dan berbagai jabatan dan kedudukan
disodorkan kepadanya. Guru seperti itulah yang seperti dalam pemeo.
Ternyata kedudukan guru tidak hanya terbatas oleh keempat dinding kelasnya di
sekolah saja, melainkan bergeser jauh menembus batas halaman sekolah dan berada
langsung ditengah masyarakat. Ia tidak hanya terlibat dalam rangka pendidikan formal dan
non formal. Hal seperti ini kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, lebih-lebih di desa, yang
merupakan sebagian besar dari wilayah Indonesia. Hampir dalam setiap kesempatan ia
diberi peranan dan mengambil peranan di muka. Ia juga sering menjadi tempat bertanya
dari masyarakat, bahkan tidak jarang juga mengenai hal-hal yang mungkin diluar
jangkauannya.
Kedudukan seperti itu mungkin merupakan warisan dari pandanagan terhadap guru
zaman dahulu, ketika guru dianggap menduduki kedudukan yang sacral, yang dianggap
dapat menembus kaut rahasia kegaiban.
Kemampuan guru membawa diri baik di tengah masyarakat dapat mempengaruhi
penilaian masyarakat terhadap guru. Guru harus bersikap sesuai dengan norma-norma
yang berlaku di masyarakat, responsif dan komunikatif terhadap masyarakat, toleran dan
menghargai pendapat mereka. Bila tidak mampu menampilkan diri dengan baik sangat
mungkin masyarakat tidak akan menghiraukan mereka. Bertalian dengan hal itu Pidarta
(1999) menegaskan bahwa keadaan seperti itu akan menimbulkan cap kurang baik
terhadap guru. Citra guru di mata masyarakat menjadi pudar. Oleh karena itu kewajiban
sekolah untuk menegakkan wibawa guru di tengah masyarakat dengan terus menyesuaikan
diri sambil ikut memberikan pencerahan kepada masyarakat.

3. Etika Guru di Lingkungan Masyarakat


Guru disamping mampu melakukan tugasnya masing-masing di sekolah, mereka
juga diharapkan dapat dan mampu melakukan tugas-tugas hubungan dengan masyarakat.
Mereka bisa mengetahui aktivitas-aktivitas masyarakatnya, paham akan adat istiadat,
mengerti aspirasinya, mampu membawa diri di tengah-tengah masyarakat, bisa
berkomunikasi dengan mereka dan mewujudkan cita-cita mereka. Seperti didalam pasal 8
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 kompetensi guru meliputi
kompetensi pedagigik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional.3

3
Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, Prestasi Pustaka: Jakarta, 2011, hal.237.

5
Kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang guru adalah sebagai berikut:
a. Berkomunikasi lisan, tulisan dan/atau isyarat.
b. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik.
c. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta
sistem nilai yang berlaku.
d. Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan.

1) Etika guru di lingkungan masyarakat sosial

Sebagai anggota masyarakat, dengan predikat sebagai guru, tentunya guru harus
mampu membangun komunikasi dengan seluruh anggota masyarakat, silaturahmi
dengan seluruh anggota masyarakat harus kita bangun dengan kokoh. Wadahnya bisa
bermacam macam, mulai dari arisan, siskamling, kelompok pengajian dan lain
sebagainya. Kerja bakti, saling mengunjungi, memberi oleh-oleh ketika habis
berpergian, menjenguk tetangga yang sakit adalah contoh aktivitas yang dapat
dilakukan oleh seorang guru guna untuk mempererat silaturahmi.

Sisi positif kita sebagai guru perlu ditonjolkan sehingga keberadaan kita
lingkungan warga sekitar bermanfaat bagi orang lain. Sebagi guru yang hidup di
lingkungan masyarakat kita juga perlu proaktif membantu segala pemasalahan yang
biasa terjadi di lingkungan masyarakat, mulai dari masalah keamanan, kesehatan
sampai dengan kebersihan.

Tinggal di lingkungan masyarakat dengan latar belakang yang beragam


pastinya ada konflik-konflik kecil. Misalnya ada anggota masyarakat yang tidak saling
tegur sapa dengan tetangga sebelahnya dan ada kelompok kecil yang tidak saling
sepakat terhadap suatu kebijakan yang berlaku di lingkungan tersebut. Tugas guru yang
hidup di lingkungan masyarakat adalah membantu mencari jalan keluar untuk
memecahkan permasalahan ini. Tentu saja dengan bantuan pihak lain, seperti ketua RT,
tokoh agama, atau tokoh masyarakat. Dalam memecahkan masalah ini guru harus
memiliki prinsip tidak memihak dan memperkeruh permasalahan.

Hubungan guru dengan orang tua atau wali murid juga termasuk dalam etika
guru di masyarakat. Guru harus berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif
dan efisien dengan orang tua atau wali murid dalam melaksanakan proses pendidikan.

6
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh seorang guru dalam melakukan
hubungan dengan orangtua siswa adalah sebagai berikut :

a) Guru memberikan informasi kepada orangtua secara jujur dan objektif mengenai
perkembangan peserta didik.
b) Guru merahasiakan informasi peserta didik kepada orang lain yang bukan
orangtua/walinya.
c) Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam
memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
d) Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan
kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.
e) Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali murid untuk berkonsultasi dengannya
berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita cita anak akan kependidikan.
f) Guru tidak melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali
murid untuk memperoleh keuntungan pribadi.

Hubungan guru dalam masyarakat selain ulasan diatas juga mencakup jalinan
komunikasi kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien dengan masyarakat untuk
memajukan dan mengembangkan pendidikan. Adapun langkah konkrit serta batasan
yang dapat dilakukan oleh guru dalam bermasyarakat adalah sebagai berikut :

a) Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan


meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
b) Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat.
c) Guru bekerja secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan
martabat profesinya.
d) Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama sama dengan masyarakat
berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya.
e) Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai nilai agama,
hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.

7
2) Etika guru di lingkungan masyarakat akademis
Dalam etika di lingkungan masyarakat akademis disini adalah hubungan guru
dengan sekolah dan rekan sejawat (guru). Adapun dalam melakukan aktivitas sehari-
hari seperti mengajar, guru tidak pernah terlepas dari hubungan dengan sekolah dan
rekan sejawatnya. Berikut adalah etika yang perlu diterapkan oleh guru dalam
hubungannya dengan sekolah dan rekan sejawatnya :
a) Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
b) Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
c) Guru menciptakan suasan sekolah yang kondusif.
d) Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan di luar sekolah.
e) Guru menghormati rekan sejawat.
f) Guru saling membimbing antar rekan sejawat.
g) Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan
kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.
h) Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan rekan juniornya untuk
tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan
tuntutan profesionalitasnya.
i) Guru menerima orientasi kolega seniornya untuk mengekspresikan
pendapat profesional berkaitan dengan tugas tugas pendidikan dan
pembelajaran.
j) Guru membasiskan diri pada nilai agama, moral dan kemanusiaan dalam
setiap tindakan profesional dengan sejawat.
k) Guru memiliki beban moral untuk bersama sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas
tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
l) Guru mengoreksi tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah agama,
moral, kemanusiaan dan martabat profesinya.
m) Guru tidak mengeluarkan pernyataan keliru berkaitan dengan kualifikasi
dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.
n) Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat pribadi dan profesional sejawatnya.

8
o) Guru tidak mengoreksi tindakan profesional sejawatnya atas dasar pendapat
siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
p) Guru tidak membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan
yang dapat dilegalkan secara hukum.
q) Guru tidak menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak
langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.

Dari uraian diatas diharapkan seorang guru dapat membawa diri dalam
lingkungan akedemisnya, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Selain itu lingkungan sekolah serta hubungan antar guru juga menjadi lebih teratur dan
harmonis.
Dari semua sudut pandang tentang guru itu, jelaslah bahwa tugas guru bukan
saja menyangkut kegiatannya di dalam kelas atau sekolah, melainkan harus pula
melakukan hal-hal atau melaksanakan seperangkat tingkah laku sehubungan dengan
kedudukannya sebagai guru, sebagaimana diharapkan masyarakat. Dengan kata lain,
guru tidak hanya terbatas peranannya di dalam kelas, melainkan menyangkut pula
berbagai peranan yang aneka ragam sifat dan coraknya, yang tidak selalu dikenal
orang.4

4. Manfaat Hubungan Guru dengan Masyarakat


Manfaat hubungan dengan masyarakat sangat besar bagi peningkatan kinerja guru
melalui peningkatan aktivitas-aktivitas bersama, komunikasi yang kontiniu dan proses
saling memberi dan saling menerima serta membuat instrospeksi sekolah dan guru menjadi
giat dan kontinu. Setiap aktivitas guru dapat diketahui oleh masyarakat sehingga guru akan
berupaya menampilkan kinerja yang lebih baik.
Manfaat hubungan yang erat, selaras dan saling menguntungkan antara guru dan
masyarakat secara terperinci adalah:5
a. Bagi sekolah/guru
1) Sekolah mendapat masukan dalam penyempurnaan pendidikan/pengajaran.
2) Memberikan pengalaman langsung dan praktis bagi siswa dalam berbagai hal.

4
Ibid, hal. 19
5
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, PT Rineka Cipta:Jakarta, 2011, hal.105.

9
3) Lebih mengenal lingkungan sosio-budaya masyarakat yang penting dalam
kesatuan dan persatuan bangsa.
4) Mengerti dan harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dalam masa
pembangunan ini.
5) Terdorong untuk mengerti lebih dalam tentang berbagai segi masyarakat, maka
ada motivasi mengadakan penelitian, untuk kepentingan berbagai pihak.
6) Memanfaatkan narasumber dari masyarakat.
7) Sekolah banyak menerima bantuan dari masyarakat, antara lain pemikiran,
dana, sarana dan lain-lain.
8) Memanfaatkan masyarakat sebagai laboratorium yang sesuai dengan keperluan
siswa/mata pelajaran tertentu.

b. Bagi masyarakat
1) Adanya bantuan tenaga terdidik pada bidangnya, ini ikut memperlancar
pembangunan di lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
2) Masyarakat akan dapat secara terbuka menyatakan realita di masyarakat
tersebut kepada para terdidik yang datang/ada di lingkungan masyarakat
tersebut.
3) Meningkatkan cara berfikir, bersikap dan bertindak yang lebih maju terhadap
program pemerintah di lingkungan masyarakat tersebut.
4) Masyarakat akan lebih mengenal fungsi sekolah untuk pembangunan bagi
mereka sehingga mereka ikut memiliki sekolah itu.
5) Masyarakat terdorong untuk makin maju dalam berbagai bidang kehidupannya,
berkat kerjasama antara masyarakat dan sekolah.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Etika guru terhadap masyarakat merupakan suatu watak kesusilaan, kebiasaan,
kumpulan prinsip atau nilai moral terhadap masyarakat. Tentu saja hal ini
merupakan salah satu bentuk dari keprofesionalisme guru terhadap masyarakat.
Bagaimana cara guru bisa berinteraksi, berbaur dengan masyarakat dan menjalin
hubungan baik dengan masyarakat. Baik itu dengan wali murid, masyarakat
setempat, rekan sejawat, dan lainnya.
2. Memperhatikan etika sangat penting, terutama etika seorang guru. Karena guru
bukan saja menjadi panutan bagi muridnya, guru juga menjadi panutan bagi orang
banyak termasuk masyarakat. Seorang guru yang memperhatikan etika nya dengan
baik, akan menjadi pandangan yang baik bagi masyarakat. Maka dari itu, seorang
guru harus bersikap sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat,
responsif dan komunikatif terhadap masyarakat.
3. Apabila guru dengan masyarakat dapat menjalin hubungan yang baik, maka akan
terdapat banyak manfaat dan hal-hal yang positif yang dapat menguntungkan dari
berbagai pihak dan mensejahterakan sesama. Seorang guru akan menjadi panutan
dan suri tauladan serta dipandang baik oleh masyarakat. Sekolah yang akan
mendapatkan banyak bantuan dari masyarakat dan mendapatkan keuntungan dari
narasumber masyarakat. Serta masyarakat itu sendiri akan lebih meningkatkan cara
berfikir dan terdorong untuk makin maju dalam berbagai bidang kehidupannya.

B. Saran

Dr.M.I.Soelaeman berkata “Jadilah guru yang baik atau, jangan jadi guru sama
sekali”. Maka, para pendidik, calon pendidik, dan pihak-pihak yang terkait hendaknya
mulai memahami, menerapkan, dan mengembangkan sikap-sikap serta perilaku dalam
dunia pendidikan melalui teladan baik dalam pikiran, ucapan, dan tindakan. Seorang guru
yang baik bukan hanya memiliki banyak ilmu, tetapi jugak harus profesional baik dalam
segala aspek.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai-Karakter. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Prestasi Pustaka:

Jakarta.

Ihsan, Fuad. 2011. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Soelaeman. 1985. Suatu Pengantar Kepada Dunia Guru. Bandung: CV Diponegoro.

12

Anda mungkin juga menyukai