Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FARMAKOGNOSI

OLEH:
KELOMPOK III

 NOVA RISTI AMALIA


 PUTRI REZKYA
 ARDIYANTI
 ISMAYANI
 RISKA WILDA YANTI
 IRA INDRIASARI RUSLAN
 FAISAL ABDA
 ANGGUN DWI YANTI
 AGIL PERDANA
 SRI MULIATI SAKTI
 LM IRFAN ISLAMI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami memperoleh kesehatan dan
kekuatan untuk dapat menyelesaikan “Makalah tentang Senyawa Tanin” ini.
Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada seluruh pihak, khususnya kepada dosen atas
kebijaksanaan dalam membantu dan membimbing kami sehingga “Makalah
tentang Senyawa Tanin” ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi
penyampaian yang menjadikan “Makalah tentang Senyawa Tanin” ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.

Kendari, November 2011

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Dalam metabolisme sekunder yang terjadi pada tumbuhan akan


menghasilkan beberapa senyawa yang tidak digunakan sebagai cadangan energi
melainkan untuk menunjang kelangsungan hidupnya seperti untuk pertahanan dari
predaptor. Beberapa senyawa seperti alkaloid, triterpen dan golongan fenol
merupakan senyawa-senyawa yang dihasilkan dari metabolisme skunder.
Golongan fenol dicirikan oleh adanya cincin aromatik dengan satu atau dua gugus
hidroksil. Kelompok fenol terdiri dari ribuan senyawa, meliputi flavonoid,
fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmen kuinon, melanin, lignin, dan
tanin, yang tersebar luas di berbagai jenis tumbuhan.

Tanin merupakan senyawa fenolik yang mengandung protein. Tanin terdiri


atas bermacam-macam kelompok oligomer dan polimer. Oleh karena itu ada
beberapa kesimpangsiuran tentang terminologi yang digunakan untuk
mengidentifikasi ataupun mengelompokkan senyawa tanin. Salah satu definisi
yang paling baik yang diberikan oleh Horvath (1981), Tanin adalah suatu senyawa
fenolik dengan berat molekul cukup tinggi yang mengandung hidroksil dan
kelompok lain yang cocok (seperti karboksil) untuk membentuk komplek yang
efektif dengan protein dan makro molekul yang lain dibawah kondisi lingkungan
tertentu yang dipelajari. Tanin merupakan bentuk kompleks dari protein, pati,
selulosa dan mineral. Tanin mempunyai struktur dengan formula empiris
C72H52O46.

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae


terdapat khusus dalam jaringan kayu. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin,
yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi atau flavolan
secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin
tunggal (galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer
yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu flavon dengan
satuan berikutnya melalui ikatan 4-6 atau 6-8. Kebanyakan flavolan mempunyai
2-20 satuan flavon.

Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan sifat
tannin yang sangat kompleks mulai dai pengendap protein hingga pengkhelat
logam. Maka dari itu efek yang disebabkan tanin tidak dapat diprediksi. Tanin
juga dapat berfungsi sebagai antioksi dan biologis.

I.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan senyawa tanin?


2. Apa saja klasifikasi dari tanin?
3. Bagaimana proses biosintetik dari tanin?
4. Apa contoh tanaman yang mengandung senyawa tannin ?
5. Bagaimana uraian tanaman jambu biji ?
6. Apa manfaat senyawa tannin pada tanaman jambu biji?
7. Bagaimana efek farmakologi jambu biji?
8. Bagaimana mekanisme penyembuhan diare oleh tanin?

I.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari senyawa tanin


2. Untuk mengetahui klasifikasi senyawa tanin
3. Untuk mengetahui proses biosintetik dari tanin
4. Untuk mengetahui contoh tanaman yang mengandung senyawa tannin
5. Untuk mengetahui uraian tanaman jambu biji
6. Untuk mengetahui manfaat senyawa tannin pada tanaman jambu biji
7. Untuk mengetahui efek farmakologi jambu biji
8. Untuk mengetahui mekanisme penyembuhan diare oleh tanin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan obat tradisional pada masyarakat pada umumnya masih


sebatas dalam bentuk jamu, yang cara penyajiannya dengan cara direbus atau
diseduh, sehingga kurang disukai penggunaannya. Selain itu sediaan jamu masih
mempunyai kekurangan seperti penyajian yang kurang praktis, bentuk sediaan
yang kurang stabil dan takaran dosis yang tidak tepat. Salah satu usaha untuk
mengatasi hal tersebut dikembangkan pembuatan dalam bentuk sediaan farmasetis
yang lebih baik dari bahan alam, yaitu dengan membuatnya dalam bentuk sediaan
tablet dari ekstrak tanaman.
Daun jambu biji (Psidium guajava L) adalah salah satu obat tradisional
yang masih sering digunakan sampai sekarang. Daun jambu biji sebagai obat
tradisional digunakan untuk pengobatan diare, radang lambung, sariawan,
keputihan, kencing manis. Secara alamiah daun jambu biji yang diketahui
berkhasiat dan aman dikonsumsi (Dalimartha, 2001). Salah satu zat yang
terkandung dalam tananaman jambu biji (Psidium guajava L) adalah tanin yang
dapat digunakan sebagai obat anti diare. Tanin merupakan senyawa fenolik larut
air dengan BM 500-3000, memberikan reaksi umum senyawa fenol dan memiliki
sifat-sifat khusus seperti presipitasi alkaloid, gelatin, dan protein-protein lain.
Tanin banyak tedapat di dalam tumbuhan berpembuluh, khususnya dalam jaringan
kayu, selain itu banyak terdapat pada bagian daunnya.
Senyawa aktif pada daun yang berfungsi sebagai anti diare adalah tannin.
Ekstrak daun jambu biji dapat digunakan untuk membasmi bakteri/mikroba
penyebab diare (Salmonella typhii, E. coli, Shigella dysentriae). Komposisi kimia
di dalam daun jambu biji adalah tannin 9 - 12%, minyak atsiri, minyak lemak dan
asam malat, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam
guajavarin dan vitamin.
Tanin merupakan komponen zat organik derivat polimer glikosida yang
terdapat dalam bermacam-macam tumbuhan, terutama tumbuhan berkeping dua
(dikotil). Monomer tannin adalah digallic acid dan D-glukosa. Ekstrak tanin
terdiri dari campuran senyawa polifenol yang sangat kompleks dan biasanya
tergabung dengan karbohidrat rendah. Oleh karena adanya gugus fenol, maka
tannin akan dapat berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi
sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi,
berguna untuk bahan perekat termosetting yang tahan air dan panas. Tanin
diharapkan mampu mensubsitusi gugus fenol dari resin fenol formaldehid guna
mengurangi pemakaian fenol sebagai sumberdaya alam tak terbarukan.
Tanin merupakan metabolit sekunder tanaman yang bersifat astrigen
dengan rasa khas yang sepat. Secara umum tannin terbagi atas tannin
(proanthocyanidins) hidrolisis dan tannin kondensasi. Tannin hidrolisis
diprekursor oleh asam dehydroshikimic sedangkan tannin kondensasi disintesis
dari prekursor flavonoid. Tingginya kandungan tannin dari kalus yang dihasilkan
secara in vitro dapat dipahami karena produksi metabolit sekunder pada kalus in
vitro dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya komposisi media yang
digunakan dan zat pengatur tumbuh yang diaplikasikan.
Tanin terhidrolisis terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana ialah
depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh
lima atau lebih gugus ester galoil. Pada jenis yang kedua, inti molekul berupa
senyawa dimer asam galat yaitu asam heksahidroksidifenat, yang berikatan
dengan glukosa. Bila dihidrolisis, elagitanin ini menghasilkan asam elagat.
Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagai senyawa polipenol yang
mempunyai berat molekul tinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan gugus
lainnya (seperti karboksil) sehingga dapat membentuk kompleks dengan protein
dan makromolekul lainnya di bawah kondisi lingkungan tertentu.
Penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis merupakan salah
satu penyakit yang masih banyak dijumpai di masyarakat,. Adapun tanaman obat
yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi diare diantaranya mempunyai
efek sebagai adstringen (pengelat) yaitu dapat mengerutkan selaput lendir usus
sehingga mengurangi pengeluaran cairan, diare dan disentri, selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang, dan antibakteri.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Definisi Tanin

Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti


daun, buah yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum
matang ,tanin digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk
oksidasi tannin. Tanin yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah.
Berikut adalah gambar struktur tanin

 Sifat-sifat Tanin :
1. Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat.
2. Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
3. Tidak dapat mengkristal.
4. Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
5. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein
tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
 Sifat kimia Tanin :
1. Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang
sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal.
2. Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.
3. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan
pemberi warna.
 Identifikasi Tanin dapat dilakukan dengan cara :
1. Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua / hitam kehijauan.
2. Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna coklat.
3. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium Bikromat
berwarna coklat.
 Kegunaan Tanin :
1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian
tertentu pada tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat
matang taninnya hilang.
2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan
fungi.
3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
4. Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada
gastrointestinal dan pada kulit.
5. Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya
luka bakar, dengan cara mengendapkan protein.
6. Sebagai pengawet dan penyamak kulit.
7. Reagensia di Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.
8. Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan
asam tamak yang tidak larut.

Hidrolisa Tanin : Tanin apabila dihidrolisa akan menghasilkan fenol polihidroksi


yang sederhana. Hidrolisa :
1. Asam Gallat terurai pirogalol
2. Asam Protokatekuat Katekol
3. Asam Ellag dan Tenol-fenol lain.
(Asam Ellag dapat disamak kulit bentuk bunga)
II.2. Klasifikasi Tanin

Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa poli fenol yang artinya


senyawa yang memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua
yaitu tanin yang terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi.

1. Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins)

Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk


jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan
asam sulfat atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin
yang merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat dengan asam galat. Selain
membentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yang
bisa disebut Ellagitanins. Berat molekul galitanin 1000-1500,sedangkan Berat
molekul Ellaggitanin 1000-3000. Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam
hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam galic
jika dilarutkan dalam air. Asam elagat merupakan hasil sekunder yang terbentuk
pada hidrolisis beberapa tanin yang sesungguhnya merupakan ester asam
heksaoksidifenat.
2. Tanin terkondensasi (condensed tannins).

Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi
meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer
flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya gugus fenol, maka
tannin akan dapat berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi
sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi
Tanin terkondensasi merupakan senyawa tidak berwarna yang terdapat pada
seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama pada tumbuhan berkayu. Tanin
terkondensasi telah banyak ditemukan dalam tumbuhan paku-pakuan. Nama lain
dari tanin ini adalah Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari
flavonoid yang dihubungan dengan melalui C8 dengan C4. Salah satu contohnya
adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari
epiccatechin dan catechin.
II.3. Biosintesis Tanin

Biosintesa dari Tanin secara umum :

Biosintesa asam galat dengan precursor senyawa fenol propanoid

Contoh :

- Asam gallat merupakan hasil hidrolisa tannin

- Dari jalur asam siklimat melalui asam 5-D-hidroksisiklimat

- Dengan precursor senyawa fenol propanoid. (Rhus thypina)

- Katekin dibentuk dari 3 molekul as. Asetat , as. Sinamat & as. Katekin

1) Tannin-terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap


terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (atau galotanin) yang
membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan
karbon-karbon menghubungkan satu satuan flavon dengan satuan berikutnya
melalui ikatan 4-8 atau 6-8. Kebanyakan flavolan memiliki 2 sampai 20
satuan flavon. Nama lain untuktanin-terkondensasi adalah proantosianidin
karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon
penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer antosianidin.
Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila direaksikan
dengan asam akan menghasilkan sianidin.
2) Tannin-terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana
adalah depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa
dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti
molekul berupa senyawa dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat,
disini pun berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini
menghasilkan asam elagat. Tannin terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan
asam klorida atau asam sulfat menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable
tanin yang terhidrolisis oleh asam lemah atau basa lemah untuk menghasilkan
karbohidrat dan asam fenolat. Contoh gallotannins adalah ester asam gallic
glukosa dalam asam tannic (C76H52O46), ditemukan dalam daun dan kulit
berbagai jenis tumbuhan.

Salah satu contoh tanaman yang mengandung senyawa tannin adalah jambu biji.

II.4. Uraian Tanaman Jambu Biji

 Divisio : Spermatophyta
 Subdivisio: Angiospermae
 Classis : Dicotyledoneae
 Ordo : Myrtales
 Familia : Myrtaceae
 Genus : Psidium
 Species : Psidium guajava L

Jambu biji (Psidium guajava L) tersebar meluas hingga Asia Tenggara termasuk
Indonesia, Asia Selatan, India dan Srilanka. Jambu biji termasuk tanaman perdu
yang memiliki banyak cabang dan ranting serta batang pohonnya keras.
Permukaan kulit luarnya berwarna coklat dan licin. Bila kulit kayu jambu biji
dikelupas akan terlihat permukaan batang kayunya basah. Bentuk daunnya
bercorak bulat telur dengan ukuran agak besar dan bunganya kecil-kecil berwarna
putih dan muncul dari ketiak daun. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah
dataran rendah sampai ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Pada umur
2-3 tahun jambu biji sudah mulai berbuah dan bijinya banyak terdapat pada
daging buahnya. Daun jambu biji (Psidium guajava L) merupakan daun tunggal
bertangkai pendek dengan letak berhadapan dan panjang tangkai daun 0,5-1 cm.
Helaian daun bulat memanjang agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat,
tepi rata agak menekuk ke atas, pertulangan menyirip dengan panjang 6-14 cm
dan lebar 3- 6 cm berwarna hijau. Ibu tulang daun dan tulang cabang menonjol
pada permukaan bawah, bertulang menyirip.

II.5. Manfaat Tanaman Jambu Biji Pada Tanin

Senyawa tannin bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus,


khususnya usus besar dan menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak.
Serta sebagai penyerap racun dan dapat menggumpalkan protein. Oleh Karena itu
senyawa tannin dapat membantu menghentikan diare.

II.5. Kandungan Dari Tanaman Jambu Biji Pada Tanin

Senyawa aktif pada daun jambu biji yang berfungsi sebagai anti diare
adalah tannin. Ekstrak daun jambu biji dapat digunakan untuk membasmi
bakteri/mikroba penyebab diare (Salmonella typhii, E. coli, Shigella dysentriae).
Komposisi kimia di dalam daun jambu biji adalah tannin 9 - 12%, minyak atsiri,
minyak lemak dan asam malat, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat,
asam oleanolat, asam guajavarin dan vitamin.

II.7. Efek Farmakologi dan hasil penelitian pada Jambu Biji

Secara in vitro, infus daun jambu biji dengan bermacam-macam kepekatan


menunjukkan perbedaan yang nyata pada diameter daerah hambatan pertumbuhan
kuman Shigella Flexneri dan Shigella Sonnei, sebagai penyebab disentri basiler.
(Imam Subagyo, Wahjo Dyatmiko dan Abdul Karim, UNAIR 1981)

Secara in vitro, rebusan daun jambu biji kadar ccdapat mengurangi


kontraksi usus halus terpisah marmut, yang sebanding dengan atropin sulfat 2,5
mcg/ml. Kekuatan relaksasi antara rebusan 5%, 10% dan 20% b/v tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata. (Natsir P. Djunaid, JF FMIPA UNHAS,
1986)

Secara in vitro, infus daun jambu biji dapat menghambat pertumbuhan


bakteri Staphylococcus aureus dengan perkiraan kadar terendah sebesar 2% b/v,
tetapi tidak menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli sampai batas 10%
b/v (prima Yuniarti, FF UGM, 1991)

Infus buah jambu biji pada kelinci memiliki efek hipoglikemik


(menurunkan kadar glukosa darah). Sebagai pembanding digunakan tolbutamida
(Letty Puspitawati, Fakultas Farmasi UNTAG 193).

Hasil penelitian efek infus daun jambu biji dalam upaya pencegahan
asfiksia setelah penyemprotan histami sebagai berikut; Waktu timbulnya asfiksia
lebih panjang pada kelompok yang mendapat infus daun jambu biji 5%
dibandingkan pada kelompok yang mendapatkan NaCi fisiologis dan antropin
sulfat (P<0,05). Waktu tumbulnya asfiksia antara infus daun jambu bij dengan
fenilhidramin HCI tidak berbeda nyata (P>0,05).

Asfiksida tidak terjadi pada kelompok yang mendapatkan infus daun


jambu biji 10%, efedrin dan aminofilin (Aznan Lelo, Yineldi Anwar, M. Iskandar
Lubis, dkk., Bagian Farmakologi FKL USU dan Jurusan Farmasi FMIPA USU).

II.8. Mekanisme Penyembuhan Diare Oleh Tanin

Jambu biji atau jambu batu (Psidium guajava L.) termasuk tanaman yang
mudah didapat. Selain buahnya sebagai sumber vitamin C, hampir semua bagian
tanaman ini, terutama daun dan buah muda, dapat mengobati mencret lantaran
sifat mengelat yang dimilikinya.

Hasil penelitian in vitro terhadap kontraksi usus dengan menggunakan


usus marmut menunjukkan, rebusan daun jambu biji konsentrasi 5%, 10%, dan
20% dapat mengurangi kontraksi usus halus (Natsir, 1986). Sedang penelitian
terhadap kemampuan rebusan daun jambu biji dalam menghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia colli dan Staphylococcus aureus menunjukkan, kadar terendah
2% dapat menghambat pertumbuhan S. aureus dan dalam kadar 10% dapat
menghambat pertumbuhan E. colli. Hasil penelitian itu dapat digunakan sebagai
dasar penggunaan daun jambu biji sebagai obat diare akibat infeksi

Zat aktif dalam daun jambu yang dapat mengobati diare adalah tanin.
Dalam penelitian terhadap daun kering jambu biji yang digiling halus diketahui,
kandungan taninnya sampai 17,4%. Makin halus serbuk daunnya, makin tinggi
kandungan taninnya. Senyawa itu bekerja sebagai astringent, yaitu melapisi
mukosa usus, khususnya usus besar. Tanin juga menjadi penyerap racun dan dapat
menggumpalkan protein.

Untuk memanfaatkan jambu biji sebagai obat diare dapat dilakukan


dengan merebus 15 – 30 g daun kering jambu biji dalam air sebanyak 150 – 300
ml. Perebusan dilakukan selama 15 menit setelah air mendidih. Hasil rebusan
disaring dan siap untuk diminum sebagai obat diare. Bila ingin memanfaatkannya
dalam bentuk segar, diperlukan 12 lembar daun segar, dicuci bersih, ditumbuk
halus, ditambah ½ cangkir air masak dan garam secukupnya. Hasil tumbukan
diperas, disaring, lalu diminum. Supaya terasa enak, ke dalamnya bisa
ditambahkan madu.
BAB III
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat ditarik kesimpulan :
Tannin merupakan senyawa kimia yang kompleks terdiri dari senyawa polifenol
yang tersebar luas pada daun dan buah yang belum masak. Senyawa tanin terbagi
atas dua yaitu tannin terhidrolisis dan tanin terkondesasi. Salah satu tanaman yang
mengandung senyawa tannin ialah daun jambu biji yang bersifat astringent yang
bermanfaat untuk membantu pengobatan diare. Efek farmakologi dari daun jambu
biji dalam membantu pengobatan diare sudah terbukti melalui beberapa penelitian
yang dilakukan.

IV.2. Saran
Saran dan kritik dari semua pihak sangat diperlukan agar dapat membantu
berkembangnya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Carter, F. L., A. M. Carlo and J. B. Stanley. 1978. Termiticidal Components of


Wood Extracts : 7-Methyljuglone from Diospyros virginia. Journal
Agriculture Food Chemistry.

Departemen Kesehatan. 1997. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Edisi IV.


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Hudayani, Miftakhul. 2008. Efek antidiare ekstrak etanol rimpang kunyit


(Curcuma domestica val) Pada mencit jantan Galur swiss Webster.
Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Harborne, J.B.1996.Metode Fitokimia.Edisi ke-2.ITB Bandung.Bandung.

Novitasari, Ayuningtyas. 2009. Pengaruh Penggunaan Amprotab® Sebagai


Bahan Penghancur Terhadap Sifat Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji
(Psidium Guajava L.). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Sa'adah, Lailis. 2010. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Tanin Dari Daun
Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.). Skripsi. Fakultas Sains Dan
Teknologi Universitas Islam Negeri. Malang.

Utami, Indah Wahyuni. 2008. Efek Fraksi Air Ekstrak Etanol Daun Salam
(Syzygium Polyanthum Wight.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat
Pada Mencit Putih (Mus Musculus) Jantan Galur Balb-C Yang Diinduksi
Dengan Kalium Oksonat. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai