Modul Struktur Beton Bab 4 - 0 PDF
Modul Struktur Beton Bab 4 - 0 PDF
d
PERANCANGAN LENTUR
4
c.i
PADA BALOK
y.a
Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan dalam arah
transversal yang menyebabkan terjadinya momen lentur dan gaya geser di sepanjang
bentangnya. Pada bagian ini akan dibahas lebih lanjut tentang tata cara analisis
un
kapasitas lentur dan perencanaan tulangan lentur pada elemen balok.
d
6) Tegangan pada tulangan yang nilainya lebih kecil daripada kuat leleh f y harus
c.i
diambil sebesar Es dikalikan regangan baja. Untuk regangan yang nilainya lebih
besar dari regangan leleh yang berhubungan dengan f y , tegangan pada tulangan
y.a
harus diambil sama dengan f y .
7) Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dan regangan beton boleh
diasumsikan berbentuk persegi, dan dapat dipenuhi oleh suatu distribusi tegangan
beton persegi ekuivalen yang ditunjukkan pada Gambar 4-1 dan didefinisikan
un
sebagai berikut:
daerah tekan ekuivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan suatu garis
karakteristik fc' lebih kecil daripada atau sama dengan 30 MPa. Untuk beton
dengan nilai kuat tekan di atas 30 MPa, β1 harus direduksi sebesar 0,05 untuk
setiap kelebihan 7 MPa di atas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh diambil kurang
sw
dari 0,65.
εC 0,85.f’c
C a
a 2
c
il:
h z = d −a
d 2
ma
T= As.fy T
εS
b
Gambar 4-1 Distribusi Tegangan dan Regangan Balok Persegi
Bertulangan Tunggal
e-
66
d
B. Balok Tulangan Tunggal
c.i
Suatu balok dinyatakan bertulangan tunggal jika pada penampang beton
bertulang tersebut hanya diperhitungkan terpasang baja tulangan pada satu sisi saja,
yaitu pada bagian serat yang menerima gaya tarik.
y.a
1. Keadaan regangan seimbang
Suatu keadaan yang sangat menentukan dalam analisis dan perencanaan beton
bertulang dengan metode kekuatan dan kemampuan layan adalah keadaan regangan
un
berimbang (balance).
εC 0,85.f’c
ab Cb
cb
h
Asb d
@
do
Tb= Asb.fy
εS=εY
b
Gambar 4-2 Tegangan dan Regangan Kondisi Berimbang
ido
Dalam kondisi berimbang serat tekan ekstrim pada beton dan serat tarik pada
baja tulangan secara bersamaan mencapai regangan maksimum (εcu pada beton dan
εy pada baja tulangan) sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 4-2. Untuk keadaan
sw
d
Asb
ρb = (4-4)
b.d
c.i
Dengan mempertimbangkan prinsip keseimbangan Cb=Tb dan
mensubstitusikan Persamaan (4-1) ke dalamnya, diperoleh:
0,85.f ' c 600
y.a
ρ b = .β1. (4-5)
fy 600 + fy
Rasio penulangan yang dihitung menggunakan Persamaan (4-5) akan
menghasilkan beton bertulang dalam keadaan seimbang (balance).
un
2. Balok bertulangan lemah (Under-reinforced)
Dalam kondisi penampang terpasang baja tulangan kurang dari rasio tulangan
maksimum (0,75 kali rasio tulangan dalam keadaan seimbang), baja tulangan akan
@
lebih dulu mencapai tegangan leleh fy sebelum beton mencapai kekuatan
maksimumnya. Gaya tarik baja tulangan tetap sebesar As.fy meskipun besaran beban
terus bertambah. Bertambahnya beban yang bekerja menyebabkan terjadinya
do
perpanjangan (deformasi) palstis yang semakin besar hingga mengakibatkan retak
akibat lentur pada serat beton yang terkena tarik dan bertambahnya regangan secara
non-linear pada beton yang menerima gaya tekan hingga berakibat terjadinya
ido
keruntuhan tarik.
Berdasarkan asumsi-asumsi yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
maka dapat dihitung:
sw
d
As.fy
a= (4-9)
0,85.f ' c.b
c.i
Tahanan momen penemapang atau kekuatan nominal (Mn) dapat dihitung dengan:
Mn = As.fy . d − a ( 2
) (4-10)
y.a
Untuk menjamin daktilitas beton bertulang yang menerima momen lentur sekaligus
memperhitungkan terjadinya tegangan-tegangan yang diakibatkan susut, rangkak dan
pengaruh suhu, maka SNI 03-2847-2002 mensyaratkan penggunaan tulangan tarik
dengan rasio penulangan minimal;
un
f 'c
ρmin = (4-11)
4.fy
dan tidak boleh lebih kecil dari:
1,4
ρ min =
fy
tulangan belum mencapai tegangan leleh (fs<fy), sehingga dengan analisis geometri
pada diagram regangan dapat diperoleh:
εs d −c d −c
= ∴ ε s = 0,003 (4-13)
0,003 c c
sw
β1.d − a
fs = ε s .Es = 0,003 Es (4-15)
a
Dengan menerapkan prinsip keseimbangan horisontal maka C=T;
ma
β1.d − a
0,85.f ' c.a.b = As.fs = 0,003 Es .As (4-16)
a
dimana As = ρ .b.d , sehingga:
0,85.f ' c 2
2
0,003.E .ρ .a + a.d − β1.d = 0 (4-17)
e-
s
69
d
yang dapat diselesaikan dengan formula akar kuadrat abc, dan selanjutnya dapat
c.i
digunakan untuk menghitung kapasitas tampang:
(
Mn = 0,85.f ' c.a.b. d − a
2
) (4-18)
Harus diingat bahwa dalam kondisi tulangan kuat (over-reinforced) keruntuhan
y.a
diawali dengan rusaknya beton sehingga kegagalan struktur terjadi secara tiba-tiba.
Dalam hal perencanaan beton bertulang maka kondisi over-reinforced harus
dihindari dengan alasan keamanan, untuk balok bertulangan tunggal disyaratkan:
ρmin ≤ ρ ≤ ρmax = 0,75.ρ b (4-19)
un
atau
Asmin ≤ As ≤ Asmax = 0,75.Asb (4-20)
Untuk perencanaan ataupun pemeriksanaan penampang, tentunya lebih disukai
Persamaan (4-9) yang dibentuk berdasarkan Persamaan (4-6) dan (4-7) juga
do
dapat dinyatakan dalam:
fy
a = ρ .d (4-21)
0,85.f ' c
ido
2
dimana:
fy
m= (4-23)
0,85.f ' c
selanjutnya didefinisikan koefisien lawan Rn yang dinyatakan dalam:
il:
Mn ρ.m 2 m
Rn = = ρ .fy . 1 − = ρ .fy − ρ . .fy (4-24)
b.d 2 2 2
Dengan mencermati persamaan (4-24) diatas dapat disimpulkan bahwa besaran Rn
ma
hanya tergantung dari ρ, fy dan f’c. Jika besaran b dan d yang telah diketahui, maka
m
ρ dapat dihitung dengan rumus: ρ 2 . .fy − ρ.fy + Rn = 0 (4-26)
2
selanjutnya dengan formulasi akar kuadrat abc dapat diperoleh:
e-
70
d
1 2.m.Rn
ρ= . 1− 1− (4.26)
m
c.i
fy
Rangkaian formulasi diatas selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam analisis
balok tulangan tunggal yang ditunjukkan pada Gambar (4-3) dan perencanaan balok
y.a
persegi pada Gambar (4-7).
MULAI
un
As
ρ=
b.d
@
ρmin =
1,4
fy
do
Tidak Ya
ρ ≥ ρmin
As terlalu kecil
ido
a=
Penampang diperbesar 0,85.f ' c.b
a
ma
Mn = As.fy . d −
2
SELESAI
e-
d
C. Balok Tulangan Rangkap
c.i
Balok bertulangan rangkap adalah balok beton bertulang yang menggunakan
baja tulangan pada bagian penampang yang menerima gaya tarik maupun tekan. Ada
beberapa alasan yang mendorong penggunaan tulangan rangkap. Alasan yang paling
y.a
utama adalah aspek deformasi jangka panjang yang terjadi mengikuti fungsi waktu,
seperti halnya rangkak (creep) maupun susut (shrinkage). Keberadaan tulangan tekan
dalam kasus ini difungsikan untuk “membebaskan” beton dari tekanan yang
berlangsung secara terus menerus. Kemungkinan bekerjanya gaya luar yang
un
mengakibatkan timbulnya momen bolak-balik, misalnya saat bekerjanya gaya gempa
juga merupakan alasan penting diterapkannya tulangan rangkap pada struktur beton
bertulang.
@
Alasan yang lain lebih berkaitan dengan aspek arsitektural, dimana dituntut
batasan ketinggian tertentu dalam penentuan dimensi balok, hal ini membawa
do
konsekuensi dibutuhkannya tulangan pada bagian tekan untuk menambah kapasitas
momen. Alasan ini meskipun seringkali diterapkan di lapangan, sebenarnya dapat
mengakibatkan beberapa konsekuensi yang tidak menguntungkan berkaitan dengan
ido
kinerja struktural.
Pertama, besarnya penambahan kapasitas penampang dengan penambahan
tulangan rangkap tidak sebanding dengan harga yang harus dibayar sesuai dengan
jumlah tulangan tekan yang harus dipasang. Kedua, aspek kelayanan yang berkaitan
sw
dengan lendutan sangat berpotensi munculnya lendutan yang cukup besar, karena
balok dengan ketinggian yang kecil cenderung mengalami lendutan yang besar.
Ketiga, balok dengan ketinggian yang relatif lebih kecil cencerung akan
membutuhkan tulangan geser yang lebih besar sehingga dimungkinkan adanya
il:
hitungan yang berbeda dengan balok bertulangan tunggal. Pada balok bertulangan
rangkap, kekuatan nominal penampang beton bertulang dianggap sebagai akumulasi
dua momen kopel internal yang bekerja akibat adanya komponen gaya horisontal
pada baja tulangan tarik (T), gaya tekan pada blok tegangan tekan ekuivalen beton
e-
72
d
(C), dan gaya tekan pada baja tulangan tekan (CS) sebagimana ditunjukkan pada
c.i
Gambar 4-4.
εC
d’ CS a
a 2
y.a
c εS’
As’ C
h d z1 = d − a z2 = d − d '
2
As
un
T
εS
b
Gambar 4-4 Distribusi Tegangan dan Regangan Balok Persegi
Bertulangan Rangkap
@
Komponen pertama adalah momen kopel internal yang dibentuk oleh gaya
tarik (T) pada bagian tulangan tarik seluas As1 = (As − As ') dan gaya tekan pada blok
do
diagram tegangan tekan beton ekuivalen (C) dengan panjang lengan momen
z1 = d − a .
2
ido
Komponen kedua adalah momen kopel internal yang dibentuk oleh gaya tekan
pada bagian tulangan tekan seluas As ' dan gaya tarik pada baja tulangan tarik (T)
seluas As2 = As ' = (As − As1 ) , dengan panjang lengan momen z2 = d − d ' .
Kapasitas nominal penampang dapat dihitung sebagai jumlah antara komponen
sw
momen kopel pertama dan kedua, sebagaimana dinyatakan dalam formulasi berikut:
Mn = Mn1 + Mn2 (4-27)
(
Mn1 = (As − As ').fy . d − a
2
) (4-28)
dimana:
il:
a=
(As − As').fy (4-29)
(0,85.f ' c.b )
ma
2
(4-31)
73
d
atau
( ) + As .fy (d − d ')
c.i
Mn = As1.fy . d − a 2 (4-32)
2
Untuk menjamin keamanan struktur ditinjau dari aspek kekuatan maka
dipersyaratkan kapasitas momen rencana (MR = ϕ.Mn ) harus lebih besar dari
y.a
kombinasi terbesar momen luar yang bekerja (Mu ) , jadi:
Mu ≤ ϕ.Mn (4-33)
Persamaan (4-31) hanya dapat diberlakukan apabila tulangan tekan (As’) telah
un
meleleh, jika tegangan leleh belum dicapai maka balok harus dianggap sebagai
balok bertulangan tunggal, dan akan lebih tepat jika tegangan aktual (fs’) pada
tulangan tekan dan menggunakan gaya aktual untuk keseimbangan momennya.
c=
a
=
(As − As').fy = (ρ − ρ ').fy .d (4-35)
β1 β1.(0,85.f ' c.b ) 0,85.β1.f ' c
ido
Apabila baja tulangan tekan leleh maka dicapai suatu kondisi dimana
ε s ' ≥ ε y = fy = fy , sehingga:
Es 200.000
0,85.β1.f ' c.d ' fy
1 − .0,003 ≥ (4-37)
(ρ − ρ ').fy .d 200.000
il:
atau
0,85.β1.f ' c.d ' fy − 600
− ≥ (4-38)
(ρ − ρ ').fy .d 600
ma
atau
d
Jika tulangan tekan (As’) belum leleh maka tegangan aktualnya dapat dihitung
c.i
sebesar fs' = ε s '.Es , atau:
y.a
atau
0,85.β1.f ' c.d '
fs' = 600.1 − MPa < fy (4-41)
( ρ − ρ ' ).fy .d
Nilai fs’ ini dapat digunakan untuk pendekatan awal terhadap kontrol regangan
un
untuk keadaan tulangan tekan belum leleh. Rasio penulangan dalam kondisi
regangan berimbang dapat ditulis:
_
fs '
ρb = ρ b + ρ '
dimana ρ b =
fy
tulangan tekan yang diperoleh dari regangan tulangan tekan (εS), sehingga;
As.fy − As '.fs '
a= (4-44)
0,85.f ' c.b
ma
dengan demikian kapasitas momen nominal pada Persamaan (4-31) berubah menjadi:
Mn = (As.fy − As'.fs '). d − a( 2
) + As'.fs' (d − d ') (4-45)
melakukan analisis kekuatan lentur balok beton bertulangan rangkap sesuai dengan
75
d
uraian diatas, disajikan bagan alir analisis balok bertulangan rangkap pada Gambar
c.i
(4-5). Sedangkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam perencanaan balok
persegi baik dengan tulangan tunggal maupun tulangan rangkap disajikan pada
Gambar (4-6).
y.a
MULAI
un
As As '
ρ = ; ρ' =
b.d b.d
Tidak
@
ρmin =
1,4
fy
Ya
do
ρ ≥ ρmin
As terlalu kecil
fy .d 600 − fy
Tidak Ya
_
0,85.f ' c 600
ρ b = .β1.
fy 600 + fy
_
Penampang tidak kuat,
ρ '.fs'
ρ ≤ 0,75. ρ b +
il:
d
MULAI
c.i
Diketahui: b, d, d’, Mu, ϕ, f’c, fy
y.a
Hitung:
0,85.f ' c 600
Mn perlu = Mu ; ρ b = .β1.
ϕ fy 600 + fy
1,4
ρmax = 0,75.ρ b ; ρmin =
un
fy
fy Mn perlu
m= ; Rn =
0,85.f ' c b.d 2
1 2.m.Rn
ρ perlu =ρ = 1 − 1 −
Tidak
m
@ fy
Ya
do
ρ ≤ ρmax Tulangan tunggal
Tulangan rangkap
Ya
Tentukan agar tulangan tekan leleh ρ > ρmin
1 d ' 600
.β1. . ≤ (ρ − ρ ') ≤ ρmax
ido
m d 600 − fy Tidak
Hitung:
a = (ρ − ρ ' ).m.d
(
Mn1 = (ρ − ρ ' ).b.d .fy . d − a
2
)
Mn2
Mn2 = Mn − Mn1 ; ρ ' = Pilih Tulangan
b.d .fy .(d − d ' )
il:
ρ = (ρ − ρ ' ) + ρ '
SELESAI
ma
d
daerah lapangan flens mengalami tekan, artinya flens mempunyai pengaruh terhadap
c.i
kapasitas momen internal di daerah lapangan. Sebaliknya di daerah tumpuan, flens
mengalami tarik, dengan demikian diabaikan dalam perhitungan kekuatan
penampang.
y.a
I II
pelat
un
I II
g.n @ g.n
do
Potongan I pada Tumpuan Potongan I pada Lapangan
dihitung sebagai balok persegi dihitung sebagai balok T
Lebar bagian pelat yang diperhitungkan dapat bekerjasama dengan balok (lebar
flens) harus ditentukan berdasarkan ketentuan SNI 03-2847-2002. Lebar efektif flens
diambil dari nilai terkecil formulasi berikut:
sw
b = bw + b1 + b2 ≤ L
4
dengan
Ln
b1 = 8.h1 ≤ untuk balok T
2
Ln
b2 = 8.h2 ≤
2
il:
(4-46)
b = bw + b1
ma
b1 = 6.h f
untuk balok L
b1 = L
12
L
b1 = n
2
e-
78
d
Balok T adalah balok pada bagian interior sedangkan balok L terletak pada
c.i
bagian eksterior. Prinsip-prisip dasar yang digunakan dalan perhitungan balok
persegi juga berlaku untuk balok T maupun balok L. Perbedaan pokok terletak pada
perhitungan gaya tekan blok beton (C) yang tergantung dari tinggi garis netral (c),
y.a
sebagai berikut:
1. Balok T “Palsu”
Kasus ini dijumpai pada balok T atau L dimana garis netral berada di dalam
un
flens (c < hf), seperti ditunjukkan pada Gambar 4-8. Kasus ini juga berlaku jika c > hf
dan a < hf sehingga parameter desain yang diuraikan juga masih dapat digunakan.
b εCU
@ hf c a C
do
d
T=As.fy
ido
bW εS > εy
Agar kondisi c < hf dapat terjadi, maka luas tulangan tarik As harus memenuhi:
sw
sehingga diperoleh
As.fy
a= (4-51)
0,85.f ' c.b
sedangkan kekuatan lentur nominal dapat dihitung dengan:
( )
e-
Mn = As.fy . d − a (4-52)
2
79
d
Jika dicermati persamaan diatas sama dengan persamaan-persamaan yang dgunakan
c.i
untuk analisis balok persegi, dengan lebar balok selebar flens (b) yang dihitung
menurut Persamaan (4-46).
y.a
2. Balok T “Murni”
Kasus ini dijumpai pada balok T atau L dimana garis netral berada di dalam
flens (c > hf) dan tinggi blok tegangan segi-empat ekuivalen juga lebih besar dari
tinggi flens (a > hf), seperti ditunjukkan pada Gambar 4-9.
un
b εCU
hf
c Asf
d
@ As
do
bW εS
ido
h d z1 = d − a z2 = d − d '
2
As
T
b εS
il:
Untuk kasus ini dapat diberlakukan serupa dengan balok persegi bertulangan
ma
rangkap, dengan menggantikan bagian pelat dari “flens” menjadi suatu penulangan
imajiner yang luasnya:
0,85.f ' c.(b − bw ).hf
Asf = (4-53)
fy
e-
80
d
Untuk balok yang dipandang sebagai balok T “murni”, gaya tarik sebesar As.fy
c.i
dari tulangan harus lebih besar daripada kapasitas gaya luas flens total sebesar
0,85.f’c.b.hf sehingga:
As
a= > hf (4-54)
y.a
0,85.f ' c.b
atau
hf < 1,18.ω.d = a (4-55)
As fy
dimana ω = . , dan jika digunakan blok tegangan parabola maka Persamaam
un
b.d f ' c
(4-55) dapat ditulis:
1,18.ω.d
hf < (4-56)
β1
ρ < 0,75.ρ b
@
Untuk menjamin perilaku daktail maka diberikan batasan penulangan:
(4-57)
do
dimana:
b _
ρb = w ρ b − ρf (4-58)
b
ido
_
0,85.f ' c 600
ρb = .β1. (4-59)
fy 600 + fy
hf
ρ f = 0,85.f ' c.(b − bw ). (4-60)
fy .bw .d
Sedangkan untuk persyaratan tulangan minimum:
sw
As 1,4
ρw = ≥ (4-61)
bw .d fy
As2 untuk mengimbangi luas tulangan imajiner Asf , sehingga momen nominal dapat
dihitung:
ma
Mn1 = As1.fy . d − a( 2
) = (As − As ).(d − a 2)
f (4-63)
d
Prosedur analisis balok T dan L selengkapnya disajikan pada gambar 4-10.
c.i
b dihitung sebagai nilai terkecil dari:
MULAI b = bw + b1 + b2 ≤ L
4
dengan
y.a
Ln
b1 = 8.h1 ≤ untuk balok T
2
Diketahui: b2 = 8.h2 ≤
Ln
b, bw, hf, d, 2
As, f’c, fy
b = bw + b1
b1 = 6.h f
un
untuk balok L
_ 0,85.f ' c 600 b1 = L
12
ρ b = .β1. Ln
fy 600 + fy b1 =
2
hf
ρ f = 0,85.f ' c.(b − bw ).
fy .bw .d
bw _
b
As
ρb = . ρb + ρ f
@ ρ ≤ 0,75.ρ b
Tidak
do
ρ = Ya Penampang
b.d
diperbesar
As fy Tidak As 1,4
ω= . ≤
b.d f ' c bw .d fy Ya
ido
ρ ditingkatkan
1,18.ω.d Ya
c= < hf
β1 Balok T Palsu
sw
Tidak
As.fy
Balok T Murni a=
0,85.f ' c.b
Mn = As.fy . d − a ( 2
)
0,85.f ' c.(b − bw ).hf
Asf =
fy
il:
( As − Asf ).fy
a=
0,85.f ' c.bw
(
Mn1 = ( As − Asf ).fy . d − a
2
) SELESAI
ma
d
E. Contoh-Contoh Aplikasi
c.i
Contoh 4-1
Hitung kapasitas momen rencana (MR) yang diijinkan bekerja pada balok beton
bertulangan tunggal di bawah ini:
y.a
b = 400 mm
h = 800 mm
f’c = 25 MPa
fy = 400 MPa
un
As = 5D25
selimut beton = 40 mm
Diameter sengkang = 10 mm
d = 800 − 40 − 10 − 25 = 737,5mm
@
Penyelesaian: (Analisis dilakukan sesuai bagan alir pada Gambar 4-3)
do
2
Kontrol rasio penulangan
ρ= =
(
As 5 x 0,25.π .25 2
=
)
2454,369
= 0,0083
b.d 400 x 737,5 295000
ido
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
fy 400
d
a
Mn = As.fy . d −
c.i
2
115,4997
= 2454,369.400. 737,5 − N.mm
2
y.a
= 667343078,4 N.mm
= 667,343 kN.m
un
MR = ϕ.Mn
= 0,80.667,3431 kN.m
= 533,8745 kN.m
@
do
Contoh 4-2
Hitung kapasitas momen rencana (MR) yang diijinkan bekerja pada balok beton
bertulangan rangkap di bawah ini:
ido
selimut beton = 40 mm
Diameter sengkang = 10 mm
Jarak antar lapis tulangan tarik = 30 mm
d
ρ= =
(
As 8 x 0,25.π .29 2
=
5284,1588)= 0,0187
c.i
b.d 400 x 706 282400
ρ' = =
(
As ' 4 x 0,25.π .29 2
=
)
2642,0794
= 0,0094
b.d 400 x 706 282400
y.a
As1 = As − As ' = 5284,1588 − 2642,0794 = 2642,0794 mm 2
As1 2642,0794
ρ − ρ' = = = 0,0094
b.d 400 x 706
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
un
fy 400
fy .d
. =
600 − fy
ρ − ρ ' = 0,0094 < 0,0124
@
0,85.β1.f ' c.d ' 600 0,85.0,85.25.64,5
400 x 706
.
600
= 0,0124
600 − 400
(Tulangan tekan belum leleh)
do
Hitung fs’ aktual
0,85.β1.f ' c.d ' 0,85.0,85.25.64,5
fs ' = 600.1 − = 600.1 −
(ρ − ρ ' ).fy .d 0,0094 . 400 . 706
ido
fs ' = 336,6725MPa
Periksa rasio penulangan maksimum
0,85.f ' c 600
ρb = .β1.
sw
fy 600 + fy
β1 = 0,85 ; karena f’c= 25 MPa < 30 MPa
0,85.25 600
ρb = .0,85. = 0,0271
400 600 + 400
il:
a
e-
d
144,0174
= (5284,1588 .400 − 2642,0794 .336,6725 ) 706 − +
c.i
2
2642,0794.336,6725(706 − 64,5 )
= 1346723388 N.mm
y.a
= 1346,7234 kN.m
un
= 0,80.1346,7234 kN.m
= 1077,3787 kN.m
Contoh 4-3
@
do
Hitung kapasitas momen rencana (MR) yang diijinkan bekerja pada balok beton
bertulangan rangkap di bawah ini:
ρ= =
(
As 8 x 0,25.π .29 2
=
)
5284,1588
= 0,0187
b.d 400 x 706 282400
(
As ' 2 x 0,25.π .29 2 )
1321,0397
e-
ρ' = = = = 0,0047
b.d 400 x 706 282400
86
d
As1 = As − As ' = 5284,1588 − 1321,0397 = 3963,1191mm 2
c.i
As1 3963,1191
ρ − ρ' = = = 0,014
b.d 400 x 706
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
y.a
fy 400
un
. = . = 0,0124
fy .d 600 − fy 400 x 706 600 − 400
ρ − ρ ' = 0,014 > 0,0124 (Tulangan tekan leleh)
Karena tulangan tekan telah meleleh maka fs’ = fy
Periksa rasio penulangan maksimum
ρb =
0,85.f ' c 600
.β1.
@
do
fy 600 + fy
β1 = 0,85 ; karena f’c= 25 MPa < 30 MPa
0,85.25 600
ρb = .0,85. = 0,0271
ido
a
Mn = (As.fy − As '.fs '). d − + As '.fs '.(d − d ')
2
il:
186,4997
= (5284,1588 .400 − 1321,0397 .400 ) 706 − +
2
ma
1321,0397.400.(706 − 64,5 )
= 1310339516 N.mm
= 1310,3395 kN.m
e-
87
d
Momen rencana (MR) yang boleh dikerjakan di atas balok sebesar:
c.i
MR = ϕ.Mn
= 0,80.1310,3395 kN.m
y.a
= 1048,2716 kN.m
Contoh 4-4
Rencanakanlah penulangan balok beton bertulang dengan ketentuan berikut:
un
b = 350 mm
h = 700 mm
f’c = 34 MPa
fy = 400 MPa
selimut beton
Diameter sengkang@ = 40 mm
= 10 mm
Diameter tulangan pokok tersedia = 22 mm
do
Untuk menanggung kombinasi beban ultimate:
a. Mu = 10 t.m
ido
b. Mu = 50 t.m
Mu 100 x10 6
MR = Mn perlu = = = 125 x10 6 N.mm
ϕ 0,8
ma
7
88
d
0,85.34. 600
ρb = .0,82. = 0,0356
c.i
400 600 + 400
ρmax = 0,75.ρ b = 0,75.0,0356 = 0,0267
fy 400
m= = = 13,8408
y.a
0,85.f ' c 0,85.34
1 2.m.Rn 1
1 − 1 − 2.13,8408 .0,8747
un
ρ= 1 − 1 − =
m fy 13,8408 400
ρ = 0,0022
1,4 1,4
ρmin =
fy
=
400
= 0,0035
Kasus (b)
Hitung perkiraan tinggi efektif balok (d)
d = 700 − 40 − 10 − 22 = 639mm
2
il:
Mu 500 x10 6
MR = Mn perlu = = = 625 x10 6 N.mm
ϕ 0,8
ma
d
f ' c − 30
β1 = 0,85 − 0,05 = 0,82
c.i
7
0,85.34. 600
ρb = .0,82. = 0,0356
400 600 + 400
y.a
ρmax = 0,75.ρ b = 0,75.0,0356 = 0,0267
fy 400
m= = = 13,8408
0,85.f ' c 0,85.34
un
Rn = = = 4,3733
b.d 2 350.639 2
1 2.m.Rn 1
1 − 1 − 2.13,8408 .4,3733
ρ= 1 − 1 − =
m fy 13,8408 400
ρ = 0,0119
ρmin =
1,4
=
1,4
= 0,0035
@
do
fy 400
Contoh 4-5
il:
b = 350 mm
h = 700 mm
f’c = 34 MPa
fy = 400 MPa
selimut beton = 40 mm
Diameter sengkang = 10 mm
e-
d
Untuk menanggung kombinasi beban ultimate: Mu = 100 t.m
c.i
Penyelesaian: (Cara perencanaan sesuai bagan alir pada Gambar 4-6)
Hitung perkiraan tinggi efektif balok (d)
y.a
d = 700 − 40 − 10 − 28 = 636mm
2
Hitung perkiraan posisi pusat berat tulangan tekan
d ' = 40 + 10 + 28 = 64mm
2
un
Mu = 100 t .m = 1000 kN.m = 1000 x10 6 N.mm
Mu 1000 x10 6
MR = Mn perlu = = = 1250 x10 6 N.mm
ϕ 0,8
ρb =
0,85.f ' c. 600
fy
.β1.
600 + fy
;
@
do
karena f’c= 34 MPa > 30 MPa, maka:
f ' c − 30
β1 = 0,85 − 0,05 = 0,82
7
ido
0,85.34. 600
ρb = .0,82. = 0,0356
400 600 + 400
ρmax = 0,75.ρ b = 0,75.0,0356 = 0,0267
fy 400
m= = = 13,8408
sw
1 2.m.Rn 1
1 − 1 − 2.13,8408.8,8293
ρ= 1 − 1 − =
m fy 13,8408 400
il:
ρ = 0,0272
ma
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
fy 400
d
Tentukan agar tulangan tekan meleleh:
c.i
1 d ' 600
.β1. . ≤ (ρ − ρ ') ≤ ρmax
m d 600 − fy
1 64 600
.0,82. . ≤ (ρ − ρ ') ≤ 0,0267
y.a
13,8408 636 600 − 400
Ditentukan
0,0179 < (ρ − ρ ') = 0,02 < 0,0267 ; agar tulangan tekan leleh
un
a = (ρ − ρ ').m.d = 0,02.13,8408.636 = 176,055mm
= 975829428 N.mm
2
@
do
Mn2 = Mn − Mn1
Mn2
ρ' =
b.d .fy .(d − d ' )
274,4171x10 6
=
350.636.400.(636 − 64 )
sw
= 0,0054
ρ = (ρ − ρ ' ) + ρ
= 0,02 + 0,0054
= 0,0254
il:
As = ρ.b.d
= 0,0254 .350.636
ma
= 5654,04 mm 2
As ' = ρ '.b.d
= 0,0054.350.636
e-
= 1202,04 mm 2
92
d
Dipakai:
c.i
Tulangan tarik = 10 D 28 = 6157,5216 mm2 > 5654,04 mm2
Tulangan tekan = 2 D 28 = 1231,5043 mm2 > 1202,04 mm2
y.a
Contoh 4-6
960 mm
f’c = 28 MPa
120 mm
fy = 400 MPa
a) As= 4D28
un
555 mm b) As= 7D36
500 mm
300 mm
@
do
Hitung kapasitas momen rencana (MR) yang diijinkan bekerja pada balok beton
bertulang yang tergambar di atas:
ido
fy 600 + fy
0,85.28 600
= .0,85. = 0,0304
400 600 + 400
hf
ρf = 0,85.f ' c.(b − bw ).
il:
fy .bw .d
120
= 0,85.28.(960 − 300 ). = 0,0283
400.300.555
ma
b _
ρb = w . ρ b + ρf
b
300
= .(0,0304 + 0,0283 ) = 0,0183
960
e-
93
d
As
ρ =
b.d
c.i
=
(
4 x 0,25.π .28 2
= 0,0046
)
960.555
y.a
ρmax = 0,75.ρ b = 0,75.0,0183 = 0,0137
un
ρw =
(
4 x 0,25.π .28 2 ) ≥ ρmin =
1,4
300.555 400
ω =
As fy
.
@
do
b.d f ' c
=
(
4 x 0,25.π .28 2 400
.
)
= 0,066
960.555 28
1,18.ω.d
ido
c =
β1
1,18.0,066.555
= = 50,851mm
0,85
(
4 x 0,25.π .28 2 .400 )
il:
=
0,85.28.300
= 137,9837 mm
ma
Mn (
= As.fy . d − a
2
)
( )
= 4 x 0,25.π .28 2 .400. 555 − 137,9837
2
= 478816920,3 N.mm
e-
94
d
= 478,8169 kN.m
c.i
MR = ϕ.Mn
= 0,80.478,8169 kN.m
y.a
= 383,0535 kN.m
Kasus (b)
un
Kontrol rasio penulangan
_
0,85.f ' c 600
ρb = .β1.
fy 600 + fy
0,85.28
=
400
.0,85.
600
600
120
= 0,85.28.(960 − 300 ). = 0,0283
400.300.555
ido
b _
ρb = w . ρ b + ρf
b
300
= .(0,0304 + 0,0283 ) = 0,0183
960
sw
As
ρ =
b.d
=
(
7 x 0,25.π .36 2
= 0,0134
)
960.555
ρmax = 0,75.ρ b = 0,75.0,0183 = 0,0137
il:
ρw = ≥ ρmin =
bw .d fy
ρw =
(
7 x 0,25.π .36 2 ) ≥ ρmin =
1,4
300.555 400
e-
d
Kontrol perilaku balok
c.i
As fy
ω = .
b.d f ' c
7125,1321 400
= . = 0,191
960.555 28
y.a
1,18.ω.d
c =
β1
1,18.0,191.555
= = 147,1929mm
0,85
un
c = 132,915mm < hf = 120mm (Balok T Murni)
Kapasitas lentur penampang
Asf =
=
0,85.f ' c.( b − bw ).hf
fy
(7125,1321 − 4712,4).400
ido
= = 135,1671mm
0,85.28.300
Mn1 (
= ( As − Asf ).fy . d − a
2
)
= (7125,1321 − 4712,4).400. 555 − 135,1671
2
sw
Mn1 = 470402143,2N.mm
(
= 4712,4.400. 555 − 120 )
il:
2
= 933055200N.mm
ma
Mn = Mn1 + Mn2
= 470402143,2 + 933055200
= 1403457343N.mm
= 1403,4573 kN.m
e-
96
d
MR = ϕ.Mn
c.i
= 0,80.1403,4573 kN.m
= 1122,7659 kN.m
y.a
un
@
do
ido
sw
il:
ma
e-