Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH BAHASA JAWA

KEBUDAYAAN JAWA
TENTANG WAYANG GOLEK

Diajukan dalam Rangka Memenuhi Tugas Mandiri

Mata Pelajaran Bahasa Jawa

Tahun Pelajaran 2012/2013

Disusun oleh:

Nama : Eni Rumsiyani


Kelas : XII IPA 3
No. : 12

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

SMA NEGERI 1 KUTOWINANGUN


2013
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini, dapat
diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1) Bapak Waluyo selaku guru bahasa jawa,


2) Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah mendukung
dan berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah ini merupakan tugas pribadi mata pelajaran bahasa jawa yang penulis
lakukan untuk menambah pengetahuan yang lebih luas tentang kebudayaan jawa khususnya “
Kebudayaan Wayang Golek “. Karya ilmiah ini diajukan untuk memenuhi tugas mandiri
terstruktur Mata Pelajaran Bahasa Jawa kelas XII tahun pelajaran 2012/2013.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini, masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis
berharap agar makalah ini, memberikan manfaat bagi masyarakat secara umum dan
masyarakat modern saat ini.

Kebumen, Maret 2013

Penulis

A.Pendahuluan
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi.
Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek
moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau
gambar.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di
Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7
November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita
narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible
Heritage of Humanity).
Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang
dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka
yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa
wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang
biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.
Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan
demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki cerita,
gaya dan dalang yang luar biasa. Kadangkala repertoar cerita Panji dan cerita Menak
(cerita-cerita Islam) dipentaskan pula.
Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat
dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang.
Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama
Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah,
dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain.
Yaitu "Mana yang Isi(Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari
(Wayang Golek)".

B.Sejarah
Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada keterangan
lengkap, baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari
wayang kulit karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Namun
demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan Kudus
membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat
dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa
pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun 'wayang purwo' sejumlah 70 buah
dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro. Pertunjukkannya dilakukan pada
siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka yang
terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi, seperti golek.
Oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.
Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan
wayangnya disebut wayang golek menak. Konon, wayang golek ini baru ada sejak masa
Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650)). Di sana (di daerah Cirebon)
disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya datar.
Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang
diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu
berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya, wayang golek dengan lakon
Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri,
1988).
Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata
Koesoemah III) pada masa akhir jabatannya. Waktu itu Dalem memerintahkan Ki
Darman (penyungging wayang kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru, Ujung Berung,
untuk membuat wayang dari kayu. Bentuk wayang yang dibuatnya semula berbentuk
gepeng dan berpola pada wayang kulit. Namun, pada perkembangan selanjutnya, atas
anjuran Dalem, Ki Darman membuat wayang golek yang membulat tidak jauh berbeda
dengan wayang golek sekarang. Di daerah Priangan sendiri dikenal pada awal abad ke-
19. Perkenalan masyarakat Sunda dengan wayang golek dimungkinkan sejak dibukanya
jalan raya Daendels yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang
bergunung-gunung. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa.
Namun, setelah orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah
bahasa Sunda.

C.Jenis-jenis Wayang Golek


Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek purwa,
dan wayang golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan
ceritera babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Wayang golek purwa
adalah wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan
pengantar bahasa Sunda sebagai. Sedangkan, wayang golek modern seperti wayang
purwa (ceritanya tentang Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam pementasannya
menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik tersebut untuk
menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern. Wayang golek
modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep Sunandar tahun
1970--1980.

D.Pembuatan
Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah dengan
meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai
dan menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko. Cat
ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian
penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang
biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.

E. Nilai Budaya
Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika
semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat
pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan
yang mengemban kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan "Sapta
Sila Kehormatan Seniman Seniwati Pedalangan Jawa Barat". Rumusan kode etik
pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman seniwati pedalangan
pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung. Isinya antara lain sebagai berikut: Satu:
Seniman dan seniwati pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus menjaga nilainya.
Dua: Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi con-toh, baik dalam
bentuk ucapan maupun tingkah laku. Tiga: Juru penerang. Karena itu diwajibkan
menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan segala cita-
cita negara bangsanya kepada masyarakat. Empat: Sosial Indonesia. Sebab itu diwajibkan
mengukuhi jiwa gotong-royong dalam segala masalah. Lima: Susilawan. Diwajibkan
menjaga etika di lingkungan masyarakat. Enam: Mempunyai kepribadian sendiri, maka
diwajibkan menjaga kepribadian sendiri dan bangsa. Tujuh: Setiawan. Maka diwajibkan
tunduk dan taat, serta menghormati hukum Republik Indonesia, demikian pula terhadap
adat-istiadat bangsa.

F. Penutup
1. Kesimpulan
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum
Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan
roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk
arca atau gambar.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di
Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7
November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita
narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and
Intangible Heritage of Humanity).
Dilihat dari sudut pandang terminologi ada beberapa pendapat mengenai asal
kata wayang. Pendapat pertama mengatakan wayang berasal dari kata wayangan atau
bayangan yaitu sumber ilham, yang maksudnya yaitu ide dalam menggambar wujud
tokoh. Sedangkan pada pendapat kedua mengatakan kata wayang berasal dari Wad
dan Hyang, artinya leluhur.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Wayang berarti sesuatu yang dimainkan ki
Dalang berupa gambar pahatan dari kulit binatang, melambangkan watak-watak
manusia.
Dalam Kamus Bahasa Sunda disebutkan bahwa wayang adalah boneka
berbentuk manusia yang dibuat dari kulit atau kayu, dan lebih ditegaskan lagi
pengertian wayang sama dengan sandiwara boneka.
Dalam pengertian luas wayang bisa mengandung makna gambar, boneka
tiruan manusia yang terbuat dari kulit, kardus, seng, mungkin kaca-serat (fibre-glass),
atau bahan dwimatra lainnya, dan dari kayu pipih maupun bulat torak tiga dimensi
2. Saran
Dengan telah dibuatnya makalah kesenian yang berjudul Seni Tari Jaipong
semoga dapat bermanfaat bagi kami khususnya selaku penyusun dan para pembaca
umumnya.
Di samping itu dengan adanya makalah ini semoga para pembaca dapat
mengembangkan sekaligus melestarikan kesenian tradisional dan tentunya dapat
menyusun makalah yang lebih baik dari makalah yang kami buat

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang
http://aftaryan.wordpress.com/2008/03/14/pengertian-wayang/
http://www.windusara.com/info/pengertian-wayang-golek

Sumber :
http://planetinfo-zp.blogspot.com/2011/05/contoh-makalah-wayang-
golek_21.html#ixzz2LhsFZEXT

Anda mungkin juga menyukai