Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI ORAL

DETERMINASI RASA PENGECAP PADA LIDAH

Penyusun:
M. Raihan Liandro 021811133070
Jason Patrick S. 021811133071
Patricia Samantha 021811133072
Galuh Damar Jati 021811133073
Vini Nur Aulia 021811133074
Adellia Monica C. 021811133075
Ratu Sofia Nur Aini 021811133076
Syenia Ramandha 021811133077
Veda Sahasika A. N. 021811133078
Laili Adi Nur Qodri 021811133079

DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lidah merupakan organ muskular yang menonjol ke dalam kavum oris dari
permukaan inferior. Otot-otot lidah merupakan otot bercorak seperti otot skelet, dan
terdiri dari otot ekstrinsik (mempunyai origo di luar lidah) dan intrinsik (mempunyai
origo di dalam lidah). Otot bercorak lidah tersusun dalam berkas-berkas yang berjalan
dalam tiga bidang : masing-masing bidang membentuk sudut tegak lurus satu dengan
yang lain. Hal ini memungkinkan pergerakan lidah dengan fleksibilitas dan ketepatan
tinggi,yang berperan baik dalam proses bicara maupun digesti dan menelan (Wangko,
2013). Fungsi lidah berhubungan dengan proses-proses mengunyah atau penghancuran
makanan, mengecap, menelan, berbicara dan membersihkan mulut, tetapi fungsi
utamanya adalah untuk mengantarkan makanan ke dalam faring ketika menelan dan
membentuk kata-kata saat berbicara. Sebagian besar lidah terdapat di dalam kavum oris
dan sebagian kecil lagi di dalam orofaring (Tanudjaja, 2013). Selain itu, fungsi lidah
sebagai indera pengecap rasa yang sangat penting dalam kehidupan manusia tergantung
pada pucuk pengecapnya. Sensitivitas indera pengecap lidah sendiri dapat dipengaruhi
dapat dipengaruhi berbagai kondisi (Primasari, 2012).
Saliva merupakan salah satu komponen yang berperan dalam proses penentuan
rasa pada rongga mulut. Salah satu fungsi saliva ialah menjadi perantara makanan
dengan reseptor pengecap (taste buds) sehingga makanan dapat dirasakan. Pada waktu
makanan kontak dengan organ dalam rongga mulut (lidah, mukosa, palatum), akan
timbul refleks salivasi yang merupakan respon terhadap impuls yang berasal dari indera
pengecap. Mekanisme yang terjadi adalah impuls dari reseptor diteruskan ke traktus
solitarius pada batang otak kemudian transmisi impuls menuju Nukleus salivatorius
inferior dan superior sehingga menimbulkan sekresi saliva kelenjar Submandibularis
dan Submaxillaris melalui N. VII, sedangkan sekresi kelenjar Parotis melalui N. IX.
Saliva ini juga berfungsi untuk membantu proses penelanan makanan. Pada mamalia,
jumlah reseptor indera pengecap ada 10.000 sel, yang terbanyak terdapat pada lidah dan
yang lainnya tersebut diseluruh dinding rongga mulut, tonsillar, pillar, gingiva, dan
palatum.
Pada lidah reseptor pengecap untuk rasa-rasa primer disebarkan secara tidak
merata. Pada lidah reseptor indera pengecap terdapat 4 lokasi yang berisi 4 macam
papila mayor :
A. Papila Fungiformis, terletak pada bagian anterior lidah, secara tersebar
mempunyai bentukan seperti cendawan. Papila ini berwarna kemerahan
karena mempunyai banyak jaringan kapiler di bawahnya serta berisi
beberapa taste buds pada setiap papila. Papila ini dipersarafi oleh chorda
tympani yang merupakan cabang N. VII (N. Fasialis).
B. Papila Foliata, papila dengan bentuk anatomis yang kecil, yang terdapat
sepanjang lipatan-lipatan lidah di bagian sepanjang permukaan lateral
letak, anterior garis sirkumvalata.
C. Papila Sirkumvalata atau disebut dengan papila sunken. Terletak
diidndingsaluran mengelilingi yang membentuk garis V pada
permukaan posteriorlidah.
D. Papila Filiformis berfungsi mekanis dan non-gustatory.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui letak taste bud dalam rongga mulut.
2. Mengetahui respon rasa pengecap pada orang sehat.
3. Mengetahui respon rasa pengecap pada orang yang sedang menstruasi.
4. Mengetahui respon rasa pengecap pada orang yang sedang pre-menstruasi.
5. Mengetahui respon rasa pengecap pada orang yang sedang post-menstruasi.
6. Mengetahui respon rasa pengecap pada orang yang sedang sakit.
7. Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi fungsi taste bud.

2. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat
1. Gelas
2. Pipet
3. Cotton buds
4. Kertas tisu
5. Ember
2.2 Bahan
1. Asin : NaCl → 0,5%, 1,5%, 2,5%, 3,5%, 4,5%
2. Asam : Asam Sitrat → 0,5%, 0,75%, 1%, 1,25%, 1,5%
3. Manis : Glukosa → 2%, 3%, 4%, 5%, 6%
4. Pahit : Quinine → 0,025%, 0,5%, 0,075%, 0,1%, 0,125%
5. Umami: MSG → 2%, 3%, 4%, 5%, 6%
6. Pedas : Capsiasin → 2%, 3%, 4%, 5%, 6%

3. CARA KERJA
1. Kelas dibagi menjadi 5 kelompok
2. Setiap kelompok menentukan orang coba dengan syarat:
Kriteria untuk orang coba wanita:
- Wanita 12 hari sebelum tanggal menstruasi
- Wanita 3 hari sebelum tanggal menstruasi
- Wanita 3 hari sesudah tanggal menstruasi
- Wanita hari pertama menstruasi
- Wanita 6 hari sesudah tanggal menstruasi
Kriteria untuk orang coba pria
- Pria sehat
- Pria sakit influenza atau ada infeksi lain
3. Melakukan uji coba rasa pengecap pada lidah orang coba
1. Asam
a. Orang coba berkumur 3 kali
b. Lidah di julurkan
c. Keringkan lidah dengan tisu sampai kering
d. Tetesi dengan Asam Sitrat 1 %, apabila orang coba dapat
merasakan asam turunkan konsentrasi sampai tidak terasa,
apabila orang coba tidak dapat merasakan asam, naikkan
konsentrasinya sampai terasa.
2. Asin
a. Orang coba berkumur 3 kali
b. Lidah di julurkan
c. Keringkan lidah dengan tisu sampai kering
d. Tetesi dengan NaCl 2,5 %, apabila orang coba dapat merasakan
asin turunkan konsentrasi sampai tidak terasa, apabila orang
coba tidak dapat merasakan asin, naikkan konsentrasinya sampai
terasa.
3. Manis
a. Orang coba berkumur 3 kali
b. Lidah di julurkan
c. Keringkan lidah dengan tisu sampai kering
d. Tetesi dengan Glukosa 4 %, apabila orang coba dapat merasakan
manis turunkan konsentrasi sampai tidak terasa, apabila orang
coba tidak dapat merasakan manis, naikkan konsentrasinya
sampai terasa.
4. Pahit
a. Orang coba berkumur 3 kali
b. Lidah di julurkan
c. Keringkan lidah dengan tisu sampai kering
d. Tetesi dengan quinine 0.075%, apabila orang coba dapat
merasakan pahit turunkan konsentrasi sampai tidak terasa,
apabila orang coba tidak dapat merasakan pahit, naikkan
konsentrasinya sampai terasa.
5. Umami
a. Orang coba berkumur 3 kali
b. Lidah di lujurkan
c. Keringkan lidah dengan tisu sampai kering
d. Tetesi dengan Larutan Umami 4 %, apabila orang coba dapat
merasakan umami turunkan konsenterasi sampai tidak terasa,
apabila orang coba tidak dapat merasakan umami, naikkan
konsentrasinya sampai terasa.
6. Pedas
a. Orang coba berkumur 3 kali
b. Lidah di julurkan
c. Keringkan lidah dengan tisu sampai kering.
d. Tetesi dengan Capsiasin 4 %, apabila orang coba dapat
merasakan asin turunkan konsentrasi sampai tidak terasa, apabila
orang coba tidak dapat merasakan asin, naikkan konsentrasinya
sampai terasa.
4. Hasil
Tabel 4.1. Orang coba : Pria sehat

Lokasi bahan Pinggir Pinggir Anterior Posterior Palatum


di Lidah perangsang Dorsum Dorsum Lidah Lidah
rasa Medial
pengecap

Asam 0,5 % 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%

Asin 1,5% 1,5% 1,5% 2,5% 4,5%

Manis 3% 3% 3% 6% -

Pahit 0,075% 0,075% 0,025% 0,05% 0,075%

Umami 6% 6% 6% 5% -

Pedas 3% 3% 2% 3% -

Tabel 4.2. Orang coba : Pria sakit influenza

Lokasi bahan Pinggir Pinggir Anterior Posterior Palatum


di Lidah perangsang Dorsum Dorsum Lidah Lidah
rasa Medial
pengecap

Asam 0,75 % - 0,75% 1% -

Asin 0,5% 0,5% 1,5% 1,5% 2,5%


Manis 2% 5% 2% - -

Pahit 0,5% 0,025% 0,5% 0,075% 0,125%

Umami 6% - - 6% 6%

Pedas 4% - 2% - -

Tabel 4.3. Orang coba : Hari Pertama Menstruasi

Lokasi bahan Pinggir Pinggir Anterior Posterior Palatum


di Lidah perangsang Dorsum Dorsum Lidah Lidah
rasa Medial
pengecap

Asam 0,5 % 0,5% 0,5% 0,75% 1,25%

Asin 1,5% 1,5% 0,5% 2,5% 3,5%

Manis 2% 3% 2% 2% 2%

Pahit 0,5% 0,05% 0,025% 0,025% 0,075%

Umami 2% 2% 3% 3% 3%

Pedas 3% 3% 3% 3% 3%
Tabel 4.4. Orang coba : Wanita Menstruasi Hari ke-3

Lokasi bahan Pinggir Pinggir Anterior Posterior Palatum


di Lidah perangsang Dorsum Dorsum Lidah Lidah
rasa Medial
pengecap

Asam 0,5 % 0,5% 0,75% 0,5% 0,5%

Asin 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%

Manis 2% 2% 2% 2% 2%

Pahit 0,025% 0,025% 0,025% 0,25% 0,025%

Umami 5% 4% 5% 4% 4%

Pedas 2% 2% 2% 2% 2%

Tabel 4.5. Orang coba : Wanita 3 Hari sebelum tanggal menstruasi

Lokasi bahan Pinggir Pinggir Anterior Posterior Palatum


di Lidah perangsang Dorsum Dorsum Lidah Lidah
rasa Medial
pengecap

Asam 0,75 % 0,5% 0,5% 0,5% 1%

Asin 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% -

Manis 5% 3% 3% 2% 6%
Pahit 0,5% 0,05% 0,025% 0,025% 0,075%

Umami - 3% 5% 2% 5%

Pedas 2% 2% 2% 2% 2%

Tabel 4.6. Orang coba : Wanita 12 Hari sebelum tanggal Menstruasi

Lokasi bahan Pinggir Pinggir Anterior Posterior Palatum


di Lidah perangsang Dorsum Dorsum Lidah Lidah
rasa Medial
pengecap

Asam 0,75 % 1,5% 1,25% 0,75% 1,5%

Asin 2,5% 2,5% 4,5% 4,5% 4,5%

Manis 6% 3% 2% - -

Pahit 0,025% 0,1% 0,075% 0,1% 0,125%

Umami 6% 6% 6% 6% -

Pedas 2% 2% 2% 2% -
Tabel 4.7. Orang coba : Wanita Menstruasi Hari ke-6

Lokasi bahan Pinggir Pinggir Anterior Posterior Palatum


di Lidah perangsang Dorsum Dorsum Lidah Lidah
rasa Medial
pengecap

Asam 0,75 % - 0,5% 0,5% -

Asin 0,5% 1,5% 0,5% 1,5% -

Manis 6% - 3% 3% -

Pahit 0,075% - 0,5% 0,5% -

Umami 5% - 5% 4% 5%

Pedas 5% - 5% 4% -

4. TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Lidah

Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang tertutupi oleh
selaput lendir yang tampak kasar. Struktur lidah yang tampak kasar ini disebabkan oleh
tonjolan-tonjolan dari papill-papill lidah yang bertujuan untuk menghubungkan rasa
makanan pada saraf pengecap dan dikirimkan pada saraf yang ada di otak (Romdoni A.
et all, 2014).

Fungsi lidah yaitu dapat membantu pencernaan makanan dengan proses


mengunyah dan menelan. Selain itu fungsi lidah sebagai indera pengecap untuk
membantu membedakan rasa manis, rasa asin, rasa asam, rasa pahit dan rasa umami
(Romdoni A. et all, 2014).
4.1.2. Taste Buds

Taste buds adalah struktur kecil yang terletak pada permukaan atas dari lidah,
palatum lunak, permukaan atas esophagus dan epiglotis yang menyediakan informasi
tentang rasa dari makanan yang masuk ke dalam tubuh. Struktur ini terlibat dalam
pendeteksian lima elemen dari persepsi rasa: asin, asam, pahit, manis , dan umami
(savory). Melalui celah kecil di dalam epitelium lidah atau yang biasa disebut taste pore.
Bagian dari makanan yang larut dalam saliva mengalami kontak dengan reseptor rasa.
Hal itu terletak pada puncak dari sel reseptor rasa yang mengkonstitusi taste buds. Sel
reseptor rasa mengirim informasi yang dideteksi oleh cluster dari berbagai reseptor dan
kanal ion ke gustatory area di otak melalui facial nerve (Jacob, 2009).

Setiap taste bud yang kira-kira terdapat 10.000 taste buds pada lidah berbentuk
seperti benjolan kecil, flask-like, berbasis lebar, bertumpu pada corium, dan lehernya
terbuka, pori gustatori, diantara sel-sel epitelium. Bud ini terbentuk dari dua macam sel
yaitu sel penyangga dan gustatory cells. Sel penyangga (sustentacular) kebanyakan diatur
seperti staves of cask, dan membentuk amplop luar untuk bud. Sebagian, ditemukan di
bagian interior dari bud di antara gustatory cells. Gustatory cells, merupakan
kemoreseptor, yang mengisi bagian tengah dari bud, berbentuk spindle, dan masing-
masing memiliki nukleus spherical di dekat bagian tengah dari sel (Jacob, 2009).

4.1.3. Fisiologi Lidah

Seluruh rasa dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa
akan lebih sensitif pada daerah tertentu. Rasa manis lebih sensitif dirasakan pada daerah
ujung depan lidah, rasa asin paling terasa pada pinggir depan lidah, rasa asam paling baik
diterima di sepanjang samping/tepi lidah dan sensasi pahit dapat dideteksi dengan sangat
baik pada sepertiga belakang lidah. Keempat rasa ini dikenal dengan istilah sensasi rasa
primer. Selain itu, ada rasa kelima yang telah teridentifikasi yaitu umami yang dominan
ditemukan pada L- Glutamat (Saptari A. et all, 2010).

a. Rasa Manis

Beberapa jenis zat kimia yang menyebabkan rasa ini meliputi: gula, glikol,
alkohol, aldehid, keton, amida, ester, asam amino, asam sulfonat, asam halogen, dan
garam anorganik dari timah hitam dan berilium. Hampir semua zat yang menyebabkan
rasa manis merupakan zat kimia organik; satu-satunya zat anorganik yang
menimbulkan rasa manis merupakan garam-garam tertentu dari timah hitam dan
berilium (Saptari A. et all, 2010).

b. Rasa Asam

Rasa asam disebabkan oleh suatu golongan asam. Konsentrasi ion hidrogen
maupun intensitas sensasi rasanya kira-kira sebanding dengan logaritma konsentrasi
ion hidrogen. Oleh sebab itu, semakin asam suatu makanan maka sensasi rasa asamnya
semakin kuat (Saptari A. et all, 2010).

c. Rasa Asin

Rasa asin ditimbulkan oleh garam terionisasi terutama konsentrasi ion sodium.
Kualitas rasa asin sedikit berbeda dari satu garam dengan garam lainnya karena
beberapa jenis garam juga mengeluarkan rasa lain di samping rasa asin (Saptari A. et
all, 2010).

d. Rasa Pahit

Rasa pahit seperti rasa manis, tidak disebabkan satu jenis agen kimia, tetapi zat-
zat yang memberikan rasa pahit semata-mata hampir merupakan zat organik.
Pembagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit adalah zat organik rantai
panjang yang berisi nitrogen, dan alkaloid. Alkaloid terdiri dari banyak obat yang
digunakan dalam kedokteran seperti kuinin, kafein, striknin, dan nikotin (Saptari A.
et all, 2010).

e. Rasa Umami

Umami berasal dari bahasa Jepang yang artinya enak. Rasa umami mempunyai
ciri khas yang jelas berbeda dari keempat rasa lainnya, termasuk sinergisme peningkat
rasa antara dua senyawa umami, L-glutamat dan 5'-ribonucleotides, serta rasa yang
bertahan lama setelahnya. Umami adalah rasa yang dominan ditemukan pada
makanan yang mengandung L-glutamat (terdapat pada ekstrak daging dan keju)
(Saptari A. et all, 2010).
4.1.4. Proses Pengecapan

Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah. Dengan
demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan mengadakan kontak dan
merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap kemudian timbul impuls yang akan
menjalar ke nervus facial (VII) dan nervus glossopharyngeal (IX). Impuls dari daerah
lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus (X). Impuls di ketiga saraf tersebut
menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon
berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan lemniskus medialis kemudian akan
disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di
postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus dan sebagai hasilnya kita dapat
mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita. Tiap rasa utama tersebut tidak
mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa oleh masing-masing ion atau molekul zat
tersebut dapat bereaksi pada saat yang berlainan dengan setiap epitel neuron ujung
serabut saraf pengecapan. Jadi setiap taste buds dapat bereaksi untuk semua rasa walau
dengan intensitas berbeda (Saptari A. et all, 2010).

4.1.5. Faktor yang mempengaruhi sensitivitas indera pengecap

a. Usia

Usia mempengaruhi sensitivitas reseptor perasa. Penurunan sensitivitas indera


pengecap merupakan masalah fisiologis yang terjadi pada manula. Hal ini disebabkan
karena terjadinya kemunduran dalam hal fisik maupun biologis dimana pada proses
menua terjadi penurunan jumlah papila sirkumvalata seiring bertambahnya usia dan
penurunan fungsi transmisi pada taste buds (Saptari A. et all, 2010).

b. Suhu Makanan

Suhu makanan yang kurang dari 20o C maupun yang lebih dari 30oC dapat
mempengaruhi sensitivitas taste buds pada indera pengecap. Suhu yang terlalu panas
akan merusak sel-sel pada taste buds, namun keadaan ini akan cenderung berlangsung
cepat karena sel yang rusak akan segera diperbaiki. Suhu yang terlalu dingin juga
dapat membius lidah sehingga sensitivitas lidah akan berkurang (Saptari A. et all,
2010).
c. Penyakit

Berbagai jenis penyakit, terutama penyakit kronis memerlukan perawatan dan


terapi yang terkadang memakan waktu lama. Efek samping obat tersebut dapat
mempengaruhi penurunan sensitivitas indera pengecap, seperti amphetamin dapat
menurunkan sensitivitas terhadap rasa manis, anestesi seperti lidocaine dapat
menyebabkan berkurangnya sensitivitas rasa asin dan manis, begitu juga penggunaan
insulin (untuk penderita diabetes) yang berkepanjangan (Saptari A. et all, 2010).

4.2. Papila Lidah

Pada permukaan dorsal dari bagian anterior sampai ke sulkus terminalis terdapat
corak mukosa yang iregular dan tonjolan yang disebut papila lidah. Papila lidah dan
kuncup kecap menyusun organ indera pengecap dalam kavum oris. Terdapat 4 jenis
papila lidah, yaitu (Sunny, 2013) :
a. Papila Filiformis
Papila filiformis ialah papila terkecil tetapi yang terbanyak dibandingkan papila
lainnya. Papila ini merupakan tonjolan jaringan ikat berbentuk kerucut, langsing,
tinggi 2-3 mm, dan dilapisi oleh epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk yang
cukup keras, tetapi tidak mempunyai kuncup kecap. Papila ini berfungsi mekanis dan
terdistribusi pada bagian anterior permukaan dorsal lidah dengan ujung menghadap
ke posterior.
b. Papila Fungiformis
Papila fungiformis berbentuk jamur terletak di 2/3 anterior lidah dan pada umumnya
terdiri dari satu hingga beberapa taste buds di setiap papila yang diinervasi oleh nervus
facial (VII). Papila ini terlihat seperti bintik-bintik berwarna merah karena kaya akan
pembuluh darah. Jumlah papila fungiform di setiap lidah manusia adalah sekitar 200
papila. Papila ini lebih sensitif terhadap rasa manis dan asin.
c. Papila Sirkumvalata
Papila Sirkumvalata memiliki bentuk V dan terbesar. Papila ini sensitif terhadap rasa
asam dan pahit di 1/3 posterior lidah yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal
(IX). Jumlahnya berkisar 3-13 papila di setiap lidah dengan jumlah taste buds 252 di
setiap papila sehingga total 2200 taste buds yang terdapat di papila circumvalata pada
setiap lidah. Dalam jumlah besar taste buds ini terletak mengelilingi papila
circumvalata yang membentuk garis seperti huruf V ke arah posterior lidah.
d. Papila Foliata
Terletak pada lipatan dan celah bagian lateral lidah. Sensitivitas papila ini lebih
dominan terhadap rasa asam yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX). Rata-
rata terdapat 5-6 papila foliata di setiap sisi lidah yang terdiri dari 117 taste buds per
papila sehingga total terdapat 1280 taste buds di papila foliata pada setiap lidah.

4.3. Menstruasi
4.3.1. Pengertian
Menstruasi adalah keluarnya darah dari dalam uterus, yang diakibatkan oleh
terlepasnya lapisan dinding rahim disertai pelepasan endometrium dan terjadi setiap
bulan. Menstruasi ini dinilai berdasarkan 3 hal, pertama siklus haid yaitu berkisar 21-
35 hari, kedua lama haid yaitu tidak lebih dari 15 hari, ketiga jumlah darah 20-80 ml.
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu
keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita
dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan
pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche < pertama kali terjadinya
menstruasi > dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau
siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks
hipotalamus-hipofisis-ovarium (Anwar, 2011; Perry, 2010; Chandranita, 2009).
4.3.2. Hormon Yang Memengaruhi Menstruasi
Menstruasi merupakan hasil kerja sama yang sangat rapi dan baku dari
hypothalamus-pituitary-ovarian endocrine axis. Hipotalamus memacu kelenjar
hipofisis dengan mensekresi gonadotropin-releasing hormone (GnRH) suatu deka-
peptide yang disekresi secara pulsatif oleh hipotalamus. Pulsasi sekitar 90 menit,
mensekresi GnRH melalui pembuluh darah kecil di sistem portal kelenjar hipofisis
anterior, gonadotropin hipofsis memacu sintesis dan pelepasan follicle-stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing-hormone (LH). FSH adalah hormon glikoprotein yang
memacu pematangan folikel selama fase folikuler dari siklus. FSH juga membantu LH
memacu sekresi hormon steroid, terutama estrogen oleh sel granulosa dari folikel
matang. LH berperan dalam steridogenesis dalam folikel dan penting dalam ovulasi
yang tergantung pada mi-cycle surge dari LH. Aktivitas siklik dalam ovarium atau
siklus ovarium dipertahankan oleh mekanisme umpan balik yang bekerja antara
ovarium, hipotalamus, dan hipofisis (Annif, 2016).
5. PEMBAHASAN

Percobaan ini dilakukan terhadap tujuh orang coba dengan kondisi berbeda-
beda, yaitu pria sehat, pria sakit influenza, wanita menstruasi hari ke-1, wanita
menstruasi hari ke-3, wanita menstruasi hari ke-6, wanita 3 hari sebelum menstruasi,
dan wanita 12 hari sebelum menstruasi. Ketujuh orang coba tersebut diberi perlakuan
sama, yaitu uji coba enam macam rasa pengecap pada lidah yang terdiri dari rasa asin,
asam, manis, pahit, umami, dan pedas. Sebelum melakukan praktikum, orang coba
berkumur sebanyak 3 kali kemudian mengeringkan lidah menggunakan tisu hingga
kering. Tujuan pengeringan lidah sebelum praktikum yaitu agar bahan perangsang tidak
menyebar ke seluruh permukaan lidah melainkan terfokuskan pada bagian yang
diinginkan saja. Rasa asin diinduksi menggunakan NaCl 2,5%, rasa asam di induksi
menggunakan asam sitrat 1%, rasa manis diinduksi menggunakan glukosa 4%, rasa
pahit diinduksi menggunakan quinine 0,1%, rasa umami diinduksi menggunakan
larutan umami 4%, dan rasa pedas diinduksi menggunakan capsiasin 4%.

Berdasarkan rata-rata hasil percobaan, bahan perangsang rasa pengecap yang


paling cepat merangsang indera pengecap dalam kadar rendah adalah quinine 0,1%,
yaitu perangsang rasa pahit. Nilai ambang untuk rasa pahit oleh quinine adalah
0,000008 M. Sensitivitas terhadap rasa pahit cenderung lebih tinggi daripada rasa
lainnya karena sensasi ini memberikan fungsi perlindungan penting terhadap banyak
racun berbahaya dalam makanan.

Pre menstruasi ( 12 hari sebelum menstruasi)

Pada praktikum didapatkan hasil dimana mahasiswa coba peka terhadap rasa
pahit, asin, pedas dan asam Sedangkan pada rasa manis dan umami, mahasiswa coba
tidak terlalu peka. Ketidakpekaan ini dapat dilihat dari tingginya kadar larutan yang
diperlukan untuk dapat dirasakan oleh mahasiswa coba. Pada rasa pahit dan manis,
kepekaan dapat dipengaruhi oleh adanya hormon. 12 hari sebelum menstruasi
merupakan awal fase luteal dimana terjadi peningkatan hormon progesteron dan
penurunan hormon estrogen. Peningkatan hormon progesteron akan meningkatkan
kepekaan terhadap rasa pahit. Penurunan hormon estrogen mengakibatkan kurangnya
kepekaan terhadap rasa manis.

Pre menstruasi (3 hari sebelum menstruasi)


Pada orang coba, didapatkan hasil bahwa orang coba peka terhadap rasa pahit
dan asin serta kurang peka terhadap rasa manis. Hal ini tidak sesuai teori dimana
seharusnya sebelum menstruasi rasa asin kurang dirasakan oleh orang coba karena
tekanan darah yang tinggi pada wanita yang akan mengalami proses menstruasi.
Tekanan darah yang tinggi tersebut menyebabkan gangguan reseptor rasa asin.
Sedangkan untuk rasa pahit mudah dirasakan karena pengaruh tingginya hormon
progesteron. Rasa manis yang kurang peka dirasakan oleh orang coba dikarenakan
rendahnya atau menurunnya hormon estrogen

Hari pertama menstruasi

Pada orang coba, didapatkan hasil bahwa orang coba kurang peka merasakan
rasa pahit, manis dan asin. Hal ini sesuai dengan teori dimana seorang wanita yang
mengalami menstruasi, kadar estrogen dan progesteronnya rendah sehingga lebih sulit
merasakan rasa pahit dan manis.

Hari menstruasi (3 hari setelah menstruasi pertama)

Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil berikut, mahasiswa coba peka
terhadap rasa manis, pedas, pahit, dan asin. Mahasiswa coba kurang peka terhadap rasa
asam dan umami. Berdasarkan teori, tingkat hormon pada hari ketiga setelah menstruasi
pertama masih berada pada titik rendah. Sehingga akan terdapat kesamaan kepekaan
terhadap rasa-rasa, sehingga mahasiswa coba peka terhadap rasa manis, pahit, pedas
dan asin.

Post Menstruasi (6 hari setelah menstruasi berakhir)

Pada mahasiswi coba dengan kondisi 6 hari setelah menstruasi didapatkan data
bahwa mahasiswa tersebut memiliki kepekaan rangsang yang rendah pada daerah
pinggir dorsum medial lidah dan palatum. Pada pinggir dorsum medial lidah, mahasiswi
coba hanya dapat mendeteksi rangsangan NaCl 1.5%, sedangkan pada palatum hanya
dapat mendeteksi rangsangan rasa umami 5%. Selain pada kedua daerah tersebut,
mahasiswi coba dapat merasakan rangsangan rasa yang diberikan sebagaimana kondisi
normal.
Mahasiswi coba menunjukkan paling peka dengan rangsangan rasa asin dan
paling tidak peka pada rangsangan salah satu rasa tambahan, yaitu pedas. Berdasarkan
siklus menstruasi yang terjadi pada wanita, mahasiswi tersebut sedang berada dalam
fase folikuler akhir pasca menstruasi. Pada rentang waktu tersebut, hormon estrogen
mulai meningkat setelah berada pada tingkatan yang rendah selama menstruasi
berlangsung. Sedangkan, produksi hormon progesteron masih terus rendah hingga
memasuki fase luteal atau terjadinya ovulasi. Pada mahasiswi coba, dengan produksi
estrogen yang tinggi dan progesteron rendah, seharusnya rangsangan yang dirasakan
tidak sekuat pada saat mahasiswa berada dalam fase menstruasi. Hal tersebut
dipengaruhi oleh adanya kompetisi pada reseptor antara Na dan hormon estrogen.
Kondisi mahasiswi coba yang tidak terlalu peka pada rangsangan pedas kemungkinan
besar terjadi karena keadaan toleran pada rasa pedas.

Laki- Laki Sehat

Percobaan yang dilakukan pada mahasiswa coba laki-laki yang berada dalam
kondisi sehat ditujukan untuk dapat dibandingkan dengan mahasiswa coba laki-laki
yang sedang terserang influenza. Percobaan dilakukan pada mahasiswa berjenis
kelamin laki-laki untuk memfokuskan perbandingan yang terlihat pada pengaruh satu
faktor yang dapat mempengaruhi indera pengecap, yaitu indera penghidu. Berbeda
dengan kondisi yang dimiliki oleh mahasiswa coba perempuan yang memiliki siklus
hormon, terutama hormon estrogen, yang dapat mempengaruhi tingkat kepekaan indera
pengecap. Begitu pun jika dibandingkan dengan mahasiswa coba yang mengalami
influenza, mahasiswa coba yang sehat memiliki fungsi pengecap yang lebih optimal.

Laki- Laki Penderita Influenza

Menurut teori dan hasil percobaan, kepekaan terhadap rasa asin, manis dan asam
pada orang yang menderita Influenza akan berkurang bahkan sampai hilang sedangkan
kepekaan terhadap rasa pahit bertambah. Penderita Influenza seringkali merasa hambar
saat merasakan makanan atau minuman. Hal ini disebabkan karena proses pengecapan
tidak hanya dilakukan oleh lidah tetapi juga dibantu oleh penciuman oleh hidung. Bau
makanan mempengaruhi kuncup pengecap. Secara skema, makanan dan minuman
merangsang ujung saraf pengecap pada papilla kemudian rangsangan diteruskan ke otak
→ otak memproses dan kita bisa merasakan rasa makanan atau minuman. Pada
penderita influenza, fungsi penciuman berkurang sehingga fungsi pengecapan juga .

6. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa lidah
memiliki taste bud yang letaknya tersebar. Kepekaan respon dari indera pengecapan
(taste bud) dipengaruhi oleh kondisi fisiologis seseorang. Seperti pada pria yang sakit
influenza dan wanita yang sedang menstruasi mengalami penurunan rasa pengecap
dibandingkan dengan pria yang sehat dan wanita yang sedang tidak menstruasi. Kondisi-
kondisi tersebut membuat kepekaan respon dari indera pengecapan tiap orang berbeda-
beda.
7. DISKUSI

1. Apakah tiap lokasi hanya merasakan 1 macam rasa pengecap saja?

Tidak, setiap lokasi yang difasilitasi dengan taste buds yang dipersarafi oleh
nervus fasialis melalui chorda tympani akan dapat merasakan rangsangan kimiawi yang
ditangkap sebagai rasa-rasa, baik rasa utama maupun tambahan, oleh pusat persepsi.
Namun, bentuk dari taste buds yang berbeda-beda memberikan pengaruh pada tingkat
sensitivitas lokasi tersebut terhadap jenis rangsangan yang diberikan. meskipun begitu,
satu lokasi pada umumnya dapat merasakan lebih dari satu, bahkan empat rasa yang
berbeda.

2. Sensasi rasa pengecap apa yang berubah bila orang coba sedang flu?
Pada orang yang sedang mengalami flu, sensasi rasa asin,manis, dan asam akan
berubah menjadi tidak peka bahkan hilang. Saat sedang mengalami flu produksi lendir
akan banyak menumpuk di saluran hidung, sehingga molekul dari udara dan makanan
tidak dapat mencapai sel reseptor penciuman. Inilah yang menyebabkan otak tidak
dapat menerima sinyal yang mengidentifikasi bau, sehingga makanan terasa hambar.
Sedangkan rasa pahit menjadi lebih peka. Saat kita sakit, sistem kekebalan tubuh kita
menurun. Menurut penelitian, rasa pahit diatur oleh sistem kekebalan tubuh. Jika
sistem kekebalan tubuh menurun, kita akan lebih sensitif terhadap rasa pahit.
3. Sensasi rasa pengecap apa yang berubah bila orang coba dalam keadaan menstruasi
hari ke-3?
Pada keadaan sebelum menstruasi, hormon estrogen dari ovarium berada pada
kadar paling rendah sehingga berdampak terhadap fungsi pengecapan. Sensasi rasa
pengecap yang mengalami penurunan sensitivitas adalah rasa manis. Selain itu
hormon progesteron yang meningkat mengakibatkan sensitivitas terhadap rasa pahit
meningkat.

4. Sensasi rasa pengecap apa yang berubah bila orang coba sedang menstruasi?
Pada keadaan menstruasi, rendahnya kadar hormon estrogen menyebabkan rasa
manis lebih sulit untuk dirasakan. Hal ini disebabkan penurunan hormon estrogen
yang berdampak terhadap penurunan sensitivitas pengecap rasa manis. Selain dari rasa
manis, rasa pahit juga sulit dirasakan sebab kadar progesteron turun saat menstruasi.

5. Sensasi rasa pengecap apa yang berubah bila orang coba dalam keadaan setelah
menstruasi hari ke-3?
Dalam keadaan setelah menstruasi, produksi estrogen dari ovarium berhenti
yang mengakibatkan sekresi saliva menurun dan berdampak pada fungsi pengecap
sehingga mengalami penurunan. Oleh karena sekresi estrogen pada keadaan setelah
menstruasi menurun, mengakibatkan sensitivitas indera rasa manis juga ikut menurun.

6. Apakah yang terjadi perubahan respon rasa pengecap pada pemakai full denture
rahang atas? Jelaskan!
Pada praktikum ini tidak dilakukan percobaan dengan orang coba yang
memakai full denture. Namun, pemakaian full denture rahang atas dapat
menyebabkan respon pengecap berkurang karena pada palatum juga ditemukan
adanya taste bud. Taste bud dapat merespon suatu rasa (asin, asam, umami, manis,
pahit, dan pedas) jika reseptor pada taste bud menangkap impuls yang berasal dari
larutan atau zat padat yang telah larut dalam saliva. Sehingga pemakaian full denture
dapat mengganggu proses penangkapan impuls pada palatum yang mengakibatkan
menurunnya sensasi rasa yang dapat dirasakan tetapi tidak sampai hilang.
7. Mengapa pada orang tua terjadi penurunan rasa pengecap?

Hal tersebut terjadi karena pada orang tua terjadi peristiwa atrofi fisiologis yang
dalam hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah taste buds yang dimiliki. Sejalan
dengan hal tersebut, akan terjadi penurunan fungsi dari taste buds yang juga akan
menurunkan sensitivitas rasa pengecap.

DAFTAR PUSTAKA

Romdoni A., Anggraini A. A., Juliant F., et all. 2014. istem Persepsi Sensori 1. Program
Studi Pendidikan Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Patria Husada Blitar.

Saptari A., Pardinal D., Novalianty D., et all. 2010. Panca Indera Perasa Lidah Manusia.
Program Studi Strata 1 Keperawatan. STIK Sint. Carolus

Jacob, Tim. Taste (Gustation). Accesed on May 26th 2009.


Munjidah A. 2016. Hubungan Tebal Lemak Tubuh Dengan Panjang Siklus Menstruasi. Jurnal
Ners dan Kebidanan. 3(1) : 8-12.

Wangko S. 2013. Papila Lidah Dan Kuncup Kecap. Jurnal Biomedik (JBM). 5(3) : S40-2.

Anwar, M., Baziad, A., & Prabowo, R.P. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Chandranita, I.A. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta: EGC.

Perry, S.E and Hockenberry, M.J. 2010. Maternal Child Nursing Care Edition 4. Kanada :
Mosby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai