Disusun oleh :
HAPNI
835758592
UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH - UT JAMBI
POKJAR KOTA JAMBI
2019.2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menghadapi era globalisasi yang diiringi dengan perkembangan IPTEK yang sangat pesat,
seseorang dituntut untuk mampu memanfaatkan informasi dengan baik dan cepat. Sehingga
dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan bernalar tinggi serta memiliki
kemampuan untuk memproses informasi sehinga sehinga dapat digunakan untuk
mengembangkan IPTEK. SDM Indonesia masih mengalami kekurangan dalam menciptakan
teknologi yang semakin maju seperti sekarang. Kurangnya SDM yang berkualitas disebabkan
oleh pemahaman terhadap suatu ilmu yang masih kurang maksimal, terutama ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan teknologi yang mendasar sepert matematika.
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak, artinya objek
matematika berada dalam alam pikiran manusia, sedangkan realisasinya dengan menggunakan
benda-benda yang berada disekitar kita. Sifat abstrak ini menyebabkan siswa mengalami
kesulitan dalam matematika. Banyak siswa menganggap bahwa matematika itu sulit. Selama ini
guru seakan – akan menjadi pemegang kekuasaan secara penuh di kelas. Guru sebagai objek dan
siswa sebagai objek. Pembelajaran terjadi satu arah, siswa hanya sebagai penerima materi saja.
Pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 30/I Pulau Betung masih didominasi oleh guru.
Guru memberikan materi dengan metode ceramah. Pada akhir penyampaian materi guru
memberikan pertanyaan kepada siswa tentang kepahaman siswa, sebagaian besar siswa tidak
menjawab. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya namun siswa diam. Pada akhir
pembelajaran guru memberikan soal latihan kepada siswa dan siswa diminta mengerjakannya.
Berdasarkan hasil pengamatan nilai ulangan kelas IV SD Negeri 30/I Pulau Betung, Hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dua pecahan yaitu dari 20 siswa,
tedapat 5 siswa mendapat nilai ≥65, sedangkan 15 siswa mendapat nilai ≤65. Dapat disimpulkan
bahwa hanya 25% siswa dapat mencapai KKM dan 75% belum mencapai KKM.
Berdasarkan hasil fakta di kelas IV SD Negeri 30/I Pulau Betung dan hasil konsultasi dengan
dosen pembimbing, maka perlunya penerapan pendekatan pembelajaran yang tepat sebagai
proses pembelajaran matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran matematka yang
berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience)
dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pendekatan Matematika
Realistik (MR). Pembelajaran Matematika Realistik (MR) memberikan kesempatan siswa untuk
menemukan kembali dan mengkontruksi konsep-konsep matematika pada masalah realistik yang
diberikan oleh guru. Situasi realistik dalam masalah memungkinkan siswa menggunakan cara-
cara informal (cara mereka sendiri dengan pengalaman) untuk menyelesaikan masalah.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan di kelas IV SD Negeri 30/I Pulau Betung banyak
sekali penyebab kurangnya hasil belajar matematika materi penjumlahan dua pecahan,
diantaranya :
C. BATASAN MASALAH
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 30/I Pulau Betung materi penjumlahan dua
pecahan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara Teoritis
Menjadi bahan informasi ilmiah bagi praktisi pendidikan mengenai pembelajaran menggunakan
pendekatan Matematika Realistik serta dapat menjadikan referensi dalam upaya pengoptimalan
pembelajaran matematika materi pecahan dan operasinya.
2. Secara Praktis
a. Bagi peneliti dan guru
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat pada
materi pecahan dan operasinya.
b. Bagi sekolah
Sebagai masukan dan dasar pemikiran untuk mengoptimalkan pembelajaran matematika sesuai
dengan pendekatan yang tepat.
c. Bagi pembaca
KAJIAN PUSTAKA
A. HAKIKAT BELAJAR
a. Pengertian Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar
individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses
berbuat melui pengalaman.
Surya, Mohammad (1992 : 23), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya, karena
tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Menurut
Slameto (2010 : 3-5), ciri-ciri perubahan tingkah laku yang termasuk dalam pengertian belajar,
yaitu : (1) perubahan yang terjadi secara sadar, artinya seseorang yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan itu, atau paling tidak dia merasakan bahwa dalam dirinya telah terjadi
perubahan; (2) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, artinya suatu perubahan
yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna lagi bagi kehidupan
ataupun proses belajar berikutnya; (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, artinya
perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu lebih dari
sebelumnya; (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, artinya bahwa tingkah laku
yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap; (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau
terarah, artinya bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai;
dan (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, artinya bahwa perubahan yang
diperoleh seseorang melalui proses belajar.
Kesimpulan dari penjelasan mengenai defininisi belajar adalah proses perubahan tingkah laku
akibat dari perbuatan yang sengaja maupun tidak sengaja berdasarkan dari pengalaman-
pengalaman yang telah dimilikinya yang berguna untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Slameto (2010 : 54), ada beberapa factor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri individu (intern) dan faktor yang berasal dari luar individu (ekstern).
Dalam faktor intern dikelompokkan menjadi 3 faktor antara lain factor jasmaniah yang meliputi
kesehatan dan cacat tubuh, factor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kesiapan sedangkan faktor terakhir adalah faktor kelelahan.
Dalam faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar dikelompokkan menjdi 3 faktor yaitu :
faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor keluarga meliputi orang tua, relasi
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar
belakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi metode mengajar yang dilakukan oleh guru,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah. Sedangkan di dalam faktor masyarakat hal yang mmpengaruhi belajar siswa antara lain
kegiatan siswa di masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Dari uraian mengenai faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dikatakan bahwa antara
faktor intern yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor ekstern yang berasal luar diri siswa
memiliki hubungan yang sangat erat dan keduanya saling mempengaruhi.
Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal, yang terjadi di dalam diri seseorang.
Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif atau pengetahuan kemudian
berpengaruh kepada perilaku. Perilaku belajar seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan
terhadap sesuatu yang dipelajari kemudian dapat diketahui melalui tes.
Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2006:3-4) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil interaksi itu menyebabkan perubahan perilaku individu
yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan tingkah laku tersebut
diperoleh setelah siswa menyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi dengan
berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.
b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor dari dalam diri
siswa (faktor internal) dan faktor yang dating dari luar diri siswa (faktor eksternal). Faktor yang
berasal dari dalam diri siswa meliputi kemampuan yang dimilikinya , motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi faktor lingkungan, terutama kualitas
pengajaran.
Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-
hari dan menerpakan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah Matematika Realistik
(MR). Realistic Mathematica Education (RME) merupakan teori belajar mengajar dalam
pendidikan matematika. Teori RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda
pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang
mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak yang relevan dengan
kehidupan nyata sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan
orang dewasa, (Gravencher (Suharta, 1 : 2005).
Seperti yang dikatakan Zulkardi (2001 : 1) bahwa Realistic Mathematic Education (RME) atau
pendekatan matematika realistik adalah teori pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal real.
Realistic dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat
dibayangkan oleh siswa, Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur
pemecahan informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi.
Dua jenis matematisasi diformulasikan oleh Traffers yaitu matematisasi horizontal dan
matematisasi vertical (Suharta, 1 : 2005). Dalam bermatematika secara horizontal, siswa
mengidentifikasi bahwa soal kontstektual harus ditransfer ke dalam soal bentuk matematika
untuk lebih dipahami. Menurut Gravemeijer dan Traffers (Suharta,1: 2005) melalui penskemaan,
perumusan, dan pemvisualisasian, siswa mencoba menemukan dan hubungan soal dan
mentransfernya kedalam bentuk model matematika formal dan tidak formal. Peran guru adalah
membentuk siswa menemukan model-model formal dan nonformal dengan memberikan
gambaran model-model yang cocok untuk mempresentasikan soal tersebut.
Sedangkan dalam matematika secara vertical, siswa menyelesaikan bentuk matematika formal
atau tidak formal dari soal kontekstual dengan menggunakan konsep, operasi dan prosedur
matematika yang berlaku dan dipahami siswa. Guru membantu siswa menunjukkan hubungan
dari rumus yang digunakan, membuktikan aturan matematika yang berlaku, membandingkan
model, menggunakan model yang berbeda, mengkombinasikan dan menerapkan model, serta
merumuskan konsep matematika dan menggeneralisasikannya.
D. PECAHAN
Menurut Mustaqim dan Ary (2008 : 163), pecahan merupakan bagian dari keseluruhan. Materi
pecahan adalah salah satu materi yang di ajarkan pada kelas IV Sekolah Dasar. Adapun materi
yang dipelajari dalam pecahan meliputi :
Contoh :
1 bagian lingkaran dibagi menjadi 4 bagian. Jadi masing-masing bagian tersebut bernilai
seperempat atau dapat ditulis
b. Mengurutkan pecahan
Jika terdapat beberapa pecahan yang berpenyebut sama, maka untuk mengurutkan pecahan-
pecahan itu cukup dengan mengurutkan pembilangnya saja.
Pecahan senilai dapat dicari dengan mengalikan pembilang dan penyebut dengan bilangan yang
sama
Contoh :
senilai dengan =
b. Menyederhanakan pecahan
Pecahan paling sederhana diperoleh dengan membagi pembilang dan penyebut yang sama.
Contoh :
= =
3. Penjumlahan pecahan
a. Melakukan penjumlahan pecahan berpenyebut sama.
Contoh :
+ = =
+ = =
4. Mengurangkan pecahan
a. Melakukan pengurangan pecahan berpenyebut sama.
Contoh :
- = = =
Aturan pengurangan pecahan yang berbeda penyebutnya yaitu samakan penyebutnya dengan
KPK kedua bilangan, kemudian kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan
berpenyebut sama.
Contoh :
- = =
Contoh :
Ibu membeli sebuah kue besar, kue tersebut di bagikan kepada anaknya yang berjumlah 2 orang.
Berapa jumlah yang diperoleh masing-masing anak?
Jawab :
E. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian yang dilakukan oleh Soviawati, Evi tentang Pendekatan Matematika Realistik (PMR)
untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa di Tingkat Sekolah Dasar, hasilnya antara lain
siswa tidak hanya mudah mengusai konsep dan materi pelajaran namun juga tidak cepat lupa
dengan konsep dan materi yang telah diperolehnya. Pendekatan ini tepat diterapkan dalam
mengajarkan konsep-konsep dasar supaya siswa mampu meningkatkan kemampuan berfikrnya
yang akhirnya bermuara pada meningkatnya hasil belajar siswa.
Penelitian Romauli, Mika tentang Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik dan Berpikir
Logis terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD Bharlind School Medan, hasilnya antara lain
terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajarkan dengan Pendekatan Matematika
Realistik dengan cara kelompok dan cara individu. Hasil belajar yang diajarkan dengan PMR
cara kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan PMR yang diajarkan secara individu.
Penelitian Zulkardi dan Ilma, Ratu, tentang Desain Bahan Ajar Penjumlahan Pecahan Berbasis
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri
23 Indralaya, hasilnya antara lain proses pembelajaran siswa dengan menggunakan bahan ajar
penjumlahan pecahan berbasis PMRI sangat menuntun siswa untuk mengembangkan ide-ide dan
menumbuhkan kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah, dilihat dari proses yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah.
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai kajian objek yang abstrak. Sifat abstrak
ini menjadikan banyak siswa kesulitan dalam matmatika. Pembelajaran matematika saat ini lebih
cenderung bagaimana matematika dapat diaplikasikan dalam dunia nyata bukan sebaliknya objek
nyata digunakan sebagai membentuk konsep matematika. Kegiatan pembelajaran matematika
yang kurang terikat dengan kehidupan nyata dan alam pikiran siswa sering menjadikan
matematika yang kurang dipelajari kurang bermakna dan kurang menarik.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Materi Pecahan dan Operasinya dengan
Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik (MR) pada Siswa Kelas IV SD Negeri 30/I
Pulau Betung, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak ini merupakan jenis Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk mengatasi suatu
permasalahan atau memperbaiki suatu pembelajaran di dalam kelas.
Penelitian tindakan ini mengambil bentuk penelitian tindakan kelas kolaborasi, dimana peneliti
berkolaboasi dengan guru yang tergabung dalam satu tim untuk melakukan penelitian dengan
tujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam praktik pembelajaran. Hubungan
antara peneliti dan guru bersifat kemitraan, sehingga kedudukan peneliti dan guru adalah sama
untuk mengupayakan persoalan-persoalan yang akan diteliti. Dengan demikian peneliti dituntut
untuk bisa terlibat secara langsung dalam PTK ini. Adapun yang melaksanakan pembelajaran
adalah siswa dan peneliti, sedangkan guru sebagai pengamat.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif, dimana
pengambilan data dilakukan secara alami dan data yang diperoleh berupa kata-kata dan gambar.
Sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain-lain secara holistic dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2015-2016 yaitu pada Oktober sampai
Desember 2015.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini di lakukan di kelas IV SD Negeri 30/I Pulau Betung, Kecamatan Mijen, Kabupaten
Demak.
C. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Mc Taggart. Model visualisasi bagan yang disusun oleh Kemmis dan Mc Taggart
adalah sebagai berikut :
Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang terstruktur dan terencana namun tidak
menutup kemungkinan untuk mengalami perubahan sesuai situasi dan kondisi yang tepat.
Yang dimaksud tindakan atau acting dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan secara
sadar dan terkendali yang merupakan variasi praktek yang cermat dan bijaksana. Tindakan yang
dilakukan berdasarkan pada perencanaan yang telah disusun sesuai dengan perencanaan.
Observasi pada tindakan ini berfungsi untuk mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama
tindakan.
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali sutau tindakan yang telah dilakukan sesuai
dengan hasil observasi.
D. INSTRUMENT PENELITIAN
Instrument penilaian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian ini, untuk kepentingan
mengumpulkan data digunakan beberapa instrument, antara lain:
a. Lembar observasi
Lembar observasi berisi catatan yang menggambarkan aktivitas peneliti dan siswa dalam
kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Format lembar observasi yang digunakan adalah
format observasi sistematis yang berbentuk isian untuk mengetahui tindakan selama proses
pembelajaran.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan tidak terstruktur kepada siswa, artinya wawancara hanya dilakukan
kepada siswa yang dipilih tentang aktivitas, tanggapan, dan sikap siswa terhadap pembelajaran
matematika realistik.
c. Jurnal harian
Jurnal harian berisi catatan kejadian yang belum terdapat dalam lembar observasi. Jurnal harian
ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran serta untuk
mendeskripsikan aktivitas siswa maupun pengajar selama proses pembelajaran.
d. Bahan ajar
Bahan ajar terdiri dari buku guru, buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
e. Lembar evaluasi
Lembar evaluasi ini berupa soal ulangan isian sebagai tolak ukur kompetensi siswa terhadap
materi yang telah dipelajari.
Lembar instrument tersebut sebenarnya tercakup dalam sebuah instrument pokok yakni peneliti
itu sendiri. Penelitian tindakan kelas sebagai peneliti bertradisi kualitatif dengan latar atau setting
yang wajar dan alami yang diteliti, memberikan peranan penting kepada penelitnya yakni
sebagai satu-satunya instrument karena manusialah yang dapat menghadapi situasi yang
berubah-ubah dan tidak menentu.
E. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru dalam satu tim. Guru sebagai observer
sedangkan peneliti dan siswa sebagai pelaksana pembelajaran. Semua tindakan didiskusikan
antara peneliti dan guru.
c. Skenario tindakan
Peneliti melakukan observasi awal, wawancara, dan diskusi dengan guru untuk mengetahui
permasalahan yang ada dalam pembelajaran matematika di kelas. Setelah peneliti mengetahui
permasalahan yang terjadi, peneliti bersama guru yang tergabung dalam tim kolaborasi
menyusun rencana tentang tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan
atau mengubah perilaku dan sikap siswa yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-
permasalahan yang ada. Solusi yang diterapkan adalah pembelajaran matematika dengan
pendekatan matematika realistik.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengamati pelaksanaan dan hasil serta dampak dari tindakan yang
dilakukan. Tahap ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Tahap ini dilakukan
oleh guru sebagai observer. Catatan dan dampak tindakan diperoleh dari lembar observasi,
wawancara, jurnal harian dan dokumentasi berupa foto kegiatan pada saat pembelajaran.
Observer hanya melakukan pencatatan atas apa yang dilihat dan didengar. Observer harus
bersifat deskriptif dan netral.
4. Refleksi (Reflecting)
Peneliti dan guru menganalisa, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil dan dampak dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan data dari hasil observasi (monitoring) dan perekaman
tindakan. Data hasil monitoring dan perekaman tindakan disusun secara urut dan teratur.
a. Reduksi data
Tahap ini dilakukan untuk merangkum data, memfokuskan pada hal-hal penting.
b. Triangulasi
c. Display data
Data hasil reduksi data dan triangulasi kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif.
Selanjutnya data hasil analisis disajikan dalam bentuk terstruktur sehingga data mudah dipahami
secara keseluruhan atau pada bagian tertentu. Selain itu data ditampilkan pula dalam bentuk foto
untuk memahami hal-hal yang bersifat subjektif. Data tes dihitung presentase ketuntasannya
dengan rumus :
x 100%
x 100%
d. Kesimpulan
Data yang diperoleh setelah dianalisis kemudian diambil simpulannya apakah tujuan dari
pembelajaran sudah tercapai atau belum. Apabila belum tercapai dilakukan tindakan selanjutnya
dan apabilasudah tercapai penelitian dihentikan.
G. INDIKATOR KEBERHASILAN
Apabila penggunaan pendekatan matematika realisttik (MR) dalam kegiatan pembelajaran
matematika telah meningkat hasil blajar matematika siswa lebih dari 75% maka penelitian akan
dihentikan. Amgka 75% ini berdasarkan pada hasil pre test yang dilakukan peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta.
Mustaqim & Ary. 2008. Ayo Belajar Matematika. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Romauli, Mika. 2013. “Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik dan Berpikir Logis
terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD Bharlind School Medan”. Jurnal Tematik, ISSN :
1979-0633 , Vol.003, No.12,pp.1-18
Surya, Mohammad. 1992. Psikologi Pendidikan (Cetakan ke-5 Edisi Revisi). Bandung: Jurusan
PBB UPI.
Wahyudi dan Kriswandi. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. 123. Salatiga:
ISBN.
Zukardi dan Ilma, Ratu. 2010. “Desain Bahan Ajar Penjumlahan Pecahan Berbasis Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 23
Indralaya”. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4. N0. 2
Zulkardi. 2001. How to Design Mathematics Lessons on the Realistic Approach?. www.
Geocities.com/ratuilma/PMR.html. diaskes 28 Agustus 2007.