Bab Iii Vacuum Distillation Unit (VDU) : I. Pendahuluan
Bab Iii Vacuum Distillation Unit (VDU) : I. Pendahuluan
BAB III
VACUUM DISTILLATION UNIT
(VDU)
I. Pendahuluan
Pada awalnya kilang hanya terdiri dari suatu Crude Distillation Unit (CDU) yang
beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih komponen
penyusunnya. Dengan hanya memiliki CDU, maka CDU hanya memproduksi
produk LPG, naphtha, kerosene, dan diesel sebesar 50-60% volume feed,
sedangkan 40-50% volume feed yang berupa atmospheric residue biasanya
hanya dijadikan fuel oil yang value-nya sangat rendah.
Ide dasar operasi VDU adalah bahwa titik didih (boiling point) semua material
turun dengan menurunnya tekanan. Sebagai contoh, pada tekanan 1 atmosfer
air mempunyai titik didih 100 oC, sedangkan pada tekanan 10 atmosfer air
mempunyai titik didih 180 oC. Jika tekanan dikurangi hingga 1 psia maka titik
didih air akan menjadi 39 oC.
Crude oil mengandung berbagai macam komponen yang mempunyai titik didih
berbeda-beda, seperti tergambar dalam gambar berikut :
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 1 dari 8 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
Seperti terlihat pada gambar di atas, crude oil mengandung komponen yang
mempunyai titik didih > 370 oC. Jika bottom CDU (atau biasa disebut
atmospheric residue atau long residue atau reduced crude) pada tekanan
atmosferis dipanaskan hingga temperature > 370 oC untuk dapat menguapkan
komponen vacuum gas oil yang terkandung dalam long residue, maka akan
terjadi thermal decomposition.
Dengan menurunkan tekanan, hingga < 1 psia, maka komponen vacuum gas
oil tersebut dapat dipisahkan dari bottom VDU (atau biasa disebut vacuum
residue atau short residue) tanpa mengalami thermal decomposition.
Kemudian keduanya (vacuum gas oil dan vacuum residue) dapat dipisahkan
menjadi 2 stream yang bebeda untuk dapat meningkatkan margin kilang.
1. Fuel type
Vacuum Distillation Unit fuel type merupakan fraksinasi terbatas, yang
biasanya menghasilkan 3 macam produk, yaitu Light Vacuum Gas Oil,
Heavy Vacuum Gas Oil, dan Vacuum Residue. Produk Light Vacuum Gas
Oil biasanya sudah memenuhi spesifikasi diesel dan dapat langsung
dikirim ke tangki penyimpanan. Produk Heavy Vacuum Gas Oil biasanya
dikirim ke unit Hydrocracker atau Fluid Catalytic Cracking / FCC.
Sedangkan vacuum residue dapat diolah di Delayed Coking Unit atau
Visbraker atau sebagai komponen blending Low Sulfur Waxy Residue
(LSWR) atau sebagai komponen blending fuel oil.
2. Lubes type
Vacuum Distillation Unit lubes type memerlukan pemisahan yang baik
diantara lube cuts. Umpan VDU jenis ini sudah sangat tertentu karena
produk-produk lubes cut mempunyai spesifikasi yang sangat sempit. VDU
lubes type biasanya mempunya pressure drop yang lebih tinggi dan cut
point yang lebih rendah daripada VDU fuel type. VDU lubes type biasanya
memproduksi 3-4 macam lube base oil dengan spesifikasi yang jauh lebih
ketat jika dibandingkan produk VDU fuel type (terutama dalam hal
spesifikasi viscosity dan viscosity index).
Perbedaan antara CDU dan VDU dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel I. Perbedaan antara CDU dan VDU
Parameter CDU VDU
Flash Zone Pressure 1 atm (760 mmHg) 30 mmHgA
Flash Zone Temp. 330-350 oC 400-410 oC
Heater COT 330-350 oC 416-427 oC
Produk LPG, Naphtha, Light Vacuum Gas Oil,
Kerosene, Diesel, Heavy Vacuum Gas Oil,
Atmospheric Vacuum Residue (untuk VDU
Residue fuel type) dan Lube Cut-1,
Lube Cut-2, Lube-Cut-3
(untuk VDU lubes type; nama
tergantung viscosity atau
viscosity index-nya).
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 2 dari 8 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
Produk-produk VDU lubes type tergantung jenis grade lube base oil
yang ingin dihasilkannya, biasanya ada 3 jenis grade yang dapat
dihasilkan oleh VDU lubes type.
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 3 dari 8 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
Aliran proses VDU Fuel Type secara umum dapat digambarkan sebagai
berikut :
Aliran proses VDU Lubes Type secara umum dapat digambarkan sebagai
berikut :
V.1. Tekanan
Variabel proses utama yang mempengaruhi operasi VDU dan yield produk gas
oil adalah tekanan kolom VDU. Semakin vacuum tekanan kolom VDU, maka
semakin banyak yield produk gas oil dapat dihasilkan. Tekanan kolom VDU
yang dijadikan acuan adalah tekanan top kolom VDU. Biasanya tekanan top
kolom VDU diatur sekitar 15 mmHg untuk dapat memaksimalkan yield produk.
Semakin tinggi tekanan kolom maka yield produk gas oil akan semakin sedikit
dan yield produk vacuum bottom semakin banyak. Untuk tekanan top kolom
VDU sebesar 15 mmHg, maka tekanan bottom kolom VDU/tekanan flash zone
biasanya sekitar 30 mmHg (untuk kondisi tray yang bersih).
Setelah tekanan, maka temperatur flash zone menjadi variabel proses lain
yang penting. Semakin tinggi flash zone temperature maka semakin banyak
pula yield produk gas oil yang dihasilkan. Namun flash zone temperature
tidak boleh terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan kecenderungan
pembentukan coke pada sekitar flash zone (terutama di area slop wax)
menjadi tinggi. Best practice yang biasa dipakai adalah temperature flash
zone dijaga agar temperature draw off slop wax tidak lebih dari 380 oC atau
temperature stack slop wax tidak lebih dari 400 oC. Namun jika kondisi
packing tray sangat kotor maka best practice ini menjadi hampir tidak
mungkin dipakai, karena dengan menjaga kondisi operasi seperti ini yield gas
oil akan sangat rendah dan yield vacuum bottom akan menjadi sangat tinggi.
Best practice ini dapat sedikit diabaikan sambil menunggu kedatangan
packing tray dan plant stop untuk penggantian packing tray. Kenaikan
temperature draw off slop wax sebesar 10 oC akan menaikkan kecepatan
pembentukan coking sebanyak 2 kali lipat (UOP Engineering Design
Seminar, Des Plaines – Materi Vacuum Unit Design). Biasanya flash zone
temperature dijaga antara 397 s/d 410 oC.
Flash zone temperature diatur secara tidak langsung, yaitu dengan mengatur
Combined Outlet Temperatur/COT fired heater.
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 5 dari 8 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
Semakin tinggi level bottom kolom VDU maka semakin tinggi juga residence
time-nya. Biasanya level bottom kolom VDU dijaga sekitar 50 % yang
merupakan optimasi antara residence time dan menghindari terjadinya loss
suction pada pompa bottom kolom VDU.
Slop wax section pada kolom VDU berfungsi untuk menghilangkan 5% gas
oil terberat dari aliran uap yang mengalir ke atas dari flash zone.
Kepentingan penghilangan 5% gas oil terberat adalah untuk menghilangkan
kandungan metal dan asphaltene yang biasanya terkandung di dalam fraksi
terberat gas oil. Pengaturan temperature slop wax tidak dilakukan secara
langsung tetapi dengan cara mengatur temperature flash zone/combined
outlet temperature fired heater. Best practice pengaturan temperature slop
wax adalah seperti telah dijelaskan pada point V.2.
Hot reflux HVGO biasa disebut juga sebagai HVGO wash karena aliran reflux
ini berfungsi untuk mencuci/membasahi packing tray yang berada pada
bagian bawah HVGO accumulator agar pada packing tray tidak terjadi
coking. Best practice UOP, jumlah hot reflux HVGO adalah 0,3-0,5 gpm/ft2
luas permukaan packing tray (2006 UOP Engineering Design Seminnar, Des
Plaines, USA).
Gas oil draw off temperature diatur untuk dapat menghasilkan yield produk gas
oil (LVGO-HVGO untuk VDU fuel type atau Lube Cut-1, Lube Cut-2, Lube Cut-
3 untuk VDU lubes type). Untuk VDU fuel type dapat diatur dengan
memaksimalkan produk LVGO atau dengan memaksimalkan produk HVGO.
Jika spesifikasi produk LVGO sudah dapat memenuhi spesifikasi produk
diesel, maka lebih baik unit VDU dioperasikan dengan memaksimalkan produk
LVGO dan meminimalkan produk HVGO. Namun jika spesifikasi produk LVGO
tidak dapat memenuhi spesifikasi produk diesel dan hanya digunakan sebagai
salah satu komponen blending diesel, maka lebih baik unit VDU dioperasikan
dengan memaksimalkan HVGO, karena HVGO dapat diolah di unit
Hydrocracker yang akan meng-crack HVGO menjadi produk-produk yang
bernilai lebih tinggi, yaitu, LPG, Naphtha, Kerosene, dan Diesel.
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 6 dari 8 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
VI. Troubleshooting
Tabel II. Contoh Permasalahan, Penyebab, dan Troubleshooting Vacuum Distillation Unit
Permasalahan Penyebab Troubleshooting
Pour Point LVGO tinggi. • Adanya fraksi HVGO yang terikut sebagai produk • Naikkan jumlah reflux LVGO, dan/atau
LVGO. • Turunkan temperature reflux LVGO.
• Terbentuk coking pada packing tray sehingga • Naikkan temperature flash zone.
proses kontak uap-cair dalam kolom VDU • Naikkan kevakuman kolom VDU (turunkan
Yield produk gas oil terganggu. tekanan top kolom VDU dengan mengatur
rendah/yield produk • Kevakuman kolom VDU kurang (tekanan top operasi steam ejector).
vacuum bottom tinggi kolom VDU naik). • Naikkan temperature draw off gas oil.
• Temperature flash zone rendah.
• Temperature draw off gas oil rendah.
• Jika masih mungkin mem-bypass condenser,
maka dilakukan bypass condenser dan
kemudian dilakukan perbaikan condenser.
Biasanya disain VDU masih tersedia spare
Leaking pada • Kondensasi gas yang mengandung senyawa
untuk condenser, sehingga dapat dilakukan
downstream top kolom korosif.
change over condenser untuk kemudian
VDU (biasanya di • Kebocoran pada sisi pendingin yang medianya
condenser yang bermasalah dilakukan
daerah condenser). biasanya adalah air laut.
perbaikan.
• Jika tidak mungkin mem-bypass condenser
atau tidak ada spare condenser, maka unit
harus stop untuk dilakukan perbaikan.
• Perbaiki level indicator bottom VDU.
• Jika perbaikan level indicator bottom VDU
memakan waktu lama atau sudah tidak
Loss suction pompa
Level indicator bottom VDU bermasalah. dapat diperbaiki, maka gunakan acuan
bottom VDU.
temperature pada bottom kolom VDU
(biasanya bottom kolom VDU didisain
memiliki 3 level indicator).
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 7 dari 8 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
VII. Istilah-istilah
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 8 dari 8 Kontributor : Adhi Budhiarto